Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Pusat-pusat Peradaban Islam di Baghdad, Kairo, Isfahan, Delhi


serta Samarkand dan Bukhara
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Peradaban Islam dan Islam Nusantara
Dosen Pengampu : Nasobi Niki Suma, S.Pd., M.Sc.

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Noer Fajriyatul Maslahah (D20191003)


2. Mohammad Hanafi (D20191026)
3. Nayli Masruroh (D20191031)
4. Nabilah Sulistyawati (D20191033)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER


FAKULTAS DAKWAH
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta

salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing

kita dari jaman jahiliyah hingga jaman penuh dengan ilmu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Peradaban Islam

dan Islam Nusantara yang diampu oleh Bapak Nasobi Niki Suma, S.Pd., M.Sc.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Nasobi

Niki Suma, S.Pd., M.Sc yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan

makalah yang berjudul “Pusat-pusat Peradaban Islam di Baghdad, Kairo, Isfahan,

Delhi serta Samarkand dan Bukhara”. Kami juga mengucapkan terima kasih

kepada teman-teman dan seluruh pihak yang telah membantu kami dalam

menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun, kami telah

berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga

dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para

pembaca.

Jember, 19 Oktober 2020

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................4
A. Latar belakang..............................................................................4
B. Rumusan masalah.........................................................................5
C. Tujuan penulisan...........................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................6
A. Peradaban Islam di Baghdad........................................................6
B. Peradaban Islam di Kairo..............................................................9
C. Peradaban Islam di Isfahan.........................................................14
D. Persdaban Islam di Delhi............................................................15
E. Peradaban Islam di Samarkand dan Bukhara.............................18
BAB III PENUTUP ....................................................................................21
A. Kesimpulan.................................................................................21
B. Saran...........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran agama Islam sudah ke seluruh penjuru negeri dimulai

pada zaman Nabi Muhammad SAW. Saat itu, Islam telah menguasai

seluruh Semenanjung Arabia atau Jazirah Arab. Kemudian semakin

meluas pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin. Pada akhir masa

pemerintahan Khulafaur Rasyidin, wilayah kekuasaan Islam telah

mencapai luar Jazirah Arab, seperti Azerbaijan, Armenia, Palestina,

Suriah, Irak, Persia dan Mesir.

Memasuki masa pemerintahan Dinasti Umayyah, Dinasti

Abbasiyah dan dinasti-dinasti lainnya, wilayah kekuasaan Islam telah

hampir mencapai ke seluruh penjuru dunia. Asia, Afrika dan Eropa adalah

benua dengan kekuasaan Islam yang cukup kuat pada saat itu. Sebenarnya

wilayah yang telah disebutkan di atas sudah dikuasai Islam sejak zaman

Khulafaur Rasyidin. Namun, peradaban Islam disana mulai berkembang

pada zaman kekuasaan para dinasti.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai pusat-pusat peradaban

Islam di Baghdad, Kairo, Delhi, Isfahan, Samarkand dan Bukhara. Pada

pusat-pusat peradaban Islam tersebut, berkembang banyak hal mengenai

perkembangan peradaban. Seperti pendidikan, politik, agama dan lain

sebagainya.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kehidupan kota Baghdad sebagai pusat peradaban Islam?

2. Bagaimana kehidupan kota Kairo sebagai pusat peradaban Islam?

3. Bagaimana kehidupan kota Isfahan sebagai pusat peradaban Islam?

4. Bagaimana kehidupan kota Delhi sebagai pusat peradaban Islam?

5. Bagaimana kehidupan kota Samarkand dan Bukhara sebagai pusat

peradaban Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami bagaimana Baghdad, Kairo, Isfahan, Delhi serta

Samarkand dan Bukhara sebagai pusat peradaban Islam

2. Mengambil pelajaran dari peradaban yang terjadi di Baghdad, Kairo,

Isfahan, Delhi serta Samarkand dan Bukhara

3. Menngetahui sejarah peradaban Islam di Baghdad, Kairo, Isfahan,

Delhi serta Samarkand dan Bukhara

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pusat Peradaban Islam di Baghdad

1. Pusat Kegiatan Politik dan Pemerintahan

Pada masa pemerintahan al-Mansur, ibu kota Dinasti Abbasiyah


dipindah dari Kuffah ke Baghdad, Ibu kota Abbasiyah menjadi
penting sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan pemukiman,
pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah berada di tengah-tengah
bangsa Persia Sementara itu perbaikan juga dilakukan di bidang
administrasi pemerintahan yang disusun secara baik dan pengawasan
terhadap berbagai kegiatan pemerintah diperketat.
Dalam pembagian wilayah (propinsi), pemerintahan Dinasti
Abbasiyah menamakannya dengan Imaraat, gubernurnya bergelar
Amir / Hakim. Imaraat saat itu ada tiga macam, yaitu ; Imaraat Al-
Istikhfa, Al-Amaarah Al-Khassah dan Imaarat AlIstilau. Kepada
wilayah / imaraat ini diberi hak-hak otonomi terbatas, sedangkan desa/
al-Qura dengan kepala desanya as-Syaikh al-Qoryah diberi otonomi
penuh.
Dinasti Abbasiyah juga telah membentuk angkatan perang yang
kuat di bawah panglima, sehingga kholifah tidak turun langsung
dalam menangani tentara. Kholifah juga membentuk Baitul Mal /
Departemen Keuangan untuk mengatur keuangan negara khususnya.
Di samping itu juga kholifah membentuk badan peradilan, guna
membantu kholifah dalam urusan hukum.
Di ibu kota yang baru ini Khalifah al-Manshur melakukan
konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di antaranya dengan
membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang
pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir
sebagai koordinator dari kementerian yang ada, Dia juga membentuk
lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara

6
disamping membenahi angkatan bersenjata. Dia menunjuk
Muhammad ibn Abdurrahman sebagai hakim pada lembaga
kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Dinasti
Umaiyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas.
Agar semua kebijakan militer terkoordinasi dan berjalan dengan
baik, maka pemerintah Dinasti Abbasiyah membentuk departemen
pertahanan dan keamanan, yang disebut Diwanul Jundi. Departemen
inilah yamg mengatur semua yang berkaiatan dengan kemiliteran dan
pertahanan keamanan. Di kalangan Syi’ah juga sangat berpengaruh.
Miiter, peradilan dan kehidupan hukum di baghdad dan kota-kota
besar lainnya berada di tangga orang Arab.
Baghdad sebagai ibu kota kekhalifahan Abbasiyah yang didirikan
oleh khalifah al-Mansur mencapai puncak kejayaan di masa al-Rashid
walau kota itu belum lima puluh tahun dibangun. Kemegahan dan
kemakmuran tercermin dari istana khalifah, kemewahan istana muncul
terutama dalam upacara-upacara penobatan khalifah, perkawinan,
keberangkatan berhaji, dan jamuan untuk para duta negara asing
2. Pusat Kegiatan Ilmu Pengetahuan dan Intelektual

Majalis al-Munazharah merupakan lembaga yang digunakan


sebagai lembaga pengkajian keagamaan yang diselenggarakan di
rumah-rumah, masjid-masjid, dan istana khalifah. Lembaga ini
menjadi tanda kekuatan penuh kebangkitan Timur, di mana Baghdad
mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan dan puncak
keemasan Islam.

Lembaga ini juga digunakan untuk melakukan kegiatan transmisi


keilmuan dari berbagai desiplin ilmu, sehingga majelis banyak
ragamnya. Selain Majalis alMunazharah ternyata ada majelis lain
yang serupa, ada 6 macam majelis lagi.

7
Aktivitas pelajar pada masa al-Ma’mun yang tak kalah menarik
adalah menulis buku sebagai karya yang menjadi bukti penguasaan
ilmu yang telah diperolehnya. Ketika belajar, mereka juga melakukan
kegiatan menulis. Pada awalnya tulisan mereka hanya berbentuk
manuskrip saja, namun kemudian akan dibukukan, sehingga memiliki
bobot kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

3. Pusat Kegiatan Seni dan Budaya

Pada zaman Danasti Abbasiyah terjadi persaingan antara Bangsa


Arab dengan Mawali yang ajam . Sedikit demi sedikit peranan Bangsa
Mawali Maki lama maki Kuat dalam bidang Sosial dan kebudaya,
termasuk dalam bidang seni. Bangsa yang kuat pengaruhnya pada
masa Dinasti abbasiyah, adalah Bangsa Persia dan Bangsa Turki,
terutama pada zaman Harun alRasyid, memberikan kekuasaan pada
orang-orang Barmak yang berkembangan di Persia, pada zaman
berikutnya, yaitu pada zaman khalifah al-mu’tashim mengangkat
orang-orang Turki ke panggung kekuasaan Dinasti Abbasiyah.

Sumber inspirasi seni dalam Islam dari masjid. Ketika Rasulullah


Saw. Hijrah meninggalkan Mekah, pembangunan pertama yang
dilakukan adalah pembangunan masjid Qubah, dari Masjid yang
sederhana ini, kemudian bertebaran masjid keseluh Dunia Islam
dengan anekaragam macam bentuk dan nilai arsitektur yang
mengagumkan. Ada beberapa kesenian dan kebudayaaan yang
berkembangan pada masa Dinasti Abbasiyah sebagai berikut:

a. Seni Bangunan Islam, berupa masjid yang dilengkapi dengan


menara dan mihrab.
b. Seni rupa, berupa:
 seni pahat yang dalam bentuk gambar tembok yang dipahat
di dinding istana dan gedung lainnya.

8
 Ada juga seni ukir yang berupa ukiran ayat Alquran di
mihrab dan mimbar masjid.
 Kemudian seni sulam yang berbahan sutera yang terkenal
hingga ke Eropa.
 Seni lukis yang semakin berkembang dan mempengaruhi
pelukis-pelukis Eropa terutama disebabkan keindahan
garis-garis yang dilahirkannya. Hal ini dapat dilihat dengan
jelas pada bentuk seni lukis Impressional, Ekspresional,
Kubis dan lain sebagainya
 Seni musik dan tari ssangat berkembang di Baghdad.
Apalagi seni musik, syair dan sastra menjadi karakteristik
khalifah-khalifah Abbasiyah pada masa itu. Kemudian seni
tari yang awalnya mendapat pro dan kontra dalam kalangan
umat muslim, akhirnya mendapat tempat yang cukup luas
dalam perkembangannya. Banyak gedung-gedung khusus
dibangun untuk mengembangkan seni tari pada masa itu.
 Seni sastra juga turut berkembang dengan munculnya puisi
dan prosa. Puisi yang berkembang ada beberapa macam
seperti Gazal, Madah, Hija, Al-Majnun dan Muwasyahat.
Sedangkan pada bidang prosa, berkembang kumpulan-
kumpulan cerita dan hal-hal yang terjadi dalam kerajaan
yang berjudul Al-Rasul, Al-Dewania. Kemudian muncul
banyak novel, riwayat, kumpulan nasihat dan uraian-uraian
sastra lainnya.
B. Pusat Peradaban Islam di Kairo

Perkembangan peradaban Islam di Mesir tidak bisa lepas dari peran


dinasti yang menguasainya. Dinasti yang berdiri secara mandiri di Mesir
adalah Dinasti Fatimiyah. Dinasti ini berdiri pada tahun 909 M sebagai
tandingan penguasa dunia Islam pada masa itu, Dinasti Abbasiyah. Dinasti
Fatimiyah didirikan oleh Said Ibn Husain.

9
Islam mencapai puncak kejayaannya di Mesir pada masa khalifah
Dinasti Fatimiyah kelima, Abu Manshur Nizar Al-Aziz (975-996 M).
Kemajuan yang terlihat pada masa Khalifah Al-Aziz antara lain sebagai
berikut:

a. Bidang Politik dan Pemerintahan


Masa pemerintahan Fatimiyah, negara dipimpin oleh seorang imam
yang diwariskan dari seorang bapak kepada anak laki-laki yang paling
tua dari keturunan mereka. Para imam di Dinasti Fatimiyah dianggap
sebagai penjelmaan Allah di bumi dan menjadikan imam sebagai
tempat rujukan utama dalam syariat dan orang yang paling dalam
ilmunya.
Kemudian pada segi politik, Dinasti Fatimiyah membentuk wazir-
wazir yang dibentuk pada masa Al-Aziz pada tahun 979 M. Di
samping itu juga dibentuk dewan-dewan diantaranya, Dewan Majilis,
Dewan Nazar, Dewan Tahkik (sekretaris), Dewan Barid (pos), Dewan
Tartib (keamanan), Dewan Kharraj (pajak) dan lain sebagainya.1
Bentuk pemerintahan pada Dinasti Fatimiyah ini merupakan bentuk
pemerintahan yang baru dalam sejarah Mesir. Pemerintahan
dilaksanakan dengan khalifah adalah kepala yang bersifat temporal
dan spiritual. Semua bentuk pengangkatan dan pemecatan ada di
bawah kekuasaan khalifah.
Wazir-wazir dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok militer
dan kelompok sipil. Pada kelompok sipil, membidangi urusan tentara,
perang, pengawalan khalifah dan keluarga dan semua permasalahan
keamanan negeri. Kemudian kelompok sipil meliputi:
- Qadi, berfungsi sebagai hakim dan direktur percetakan uang
- Ketua dakwah, yang berfungsi sebagai pemimpin Darul
Hikmah (lembaga pendidikan)

1
Manan, Nuraini H.A. “Dinasti Fatimiyah Di Mesir (909-1172): Kajian Pembentukan dan
Perkembangannya,” ADABIYA, 19 (Agustus 2017): 132.

10
- Inspektur pasar, yang berfungsi pada sektor ekonomi,
membidangi bazar, jalan dan pengawasan timbangan
- Bendaharawan negara, yang membidangi Baitul Mal (lembaga
keuangan)
- Wakil kepala urusan rumah tangga khalifah
- Qori, yang membaca Alquran bagi khalifah kapan saja
dibutuhkan.
b. Pemikiran dan Filsafat

Penyebaran aliran Syi’ah, yang merupakan aliran yang dianut oleh


Dinasti Fatimiyah, dilakukan dengan mengembangkan filsafat Yunani.
Kemudian muncul kelompok ahli filsafat yang terkenal pada Dinasti
Fatimiyah, yaitu Ikhwanu Shofa. Kelompok ini berfilsafat dengan
lebih cenderung membela kelompok Syi’ah Islamiyah dan
menyempurnakan pemikiran-pemikiran dari aliran atau golongan
Mu’tazilah.

Beberapa tokoh filsafat yang muncul pada zaman Dinasti


Fatimiyah di Mesir yaitu:

- Abu Hatim Ar-Rozi


- Abu Abdillah An-Nasafi
- Abu Ya’qub As-Sajazi
- Abu Hanifah An-Nu’man Al-Maghribi
- Ja’far Ibnu Mansyur Al-Yamani
- Hamiduddin Al-Qirmani
c. Pendidikan dan IPTEK
Kemajuan keilmuan yang paling membangun pada masa
Dinasti Fatimiyah adalah keberhasilannya membangun Darul
Hikmah atau Darul Ilmi yang dibangun oleh Khalifah Al Hakim
pada tahun 1005 M. Pada masa itu pula didirikan Baitul Hikmah
yang terinspirasi dari lembaga yang sama yang didirikan oleh

11
Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Kemudian pada masa Khalifah Al
Muntasir teradpat perpustakaan yang memuat 200.000 buku dan
2.400 Alquran.
Masjid Al-Azhar adalah pusat ilmu pengetahuan, tempat
diskusi bahasa dan mendengarkan para penyair serta ahli bercerita
menunjukkan keahliannya. Masjid ini sebenarnya dipakai Dinasti
Fatimiyah sebagai tempat untuk menyebarkan Mazhab Syi’ah yang
dianutnya kepada para mubaligh yang kemudian diajarkan kepada
masyarakat lainnya. Lambat laun Al-Azhar menjadi bukan hanya
masjid, tetapi juga sebagai lembaga pendidikan.
Sebagai lembaga pendidikan, Al-Azhar juga sudah dilengkapi
dengan asrama untuk guru-guru dan para mahasiswa, aula besar
untuk kuliah umum yang menjadi tempat utama bagi Al-Azhar.2
Pelaksanaan kuliah atau kegiatan belajar mengajar dilaksanakan
sesuai aturan yang ditetapkan oleh pengelola madrasah. Mulai saat
itu, Al-Azhar sudah dikenal sebagai universitas.
Pada masa itu, model pembelajaran di Universitas Al-Azhar
ada empat macam, yaitu:
- Kelas umum yang diperuntukkan untuk mereka yang ingin
mempelajari Alquran dan tafsirnya
- Kelas mahasiswa yang kuliah dengan para dosen dengan
mengajukan pertanyaan dan mengkaji jawabannya
- Kelas Darul Hikam, yaitu kuliah formal yang diberikan
para mubaligh pada hari Seninyang dibuka untuk umum
dan pada hari Kamis dikhususkan untuk mahasiswa pilihan
- Kelas nonformal yaitu untuk para mahasiswi.

2
TAMBAK, SYAHRAINI. “Eksistensi Pendidikan Islam Al-Azhar: Sejarah Sosial Kelembagaan
al-Azhar dan Pengaruhnya terhadap Kemajuan Pendidikan Islam Era Modernisasi di Mesir.”
Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Riau (UIR) Pekanbaru, Jurnal Al-Thariqah, 1
(Desember 2016): 120.

12
Hingga saat ini, Universitas Al-Azhar masih menjadi
universitas yang sangat bergengsi di Kairo bahkan di dunia.
Apalagi setelah semakin mengikuti perkembangan zaman, banyak
mahasiswa dari luar negeri berlomba-lomba untuk bisa belajar
disana.

d. Ekonomi dan Perdagangan


Mesir mengalami kesejahteraan ekonomi pada masa
pemerintahan Dinasti Fatimiyah. Istana khalifah dihuni oleh
30.000 orang yang 1.200 diantaranya adalah pelayan dan
pengawal. Selain itu juga terdapat masjid-masjid, perguruan tinggi,
rumah sakit dan pemondokan khalifah yang sangat besar. Pasar-
pasar juga mempunyai banyak toko besar yang memenuhi seluruh
kebutuhan masyarakat pada masa itu.
Kemudian pada segi pertanian, Dinasti Fatimiyah juga
mengalami masa kejayaannya. Pertanian pada masa itu dibagi
menjadi dua sektor yaitu, daerah pinggiran Sungai Nil dan tempat-
tempat yang telah ditentukan untuk dijadikan lahan pertanian.
Kemudian mereka juga membagi waktu untuk bercocok tanam.
Pada musim dingin, mereka menanam gandum, kapas dan pohon
rami. Sedangkan pada musim panas mereka menanam padi, tebu,
semangka, anggur, jeruk dan lainnya.
e. Sosial Kemasyarakatan
Kehidupan bermasyarakat pada Dinasti Fatimiyah sangatlah
damai dan penuh toleransi. Penduduk setempat ada yang beragama
Kristen Qibty dan Islam yang beraliran Ahlussunnah. Mereka
hidup berdampingan tanpa pernah terjadi pertengkaran baik karena
sosial maupun agama.
f. Pemahaman Agama
Dinasti Fatimiyah membawa sekte Syi’ah Ismailiyah pada saat
berdiri di Mesir. Mereka pun mulai mengajarkan sekte tersebut

13
kepada masyarakatnya. Namun setelah banyak pertimbangan,
untuk menganut sekte ini tidak ada paksaan. Masyarakat bebas
beragama sesuai dengan apa yang mereka yakini dan pahami.
C. Pusat Peradaban Islam di Isfahan
Peradaban Islam di Isfahan, Persia tidak bisa dilepaskan dari adanya
Dinasti Safawi yang berdiri pada 1501-1722 M. Puncak kejayaan Dinasti
Safawi adalah pada masa pemerintahan Abbas I (1588-1628). Masa
kekuasaan Abbas I berhasil mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri
yang mengganggu kedamaian negara dan berhasil merebut kembali
wilayah kekuasaannya yang pernah direbut oleh Turki Usmani.
Kondisi politik pada masa Abbas I sangat memengaruhi kondisi
perekonomian Dinasti Safawi. Apalagi setelah direbutnya Kepulauan
Hurmuz dan mengubah Gumrun menjadi Bandar Abbas. Jalur-jalur
perekonomian laut timur dan barat juga berhasil dikuasai. Hasil pertanian
dari daerah subur pun menambah pendapatan dan berhasil
menyejahterakan rakyatnya.
Kemudian bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan, Dinasti Safawi
mengalami kemajuan berupa munculnya ilmuwan-ilmuwan dalam bidang
tertentu, diantaranya adalah Baha Al-Din Al-Syirazi (ilmuwan segala
bidang), Sadr Al-Din Al-Syirazi (ahli filsafat) dan Muhammad Baqir Ibn
Muhammad Damad (sejarawan dan teolog). Pengkajian ilmu agama Islam
juga mengalami kemajuan. Para kaum Syi’ah sering melakukan ijtihad dan
bagi mereka, tidak akan pernah berhenti untuk berijtihad.
Bidang kebudayaan Dinasti Safawi juga sangat berkembang dan maju.
Ibu kota Isfahan penuh dengan bangunan-bangunan megah dan cantik
seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa dan Istana Chihil
Sutun. Kota Isfahan juga diperindah dengan taman wisata yang ditata
dengan baik dan menunjukkan keindahannya. Unsur seni yang lain juga
terdapat dalam bentuk kerajinan tangan, keramik, karpet permadani,
pakaian, tenun, tembikar dan lain sebagainya.

14
Bidang militer juga turut berkembang. Pada masa Ismail I tentara-
tentara terbentuk dalam pasukan Qizilbasy yang bermarkas di Ghilan.
Kemudian, pasukan Qizilbasy sangat mendominasi di Dinasti Safawi.
Kemudian Abbas I melakukan perombakan agar pasukan Qizilbasy tidak
terlalu mendominasi dengan membentuk pasukan baru yang anggotanya
terdiri dari budak-budak dan tawanan perang bangsa Georgia, Armenia
dan Sircassia.
D. Pusat Peradaban Islam di Delhi

Peradaban Islam di Delhi merupakan pengaruh dari berdirinya Dinasti


Mughal yang beribukota di Delhi pula. Dinasti Mughal berdiri tahun
1526–1857 M. Masa kejayaannya ada di tangan empat orang sultan.
Mereka adalah Sultan Akbar I (1556-1605 M), Sultan Jehangir (1605-1628
M), Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1658-1707 M).

Peradaban Islam pada masa Dinasti Mughal meliputi banyak bidang


seperti dinasti-dinasti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya.
Bidang-bidang tersebut antara lain:

a. Bidang Politik dan Administrasi Pemerintahan


 Perluasan wilayah dan konsolidasi kekuatan. Usaha ini
berlangsunghingga masa pemerintahan Aurangzeb.
 Pemerintahan daerah dipegang oleh seorang Sipah Salar (kepala
komandan), sedang sub-distrik dipegang oleh Faujdar
(komandan).Jabatan-jabatan sipil juga diberi jenjangkepangkatan
yang bereorak kemiliteran. Pejabat-pejabat itu memang diharuskan
mengikuti latihan kemiliteran.
 Akbar menerapkan politik toleransi universal (sulakhul). Dengan
politik ini, semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak
dibedakan karena perbedaan etnis dan agama. Politik ini dinilai
sebagai model toleransi yang pernah dipraktekkan oleh penguasa
Islam.

15
 Pada Masa Akbar terbentuk landasan institusional dan geografis
bagi kekuatan imperiumnya yang dijalankan oleh elit militer dan
politik yang pada umumnya terdiri dari pembesar-pembesar
Afghan, Iran, Turki, dan Muslim Asli India. Peran penguasa di
samping sebagaiseorang panglima tentara juga sebagai pemimpin
jihad.
 Wilayah imperium juga dibagi menjadi sejumlah propinsi dan
distrik yang dikelola olehseorang yang dipimpin oleh pejabat
pemerintahan pusat untuk mengamankan pengumpulan pajak dan
untuk mencegah penyalahgunaan oleh kaum petani.
b. Bidang Ekonomi
 Terbentuknya sistem pemberian pinjaman bagi usaha pertanian.
 Adanya sistem pemerintahan lokal yang digunakan untuk
mengumpulkan hasil pertanian dan melindungi petani. Setiap
perkampungan petani dikepalai oleh seorang pejabat lokal, yang
dinamakan muqaddam atau patel, yang mana kedudukan yang
dimilikinya dapat diwariskan, bertanggungjawab kepada atasannya
untuk menyetorkan penghasilan dan menghindarkan
tindakkejahatan. Kaum petani dilindungi hak pemilikan atas tanah
dan hak mewariskannya,tetapi mereka juga terikat terhadapnya.
 Sistem pengumpulan pajak yang diberlakukan pada beberapa
propinsi utama pada imperium ini. Perpajakan dikelola sesuai
dengan systemzabt. Sejumlah pembayaran tertentu dibebankan
pada tiap unit tanah dan harus dibayar secara tunai. Besarnya beban
tersebut didasarkan pada nilai rata-rata hasil pertanian dalam
sepuluh tahun terakhir. Hasil pajak yang terkumpul dipercayakan
kepada jagirdar, tetapi para pejabat lokal yang mewakili
pemerintahan pusat mempunyai peran penting dalam pengumpulan
pajak. Di tingkat subdistrik administrasi lokal dipercayakan kepada
seorang qanungo, yang menjaga jumlah pajak lokal dan yang

16
melakukanpengawasan terhadap agen-agen jagirdar, dan seorang
chaudhuri, yang mengumpulkan dana(uang pajak) dari zamindar.
 Perdagangan dan pengolahan industri pertanian mulai berkembang.
Pada asa Akbar konsesi perdagangan diberikan kepada The
BritishEast India Company (EIC) -Perusahaan Inggris-India
Timur- untuk menjalankan usaha perdagangan di India sejak tahun
1600. Mereka mengekspor katun dan busa sutera India, bahan baku
sutera, sendawa, nila dan rempah danmengimpor perak dan jenis
logam lainnya dalam jumlah yang besar.
c. Bidang Agama
 Pada masa Akbar, perkembangan agama Islam di Kerajaan Mughal
mencapai suatu fase yang menarik, di mana pada masa itu Akbar
memproklamasikan sebuah cara baru dalam beragama, yaitu
konsep Din-i-Ilahi. Karena aliran ini Akbar mendapat kritik dari
berbagai lapisan umat Islam. Bahkan Akbar dituduh membuat
agama baru. Pada praktiknya, Din-i-Ilahibukan sebuah ajaran
tentang agama Islam. Namun, konsepsi itu merupakan upaya
mempersatukan umat-umat beragama di India. Sayangnya,
konsepsi tersebut mengesankankegilaan Akbar terhadap kekuasaan
dengan simbol-simbol agama yang di kedepankan.
 Perbedaan kasta di India membawa keuntungan terhadap
pengembangan Islam, seperti pada daerah Benggal, Islam langsung
disambut dengan tangan terbuka oleh penduduk terutama dari kasta
rendah yang merasa disiasiakan dan dikutuk oleh golongan Arya
Hindu yang angkuh. Pengaruh Parsi sangat kuat, hal itu terlihat
dengan digunakanya bahasa Persia menjadi bahasa resmi Mughal
dan bahasa dakwah, oleh sebab itu percampuran budaya Persia
dengan budayaIndia dan Islam melahirkan budaya Islam India
yang dikembangkan oleh Dinasti Mughal.
 Pada masa ini juga dibentuk sejumlah badan keagamaan
berdasarkan persekutuan terhadap mazhab hukum, thariqat Sufi,

17
persekutuan terhadap ajaran Syaikh, ulama, dan wali individual.
Mereka terdiri dari warga Sunni dan Syi'i.
 Pada masa Aurangzeb berhasil disusun sebuah risalah hukum Islam
atau upaya kodifikasihukum Islam yang dinamakan
fattawaalamgiri. Kodifikasi ini menurut hemat penulis ditujukan
untuk meluruskan dan menjaga syari'at Islam yang nyaris kacau
akibat politik Sulakhul dan Din-i- Ilahi
d. Bidang Seni dan Budaya
 Munculnya beberapa karya sastra tinggi seperti Padmavat yang
mengandung pesan kebajikan manusia gubahan Muhammad
Jayazi, seorang penyair istana. Abu Fadhl menulis Akhbar Nameh
dan Aini Akbari yang berisi sejarah Mughal dan pemimpinnya.
 Kerajaan Mughal termasuk sukses dalam bidang arsitektur. Taj
mahal di Agra merupakan puncak karya arsitektur pada masanya,
diikuti oleh Istana FatpurSikri peninggalan Akbar dan Mesjid Raya
Delhi di Lahore. Di kota Delhi Lama (Old Delhi), lokasi bekas
pusat Kerajaan Mughal, terdapat menara Qutub Minar (1199),
Masjid Jami Quwwatul Islam (1197), makam Iltutmish (1235),
benteng Alai Darwaza (1305), Masjid Khirki (1375), makam
NashirudinHumayun, raja Mughal ke-2 (1530-1555). Di
kotaHyderabad, terdapat empat menara benteng Char Minar
(1591). Di kota Jaunpur, berdiri tegak Masjid Jami Atala (1405).
 Taman-taman kreasi Moghul menonjolkan gaya campuran yang
harmonis antara AsiaTengah, Persia, Timur Tengah, dan lokal.
E. Pusat Peradaban Islam di Samarkand dan Bukhara
Sebelum Islam datang, di Transoxania (Samarkand dan Bukhara)
telah terdapat tempat ibadah agama Budha. Usaha Islam dalam ekspansi ke
Transoxania selalu gagal, kecuali setelah Qutaibah ibn Muslim (Dinasti
Umayyah) ditunjuk sebagai gubernur Khurasan. Ketika itu Samarkand
diperintah oleh Tharkhun. Pada tahun 91 H ia mengadakan perjanjian
damai dengan Qutaibah untuk membayar jizyah (pajak) kepada

18
pemerintah Islam di Damaskus, dibawah pemerintahan Dinasti Umayyah.
Tetapi, penduduk Transoxania marah kepada Tarkhun dan menurunkannya
dari kekuasaannya yang kemudian digantikan oleh Ikhsyiz Ghurik.
Qutaibah berhasil memaksa Ikhsyiz untuk menerima perjanjian itu pada
tahun 93 H, setelah ia dan pasukannya mengepung kota dalam waktu yang
cukup panjang. Sejak saat itu, Samarkand dan Bukhara menjadi batu
loncatan untuk melancarkan ekspansi lebih luas di negeri Transoxiana.
Pada tahun 204 H, Al-Ma’mun , khalifah dari Bani Abbas di Baghdad
menyerahkan semua urusan pemerintahan negeri Transoxiana, khususnya
Samarkand dan Bukhara kepada keluarga Asad ibn Saman. Sejk itu, dua
kota ini berada di bawah kekuasaan Dinasti Samaniah. Samarkand menjadi
pusat peradaban Islam karena semua ilmuwan, ulama. Sedangkan kota
Bukhara terkenal dengan perdagangan dan industri tenunnya.
Bukhara juga menjadi pusat intelektual dunia Islam. Saat itu, di
Bukhara muncul banyak madrasah yang mengajarkan ilmu pengetahuan
umum dan agama. Dinasti Samaniah pun mulai memperbaiki sistem
pendidikan umum. Di setiap perkampungan berdiri sekolah. Keluarga
yang kaya-raya memberi pendidikan anak-anaknya dengan sistem home
schooling atau sekolah di rumah.
Anak-anak yang berusia enam tahun mengawali pendidikan dasar
mereka dengan menempuhnya selama enam tahun. Setelah itu, bisa
melanjutkan studinya ke madrasah. Pendidikan di madrasah dilalui dalam
tiga tingkatan. Setiap tingkatan ditempuh selama tujuh tahun. Sehingga,
eseluruhan pendidikan di madrasah harus ditempuh selama 21 tahun.
Para siswa mempelajari berbagai ilmu pengetahuan, mulai ilmu
agama, aritmatika, jurisprudensi, logika, musik, sampai puisi.
Keberhasilan pendidikan di Bukhara itu telah membawa pengaruh yang
positif dalam penyebaran dan penggunaan bahasa Persia dan Uzbekistan.3

3
Sasongko, Agung. “Menelusuri Sejarah Bukhara.” republika.co.id, January 9, 2019, sec. Mozaik
Republika.

19
Setelah dinasti Samaniah runtuh, Negeri Transoxania jatuh ke tangan
Dinasti Saljuk Sanjar tahun 495 H. tapi pada tahun 536 H kota ini direbut
oleh Dinasti Khawarizmiyah. Pada tahun 606 H, dua kota ini dikepung
oleh Jengis Khan. Setahun kemudian, kota Samarkand, setelah sebagian
penduduk dibunuh dan bangunan dihancurkan, penduduk yang lain
diperkenankan tinggal di sana di bawah kekuasaan Mongol. Selama
seratus lima puluh tahun berikutnya sejarah kota ini sangat menyedihkan.
Kebangkitan kembali terjadi mulai tahun 771 H, pada masa
pemerintahan Timur Lenk, penguasa tertinggi di Transoxiana. Timur Lenk
menjadikan Samarkand sebagai ibu kota pemerintahannya.Para ahli dari
berbagai daerah yang berhasil dikuasai Timur Lenk dikirim ke ibu
kotanya, Samarkand. Sebagai kaisar, Timur Lenk sangat menghormati
orang suci dan kaum terpelajar. Di bawah kekuasaannya, Samarkand
menyerap pemikiran paling cerdas di Asia. Dari Baghdad datang
Nizamuddin Syami, para cendekiawan Persia memenuhi istananya.
Sa’aduddin Mas’udal Taftazani, Seorang ahli teologi, ahli bahasa,
pengacara, dan ahli tafsir yang terkenal pada zamannya. Ali ibn
Muhammad juga dikenal sebagai Sayyid al-Syarif Al-Jurjanji seorang
tokoh mistis dan ahli logika, dan Abu Tahrir ibn Yaqub Al-Syirazi al-
Firuzabadi, ahli kamus terkemuka. Lutfallah Nisyapuri, penyair dan
penulis pujian untuk putra Timur Lenk, Miransyah.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peradaban Islam di Baghdad sangat berkembang dimulai pada


dipindahnya ibukota Dinasti Abbasiyah dari Kuffah ke Baghdad. Mulai
dari situ, peradaban Islam di Baghdad mulai mengalami kemajuan di
berbagai bidang. Diantaranya bidang politik dan pemerintahan, bidang
ilmu pengetahuan dan bidang seni dan budaya.

Selanjutnya di Kairo, peradaban Islam tidak bisa dilepaskan dari


adanya Dinasti Fatimiyah yang berdiri disana. Peradaban Islam di Kairo
meliputi Bidang Politik dan Pemerintahan, Pemikiran dan Filsafat,
pendidikan dan IPTEK, ekonomi dan perdagangan, sosial kemasyarakatan
dan pemahaman agama. Peradaban paling menonjol ada pada bidang
pendidikan dengan berdirinya Universitas Al-Azhar yang paling masyhur
sampai sekarang.

Peradaban Islam yang berpusat di Isfahan dipengaruhi oleh berdirinya


Dinasti Safawi. Pada masa itu sistem pemerintahan, bidang ilmu
pengetahuan, perekonomian dan militer di Isfahan sangat berkembang
pesat. Di bawah pemerintahan Dinasti Safawi, Isfahan menjadi kota yang
makmur dan sejahtera.

Islam di Delhi sangat dipengaruhi oleh berdirinya Dinasti Mughal


yang memiliki masa kejayaan pada pemerintahan empat khalifah. Mereka
adalah Sultan Akbar I (1556-1605 M), Sultan Jehangir (1605-1628 M),
Syah Jehan (1628-1658 M) dan Aurangzeb (1658-1707 M). Pada masa
pemerintahan empat khalifah berturut-turut tersebut, Delhi menjadi pusat
peradaban Islam karena semakin berkembangnya sektor-sektor
kemasyarakatan. Terutama pada sektor seni dan budaya yang sampai
sekarang masih dapat dinikmati oleh masyarakat, yaitu berdirinya Taj

21
Mahal. Arsitektur yang dimiliki Taj Mahal menandakan Delhi menjadi
pusat peradaban Islam yang sangat berpengaruh di India pada masa itu.

Samarkand dan Bukhara adalah dua kota yang tidak dapat dipisahkan.
Dua kota tersebut disatukan dalam satu sebutan negeri, yaitu Negeri
Transoxania. Ekspansi Islam ke Transoxania berhasil pada masa
pemerintahan Dinasti Umayyah yaitu pada masa Khalifah Qutaibah ibn
Muslim. Mulai sejak itu, Samarkand dan Bukhara menjadi dua kota yang
sangat berkembang, terutama pada sektor pendidikan. Apalagi ketika
Timur Lenk berkuasa, ia sangat menghormati orang-orang berilmu
sehingga Samarkand dapat menguasai pemikiran orang-orang paling
cerdas di Asia.

B. Saran

Tim penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kami menerima segala kritik dan saran dari para pembaca
sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan dan kekurangan kami di
makalah-makalah kami selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Sari, Kartika. Sejarah Peradaban Islam. 1st ed. 1. Bangka: SHIDDIQ PRESS,
2015.

Fitrianingsih, Desi. “KOTA BAGHDAD SEBAGAI PUSAT PERADABAN


ISLAM PADA MASA DINASTI BANI ABBAS.” UIN Alauddin
Makassar, 2015.

Hasanah, Syavera Uswatun. “EKSPANSI TIMUR LENK TERHADAP DUNIA


ISLAM (1370-1405 M).” Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, 2020.

Manan, Nuraini H.A. “Dinasti Fatimiyah Di Mesir (909-1172): Kajian


Pembentukan dan Perkembangannya,” ADABIYA, 19 (Agustus 2017): 132.

TAMBAK, SYAHRAINI. “Eksistensi Pendidikan Islam Al-Azhar: Sejarah Sosial


Kelembagaan al-Azhar dan Pengaruhnya terhadap Kemajuan Pendidikan
Islam Era Modernisasi di Mesir.” Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas
Islam Riau (UIR) Pekanbaru, Jurnal Al-Thariqah, 1 (Desember 2016): 120.

Sasongko, Agung. “Menelusuri Sejarah Bukhara.” republika.co.id, January 9,


2019, sec. Mozaik Republika.

23

Anda mungkin juga menyukai