Anda di halaman 1dari 11

LAODIKIA

by BP » Sat Feb 23, 2013 7:26 am

LAODIKIA
* Wahyu 1:11
MILT, yang mengatakan, "Akulah Alfa dan Omega, Yang Pertama dan Yang Terakhir.
Dan, apa yang engkau lihat, tuliskanlah dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada
ketujuh gereja di Asia: ke Efesus, dan ke Smirna, dan ke Pergamus, dan ke Tiatira, dan ke
Sardis, dan ke Filadelfia, dan ke Laodikia."
KJV, Saying, I am Alpha and Omega, the first and the last: and, What thou seest, write in
a book, and send it unto the seven churches which are in Asia; unto Ephesus, and unto
Smyrna, and unto Pergamos, and unto Thyatira, and unto Sardis, and unto Philadelphia,
and unto Laodicea.
TR, λεγουσης εγω ειμι το α και το ω ο πρωτος και ο εσχατος και ο βλεπεις γραψον εις
βιβλιον και πεμψον ταις εκκλησιαις ταις εν ασια εις εφεσον και εις σμυρναν και εις
περγαμον και εις θυατειρα και εις σαρδεις και εις φιλαδελφειαν και εις λαοδικειαν
Translit interlinear, legousês {yang mengatakan, verb - present active participle - genitive
singular feminine } egô eimi {Akulah} to a {a, Alfa} kai {dan} to ô {o, Omega} ho
prôtos {Yang Awal} kai {dan} ho eskhatos {Yang Akhir} kai {dan} ho blepeis {yang
engkau lihat, verb - present active indicative - second person singular} graphon {engkau
tuliskanlah, verb - aorist active middle - second person singular } eis {ke dalam} biblion
{kitab/ gulungan} kai {dan} pempson {engkau kirimkanlah, verb - aorist active middle -
second person singular} tais hepta {kepada tujuh} ekklêsiais {jemaat} tais en {yang di}
asia {asia} eis {di} epheson kai eis smurnan kai eis pergamon kai eis thuateira kai eis
sardeis kai eis philadelpheian kai eis laodikeian

Laodikia, Yunani: λαοδικεια - laodekeia, artinya: keadilan untuk rakyat, adalah suatu kota
perdagangan penting di lembah Likos daerah Frigia. Suatu kota di propinsi Romawi wilayah
Asia. Letaknya di bagian barat negara Turki yg sekarang. Awalnya, kota itu dibangun oleh
Antiokhus II (261-246 sM) (dari wangsa Seleukid) untuk menghormati permaisurinya Laodike.

Di kemudian hari Laodikia dikuasai bangsa Romawi. Kota Laodikia terkenal oleh pembuatan
wool bulu domba hitam dan menjadi pusat ilmu ketabiban. Agama kristen dimasukkan oleh
Epafras ke Laodikia maupun ke Kolose, sebuah kota tetangganya (Kolose 4:12-13).
Laodikia berada di persimpangan jalan raya utama, yaitu jalan raya lintas Asia Kecil yg
membentang ke barat menuju ke pelabuhan-pelabuhan Miletus dan Efesus, kr 160 km jauhnya;
ke arah timur lewat lereng yg landai menuju dataran tinggi di bagian tengah dan dari situ terus
menuju Siria. Ada jalan lain ke arah utara menuju ibukota propinsi yaitu Pergamum, dan ke
selatan menuju pantai ke Atalia.

Karena letaknya begitu strategis, maka kota ini menjadi pusat perdagangan yg sangat makmur,
terutama pada zaman pemerintahan Romawi. Ketika kota itu hancur karena gempa bumi yg
hebat thn 60 M, kota itu sanggup menolak tawaran bantuan biaya pembangunan kembali dari
kaisar. Laodikia menjadi pusat yg penting untuk perbankan dan pertukaran (Cicero, ad Fam
3.5.4). Dan karena terletak di lembah Sungai Likus yg lebar, kota ini dikelilingi oleh tanah yg
subur (Sungai Likus adalah anak Sungai Meander). Produksinya yg terkenal antara lain adalah
jubah dari wol hitam yg berkilau (Strabo, Geog. 12.8.16 [578]), dan Laodikia juga terkenal
sebagai pusat ilmu kesehatan mata.

Letaknya sangat ditentukan oleh sistem jaringan jalan raya, sehingga tidak mempunyai sumber
air bersih yg tetap dan dekat. Air harus disalurkan lewat pipa-pipa ke kota dari sumber-sumber
air panas di tempat yg agak jauh, dan bila tiba di kota air itu mungkin sudah menjadi hangat-
hangat kuku. Pada akhirnya kota itu ditinggalkan dan kota baru tumbuh di lahan kota zaman
modern (Denizli) di sekitar sumber-sumber air itu.

Karena letaknya di jalur lintas yg ramai, maka Injil sampai di Laodikia pada waktu yg sangat
dini, mungkin sewaktu Paulus tinggal di Efesus (Kisah 19:1), mungkin pula oleh Epafras
(Kolose 4:12, 13).

Ayat di bawah ini adalah sebuah peringatan keras dengan ancaman sanksi yang amat keras. Ini
merupakan bagian dari surat terakhir dari surat-surat kepada 'tujuh jemaat di Asia' dialamatkan
kepada 'malaikat dari jemaat Laodikia' (Wahyu 3:14-22).

* Wahyu 3:16
LAI TB, Jadi karena engkau suam-suam kuku (KLIAROS), dan tidak dingin atau panas,
Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.
KJV, So then because thou art lukewarm, and neither cold nor hot, I will spue thee out of
my mouth.
TR, ουτως οτι χλιαρος ει και ουτε ψυχρος ουτε ζεστος μελλω σε εμεσαι εκ του στοματος
μου
Translit interlinear, houtôs {dengan demikian} hoti {karena} khliaros {suam2 kuku,
adjective - nominative singular masculine} ei {engkau adalah} kai {dab} oute {juga
tidak} psukhros {dingin} oute {juga tidak} zestos {panas} mellô {Aku akan melakukan,
verb - present active indicative - first person singular } se {(kepada) engkau} emesai
{memuntahkan, verb - aorist active middle or passive deponent} ek {dari} tou stomatos
{mulut} mou {-Ku}

Surat ini berisi banyak singgungan terhadap sifat dan suasana kota itu. Walaupun kaya, kota itu
tidak mampu menghasilkan penyembuhan dari khasiat air panas, seperti tetangganya Hierapolis,
atau kuasa menyegarkan dari air sejuk seperti di Kolose. Hasilnya hanyalah air "hangat-hangat
kuku". Dalam konteks Laodikia, mereka memiliki persediaan air di dua tempat, yakni Hierapolis
dan Kolose. Di Hierapolis, persediaan air tersebut bersuhu hangat mirip seperti sumber air panas.
Air tersebut bisa digunakan untuk pengobatan. Sedangkan air di Kolose adalah air dingin yang
bisa diminum dan berguna untuk menyegarkan badan. Air dari mata air panas di Hieropolis
mengalir ke arah Laodikia, tetapi jauh sebelum kota Laodikia, air panas itu sudah menjadi suam-
suam kuku. Kita mengerti sebagai air yang tidak dapat digunakan. Terlalu dingin untuk
digunakan dalam pengobatan, juga terlalu panas untuk bisa diminum agar menyegarkan badan.
Penelitian menemukan bahwa air seperti itu justru menimbulkan penyakit perut. Ibarat orang
yang minum air yang sama sekali tidak enak karena mengandung kaporit, rasanya mau
memuntahkannya, demikian pula sikap Yesus Kristus terhadap jemaat di Laodikia.

Kata Yunani: χλιαρος - KHLIAROS, "hangat-hangat kuku," dalam makna metaforis: setengah
hati, tanpa semangat, merupakan keadaan yang "mati suri". Jemaat Laodikia yang dinyatakan:
"hangat-hangat kuku" hingga tak bermanfaat. Sama seperti kota itu, jemaat berpikir bahwa ia
'tidak membutuhkan apa-apa lagi' padahal ia membutuhkan 'emas', 'pakaian putih' dan 'pelumas
mata' yang lebih hebat dari yang dapat disediakan oleh bankir-bankir, ahli-ahli pakaian dan
dokter-dokter mereka. Seperti halnya penduduk bersikap tidak menyenangi musafir yg
menawarkan kepadanya barang-barang, warga jemaat itu telah menutup pintu rumah mereka dan
membiarkan Sang Pemberi tetap di luar rumah mereka. Kristus dalam kasih-Nya berpaling
menghimbau orang perseorangan (ayat 20).

Artikel terkait:
suam-suam-kuku-wahyu-3-16-vt172.html#p356

Surat Paulus kepada Jemaat Laodikia:

Walaupun Paulus menyebut jemaat di Laodikia (Kolose 2:1; 4:13-16), namun tidak ada
berita/ catatan bahwa Paulus telah mengunjunginya. Namun ada kemungkianan besar
bahwa jemaat di Laodikia memelihara hubungan erat dengan jemaat-jemaat di kota-kota
tetangga, yaitu Hierapolis dan Kolose.

Tentang singgungan adanya "surat dari Laodikia" dalam Kolose 4:16, oleh para peneliti
Alkitab diidentifikasi sebagai salinan dari "Surat Efesus" yg telah diterima oleh jemaat
Laodikia.

* Kolose 4:16
LAI TB, Dan bilamana surat ini telah dibacakan di antara kamu, usahakanlah,
supaya dibacakan juga di jemaat Laodikia dan supaya surat yang untuk Laodikia
dibacakan juga kepadamu.
MILT, Dan manakala surat ini dapat dibaca di hadapanmu, buatlah supaya di
gereja Laodikia juga dapat dibacakan, dan apa yang dari Laodikia supaya kamu
juga dapat membacanya.
KJV, And when this epistle is read among you, cause that it be read also in the
church of the Laodiceans; and that ye likewise read the epistle from Laodicea.
TR, και οταν αναγνωσθη παρ υμιν η επιστολη ποιησατε ινα και εν τη λαοδικεων
εκκλησια αναγνωσθη και την εκ λαοδικειας ινα και υμεις αναγνωτε
Translit, kai {dan} hotan {apabila} anagnôsthê {membacakan dengan suara
nyaring} par {kepada} humin {kalian} hê epistolê {surat ini} poiêsate
{berusahalah} hina {supaya} kai {juga} en {di dalam} tê laodikeôn {laodikia}
ekklêsia {jemaat} anagnôsthê {membacakan dengan suara nyaring} kai {juga}
tên {surat ini} ek {di} laodikeias {laodikia} hina {supaya} kai {juga} humeis
{kalian} anagnôte {membacakan dengan suara nyaring}

Adanya singgungan "jemaat Laodikia" dalam ayat ini telah menimbulkan


banyak spekulasi tentang adanya surat khusus kepada jemaat Laodikia.
Pada abad kedua sebuah surat apokrifa disusun untuk menutup
kesenjangan yang ada; Namun kemudian oleh para peneliti Alkitab dan
arkeolog, surat tersebut diidentifikasi sebagai "surat Efesus" (mis.:
Lightfoot; demikian pula Marcion tahun 140 M) atau Filemon (mis.
Goodpseed).

Surat-surat penggembalaan dari rasul Paulus lazim dibaca dengan keras-


keras (dengan suara nyaring) kepada jemaat ketika mereka berkumpul
untuk berbakti. Setelah menerima surat Kolose ini, maka kemungkinan
besar orang-orang Kristen di Kolose akan membuat suatu salinan untuk
mereka sendiri dan kemudian mengirim surat salinan itu kepada jemaat
Laodikia yang dekat dengan mereka dan juga kepada jemaat-jemaat yang
lain yg berdekatan.

"Surat yang untuk Laodikia" boleh jadi surat yang kita sebut "Surat
Efesus" seperti penelitian para ahli kitab. Kepercayaan umum ialah bahwa
Paulus menulis surat Efesus ini adalah dalam maksud ditujukan kepada
gereja-gereja di seluruh propinsi Asia Kecil termasuk Laodikia. Dimana
ada kemungkinan setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya
sendiri di Efesus 1:1, sebagai bukti relevansi amanatnya yang mendalam
bagi semua gereja Yesus Kristus yang sejati. Demikian menurut para
penafsir. Bahwa memang Surat-surat Paulus tsb harus dibacakan kepada
semua saudara (1 Tesalonika 5:27); kemudian dikirimkan kepada jemaat-
jemaat yang berdekatan (bdk 2 Korintus 1:1).

KEPUSTAKAAN.
W. M Ramsay, The Letters to the Seven Churches of Asia, 1904;
M. J. S Rudwick dan E. M. B Green, ExpT 69, 1957-1958, hlm 176-178;
C. J Hemer, NIDNTT 1, hlm 317-319; Buried History 11, 1975, hlm 175-190.

BP
Merdeka dlm Kristus

Posts: 15060
Joined: Fri Jun 09, 2006 5:20 pm

Re: LAODIKIA
by BP » Fri Jul 12, 2013 7:56 pm

LAODIKIA, NO TO STATUS QUO


Oleh: Eka Darmaputera

"Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika
engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas,
Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." - Wahyu 3:15-16.

Akhirnya, tibalah kita ke jemaat ketujuh, jemaat terakhir, yang disapa Tuhan dalam kitab
Wahyu. Jemaat Laodikia. Jemaat yang istimewa karena inilah satu-satunya jemaat, di antara
tujuh yang disebut, yang tentangnya Kristus cuma mencela. Tak satu kalimat pun Ia memuji. Ia
padahal kita kenal begitu objektif dan selalu berpikir positif. Yang dianggap sampah oleh
masyarakat, tanpa malu-malu Ia hargai. Musuh 'bebuyutan'-nya, orang-orang Farisi, walau habis-
habisan Ia kecam kalau salah, toh tak segan-segan Ia puji bila memang pantas.

Akan tetapi, mengapa kali ini Ia berbeda? Seberapa 'hitam'-kah jemaat Laodikia sebenarnya,
sampai ia terpilih menjadi contoh buruk?

LATAR BELAKANG

Kota Laodikia, dimana jemaat Tuhan yang 'unik' ini terletak, didirikan oleh Antiokhus dari Siria
untuk istrinya, Laodike. Sebagai kado untuk sang tersayang, wajarlah bila segala sesuatu
diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Dan memang terbukti! Laodikia segera
berkembang menjadi kota yang besar, ramai, dan terkenal. Ada tiga ciri khas kota ini yang
membuatnya terkenal ke mana-mana.

Pertama, Laodikia terkenal sebagai salah satu pusat kegiatan perbankan dan keuangan terbesar.
Karenanya, ia juga merupakan sebuah kota yang termakmur dan terkaya di dunia. Pada tahun 61,
ketika terjadi gempa bumi hebat dan sebagian kota ini hancur, ia menolak bantuan dari luar
karena merasa cukup kaya untuk membangun kembali dirinya sendiri. Itulah yang saya namakan
'mentalitas Laodikia', merasa tidak butuh siapa-siapa, kecuali dirinya sendiri.

Kedua, Laodikia termasyhur karena kerajinan pakaian jadinya, khususnya yang terbuat dari wol.
Bulu domba eks Laodikia terkenal lembut, mengkilap, serta berwarna hitam keungu-unguan.
Bulu domba itu amat indah dan anggun, terutama bila dikenakan sebagai jubah kebesaran. Inilah
'mentalitas Laodikia' yang lain, begitu bangga dan yakin diri akan kecantikan dan
ketampanannya. Obsesinya adalah dikagumi orang.

Ketiga, Laodikia juga tersohor karena mutu sekolah kedokterannya. Dua dokter alumni sekolah
ini, Zeuxis dan Aleksander Filalethes, begitu menjulang reputasinya sehingga wajah dan nama
mereka diabadikan di atas uang logam mereka. Namun, yang membuat prestasi medis kota ini
lebih melambung lagi adalah salep mata dan salep telinga yang mereka produksi. Tidak heran,
orang-orang Laodikia merasa diri sehat selalu. Pendengaran dan penglihatan mereka istimewa.
Kelebihan-kelebihan yang membanggakan ini membuat mereka lupa akan sisi kenyataan mereka
yang lain, sisinya yang buram, yaitu betapa rentan dan rawan keadaan mereka sebenarnya.
Misalnya, bagaimana untuk kebutuhan air saja, mereka sepenuhnya harus tergantung dan
dipasok dari luar. Berarti, sekali musuh berhasil menguasai sumber air, tamatlah riwayat mereka
dalam sekejap.

Bukankah ini adalah pelajaran yang indah serta peringatan yang penting, agar kita tak pernah
terlena, terbuai, atau terhanyut oleh rasa bangga, rasa bisa, dan rasa tak perlu siapa-siapa? Agar
kita selalu menyadari bahwa setiap orang memiliki titik lemahnya masing-masing, sebab itu
selalu waspada? Bahwa tak ada orang yang serba cukup pada dirinya sehingga tidak perlu siapa-
siapa atau apa-apa lagi dari orang lain?

MENTALITAS LAODIKIA

Tragis sekali, 'mentalitas Laodikia' agaknya juga merambah masuk ke jemaat. Sesuatu yang
sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Anda salah sangka dan akan kecewa berat bila Anda
menyangka bahwa cuma gerejalah yang 'menggarami' dunia. Di dalam kenyataan --for better or
for worse-- tak terhindarkan, dunia pun 'menggarami' gereja. Mengapa tak terhindarkan?

Selama gereja berada di dalam dunia, interaksi antara keduanya adalah suatu keniscayaan.
Perjumpaan ini bisa mencelakakan, tapi juga bisa memperkaya dan mendewasakan. Gereja lalu
dipaksa untuk terus-menerus merumuskan penghayatan imannya kembali, supaya dapat
dipertanggung-jawabkan di hadapan dunia, dan tidak digulung habis oleh dunia. Hanya bila
perumusan imannya dapat dipahami oleh dunia, gereja bisa menggarami dunia.

Tapi pada saat yang sama harus pula saya tekankan, bahwa gereja hanya dapat menggarami
dunia ini, kalau ia mampu menawarkan sesuatu yang lain dan yang lebih baik kepada dunia.
Gereja yang sama saja dengan dunia, tidak berguna apa-apa bagi dunia. Dalam pengertian inilah,
pertobatan tak boleh ditandai dengan sekadar berganti agama. Pertobatan menuntut perubahan
yang radikal dan menyeluruh, termasuk perubahan mentalitas. Mentalitasnya mesti lain daripada
mentalitas dunia.

Yang saya sebut terakhir inilah yang tidak terjadi di jemaat Laodikia. Mereka memang berhasil
membangun sebuah jemaat yang relatif besar, kaya, dan indah. Namun pada dasarnya, mentalitas
mereka masih mentalitas lama, 'mentalitas Laodikia'. Merasa diri serba cukup, serba bisa, dan tak
memerlukan apa pun dari siapa pun, termasuk dari Tuhan. Tidak menyadari kerapuhan mereka
sendiri. Karena itulah, Kristus datang dengan kecaman yang sangat tajam, "Engkau berkata: Aku
kaya dan aku tidak kekurangan apa-apa. Engkau tidak tahu bahwa engkau melarat, dan malang,
miskin, buta dan telanjang." (Wahyu 3:17)

Kelihatannya kaya, tapi sesungguhnya melarat. Bangga dan bahagia, tapi malang. Begitu yakin
akan kemujaraban 'salep mata' mereka, tapi seungguhnya buta. Begitu genitnya mereka
berlenggak-lenggok dengan jubah wol kebesaran mereka yang lembut berwarna hitam keungu-
unguan, mereka tidak merasakan ketelanjangan mereka. Bahwa untuk 'air' yang mereka
konsumsi sehari-hari saja, mereka begitu tergantung dari luar!
Belum pernah terjadi, Kristus begitu murka sampai Ia berkata, "Aku akan memuntahkan engkau
dari mulutKu". Orang yang mengenal jemaat Laodikia barangkali akan bertanya-tanya, "Yesus
merasa muak dan mual terhadap jemaat yang sekaya, sebesar, secantik, setenteram itu?
Mengapa?" Yesus pun menjawab, "Karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau
panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas".

Dan akhirnya, tidak ada yang lebih mengkhawatirkan bagi masa depan gereja daripada
kecenderungan formalisme serta kecondongannya untuk mempertahankan status quo. Artinya,
sikap 'tidak mau repot' dan 'tidak mau ribut'. Gereja seperti ini begitu mencintai dirinya sendiri,
dan hanya peduli akan rasa amannya sendiri. Berhenti menjadi gereja yang misioner. Karenanya,
tak pantas lagi disebut sebagai gereja. Ia akan dimuntahkan dari mulut Yesus.

Kedua, bagi Yesus, tidak ada sikap yang lebih tidak kristiani daripada sikap netral, alias tidak
mau bersikap atau enggan berpihak. Orang Kristen yang netral adalah orang Kristen yang tidak
mau mengambil keputusan pribadi, tidak mau memikul risiko dan tidak bersedia membayar
harga yang menjadi kewajibannya. Kekristenan yang hambar. Garam yang tawar hanya pantas
untuk dibuang dan diinjak-injak orang.

Ketiga, tidak ada kecenderungan yang lebih berbahaya ketimbang kecenderungan untuk menjadi
kekristenan yang konvensional yang kehilangan makna fungsionalnya baik ke dalam bagi orang-
orang Kristen sendiri, apalagi ke luar bagi dunia. Jumlah orang Kristen di Indonesia memang
cukup banyak, tapi apakah kekristenan punya dampak dan makna langsung dan nyata dalam
hidup mereka?

RENUNGAN

Kekristenan yang kehilangan makna adalah kekristenan yang apinya telah padam, dan hanya
menyisakan abu. Kekristenan yang telah kehabisan sarinya, dan tinggal menyisihkan sepah.
Konon ada kata-kata Yesus yang tak terekam dalam Injil, "Siapa yang berada di dekat-Ku,
berada di dekat api". Tidak mungkin suam-suam kuku.

Kecenderungan menyukai status quo, tidak repot-repot dan tidak berapi-api, adalah
kecendrungan universal. Orang merasa lebih aman dan juga lebih bisa diterima oleh sekitar.
Namun, sekali lagi, kekristenan status quo adalah kekristenan abu, kekristenan sepah. Tidak
heran Paulus mengingatkan, "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-
nyala".

"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepadanya".

BP
Merdeka dlm Kristus
Posts: 15060
Joined: Fri Jun 09, 2006 5:20 pm

Laodikia

by BP » Tue Jul 14, 2015 12:12 pm

Tuntutan kepada Jemaat di Laodikia


* Wahyu 3:18-20
3:18 LAI TB, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli dari pada-Ku
emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian
putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang
memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
KJV, I counsel thee to buy of me gold tried in the fire, that thou mayest be rich; and
white raiment, that thou mayest be clothed, and that the shame of thy nakedness do not
appear; and anoint thine eyes with eyesalve, that thou mayest see.
TR, συμβουλευω σοι αγορασαι παρ εμου χρυσιον πεπυρωμενον εκ πυρος ινα πλουτησης
και ιματια λευκα ινα περιβαλη και μη φανερωθη η αισχυνη της γυμνοτητος σου και
κολλουριον εγχρισον τους οφθαλμους σου ινα βλεπης
Translit interlinear, sumbouleuô soi agorasai par emou khrusion pepurômenon ek puros
hina ploutêsês kai himatia leuka hina peribalê kai mê phanerôthê hê aiskhunê tês
gumnotêtos sou kai kollourion egkhrison tous ophthalmous sou hina blepês

3:19 LAI TB, Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu
dan bertobatlah!
KJV, As many as I love, I rebuke and chasten: be zealous therefore, and repent.
TR, εγω οσους εαν φιλω ελεγχω και παιδευω ζηλωσον ουν και μετανοησον
Translit interlinear, egô hosous ean philô elegkhô kai paideuô zêlôson oun kai
metanoêson

3:20 LAI TB, Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang
mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku
makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku.
KJV, Behold, I stand at the door, and knock: if any man hear my voice, and open the
door, I will come in to him, and will sup with him, and he with me.
TR, ιδου εστηκα επι την θυραν και κρουω εαν τις ακουση της φωνης μου και ανοιξη την
θυραν εισελευσομαι προς αυτον και δειπνησω μετ αυτου και αυτος μετ εμου
Translit interlinear, idou estêka epi tên thuran kai krouô ean tis akousê tês phônês mou
kai anoixê tên thuran kai eiseleusomai pros auton kai deipnêsô met autou kai autos met
emou

Tuntutan Tuhan Yesus bagi mereka di Laodikia dapat dibagi tiga:

Tuntutan Pertama, mereka diajak membeli dari Tuhan tiga macam benda, yaitu emas, pakaian
putih, dan minyak untuk melumas mata.

Memang mereka sudah mempunyai emas, tetapi emas itu dianggap tidak murni. Emas
surgawilah yang murni. Emas itu dapat dibeli dengan ketaatan. Dalam Kitab Wahyu tawaran
keselamatan bersifat lain. Misalnya dalam pasal 22:17, ada tawaran yang jelas menunjuk pada
keselamatan yang kekal: "Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa
yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!" Apa yang ditawarkan
untuk dibeli bukanlah keselamatan. Mereka sudah mempunyai keselamatan karena mereka sudah
menjadi jemaat. Yang ditawarkan untuk dibeli adalah kekayaan surgawi, yang diperoleh melalui
usaha kita. Dengan usaha kita memperoleh pahala, dengan usaha kita memperoleh mahkota,
dengan usaha kita meraih janji yang ditawarkan kepada "barangsiapa menang". Hal ini jangan
dicampur dengan apa yang dapat diambil dengan cuma-cuma, yaitu keselamatan kekal yang
bukan berdasarkan usaha kita, tetapi berdasarkan karya Tuhan Yesus Kristus di kayu salib.

Mereka juga dinasihati supaya membeli pakaian putih. Jelas, ini pakaian putih surgawi, karena
mereka sudah mempunyai pakaian yang dibuat dari kain wol hitam mereka. Demikian juga
dengan minyak untuk melumas mata, supaya mereka dapat melihat.

Tuntutan kedua, yaitu relakanlah hatimu dan bertobatlah, diawali dengan satu kutipan bebas dari
Amsal 3:11-12. Jangan sampai para pembaca kecil hati, jangan sampai mereka berpikir bahwa
Tuhan yang menegur secara keras tidak mengasihi mereka. Justru sebaliknya. Dia berkata,
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegur dan Kuhajar. Kita perlu mengerti bahwa teguran dari Dia
adalah tanda kasih-Nya, sama seperti seorang ayah terhadap anaknya yang dikasihi. Istilah
"menghajar" juga dipakai di dalam Ibrani 12:6. Jelas maksud-Nya bukan mengirim orang ke
neraka, tetapi menghajar seperti ayah kepada anak, supaya anak itu menaati ayahnya. Istilah ini
sendiri241 biasanya berarti "mendidik anak", dan bunyinya hampir sama dengan kata "anak"242.
Tuhan Yesus tegas sekali dengan anak-anak Allah yang tidak menaati, dan Dia akan memberi
pahala yang indah kepada mereka yang menaati. Pernyataan kasih ini mengingatkan kita bahwa
mereka yang di Laodikia, walaupun suam-suam kuku, tetapi sudah percaya, dan sudah menjadi
anak-anak Allah.

Tuntutan ketiga, yaitu supaya mereka membukakan pintu di mana Dia berdiri dan mengetok, hal
ini sangat mengherankan. Tuhan Yesus merasa Dia di luar rumah hati mereka. Betapa dalamnya
mereka telah jatuh! Bukan keselamatan mereka yang hilang, melainkan persekutuan mereka
dengan Kristus yang sudah hilang. Dia merasa di luar, dan ingin bersekutu lagi dengan mereka.
Tuhan Yesus mau agar persekutuan dengan umat-Nya yang sudah menjadi jauh dari Dia, yang
sudah suam-suam kuku kembali dipulihkan.

Tuntutan ini langsung diikuti dengan suatu janji dari gambaran yang sama: Aku akan masuk
mendapatkannya dan makan bersama-sama dengan dia, dan dia bersama-sama dengan Aku. Janji
ini melambangkan persekutuan yang akrab. Gambaran janji ini sangat indah. Persekutuan di
meja makan merupakan sesuatu yang sangat hidup, sangat akrab, hal ini ditawarkan kepada kita,
asal kita rela menyerahkan diri kita kepada Dia, supaya Dia menjadi "tuan rumah" hati kita.

Tuhan Yesus mengasihi jemaat di Laodikia, maka nasihat yang diberikannya dalam Wahyu 3:14-
22 kepada jemaat di Laodikia ini sangat rinci. Pertama-tama menunjukkan kelemahan mereka,
lalu diteruskan dengan nasehat-nasehat untuk mengoreksinya. Dan kemudian memberikan
konklusi akhir:

"Barangsiapa menang, ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku,


sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas
takhta-Nya. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh
kepada jemaat-jemaat." (Wahyu 3:21-22).

Hati-hati dalam memandang "Takhta" di ayat ini. "Takhta" Wahyu 3:21 ini secara konteks
adalah suatu reward dari sebuah kesetiaan/ ketaatan. Takhta di sini bukan berarti kita mengambil
alih kuasa Allah atau menjadi setara dengan Allah. "Takhta" di sini diberikan karena kita
menang, sama seperti Tuhan Yesus telah menang, yaitu yang Dia taat / setia sampai mati di kayu
salib-Nya, sehingga Dia duduk bersama-sama dengan Allah Bapa di atas takhta-Nya. Maka,
demikian juga jikalau kita setia, kita juga akan duduk bersama-sama dengan Tuhan Yesus di atas
takhta-Nya. Hak untuk duduk di atas takhta tidak dianugerahkan kepada Tuhan Yesus, tetapi
diberikan kepada-Nya sebagai tanda kesetiaan-Nya. Pengertian ini sesuai dengan Filipi 2:8-9
yang berkata, "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat
sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia
dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama...." Oleh karena Dia taat, maka Dia
dipermuliakan. Maka, jikalau kita taat, kita juga akan dipermuliakan untuk duduk di takhta-Nya.
Makna takhta di sini adalah "diberi kuasa" misalnya, kuasa untuk menghakimi para malaikat
yang jatuh (lihat 1 Korintus 6:3).

Janji untuk duduk bersama-sama dengan Dia di atas takhta-Nya, diawali dengan satu syarat,
yaitu kita harus menang. Dalam Matius 19:28 Tuhan berjanji bahwa pada hari kiamat "kamu,
yang telah mengikuti Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta." Janji yang sama dibatasi
dengan syarat yang sama. Dalam Matius syaratnya "mengikuti" Dia, dan dalam Wahyu syaratnya
"menang". Demikian juga janji (dalam Lukas 22:30) "kamu akan duduk di atas takhta", dibatasi
pada "kamulah yang tetap tinggal bersama-sama dengan Aku dalam segala pencobaan" (Lukas
22:28).

Bagi jemaat yang sama sekali tidak setia, tidak taat pada Firman Penebus, jemaat yang tidak atau
belum merelakan dirinya untuk menjadi murid, dan tetap sombong serta berpuas diri, maka
Tuhan akan "memberi" surat yang sama isinya dengan jemaat Laodikia. Kita diingatkan bahwa
kesaksian Kristus selalu benar dan setia (suatu peringatan yang tepat untuk kita yang meragukan
kebaikan kehendak-Nya). Menurut pola yang dipakai dalam surat-surat ini, ada jemaat yang
dipuji, tetapi ternyata di Laodikia Tuhan tidak menemui apa-apa yang melayakkan mereka untuk
menerima pujian. Mereka ditegur keras (dan diingatkan bahwa teguran itu merupakan tanda
kasih-Nya). Sama dengan jemaat-jemaat yang lain, teguran itu diikuti tuntutan. Mereka dituntut
untuk mengaku kekurangannya, yang pada saat itu mereka anggap sebagai keuntungan
(kekayaan, pakaian, pelumas mata). Mereka diancam akan dimuntahkan dari mulut-Nya.
Akhirnya, sama dengan jemaat-jemaat yang setia, bahkan dengan kata-kata yang lebih indah dari
jemaat-jemaat yang lain, mereka menerima janji bahwa kalau mereka berubah setia, maka
mereka boleh duduk bersama-sama dengan Dia di atas takhta-Nya. Singkatnya bahwa Tuhan itu
sabar dan baik, sekalipun terhadap mereka yang mengecewakan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai