Kanon Alkitab
Kanon Alkitab
adalah kata Yunani yang secara harafiah berarti "tongkat pengukur," yaitu tongkat
yang dijadikan sebagai standar pengukuran. Dalam konteks Alkitab, "kanon" secara
umum dipahami sebagai "daftar" kitab-kitab yang menjadi "standar" atau "aturan"
yang bersifat normatif bagi umat. [1]
Proses penganonan Alkitab atau yang biasa dikenal dengan istilah "kanonisasi" adalah
sebuah proses yang berlangsung selama berabad-abad. Proses ini melibatkan diskusi
yang rumit mengenai kitab mana yang dianggap berwibawa dan kitab mana yang
tidak. Kitab-kitab yang dianggap berwibawa ini kemudian dikenal dengan istilah
[2]
"kanonisitas."
Daftar isi
1 Sejarah
2 Kanonisasi
2.1 Kanonisasi Perjanjian Lama
2.2 Kanonisasi Perjanjian Baru
2.2.1 Kanonisitas Perjanjian Baru
3 Lihat pula
4 Referensi
Sejarah
Orang-orang Yahudi telah membakukan bahwa kitab-kitab yang kita sebut Perjanjian
Lama diilhami Allah, sedangkan yang lain tidak. Ketika orang-orang Kristen
berhadapan dengan berbagai ajaran sesat, mereka mulai merasakan pentingnya
membedakan tulisan-tulisan yang sesungguhnya diilhami Allah dan yang tidak.
Namun, standar-standar tersebut saja tidak cukup untuk menentukan sebuah kitab
sebagai kanon. Banyak tulisan ajaran sesat membawa-bawa nama rasul. Di samping itu,
ada gereja-gereja yang memakai tulisan tersebut sedangkan yang lainnya tidak.
Menjelang akhir abad kedua, keempat Injil, Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus
sangat dihargai hampir di semua pelosok. Meskipun tidak pernah ada daftar "resmi",
gereja-gereja cenderung berpaling pada tulisan-tulisan ini karena dianggap memiliki
otoritas spiritual. Para uskup yang berpengaruh seperti Ignasius, Clemens
dari Roma dan Polikarpus telah menjadikan tulisan-tulisan ini mendapat pengakuan
yang luas. Namun perdebatan masih berlangsung terhadap Ibrani, Yakobus, 2
Petrus, 2 dan 3 Yohanes, Yudas serta Wahyu.
Kanon yang dibuat Athanasius tidak menyelesaikan masalah. Pada tahun 397, Konsili
Kartago mensahkan daftar kanon tersebut, tetapi gereja-gereja wilayah Barat agak
lamban menyelesaikan kanon. Pergumulan berlanjut atas kitab-kitab yang
dipertanyakan, meskipun pada akhirnya semua pihak menerima Kitab Wahyu.
Pada akhirnya, daftar kanon yang dibuat Athanasius mendapat pengakuan umum, dan
sejak itu gereja-gereja di seluruh dunia tidak pernah menyimpang dari kebijakannya.
Kanonisasi
Kata 'Kanon' merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Ibrani qāneh, yang
secara harfiah dapat diterjemahkan dengan "ukuran" atau "tali pengukur" dan
kemudian dalam bahasa Yunani berubah menjadi kanōn dan mendapat makna yang
lebih penting: Pada abad ke-2 M kata kanones (bentuk jamak) dipakai sebagai istilah
untuk Aturan atau Tata Gereja. Sejak abad ke-4 kata kanōn berarti 'ukuran'
bagi iman Kristen. Ketika istilah ini dipakai bagi Alkitab, maka Alkitab dipercayai
sebagai 'ukuran' bagi Iman dan Hidup orang Kristen.
Secara pasti tidak ada kriteria untuk kanonisitas Perjanjian Lama, meskipun terdapat
konsensus di kalangan para ahli yang menyebutkan ada empat hal yang dapat
dijadikan sebagai dasar kanonisitas Perjanjian Lama, yaitu:
[1]
Pada dasarnya kitab-kitab yang termasuk Perjanjian Lama adalah tepat sama isinya
dengan kitab-kitab dalam Alkitab Ibrani, meskipun ada perbedaan urutannya.
Origen
Kanonisasi Perjanjian Baru dimulai sekitar tahun 200. Pada saat itu mulai disusun
[3]
daftar-daftar kitab suci yang kurang lebih resmi. Misalnya pada tahun 190
di Roma muncul sebuah daftar yang disebut Kanon Muratori. Kanon Muratori
merupakan kanon tertua yang disimpan sebagai sebuah fragmen dalam sebuah naskah
salinan dari abad VIII. Nama Muratori merupakan nama seorang pustakawan
Milano, L.A. Muratori yang menemukan fragmen tersebut dan menerbitkannya pada
tahun 1740. Kanon ini berisi daftar kitab-kitab yang dipakai jemaat di Roma dan
[4]
Lihat pula
Alkitab
Perjanjian Lama
Perjanjian Baru
Referensi
1. ^ a b c d Yonky Karman. 2005. Bunga Rampai Perjanjian Lama. Jakarta: BPK Gunung
Mulia. 5-13.>
2. ^ Van den End. 2009. Harta dalam Bejana: Sejarah Gereja Ringkas. Jakarta: BPK
Gunungan Mulia. 40-42>
3. ^ (Indonesia)C. Groenen.2006. "Pengantar ke dalam Perjanjian Baru". Yogyakarta:
Kanisius.
4. ^ (Indonesia)Willi Marxsen.2006. "Pengantar Perjanjian Baru". Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting
dalam Sejarah Kristen, Immanuel, 1999. [1][2]