Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

“MANUSIA DAN CIPTAAN LAIN”

Dibuat oleh:

Apfia Trifosa

X-AP.3

SMK YADIKA 1

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-

Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Manusia dan Ciptaan Lain dari

mata kuliah Agama tepat pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa

makalah ini masih memiliki kekurangan baik dari segi isi maupun

penyusunannya. Oleh karena itu Penulis mengharapkan masukan yang bersifat

membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Akhir kata Penulis ini berharap

semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membaca makalah ini. Sebelum

dan sesudahnya Penulis mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 10 Febuari 2020

Apfia Trifosa

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia

2.2 Manusia dan Ciptaan Lain

2.3 Allah Maha Kuasa

2.4 Makna Manusia Sebagai Gambar dan Rupa Allah

2.5 Manusia diciptakan Sebagai Laki-Laki dan Perempuan

2.6 Kesaksian Alkitab Tentang Manusia Menurut Gambar

dan Rupa Allah

2.7 Tujuan Penciptaan Manusia

2.8 Manusia Bertanggung Jawab Melestarikan Lingkungan Hidup

2.9 Hubungan Allah dan Ciptaan-Nya

iii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut kesaksian Alkitab, manusia diciptakan oleh Allah serupa dan

segambar dengan Dia. Manusia berdosa dan membutuhkan pemulihan melalui

pertobatan. Tuhan Allah sangat peduli dengan kehidupan manusia serta seluruh

ciptaan-Nya. Pada hakikatnya manusia diciptakan sebagai makhluk religious,

rasional dan sosial.

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup ciptaan Allah memerlukan dan

tergantung pada ciptaan Allah yang lain, ia memerlukan tempat tinggal yang

aman, tentram dan damai. Di dalamnya ada hubungan yang baik di antara sesama

ciptaan tersebut. Jadi di dalam alam semesta ini ada suatu harmoni yang

senantiasa berjalan bersama-sama. Kalau ciptaan Allah ini mewujudkan suatu

harmoni, maka tentunya Allah sendiri adalah harmoni, suatu keselarasan yang

terbesar dan termulia. Allah sangat menghargai manusia dan menempatkannya “di

atas” ciptaan Allah yang lain. Namun pemahaman ini sering disalahmengertikan

sehingga manusia mempunyai kecenderungan sebagai “penguasa” terhadap

ciptaan yang lain, maka cita-cita untuk mewujudkan harmoni di antara sesama

ciptaan Allah semakin sulit untuk diwujudnyatakan. Oleh karena itu, makalah ini

disusun dengan maksud memberi informasi mengenai ciptaan-ciptaan Allah

sehingga pembaca pun bisa lebih mengenal awal penciptaan Allah terhadap

manusia dan ciptaan lainnya.

v
1.2 Rumusan Masalah Makalah

1. Apakah pengertian dari manusia?

2. Apa makna manusia segambar dan serupa dengan Allah?

3. Apa tujuan Allah menciptakan manusia?

4. Bagaimana tanggung jawab manusia terhadap lingkungan hidup?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian manusia.

2. Mengetahui makna manusia diciptakan segambar dan serupa dengan

Allah.

3. Mengetahui tujuan penciptaan manusia.

4. Mengetahui tanggung jawab manusia terhadap lingkungan hidup.

1.4 Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis, mengenal lebih dalam lagi tentang penciptaan Tuhan Allah

terhadap manusia, hewan, dan tumbuhan.

2. Bagi pembaca, mengetahui bahwa adanya tanggung jawab terhadap

ciptaan Allah yang lain.

vi
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manusia

Menurut Plato manusia adalah ibarat teks yang sulit maknanya harus

diuraikan oleh filsafat. Tetapi dalam pengalaman kita sebagai pribadi, teks itu

ditulis dengan huruf yang terlampau kecil sehingga tak terbaca. Sedangkan

menurut Socrates manusia adalah makhluk yang bila diberikan pertanyaan yang

rasional dapat menjawab secara rasional pula. Lain pula menurut Ernst Cassirer,

hakikat manusia tak ditentukan oleh tambahan-tambahan dari luar ia semata-mata

tergantung pada penilaian diri. Manusia dimaklumkan sebagai makhluk yang

terus-menerus mencari dirinya dan makhluk yang setiap saat harus menguji dan

mengkaji secara cermat kondisi-kondisi eksistensi. Kita akan memperoleh

gambaran tentang sifat manusia hanya bila kita bergaul dengan manusia.

menurut Charles Darwin: “Simpanse dan gorilla adalah kerabat dekat dari

manusia”. Manusia adalah hasil revolusi kera. Menurut Johnson Raley Wedberg:

manusia adalah spesies primate yang maju dan modern. Sedangkan, menurut

ajaran agama Hindu: kehidupan bermula dari Brahmana timbul angkasa, dari

angkasa ke udara, dari udara ke api kemudian ke air, dari air ke tanah kemudian

tanah itu menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang kemudian akan menghasilkan

makanan dan pada makanan itu terdapat biji dan biji itu menghasilkan manusia.

Sedangkan menurut paham Totemisme: manusia berasal dari suatu jenis binatang.

vii
Menurut Origenes, manusia dijadikan sesuai dengan peta/rupa dan gambar Allah

itu memiliki tabiat yang berakal, dengan maksud agar manusia telaten menjadi

serupa dengan Allah. Irenius berpendapat lain, menurutnya manusia sejak semula

telah menurut rupa dan gambar Allah, yang berarti sejak semula ia adalah

makhluk yang berakal dan serupa dengan Allah. Marthin Luther, bahwa manusia

memiliki pengetahuan akan Allah, kebenaran dan kekudusan, yang setelah

manusia jatuh ke dalam dosa, hilang sama sekali. Manusia pada hakekatnya

segambar Allah. Yohanes Calvin berpendapat, bahwa yang dimaksud “gambar”

adalah hakekat manusia yang tidak dapat berubah, sedangkan yang dimaksud

dengan rupa adalah sifat manusia yang dapat berubah, maksudnya bahwa manusia

memiliki akal, kehendak dan kepribadian.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan kesaksian Alkitab yang paling

awal tentang manusia merupakan ciptaan Tuhan. Manusia tidak terjadi dengan

sendirinya melalui proses evolusi. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk

hidup lainnya termasuk kera dan karenanya bukan keturunan kera. Sebagai

ciptaan Tuhan maka Tuhan adalah sumber hidup dan Tuhan berdaulat atas

kehidupan dan tujuan hidup manusia. Sebagai makhluk, manusia tak akan pernah

sama dengan penciptanya. Betapa hebatnya potensi rasional manusia, ia tetap

makhluk dengan segala keterbatasannya.

Manusia sebagai makhluk imago dei (serupa gambar Allah) dan religius.

Konsep imago dei ini sudah sangat tua dalam tradisi agama Yahudi dan sudah

menjadi pokok perdebatan yang hangat dalam tradisi agama Kristen. Ada yang

mengartikan sebagai kesamaan atau kemiripan dengan Allah dalam hal dimensi

viii
spiritualnya, atau potensi rasional. Hal ini biasa dikaitkan dengan mandate dari

Tuhan untuk menguasai dan memerintah alam semesta. Keseragaman manusia

dengan Allah menunjuk pada relasi manusia dengan Tuhan. Jadi keseragaman

manusia dengan Tuhan berarti manusia diciptakan dengan potensi untuk relasi

dengan Tuhan melalui satu cara lain. Potensi tentu saja bisa direlasikan tetapi bisa

juga tidak. Manusia sebagai makhluk sosial menunjuk kepada kecenderungan

manusia yang tetap untuk berorientasi terhadap sesama manusia. Orientasi yang

tetap ini mengambil bentuk dalam terciptanya berbagai pranata sosial mulai dari

yang paling sederhana seperti keluarga sampai kepada yang sangat kompleks

seperti negara dan perusahaan.

Realita itu dapat membuktikan bahwa sesungguhnya manusia mempunyai

kebutuhan sosial atau kebutuhan akan relasi-relasi sosial. Lebih jauh lagi manusia

juga menciptakan norma-norma sosial yang mengatur perilaku dalam kaitannya

dengan relasi-relasi sosial seperti kepercayaan, nilai-nilai dan sebagainya.

Memang selalu ada pilihan antara kepentingan individu atau sosial tetapi tetap

saja tidak bisa menggantikan kebutuhan manusia pada sesamanya. Manusia

sebagai makhluk rasional dan berbudaya. Bahwa manusia diciptakan lain dari

makhluk hidup lain sudah jelas antara lain karena manusia mempunyai potensi

rasional. Potensi memungkinkan manusia untuk dapat mengembangkan

kebudayaan dalam arti luas. Fakta ini menjadi sangat jelas dalam pembangunan

ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni. Potensi inilah yang membawa manusia

pada kemajuan IPTEK dan seni sampai pada tingkat yang canggih sekarang ini.

Dengan potensi ini manusia yang mempunyai orientasi tetap dengan alam semesta

ix
ini. Inilah yang dimaksud dengan tugas mandataris artinya wakil Allah di dunia

dalam rangka memerintah dan memelihara alam ciptaan Tuhan.

Manusia sebagai makhluk etis yaitu manusia mempunyai potensi dan

kapasitas untuk mempertanyakan dan membedakan apa yang baik dan sebaliknya.

Manusia tidak saja mampu membedakan mana yang baik dari yang tak baik

secara etis, namun manusia juga mempunyai kebebasan untuk memilih sekaligus

mempertanggung jawabkan pilihannya.

2.2 Manusia dan Ciptaan Lain

Dalam Alkitab menyatakan bahwa posisi kedudukan manusia

diperhitungkan sebagai ciptaan yang sangat diistimewakan dan diunggulkan

dibanding dengan ciptaan Allah yang lainnya.

Allah menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah yang penuh

kuasa untuk mengatur semua yang ada atau semua makhluk yang ada dalam

planet bumi ini, agar manusia dan semua yang di bawah kuasanya memuliakan

Sang Pencipta Tuhan Semesta Alam seperti yang tertulis pada Kejadian 1:28 dan

Mazmur 8:5-10.

2.3 Allah Maha Kuasa

Dunia ada bukan karena suatu kebetulan, tapi karena Allah

menciptakannya. Manusia adalah salah satu dari ciptaan Allah. Kepada manusia,

Allah memberi akal budi sehingga manusia dapat menciptakan lampu, radio,

x
telepon, mesin uap, dan sebagainya. Segala sesuatu yang diciptakan Allah pada

dasarnya adalah baik.

Ketika Allah menciptakan terang, Dia tahu bahwa terang itu sangat

penting bagi kehidupan dan pertumbuhan manusia dan seluruh makhluk hidup

yang ada (Kejadian 1:3-5). Daratan diciptakan oleh Allah agar seluruh makhluk

hidup dapat tinggal dan mencari makan di sana. Begitu juga dengan tumbuh-

tumbuhan. Sebagian besar makanan makhluk hidup berasal dari tumbuh-

tumbuhan (Kejadian 1:9-10). Kemudian Allah menciptakan benda-benda langit

dan menempatkannya di cakrawala, seperti matahari, bulan dan bintang (Kejadian

1:14-19) untuk menandai waktu dan musim. Sebagai pelengkapnya, Allah

menciptakan makhluk hidup di air, burung-burung di udara (Kejadian 1:20-22)

dan makhluk hidup di darat. Sebagai penyempurna dari seluruh ciptaan-Nya,

Allah menciptakan manusia. Semua itu Allah ciptakan dalam waktu enam hari.

1. Hari pertama : Allah menciptakan terang dan gelap/ siang dan malam.

2. Hari kedua : Allah menciptakan cakrawala.

3. Hari ketiga : Allah memisahkan darat dan laut, dan menciptakan tumbuh-

tumbuhan.

4. Hari keempat : Allah menciptakan matahari, bulan, dan bintang.

5. Hari kelima : Allah menciptakan makhluk hidup di air dan burung-burung.

6. Hari keenam : Allah menciptakan binatang di darat dan titik puncaknya

adalah menciptakan manusia.

2.4 Makna Manusia Sebagai Gambar dan Rupa Allah

xi
Dalam bahasa Ibrani sebagai bahasa asli Perjanjian Lama, kata “gambar”

adalah tselem yang berarti gambar, patung, model yang asli sedangkan “rupa”

disebut dengan istilah demuth yang berarti salinan, tembusan yang asli. Dalam

bahasa Yunani yang merupakan bahasa asli perjanjian baru “gambar” disebut

dengan istilah “eikoon” yang berarti bentuk yang asli atau perwujudan yang

dilukiskan. Dalam Alkitab Kejadian 1:27 mengatakan : “Maka Allah menciptakan

manusia menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-

laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”.

Hal ini berarti manusia itu adalah makhluk yang memiliki citra atau sifa-

sifat Allah seperti pikiran, perasaan dan kehendak bebas. Ini dapat dilihat bahwa

manusia adalah ciptaan yang berasal dari debu tanah dan nafas Allah sendiri.

Semua ciptaan Allah misalnya terang, cakrawala, matahari, bulan, bintang,

daratan dan lautan, ikan dan tumbuhan semua diciptakan melalui firman dan

perkataan-Nya. Tetapi manusia diciptakan dengan tangan Allah sendiri dibuat dari

debu tanah kemudian dihembuskan nafas hidup sehingga ia menjadi makhluk

hidup yang memiliki citra Allah, yang membuat manusia dapat berpikir,

menentukan sikap, berkuasa dan bebas bertanggung jawab. Hal ini membuat

manusia berbeda dengan ciptaan-ciptaan lainnya dan sekaligus menempatkan

manusia sebagai “mahkota ciptaan Allah”. Dalam kamus bahasa Indonesia,

mahkota berarti hiasan kepala atau songkok kebesaran yang menguasai, yang

dihargai atau yang dijunjung tinggi, yang dicintai.

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah maka manusia itu

adalah sahabat Allah, yang harus berhubungan dengan Allah. Manusia dan Allah

xii
tidak bisa saling melepaskan diri dari hubungan satu sama lain. Demikian juga

halnya dengan sesamanya, tetapi haruslah hidup saling berhubungan dan saling

ketergantungan dan sama-sama mencerminkan gambar Allah itu dalam hubungan

dan kehidupan sehari-hari.

2.5 Manusia diciptakan Sebagai Laki-Laki dan Perempuan

Tuhan Allah berfirman: “Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja.

Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia (Kejadian

2:18)”. Diciptakannya manusia sebagai laki-laki dan perempuan, yang

menunjukkan adanya dua jenis yang berbeda, bukan untuk dipertentangkan, tetapi

untuk disatukan, untuk tujuan yang sempurna pada diri manusia baik laki-laki dan

perempuan belumlah sempurna makanya harus saling melengkapi dan

menyempurnakan sehingga tercipta satu kesatuan (dwi tunggal).

Manusia diciptakan oleh Allah untuk beranak cucu dan bertambah banyak

(Kejadian 1:28). Dengan hal ini menunjukkan suatu hubungan antara manusia

laki-laki dan perempuan yang di dalamnya tidak mencari kepentingan diri sendiri

melainkan saling mengasihi, saling menghargai, mencari kebahagiaan bersama.

Kehidupan bersama antara laki-laki dan perempuan dapat mewujudkan hidup

saling menolong secara nyata dan saling melengkapi.

Dalam Kejadian 1:26-27 memberi kesaksian tentang tugas dan tanggung

jawab manusia untuk menguasai alam. Manusia diberi tanggung jawab oleh Allah

untuk mengolah, tetapi juga memelihara alam (Kejadian 2:15). Manusia adalah

xiii
kawan sekerja Allah. Artinya dalam kehidupannya manusia ikut serta dalam

berkarya dan hasil pekerjaan Allah itu baik (Kejadian 1:31). Oleh sebab itu

manusia terpanggil untuk memelihara hasil karya Allah yang baik itu, bukan

untuk merusaknya. Meskipun laki-laki dan perempuan merupakan ciptaan Allah

yang diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya, namun laki-laki dan perempuan

memiliki perbedaan baik perbedaan jasmani (biologis) maupun psikologis.

Perbedaan jasmani dapat dilihat dari bentuk alat kelamin, sedangkan

perbedaan menyangkut psikologis dapat dilihat dari perasaan yang dimiliki,

perbedaan pikiran, perbedaan penekanan (Kejadian 3:17-19) sehingga bersifat

pembuat, sedangkan wanita mempunyai peran sebagai ibu (Kejadian 3:20).

2.6 Kesaksian Alkitab Tentang Manusia Menurut Gambar dan Rupa Allah

Apabila kita amati cara penciptaan manusia menurut Kejadian 2:7 ternyata

Allah menciptakan manusia berbeda dengan caranya Allah menciptakan ciptaan

lain. Dalam Kejadian 2:7 dikatakan : “Ketika itulah Tuhan Allah membentuk

manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas kehidupan ke dalam

hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Berdasarkan

kesaksian ini, tampak bagi kita perbedaan dan cara ciptaan Allah atas manusia dan

ciptaan lainnya. Beberapa hal yang membuat manusia itu memiliki keistimewaan

dibanding dengan ciptaan lainnya adalah :

a. Makhluk yang lain tercipta hanya dengan firman Allah sedangkan manusia

tercipta dengan firman dan tangan Allah (Kejadian 1:1-26).

xiv
b. Makhluk yang lain tercipta dengan perintah singkat sedangkan manusia

tercipta dengan musyawarah dan proses (Kejadian 1:26).

c. Hanya manusia diberi Allah Roh (nafas hidup dari Allah).

d. Manusia diberikan pikiran atau akal budi yang mampu mengatur

perkembangan hidupnya dan bertanggung jawab sedangkan makhluk lain

hidup berdasarkan nalurinya saja (Kejadian 2:16).

Berdasarkan penjelasan ini, nyatalah sekarang keistimewaan manusia dari

ciptaan yang lain. Derajat, kedudukan dan status manusia berada di atas. Manusia

memiliki citra atau sifat-sifat Allah seperti mengasihi, sabar, memiliki kehendak,

pikiran, keinginan, pengetahuan, kebenaran, perasaan dan sebagainya. Allah

memiliki sifat mencipta dan memelihara apa yang sudah diciptakan-Nya bila

melakukan kesalahan (Kejadian 3:14-19). Kedua sisi ini hendaknya dipahami

dengan benar, yaitu bahwa kecenderungan Allah untuk mencipta, memelihara dan

mengasihi adalah lebih besar dari kemampun dan keinginan-Nya untuk

menghukum yang salah.

Manusia sebagai gambar dan rupa Allah harus betul-betul menyadari

bahwa dirinya tidak bisa terlepas dari keterikatannya sebagai milik Allah. Karena

itu manusia dituntut untuk hidup sesuai dengan kehendaknya dan ini kehendaknya

tercermin baik dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun dengan

lingkungan dan alam semesta. Tidak bisa manusia hidup untuk dirinya sendiri,

karena semua kebutuhannya dipenuhi oleh keberadaan ciptaan Allah lainnya,

mulai dari udara, air, tumbuhan, binatang bahkan manusia lainnya.

xv
Dalam kaitannya dengan keterikatan dengan Allah, manusia mempunyai

hubungan yang khusus dengan Allah yaitu manusia adalah makhluk yang dapat

bergaul dengan Allah. Melalui hubungan khusus ini, manusia dapat mengetahui

dengan baik, apa yang dikehendaki oleh Allah darinya secara pribadi. Alkitab

memberi kesaksian tentang tokoh-tokoh yang bergaul akrab dengan Allah,

mengasihi Dia dengan sepenuh hati. Dari orang-orang seperti ini, ada banyak

berkat yang mengalir kepada orang lainnya.

2.7 Tujuan Penciptaan Manusia

1. Memiliki Hubungan dengan Ciptaan Lain.

Allah tidak menciptakan manusia dari seekor binatang, tetapi dari debu

tanah. Penciptaan yang demikian dengan tegas menolak teori evolusi yang

mengatakan bahwa manusia berevolusi dari binatang hingga menjadi manusia.

Manusia terpisah dari binatang, tetapi menjadi bagian dari tatanan ciptaan,

sehingga relasi antara manusia dengan ciptaan yang lain mendapat penekanan

penting dalam Alkitab. Manusia yang diciptakan Allah memiliki dua aspek, yaitu

debu tanah dan meniupkan napas hidup ke dalamnya sehingga menyebabkan

manusia menjadi makhuk hidup. Ungkapan yang sama juga dikenakan kepada

hewan (Kejadian 1:21, 24:2-19), tetapi hewan tidak diciptakan menurut gambar

dan rupa Allah. Manusia yang dibentuk, baik Adam maupun Hawa adalah

manusia yang dewasa (adam), bukan melalui proses perkembangan menjadi

dewasa.

xvi
Kadang janji-janji dikaitkan dengan perjanjian yang diberikan dalam

konteks tanah dan ibadah umat Allah kadang berhubungan dengan bumi yang

dihidupi. Ketika manusia pertama kali jatuh dalam dosa, kutukan dikenakan

kepada tanah (Kejadian 3:17-18), dosa mencemari negeri (Ulangan 24:4). Setelah

negeri dicemari oleh dosa, ia memuntahkan penduduknya (Imamat 18:25,28). Di

pihak lain, Yerusalem menjadi simbol gunung Tuhan, di mana segala bangsa akan

naik untuk beribadah kepada Allah (Yesaya 2:2-4). Saat itu, damai meliputi

negeri, integritas umat akan dipulihkan, dan singa akan berbaring dengan anak

lembu (Yesaya 11:6-9). Dunia menjadi area kehidupan manusia yang dapat

membahagiakan manusia, tetapi karena dosa, dunia menjadi penjara bagi manusia.

Adam, manusia pertama, diberikan kuasa untuk menamai dan

mengkategorikan semua jenis binatang, akan tetapi tidak ada satu pun yang pantas

berperan sebagai penolong yang sepadan, “Manusia itu memberi nama kepada

segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan,

tetapi baginya sendiri ia tidak menjumpai penolong yang sepadan dengan dia”

(Kejadian 2:20). Memberi nama adalah menempatkan dalam suatu rencana bagi

segala sesuatu dan menunjukkan keunggulan Adam dari segala ciptaan yang lain.

Memberi nama adalah kelanjutan pekerjaan Allah yang dikerjakan oleh manusia.

Dalam hal inilah manusia memiliki relasi yang terikat dengan alam.

Allah telah merencanakan bahwa manusia dapat hidup jika didukung oleh

ciptaan lainnya. Memang hidup itu datangnya dari Allah, tetapi hidup itu berlanjut

dengan dukungan ciptaan-ciptaan Allah lainnya. Segera setelah manusia pertama

diciptakan, Allah berfirman kepadanya : “Lihatlah aku memberikan kepadamu

xvii
segala tumbuh-tumbuhan yang berbiji di seluruh bumi dan segala pohon-pohonan

yang buahnya berbiji itulah akan menjadi makananmu (Kejadian 1:29), juga

dalam sejarah manusia, dalam hubungannya dengan Allah. Manusia sering

mempergunakan binatang dan tumbuhan kepada Allah. Hak itu sudah dimulai

pada masa Kain dan Habel mempersembahkan hasil tumbuh-tumbuhannya dan

dari hasil ternak-ternaknya (Kejadian 4:3-4).

Yesus sendiri mengakui bahwa “roti” adalah salah satu sumber

kehidupan : ada tertulis, “manusia hidup bukan dari roti saja”, (Matius 4:4 dikutip

dari Ulangan 8:3). Dalam doa Bapa kami, yang diajarkan Yesus dikatakan :

“Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya (Matius 6:11).

Istilah makanan secukupnya disebut “Artos” (Bahasa Yunani) artinya “roti”.

Kalau disimak lebih mendalam bahwa roti itu adalah hasil olahan dari

ciptaan lainnya. Bahan bakunya adalah terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan

binatang. Dengan demikian jelaslah bahwa manusia itu tidak dapat dilepaskan dari

hubungannya dengan ciptaan lain. Manusia, termasuk orang Kristen mempunyai

hubungan yang prinsipil dengan ciptaan lainnya.

2. Memiliki Hubungan dengan Sesama

Hanya manusialah yang diciptakan Allah untuk dapat memenuhi kepuasan

dan kebutuhan dasar manusia, oleh sebab itu, Allah menciptakan manusia, laki-

laki dan perempuan (Kejadian 1:27). Manusia diciptakan untuk berelasi dan saling

melengkapi dalam kasih. Kedua-duanya sama derajat di hadapan Allah.

Perkawinan diperkenalkan oleh Allah kepada manusia sebagai lembaga yang

utama dan monogami (laki-laki dan perempuan), keduanya menjadi satu daging.

xviii
Dalam Perjanjian Lama, manusia tidak dilihat secara terpisah atau sendiri-

sendiri, tetapi sebagai anggota-anggota yang bertanggung jawab dari satu keluarga

atau suku bangsa. Seorang individu adalah seorang anggota keluarga atau suku

bangsa, yang termasuk dalam satu marga, dipersatukan dalam satu suku, yang

semuanya berada dalam kesatuan dari seluruh kaum Israel (Yosua 7:16-18).

Panggilan Allah juga datang kepada individu-individu untuk demi kepentingan

kelompok. Abraham dipanggil untuk meninggalkan kesenangan hidup keluarga

dan negerinya agar menjadi berkat bagi sarana berkat bagi banyak orang

(Kejadian 12:1-3). Musa dipanggil untuk hidup dekat dengan Allah agar menjadi

berkat bagi bangsa Israel (Keluaran 24:2). Imam Besar masuk ke dalam ruang

maha kudus seorang diri demi tugas untuk banyak orang (Imamat 16:17-19). Para

nabi dipanggil untuk melayani bangsa Israel dan Yehuda.

2.8 Manusia Bertanggung Jawab Melestarikan Lingkungan Hidup

Istilah keutuhan ciptaan diartikan kelestarian lingkungan hidup: ciptaan

yang utuh maksudnya adalah sama dengan lingkungan hidup yang lestari. Arti

lestari lebih menekankan kesinambungan ciptaan dan lingkungan hidup:

melestarikan lingkungan hidup berarti menjaga dan memelihara kesinambungan

ciptaan agar tidak mengganggu lingkungan hidup manusia itu sendiri.

a. Pengertian Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup yang dimaksud ialah meliputi alam sekitar ciptaan lain

dan manuia lain, dan secara khusus lapisan kuasa (pemerintah yang

berkuasa serta budaya). Dengan kata lain, bahwa segala sesuatu yang

xix
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, dimana manusia itu harus

berhubungan dengannya itulah yang disebut lingkungan hidup.

Lingkungan hidup yang fisik dan non fisik, kehidupan manusia

tidak hanya berhubungan dengan hal-hal fisik saja, atau materi, tetapi

dengan kekuasaan, dengan budaya dan perilaku juga manusia harus

berhubungan.

Lingkungan alam sekitar : yang dimaksud meliputi unsur-unsur

hidup, yakni : air, udara, tanah, api (panas). Unsur-unsur inilah yang

paling mendukung kehidupan manusia. Manusia tidak bisa lepas dari usur-

unsur ini dalam kehidupan sehari-hari. Jika terjadi masalah pada air, udara,

tanah dan api maka sekaligus menjadi masalah bagi kehidupan manusia.

Manusia bernafas dari udara, sebagian besar zat tubuh manusia didukung

oleh air, dan selain manusia hidup di atas tanah, sumber makanan yang

dibutuhkan setiap hari adalah tumbuh dari tanah. Manusia juga hidup

dengan suhu panas yang dibutuhkan.

Lingkungan ciptaan lain: yang dimaksudkan ciptaan lain ialah

binatang dan tumbuh-tumbuhan. Ciptaan lain ini pun tidak mungkin lepas

dari kehidupan sehari-hari manusia. Manusia terikat dan butuh dengan

binatang dan tumbuh-tumbuhan.

Lingkungan manusia lain (sesama) : manusia lain bukan saja

orang-orang seiman, tetapi juga orang-orang yang tidak seiman. Bukan

juga hanya orang-orang dewasa, melainkan orang-orang yang masih

kanak-kanak pun adalah manusia (sesama).

xx
Semua lapisan dalam masyarakat adalah sesama. Manusia adalah makhluk

sosial, maka secara sosiologis manusia harus berhadapan dan berhubungan

dengan lapisan-lapisan tersebut. Bagaimanapun, kehidupan manusia akan banyak

dipengaruhi oleh lapisan sosial yang bermacam-macam. Dan sejalan dengan itu

manusia berhadapan dengan kebudayaan serta perilaku sesama manusia lain.

Lingkungan kuasa, bagaimanapun manusia dalam kehidupan sehari-hari

selalu berhadapan dengan struktur, apakah itu struktur dalam keluarga : Ayah,

Ibu, Kakak, Abang, Kakek dan lain sebagainya. Struktur dalam masyarakat,

misalnya : Kepala Desa, Lurah, Penegak Hukum, Tokoh Masyarakat, Tokoh

agama, dan struktur dalam lapangan kerja; misalnya : Direktur, Kepala Kantor,

Bos, Pimpinan Proyek dan sebagainya. Semua struktur dalam kehidupan manusia

tidak terlepas dari kuasa. Kuasa itu berguna dalam mengatur kehidupan bersama

manusia. Pemerintah dan lapisan kuasa merupakan bahagian kebutuhan dan

kewajiban manusia dalam kehidupan sehari-hari.

b. Sikap Kristen Terhadap Kelestarian Lingkungan Hidup

Ada dua sikap Kristen terhadap kelestarian lingkungan hidup yaitu:

i. Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, dan

melestarikan lingkungan hidup adalah kewajiban manusia.

ii. Kelestarian lingkungan hidup adalah kebutuhan manusia, memberi

arti bahwa manusia adalah bahagian dari lingkungan hidup itu.

Menurut pemahaman Kristen bahwa manusia itu pada azasinya

selalu membutuhan keharmonisan dengan lingkungannya. Taman

Eden sebagai profil lingkungan hidup yang harmonis, seimbang,

xxi
selaras, dan serasi, memberi gambaran tentang lingkungan hidup

yang dibutuhkan manusia.

Allah sendiri yang menciptakan lingkungan hidup yang harmonis itu bagi

manusia. “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu sungguh amat baik”

(Kejadian 1:31). Melestarikan lingkungan hidup sebagai kewajiban didasarkan

pada firman Allah kepada manusia, yaitu : agar manusia, menguasai dan

memelihara Taman Eden (Kejadian 2:15). Manusia yang bertanggung jawab

kepada Allah ialah manusia yang patuh dan taat kepada firman-Nya.

c. Tindakan-Tindakan Yang Dapat Dilakukan dalam Rangka Melestarikan

Lingkungan Hidup:

Tindakan-tindakan Kristen yang dapat dilakukan dalam rangka

melestarikan lingkungan hidup, erat hubungannya dengan Tritugas panggilan

Kristen, yaitu: melayani, bersaksi dan bersekutu.

Melayani Lingkungan Hidup ialah menyediakan diri untuk membantu,

menolong, mempertahankan dan meningkatkan kelestarian lingkungan hidup.

Dalam Markus 10:45 ditegaskan bahwa Yesus datang ke dunia bukan untuk

dilayani melainkan untuk melayani. Maka orang Kristen juga terpanggil untuk

melayani dunia lingkungannya. Orang Kristen terpanggil memberi perhatian

terhadap masalah kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.

Bersaksi dalam Lingkungan Hidup dalam arti yang meluas meliputi

tindakan menyuarakan, membela dan mempertahankan sesuatu di tengah-tengah

masyarakat dengan tujuan menjaga kesinambungan sesuatu dalam lingkungan

hidup. Bersekutu dalam Lingkungan Hidup berarti memelihara hubungan yang

xxii
serasi, selaras dan seimbang dengan lingkungannya, karena itu merupakan

tanggung jawab dan kebutuhan orang Kristen juga.

2.9 Hubungan Allah dan Ciptaan-Nya

Dari Alkitab, kita mengetahui bahwa pencipta semesta adalah Tuhan.

Hubungan antara Allah dan ciptaan-Nya sama dengan hubungan khalik

(pencipta) dan makhluk (ciptaan Allah). Sebagai pencipta, Allah tidak

membiarkan ciptaan-Nya berjalan sendiri. Dia akan selalu menopang dan

membimbing manusia. Mazmur 130:8 mengungkapkan bahwa Allah tidak pernah

meninggalkan perbuatan tangan-Nya. Allah bukan seperti pabrik pembuat jam.

Sesudah menciptakan jam dan memasarkannya, pembuat jam tidak bertanggung

jawab terhadap kelanjutan jam tersebut. Entah jam itu rusak, dibeli oleh siapa, dan

siapa yang memperbaiki jam, bukan lagi tanggung jawab pabrik pembuat jam.

Dari Alkitab kita bisa menyimpulkan bahwa keberadaan Allah dan kehendak-Nya

atau ciptaan-Nya adalah:

1. Tuhan sangat mengasihi ciptaan-Nya. Yohanes 3:16 membuktikan bahwa

Tuhan sangat mengasih ciptaan-Nya.

2. Sebagai makhluk, kita tidak mungkin menyamai Sang pencipta. Allah

dengan kuasa-Nya berdaulat atau berkuasa atas ciptaan-Nya (Mazmur

8:4). Sebagai makhluk, kita mengakui kekuasaan dan kemerdekaan Allah

dan bergantung kepada-Nya.

xxiii
3. Allah yang khalik adalah Allah yang setia kepada ciptaan-Nya. Allah terus

memedulikan dan memelihara dunia ini. Bahkan ketika dunia dan manusia

berdosa pada-Nya, Dia menebus manusia dan tetap menghubungkan diri-

Nya dengan makhluk ciptaan-Nya. Allah telah menciptakan semuanya

baik, dan akan membuat semuanya menjadi baik. Hal ini diberitakan oleh

kitab terakhir dari Alkitab, yaitu kitab Wahyu.

Allah sangat mengasihi dunia dan segala isinya. Tentu saja, Allah juga

mengasihi, memedulikan dan setia kepada kita. Allah berkenan menjadi manusia

di dalam diri Tuhan Yesus supaya kita mengetahui kasih, kepedulian, dan

pemeliharaan-Nya.

Hubungan antara manusia dan Allah tidak pernah berakhir. Sehebat

apapun manusia, mereka membutuhkan Allah. Layaknya hubungan kita dengan

sahabat karib kita, tanpa Allah kita tidak akan hidup dan tanpa campur tangan-

Nya, apapun yang kita lakukan akan sia-sia belaka.

xxiv
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan kesaksian Alkitab yang paling

awal tentang manusia merupakan ciptaan Tuhan. Manusia diciptakan berbeda dari

makhluk hidup lainnya termasuk kera dan karenanya bukan keturunan kera.

Sebagai ciptaan Tuhan maka Tuhan adalah sumber hidup dan Tuhan berdaulat

atas kehidupan dan tujuan hidup manusia.

Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah maka manusia itu

adalah sahabat Allah, yang harus berhubungan dengan Allah. Manusia dan Allah

tidak bisa saling melepaskan diri dari hubungan satu sama lain, tetapi haruslah

hidup saling berhubungan dan saling ketergantungan dan sama-sama

mencerminkan gambar Allah dalam hubungan dan kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran

Penulis sangat berterima kasih kepada Allah kita yang telah memberikan

kita hidup yang kekal, oleh karena itu penulis berharap untuk: 

xxv
1. Saudara dapat membaca karya ilmiah ini untuk taat, setia, takut dan

dengan sepenuhnya memberikan hidup Anda kepada Kritus yang sudah

menciptakan kita dan seluruh isi ciptaan lainnya.

2. Sebagai anak-anak Allah yang sejati, kita harus menjadi Terang dan

Garam Dunia dan menjadi seperti Yesus Kristus.

DAFTAR PUSTAKA

Monica, Fiedel. 2011. MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (Manusia).

http://fiedel-monica.blogspot.co.id/2011/09/makalah-pendidikan-agama

kristen.html (Diakses tanggal: 11 April 2016)

Rau, Lidya L. REFERENSI KTSP DENGAN KECERDASAN MAJEMUK:

TUHAN PENOLONGKU 4.

Researchgate. Hakikat Manusia. Diakses dari:

https://www.researchgate.net/publication/282854855_Ekposisi_Gambar_Alla

h_Menurut_Penciptaan_Manusia_Berdasarkan_Kejadian_126-28 (Diakses

tanggal: 13 April 2016).

Simanjuntak, Risma Elizabeth dan Herniati Meibang. 2006. Buku Pegangan Siswa:

Pendidikan Agama Kristen. Medan: Cahaya

xxvi

Anda mungkin juga menyukai