Anda di halaman 1dari 16

——————﴾ ‫———————﴿ قال مؤلف ْالجرْومية رِحه هللا‬

.‫ضع‬
ْ ‫الْكالم هو الل ْفظ الْمركب الْمف ْيد ِبلْو‬
“Al-kalam adalah lafal yang murakkab yang mufid
bil-wadh'i.”
———————————————————————

Ⓐ PENJELASAN RINGKAS

Al-kalam maksudnya kalam menurut para ahli nahwu. Jadi kalam


di sini bukan berarti kalam menurut bahasa tetapi kalam
menurut istilah, yaitu istilah para ahli nahwu.

Artinya adalah:

(1). ‫( الل ْفظ‬lafal).


ُ ‫ اللَّ ْف‬adalah sesuatu yang diucapkan yang bisa didengar dan
Arti ‫ظ‬
tersusun dari huruf-huruf hijaiyah.

DARS - 1 1
Misalnya: ُ‫َزيْد‬
ُ‫ َزيْد‬itu lafal, diucapkan kemudian bisa didengar dan terdiri dari 3
huruf hijaiyah yaitu zai (‫)ز‬, ya (‫ي‬
ُ ) dan dal (‫)د‬.
Lafal ini ada dua, yang pertama muhmal yaitu yang tidak
mempunyai makna, dia hanya tersusun dari huruf-huruf hijaiyah
tetapi tidak ada maknanya. Misalnya: ُ‫ُديْز‬.
َ ‫ َديْز‬itu tidak ada
maknanya tetapi dia termasuk lafal, yaitu lafal yang muhmal,
karena dia tidak ada maknanya tetapi terdiri dari huruf hijaiyah
yang bisa didengar pengucapannya.
Kemudian yang kedua adalah yang mempunyai makna.
Misalnya: ُ‫ُزيْد‬.
َ ‫ َزيْد‬itu sesuatu yang mempunyai makna,
diucapkan dan bisa didengar pengucapannya.

(2). ‫( الْمركب‬yang tersusun).


Yaitu tersusun dari 2 kata atau lebih.
Berarti kalau dia (lafal) terdiri dari 2 kata atau lebih maksudnya
lafal yang mempunyai makna, bukan lafal yang muhmal.
Jadi kalam harus terdiri dari 2 kata atau lebih, tidak boleh hanya
1 kata.
Misalnya: ُ‫ُجالِس‬
َ ‫( َزيْد‬Zaid duduk)
Ini termasuk murakkab karena dia terdiri dari 2 kata.
ُ‫ُجالِس ُِِفُالْ َم ْس ِج ِد‬
َ ‫( َزيْد‬Zaid duduk di dalam masjid).
Ini terdiri dari ‫جد‬ ِ ‫ُمس‬-ُ‫ُ ْال‬-ُ‫ُِِف‬-ُ‫ُجالِس‬-ُ‫ زيد‬berarti ada 5 kata, maka
َْ َ َْ
ini termasuk susunan murakkab.

DARS - 1 2
Susunan murakkab ini ada yang taqdiri, seolah-olah dia itu hanya
satu kata, tetapi sebenarnya dia terdiri dari 2 kata.
ُ ِ‫ُاِ ْجل‬.‫ اِ ْجلِس‬ini terdiri dari 2 kata, Cuma yang 1 katanya
Misalnya: ‫س‬
ْ ْ
ُْ ِ‫( اِ ْجل‬duduklah kamu!). Ada kata "duduklah" dan
mustatir. Arti ‫س‬
"kamu".
ُ ِ‫ اِ ْجل‬dan ada dhamir mustatir taqdiruhu ‫ت‬
Ada lafal fi'il ‫س‬
ْ َُ ْ‫أَن‬.
Dhamir mustatir adalah dhamir yang tersembunyi, dia ada tetapi
tidak kelihatan dan tidak terucap.
Dhamir mustatir-nya ini masih dianggap sebagai 1 kata tersendiri.
ُ ِ‫ اِ ْجل‬termasuk murakkab, walaupun lafalnya hanya 1
Sehingga ‫س‬
ْ
kata.

(3). ‫الْمف ْيد‬


‫ الْم ِفْي ُد‬adalah sesuatu yang bisa memberikan makna secara utuh
atau sesuatu yang bisa mengungkapkan suatu berita sehingga
yang mendengar bisa memahaminya.
Misalnya: ُ‫ُجالِس‬
َ ‫( َزيْد‬Zaid duduk)
Di sini sudah mufid karena isi beritanya sudah bisa diterima oleh
yang mendengarkan. Isi beritanya yaitu "duduk" dan yang
diberitakan adalah "Zaid", "Zaid duduk".
Kalau hanya ُ‫ َزيْد‬saja, ini tidak bisa dipahami karena tidak ada isi
beritanya. Atau kalau hanya ُ‫جالِس‬
َ ini tidak bisa dipahami karena
dia hanya isi berita saja tidak ada yang diberitakan.
Jadi ُ‫ الْم ِفْيد‬maksudnya adalah sesuatu yang bisa ditangkap oleh
yang mendengar, isi berita dan siapa yang diberitakan.

DARS - 1 3
(4). ‫ضع‬
ْ ‫ِبلْو‬
ْ ‫ ِِبلْ َو‬di sini ada 2 makna, yang pertama bermakna "dengan
ُ‫ض ِع‬
sengaja", yang kedua maknanya adalah "dengan bahasa Arab".

Ini makna al-kalam menurut ulama nahwu.

🔖 CATATAN:

1. Tidak termasuk definisi yang pertama ‫( الل ْفظ‬lafal) adalah:


- Tulisan.
Walaupun tulisannya Panjang terdiri dari banyak kalimat
tetapi karena dia bukan ‫ الل ْفظ‬maka tidak termasuk al-
kalam.
- Isyarat
Isyarat dan sesuatu yang lain yang tidak ada suaranya, dan tidak
terdiri dari huruf hijaiyah

2. Tidak termasuk al-kalam dengan sebab definisi yang kedua


‫( الْمركب‬yang tersusun) adalah apabila hanya terdiri dari 1
kata saja, maka tidak termasuk al-kalam. Misalnya: ‫ زيْد‬atau
‫جالس‬

DARS - 1 4
3. Tidak termasuk al-kalam dengan sebab definisi yang ketiga
‫ الْمف ْيد‬apabila yang mendengarkan itu belum menangkap apa
isi berita atau yang diberitakan oleh kata-kata tersebut.
Misalnya: ‫زيْد‬ ‫( إذا قام‬apabila Zaid berdiri). Ini belum menjadi
kalam karena dia belum mufid.
Supaya menjadi kalam harus ada lanjutannya. Walaupun
tersusun lebih dari 2 kata, tetapi karena tidak mufid,
kalimatnya masih mengambang, masih perlu lanjutannya,
maka dia tidak termasuk al-kalam. Supaya menjadi kalam
maka perlu ditambahkan, misalnya ‫ ق ْمت‬menjadi ‫إذا قام زيْد‬
‫( ق ْمت‬apabila Zaid berdiri maka aku berdiri), ini menjadi
kalimat yang sempurna.

4. Tidak termasuk al-kalam dengan sebab definisi yang


keempat yaitu ‫ضع‬
ْ ‫ِبلْو‬
➢ Sengaja.
Apabila dia tidak sengaja misalnya mengigau saat
bermimpi, atau latah atau perkataan yang dikatakan
seseorang yang sedang mabuk tanpa dia sadari.
➢ Dengan Bahasa Arab.
Walaupun suatu kalimat Panjang dan bisa dipahami
oleh yang diajak bicara, tetapi tidak dengan Bahasa
Arab, maka tidak termasuk al-kalam.

Inilah definisi al-kalam menurut ulama nahwu, yaitu dia


harus berupa lafal, tersusun dari 2 kata atau lebih,

DARS - 1 5
memberikan pemahaman yang sempurna kemudian
berbahasa Arab dan disengaja untuk diucapkan.

‼ TANBIH

Perlu diperhatikan di sini, misalnya ada satu fi’il misalnya fi’il


madhi dhamirnya dhamir mustatir. Maka ini termasuk al-kalam
karena sudah terpenuhi syarat-syarat sebagai al-kalam.
Misalnya:

✔‫س‬
ُ َ‫( َجل‬dia laki-laki telah duduk).
َ
- Syarat pertama (lafal) terpenuhi
- Syarat kedua (murakkab) terpenuhi karena dia tersusun
dari 2 kata yaitu ada 1 fi’il dan 1 dhamir, dhamir
mustatir.
- Mufid karena sudah jelas isi beritanya (telah duduk) dan
siapa yang diberitakan (dia laki-laki)
- Berbahasa Arab dan diucapkan secara sengaja
Maka ‫س‬
ُ َ‫ َجل‬telah termasuk al-kalam karena terpenuhi
َ
syarat-syarat al-kalam.

CONTOH-CONTOH AL-KALAM LAINNYA

✔ ُ‫ُرجل‬
َ ‫( َجلَس‬seorang laki-laki telah duduk).
َ

DARS - 1 6
Ini termasuk kalam karena dia lafal, tersusun dari 2 kata,
mufid jelas siapa yang diberitakan dan isi beritanya,
kemudian berbahasa Arab dan disengaja untuk
diucapkan.

َُِِّ ‫اْلَ ْمد‬


✔ ‫ُلِل‬ ْ
Ini termasuk kalam karenaُُ terpenuhi syarat-syarat
sebagai al-kalam.

✔ ُ‫ضَربْت‬
َ (aku telah memukul)
Ini termasuk kalam karenaُُ terpenuhi syarat-syarat sebagai
al-kalam

Tidak disyaratkan kalam itu sempurna seratus persen, seperti


ُ‫ضَربْت‬
َ berarti ada yang “dipukul” walaupun siapa yang dipukul
tidak disebutkan, tetap ini kalam karena isi berita dan yang
diberitakan sudah jelas. Isi beritanya “memukul” yang
diberitakan adalah “aku”, walaupun obyeknya tidak disebutkan,
karena obyek di sini sebagai pelengkap bukan pokok kalimat.

Dalam Bahasa Arab, kalimat itu susunannya ada yang pokok


kalimat dan ada yang pelengkap.

Pokok kalimat misalnya:


• ُ ْ‫ضَرب‬
‫ت‬ َ ini pokok kalimat
• ‫ضَربْتُُ َك ْلبًا‬
َ (aku telah memukul seekor anjing), ‫ َك ْلبًا‬sebagai
pelengkap.

DARS - 1 7
• ُ‫( َجلَ ْست ُِِفُالْ َم ْس ِج ِد‬aku telah duduk di dalam masjid).
ُ‫( َجلَ ْست‬aku telah duduk) pokok kalimat; ‫( ِِفُالْ َم ْس ِج ُِد‬di dalam
masjid) sebagai pelengkapnya. ُ‫ست‬ ْ َ‫ َجل‬ini sudah kalimat
sempurna, kalau mau ditambah lagi maka kalimatnya lebih
sempurna.

Kesimpulannya:

Al-kalam harus terpenuhi keempat (atau kelima) syarat ini.


Seandainya salah satu syarat tidak terpenuhi maka dia tidak bisa
disebut al-kalam. Maka kelima syarat tersebut yang terdapat pada
definisi al-kalam tersebut harus terpenuhi.

Kalam istilah lainnya adalah jumlah mufidah, yang arti singkatnya


dalam Bahasa Indonesia adalah kalimat sempurna.
Kalam artinya kalimat sempurna.
Jumlah Mufidah juga artinya kalimat sempurna.

Ⓑ I’RAB
ُ
َُّ ُ‫ل َُمةَُُُرُفْ ُعُِِه‬
ُ ‫الض َُّم ُة‬ َُ ‫ ُمُْبُُتَ َُدأُُ َُمُْرفُُْوعُُ ُِِبُِلُبُْتِ َُد ُِاءَُُو َُع‬: ُ ُُ‫لم‬
َُ ‫اُلْ َُك‬
ُ ‫اب‬ ُِ ‫ال ُْعَُر‬ُِْ ُ‫ُمَ َّلُُلَُهُ ُِم َُن‬ َُ ‫ُل‬ َُ ‫ص ٍل‬ ُْ َ‫ض ُِم ُْيُُف‬ َُ ُ : ُ ُ‫هُ َُو‬
َُ ‫ ُ َُخ َُبُاُلْمُْبُُتَ َُدُأُِ َُمُْرفُُْوعُُ ُِِبُلْمُْبُُتَ َُدُأُِ َُو َُع‬: ُ ُُ‫الُلَُّْفظ‬
َُّ ُ‫ل َُمةَُُُرُفْ ُعُِِه‬
ُ ُ‫الض َُّمة‬
DARS - 1 8
ُ ‫الض َُّم ُة‬ َُ ‫تُلِ «الُلَُّْفظُ»ُ َُمُْرفُُْوعُُ ُِِبلتَُُّبَ ُعُِيَُِّةُ َُو َُع‬
َُّ ُ‫ل َُمةَُُُرُفْ ُعُِِه‬ ُ ‫اُلْ ُمرََُّك‬
ُ ‫ ُنَُ ُْع‬:ُ ُ‫ب‬
ُ ُ‫ب»ُ َُمُْرفُُْوع‬ ُ ‫تُُلِ «اُلُْمَرَُّك‬
ُ ‫ ُنَُ ُْع‬: ُ ُُ‫اُلْمُ ُِفُْيد‬
ُ،‫ُج ِرِهُالْ َك ْسَرة‬ ِ ِ ‫َُمرور‬ ُْ ‫ُِِبُلَُْو‬
َ ‫ُِبلْبَاء َُو َع َل َمة‬ ْ َْ ‫اسم‬ ْ ُ»‫ض ُِع‬ ْ ‫ُج ٍرُ«الْ َو‬ َ ‫اء» َح ْرف‬ ُ َ‫ ُ«الْب‬:ُ ُ‫ض ُِع‬
ُ »ُ‫َُجارُُ َُوََُْمُرُْورُُمُتَُ َُعُلِقُُُبِ «اُلْمُ ُِفُْيد‬

❖ Murakkab (‫)الْمركب‬

Murakkab dalam Bahasa Arab ada 6 :

1- Murakkab Idhafiy
Yaitu susunan mudhaf dan mudhaf ilaih
ٍُ ْ‫كِتَاب َُزي‬
Misalnya : ‫د‬

2- Murakkab Athfiy
Yaitu susunan athaf dan ma'thuf
Misalnya ُ‫ُوَزيْد‬ ِ ‫( جاء‬murakkab athfiy-nya adalah ‫)ح ِامدُوَزي ُد‬
َ ‫ُحامد‬
َ ََ َْ َ

3- Murakkab Bayaniy
Ada 4, yaitu:
✓ Susunan na'at dan man'ut,
✓ Susunan taukid dan muakkad,
✓ Susunan badal dan mubdal minhu
✓ Susunan athaf bayan

DARS - 1 9
Ketika susunan-susunan tersebut terletak dalam kalimat yang
sempurna, misalnya :
- ‫َجاءَ َُرجلُ َك ِرُْي‬
- ُ‫َجاءَ َُزيْدُنَ ْفسه‬
- ‫َجاءَ َُزيْدُأَخ ْوُه‬
ْ ‫ََيُطَالِب‬
- ‫ُاْلَ َس َُن‬

4- Murakkab 'Adadiy
Yaitu susunan dari 11 sampai 19
Misalnya : ‫ش ُر‬
َ ‫ُع‬
َ َ‫ثََلثَة‬
َ

5- Murakkab Mazjiy
Yaitu mengumpulkan dua kata dilebur menjadi satu kata.
Misalnya : ُ‫ضرَموت‬
ْ ‫َح‬ َْ
6- Murakkab Isnadiy
Yaitu susunan Musnad dan Musnad Ilaih yang menjadikan susunan
itu kalimat yang sempurna. Dan murakkab dalam pembahasan
sebelumnya adalah murakkab yang ini.

Susunan selain nomor 6 bukanlah susunan yang mufid sehingga tidak


bisa menjadi kalimat yang sempurna.

Murakkab Isnadiy

Susunan ini terdiri dari Musnad dan Musnad Ilaih. Musnad adalah kata yang
mengandung berita, sedangkan Musnad Ilaih adalah kata yang diberitakan.

DARS - 1 10
Kalimat sempurna dalam Bahasa Arab pasti terdiri dari Musnad dan
Musnad Ilaih. Musnad dan Musnad Ilaih dinamakan 'Umdah (pokok
kalimat). Selain itu (selainُMusnad dan Musnad Ilaih) dinamakan Fadhlah
(pelengkap).

Musnad Ilaih

▪ Pihak yang diberitakan


▪ Selalu berasal dari Isim
▪ Kedudukan dalam i'rab bisa sebagai :
- Mubtada'
- Fa’il
- Isim ‫ن‬
َُ ‫ َكا‬dan saudaranya
َُّ ِ‫ ُإ‬dan saudaranya
- Isim ‫ن‬
- Isim ‫ل‬
َُ Nafiyah liljinsi
- Isim saudaranya ‫يس‬
ُ َ‫ُل‬
َ
- Naibul fa'il

Musnad

▪ Isi berita
▪ Bisa berupa isim, fi'il, isim fi'il, jumlah (kalimat) atau syibhu jumlah
▪ Kedudukan dalam i'rab bisa sebagai :
- Khabar
- Khabar ‫ن‬
َُ ‫ َكا‬dan saudaranya
َُّ ِ‫ إ‬dan saudaranya
- Khabar ‫ن‬
- Khabar ‫ل‬
َُ Nafiyah liljinsi
- Khabar saudaranya ‫س‬
ُ ‫ُلَُْي‬
ُْْ
َ

DARS - 1 11
Selain kedudukan di atas berarti bukan 'Umdah, bukan Musnad dan
Musnad Ilaih, misalnya, Maf'ul bih, Maf'ul Mutlaq, Hal, Tamyiz, dan
seterusnya.

Bentuk-bentuk Susunan Kalam

Dalam Bahasa Arab ada 11 susunan kalimat :

1. ُ‫ُخ َب‬+
َُ ُُ‫مُْبُُتَ َُدأ‬
Contoh: ُ‫حُْيم‬ ُِ‫للاَُُُر‬

ْ ُ‫س َُّد‬
2. ُ‫اْلََب‬ َُ ‫ُس َُّدُ َُم‬،
َُ ُ‫اعل‬ ُِ َ‫ُُف‬+ُُ‫مُْبُُتَ َُدأ‬
Contoh: ‫ب؟‬ َُّ ُ‫ُأَمُتَُ َُعلِمُُالط‬
ُ ‫ل‬

ْ ُ‫س َُّد‬
3. ُ‫اْلََب‬ َُ ‫ُس َُّدُ َُم‬، ُِ ‫ُ ََنئِبُاُلْ َُف‬+ُُ‫مُْبُُتَ َُدأ‬
َُ ‫اع ُِل‬
Contoh: ‫كتُ ُْوبُاُلْكُتُب؟‬ ُْ ‫ُأََُم‬

ُِ َُ‫ُف‬+ُ‫ُاِ ُْسمُُُفُِْع ٍُل‬


4. ُ‫اعل‬
Contoh: ُ‫اتُاُلْ َُع ُِقُْيق‬ َُ ‫! َُهْيُ َُه‬

ُِ َُ‫ُف‬+ُُ‫ُفُِْعل‬
5. ُ‫اعل‬
Contoh: ‫اط َُم ُة‬ ُِ َ‫تُُف‬
ْ َ‫ذَ َهب‬

6. ُِ ‫ُ ََنئِبُاُلْ َُف‬+ُُ‫ُفِ ُْعل‬


ُ‫اع ِل‬
Contoh: ُ‫أ ْك ِرَمُالْم َد ِرس ْو َن‬

DARS - 1 12
7. ‫الََُز ُِاء‬ ُِ ‫الشُْر‬
ُْ ‫طَُُو‬ َُّ ُُ‫جُْلَة‬
ُ
Contoh: ‫يَُزُُبُِِه‬ ُِ ‫ص‬
ُْ ًُ‫اْلُا‬ َُ ُ‫َُم ُْنُيَُ ُْع َُم ُْل‬

8. ‫س ُِمَُُو َُجَُواُبُِِه‬
َُ ‫جُْلَةُُاُلْ َُق‬
ُ
Contoh: ُ‫سُلِم‬ ُْ ِِ‫للاُُِإ‬
ُْ ُ‫نُم‬ ُ ‫َُو‬

9. )‫ُخ َُبَُها‬+ ُْ ِ‫ُا‬+


َُ ‫س َها‬ ُ ُ‫اتَُا‬ ُِ ‫انُ( َُكا َُنُُأَُْوُإِ ْح َدىُُأَ َُخَُو‬ ُْ ِ‫ُا‬+ُُ‫ُفُِْعل‬
ُِ َ‫س‬
Contoh: ‫طَ ُالُِبًُا‬ ُ ُ‫َُكا َُنَُُزُيْ ُد‬

10. )‫ل َُها‬


َُ‫ُم ُْفعُُْو‬+ُ‫ا‬
َُ ‫اعُل َُه‬ ُِ ‫سَ ٍاءُ( ُظَ َُّنُُأَُْوُإِ ْح َدىُُأَ َُخَُو‬
ُِ َ‫ُُف‬+ُ‫اتَا‬ ََُ‫ُُث‬+ُُ‫ُفُِْعل‬
ُْ َ‫لُثَةُُُأ‬
Contoh: ‫ام ًداُطَالِبًُا‬
ِ ‫ظَنَ ْنتُح‬
َ

11. )‫ُم ْفع ْوَل ِتَا‬ ِ ُِ ‫ُأ َْربَ َعةُأ َْسَ ٍاءُ(أ َْعلَمُأ َْوُإِ ْح َدىُُأَ َُخَُو‬+ُ‫فِ ْعل‬
َ ‫ُثََلثَة‬+ُ‫ُفَاعل َها‬+ُ‫اتَا‬ َ
Contoh: ً‫بُطَالِبَُة‬
َُ َ‫اُزيْن‬
َ ‫أ َْعلَ ْمت َُزيْ ًد‬

Kalam, Jumlah dan Jumlah Mufidah

Apa persamaan dan perbedaan antara Kalam, Jumlah dan Syibhu Jumlah?
- Adapun antara Kalam dan Jumlah, ini adalah dua hal yang sama,
tidak berbeda.
- Sedangkan Jumlah berbeda dengan Kalam dari segi bahwa jumlah
bisa jadi mufidah atau belum mufidah. Misalnya jumlah syarat, atau
jawab syarat adalah jumlah yang belum mufidah sehingga belum
bisa dikatakan Kalam.

Isim Mashdar

DARS - 1 13
Isim mashdar adalah kata yang bermakna mashdar tetapi ada huruf pada
mashdar yang tidak ada pada isim mashdar. Yaitu jumlah hurufnya lebih
sedikit ketimbang huruf pada mashdar aslinya.
Misalnya : ‫كلِمُتَكْلِْي ًما‬
َ ‫َكلَّمُي‬
َ

Mashdar-nya adalah ُ‫تَكْلِْيم‬, kemudian ada kata yang semakna yaitu ُ‫ك َلم‬
َ.
Lafal ُ‫ َك َلم‬ini jumlah hurufnya lebih sedikit dari mashdar aslinya. Begitu juga
wazan-nya tidak sesuai wazan seharusnya. Maka lafal ini dinamakan isim
mashdar.
Contoh lainnya : ‫لُة‬
َُ ‫ص‬
َُ
‫صلِيَُة‬ ِ ‫صلَّىُي‬
ْ َ‫صليُت‬
َ َ
Mashdar-nya ُ‫صلِيَة‬ ْ َ‫ ت‬isim mashdar-nya ‫لُة‬
َُ ‫ص‬
َُ

Jadi terkadang isim mashdar lebih sering digunakan ketimbang mashdar


aslinya sebagaimana contoh di atas. Dan isim mashdar harus melihat kamus
tidak bisa dibuat sendiri.

Dhamir Fashl

• Syarat-syarat

Kata sebelumnya harus:

1) Mubtada' atau mubtada yang sudah dimasuki oleh nasikh


seperti: isim inna, isim kana, dan seterusnya.
Contoh:
ُ‫كُهمُالْم ْفلِح ْو َن‬
َ ِ‫أوٰلئ‬

DARS - 1 14
ُ‫ُالصاف ْو َن‬َّ ‫َوإَِنَُّلن ْحن‬
‫ُعلَْي ِه ُْم‬ َِّ ‫كْنتُأنْت‬
َ ‫ُالرقْيب‬ َ
ِ ِ ِ
‫َجًرا‬
ْ ‫اُوأ َْعظَ َمُُأ‬ َ ‫ََتد ْوهُعْن َدُللاُهو‬
َ ‫ُخ ْ ًي‬
Dhamir ‫ُهُ ُْم‬-ُُ‫نن‬ َُ ْ‫ُُأَُن‬-ُ‫ هُ َُو‬adalah dhamir fashl
َُْ ُ-ُ‫ت‬

2) Ma'rifah, tidak boleh nakirah.

Kata setelahnya harus:

1) Khabar mubtada atau khabar yang sudah dimasuki nasikh,


sebagaimana contoh yang telah lewat
2) Ma'rifah atau nakirah yang tidak menerima alif lam,
sebagaimana contoh yang terakhir

Dhamir tersebut harus:

1) dalam bentuk rafa', maka tidak boleh seperti: ‫ل‬ ِ ‫َزيدُإِ ََّيهُالْ َف‬
ُ ‫اض‬ ْ
(✖)
2) menyesuaikan isim sebelumnya, maka tidak boleh seperti:
ِ ‫)✖( كْنتُهوُالْ َف‬
‫اض ُل‬ َ َ
Fungsi
1) Untuk memberitahukan bahwa kata setelahnya bukan tabi'
tapi sebagai khabar, khabar inna, dan seterusnya. Oleh sebab
inilah dinamakan fashl (pemisah) karena memisahkan antara
khabar dan tabi'.
2) Secara makna sebagai taukid
3) Secara makna juga sebagai ikhtishash, ini pembahasan
balaghah.

DARS - 1 15
I'rab-nya

1) Menurut ulama nahwu Bashrah tidak ada i'rab-nya.


Sebagian besar menyatakan bahwa ini huruf bukan isim.
2) Menurut ulama nahwu Kufah ada. Menurut Al Kisa'i sesuai
setelahnya, menurut Al Farra' sesuai sebelumnya.

✍ CATATAN

➢ Apakah ِ‫ُللا‬
ُ ‫ بِ ْس ِم‬sudah Kalam?
Jawabannya : Sudah

➢ Mengapa? Padahal susunannya maknanya belum sempurna.


“Dengan Nama Allah.”
Jawabannya : Karena ada kalimat yang dihapus, misalnya apabila
seseorang akan makan maka lengkapnya adalah : ُ‫ُللاُِآكل‬
ُ ‫بِ ْس ِم‬
“Dengan Nama Allah aku akan makan.”
Kalau mau safar maka lengkapnya : ‫سافِ ُر‬ ُِ ‫بِس ِم‬
َ ‫ُللاُأ‬ ْ
“Dengan Nama Allah aku akan safar”
Berarti kalimatnya sudah lengkap.

➢ Mengapa dihapus?
Jawabannya: Karena untuk menyesuaikan dengan segala keadaan, di
mana kalimat ini bisa digunakan untuk segala keadaan yang
dianjurkan untuk membaca Basmalah padanya.

DARS - 1 16

Anda mungkin juga menyukai