PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada perkuliahan Pembimbing Teologi Sistematika telah di bahas
mengenai pengenalan akan doktrin-doktrin yang telah dirumuskan oleh gereja
hingga saat ini. Pada makalah ini, penulis mencoba untuk menjelaskan mengenai
sejumlah permasalahan yang berkaitan dengan penerapan Teologi Sistematika
dalam kehidupan sehari-hari seperti tahap-tahap berpikir manusia, hakikat
manusia dan berkristologi tentang Yesus yang di gambarkan sebagai dokter.
2. Rumusan Masalah
1
3. Tujuan Penulisan
4. Metode Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia lebih menekankan fungsi dari segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
Namun demikian, bukan berarti cara berpikir manusia saat ini menjadi sangat
fungsional karena di dalam diri manusia terdapat ketiga cara berpikir tersebut dan
yang ingin ditekankan yakni adanya strategi-strategi yang berbeda dari masing-
masing tahap.
1
Bahan Ajar Pdt. Dr. Keloso S. Ugak, 18 Agustus 2017
2
Ibid
3
Ibid
3
melihat keberadaan hantu sebagaimana adanya. Hantu itu ada dan hantu itu
bersinggungan dengan diri penulis bahkan dengan pengalaman-pengalaman yang
melekat dalam diri penulis. Ketika penulis masih semester 1, penulis berasrama di
Asrama STT GKE JL. D. I Panjaitan, dan penulis merasakan sendiri setiap malam
mendengar adanya suara piano dan parahnya lagi ketika penulis di kamar mandi
penulis pernah berbicara dengan seseorang tetapi saat penulis keluar dari bilik
kamar mandi, semua pintunya terbuka dan tidak ada seorangpun. Semenjak itu,
penulis mulai mempercayai adanya hantu namun bukan mempercayai secara
berlebihan hanya mempercayai keberadaan mereka Dari situ penulis menyadari
bahwa untuk sebuah hantu saja penulis tidak hanya memiliki cara berpikir
fungsional, melainkan juga mitis.
4
sosok tersebut disebut dengan “Tuhan”. Lalu ia mulai berpikir, dari mana asalnya
Tuhan, mengapa ada Tuhan, dan manusia pun mulai mempertanyakan keberadaan
Tuhan dan seterusnya.
4
Chr. Barth, Theologia Perjanjian Lama 1, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 49.
5
II. 3 Hakikat Manusia Sebagai Laki-laki dan Perempuan
Tuhan Allah berfirman: “tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja.
Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia (kej 2:18)”.
Diciptakannya manusia sebagai laki-laki yang merupakan lambang dan wakil
khalik dan perempuan yang juga merupakan lambang dan wakil khalik 5, yang
menunjukkan adanya dua jenis yang berbeda, bukan untuk dipertentangkan, tetapi
untuk disatukan, untuk tujuan yang sempurna pada diri manusia baik laki-laki dan
perempuan belumlah sempurna makanya harus saling melengkapi dan
menyempurnakan sehingga tercipta satu kesatuan.
Manusia diciptakan oleh Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak
(kej 1:28). Dengan hal ini menunjukkan suatu hubungan antara manusia laki-laki
dan perempuan yang di dalamnya tidak mencari kepentingan diri sendiri
melainkan saling mengasihi, saling menghargai, mencari kebahagiaan bersama.
Kehidupan bersama antara laki-laki dan permpuan dapat mewujudkan hidup
saling menolong secara nyata dan saling melengkapi.
Dalam Kejadian 1:26-27 memberi kesaksian tentang tugas dan tanggung
jawab manusia untuk menguasai alam. Manusia diberi tanggung jawab oleh Allah
untuk mengolah, tetapi juga memelihara alam (kej 2:15). Manusia adalah kawan
sekerja Allah. Artinya dalam kehidupannya manusia ikut serta dalam berkarya dan
hasil pekerjaan Allah itu baik (kej 1:31). Oleh sebab itu manusia terpanggil untuk
memelihara hasil karya Allah yang baik itu, bukan untuk merusaknya.
6
serupa dengan Allah. Prof. Sung Wook Chung mengartikan diciptakan menurut
gambar Allah dalam ketiga pandangan yang menyeluruh, yaitu substantif,
relasional, dan fungsional. Substantif dalam arti manusia memiliki akal budi dan
kehendak bebas sebagai gambar Allah di dalam manusia yang membedakan
manusia dengan binatang (pandangan Agustinus). Luther dan Calvin
mengadaptasi posisi Agustinus dan menambahkan bahwa karakteristik-
karakteristik moral juga merupakan karakter dari gambar Allah.6
Kejadian 2:7 menyatakan, “Ketika itulah TUHAN Allah membentuk
manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam
hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.” Dalam hal ini
penciptaan manusia menjadi sangat unik. Karena tidak ada ciptaan lain dalam
Kejadian 1 yang diberikan nafas hidup oleh Allah selain manusia, demikianlah
melalui bagian ini dapat dimengerti suatu alasan utama atas keunggulan manusia
dari ciptaan lainnya. Nafas hidup yang dihembuskan Allah kepada manusia
pertama itulah, yang membuat manusia menjadi makhluk yang paling penting di
seluruh alam semesta ini. Hal itu juga membuat manusia memiliki fungsi tertinggi
dalam tatanan semesta. Hal tersebut disebabkan, karena tidak ada satu pun
makhluk di seluruh alam semesta ciptaan Allah yang dihembuskan nafas hidup
dari Allah sendiri sewaktu pertama kali diciptakan. Penciptaan manusia dari debu
tanah juga memberikan suatu penjelasan yang penting, yaitu tanpa nafas Allah,
manusia hanyalah debu yang tidak lebih dari binatang dalam tatanan alam
semesta, karena binatang mempunyai jiwa, tetapi debu tidak memiliki apapun,
selain pokok materi. Manusia adalah satu-satunya makhluk dalam alam semesta
ciptaan Allah yang menerima nafas Allah sendiri. Nafas Allah yang diberikan
kepada manusia, memampukan manusia untuk merefleksikan diri Allah, karena
nafas Allah tersebut tidaklah diciptakan. Maka, di dalam diri manusia, terdapat
diri Allah. Tentu saja bukan diri Allah yang sempurna. Melainkan hanya gambar
diri-Nya yang diberikan langsung.7 Persekutuan dengan Allah merupakan arti
manusia “segambar dan serupa dengan Allah” secara relasional. Persekutuan
6
Sung Wook Chung, Belajar Teologi Sistematika Dengan Mudah (Bandung: Visi Press,
2011), 46.
7
Chr. Barth, Theologia Perjanjian Lama 1, 49-50.
7
tersebut hanya mungkin terjadi, karena nafas Allah yang diberikan ke dalam diri
manusia. Hal tersebut terlihat di dalam Kejadian 2:16-17. Persekutuan manusia
dalam keadaan pertama kali diciptakan dengan Allah, tidaklah merupakan suatu
tuntutan semata tanpa belas kasih Allah kepada manusia, hal tersebut adalah
pandangan yang salah dan menyesatkan. Memang benar, bahwa persekutuan
manusia dengan Allah tidak mungkin dipisahkan dengan perintah-Nya yang harus
ditaati sebagai Raja semesta. Namun, Allah telah memberikan berbagai kebaikan
kepada Adam sebagai manusia pertama, sehingga mematuhi perintah-Nya adalah
hal yang lebih kecil bagi Adam jika dibandingkan dengan kebaikan Allah dalam
kehidupannya. Allah memberikan kepada Adam seluruh alam semesta ciptaan-
Nya untuk ditempati, dinikmati, dan dibudidayakan. Fakta bahwa Allah
menciptakan manusia di hari keenam menjelaskan hal itu. Allah telah
menciptakan segala sesuatu untuk manusia dapat hidup secara sempurna lebih
dahulu, barulah kemudian Allah menciptakan manusia.
Dalam memahami penciptaan manusia melalui Alkitab betapa agung dan
mulia makhluk yang bernama manusia itu, karena ia adalah satu-satunya makhluk
yang paling serupa dengan Allah. Tetapi kemudian, hanya satu pasal kemudian
setelah Adam mendiami taman Eden, yaitu pasal 3 dinyatakan bahwa Adam dan
Hawa telah melanggar perintah Allah. Dosa adalah setiap tindakan kita yang
meleset dari tujuan dan perintah Allah. Maka, setiap orang yang beramal banyak,
tetapi melakukannya bukan untuk kemuliaan Allah adalah orang yang berbuat
dosa. Karena meskipun beramal dan mengeluarkan banyak uang, tetapi tetap
meleset dari tujuan Allah. Demikian juga orang-orang yang hidup saleh di dunia,
tetapi tidak percaya Tuhan Yesus adalah berdosa, karena meleset dari perintah
Allah untuk percaya kepada Anak Tunggal Allah. Akhirnya, Alkitab menyatakan
dalam Roma 3:23, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah.” Penulis yakin bahwa manusia selalu mampu berbuat baik di
mata manusia lainnya. Maka orang-orang sering menyatakan, “Setiap manusia itu
memiliki sisi baik dan buruk.” Tetapi tidak demikian di mata Allah. Pdt. G. J.
Baan mengatakan bahwa ketidakberdayaan manusia untuk melakukan apa yang
8
baik tersebut sering diacu dengan kata kerusakan.8 Sejak semula, Allah telah
berfirman, “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan
bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah
kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.”
(Kej. 2:16-17) kematian yang dimaksudkan ketika manusia memakan buah
terlarang tersebut bukanlah kematian fisik yang langsung terjadi, tetapi suatu
kematian rohani yang langsung terjadi. Apabila kita melihat seluruh Alkitab,
kematian tidak pernah diartikan dalam arti “musnah” tetapi selalu diartikan
sebagai “terpisah”. Ketika seorang manusia mati secara fisik, artinya fisiknya
terpisah dari jiwanya, tetapi bukan berarti ia musnah atau menghilang seketika.
Kematian yang berarti “terpisah” tersebut, apabila diartikan ke dalam situasi
kematian rohani Adam dan Hawa, maka dapat dikatakan bahwa Adam dan Hawa
secara rohani menjadi terpisah dari Allah.
9
Ketika tahun 2011 penulis sangat terpuruk karena kesehatan Ayah penulis
yang saat itu baik-baik saja tiba-tiba menjadi turun drastis di karenakan olahraga
yang berlebihan selama 4 hari, keesokannya saat siang hari ayah penulis pingsan
di pasar Martapura dan pada saat itu ayah penulis di bawa pergi ke rumah sakit
terdekat dan mendapatkan perawatan secara intensif. Penulis yang saat itu berada
di sekolah terkejut ketika di beritahu oleh ibu penulis yang saat itu langsung
menjemput penulis, penulis merasa takut akan terjadi apa-apa, ketika dokter
mengatakan bahwa detak jantung ayah penulis tidak normal dan di haruskan
untuk operasi untuk memasang alat pacu jantung, penulis dan keluarga langsung
menyanggupi, pada tahun yang sama ayah penulis pun di operasi di salah satu
rumah sakit jantung di Jakarta. Selama 3 minggu ayah penulis di rawat di Jakarta,
penulis yang saat itu tidak dapat ikut di karenakan sekolah hanya dapat berharap
kepada Tuhan saja dan berdoa untuk kesehatan ayah penulis. Penulis yang berada
di Kalimantan berusaha untuk menguatkan ibu penulis yang menangis saat itu
walaupun penulis juga ikut menangis. Penulis mengatakan agar percaya kepada
Tuhan Yesus karena Ia akan mengambil semua permasalahan setiap umat-Nya
yang berserah kepada-Nya. Apa pun yang dikatakan oleh dokter, penulis lebih
memilih berseru kepada dokter di atas segala dokter yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Puji Tuhan hingga saat ini ayah penulis tetap sehat dan setiap bulan kontrol ke
dokter jantung dan setiap tahun pergi ke Jakarta untuk memprogram alat pacu
jantungnya. Kita memiliki seorang Dokter yang ilahi yang datang kepada kita
dengan rahmat dan kasih karunia. Tuhan Yesus memiliki tas dokter yang penuh
dengan rahmat dan kasih karunia, penuh dengan "dadih dan madu," kasih karunia
yang paling kaya dan kasih yang paling manis (Yes. 7:14-15). Dia adalah seorang
dokter dengan rahmat dan kasih karunia untuk menyembuhkan dan memulihkan
orang sakit.
BAB III
10
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
11
Buku
Barth, Chr. Theologia Perjanjian Lama 1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001
Chung, Sung Wook. Belajar Teologi Sistematika Dengan Mudah, Bandung: Visi
Press, 2011
Bahan Ajar
12