Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan aspek penting dalam


keberhasilan suatu peserta didik dan selama proses
pembelajaran pendidik memegang peran utama. Pendidik
harus menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga
peserta didik merasa nyaman selama proses pembelajaran.
Seperti dalam pembelajaran matematika, setiap siswa
memiliki karakteristik yang berbeda untuk memahami materi
yang dijelaskan oleh pendidik. Saat kita memberikan
pembelajaran secara sama rata tanpa tahu perbedaan dari
masing-masing karakter peserta didik yang dapat
menyebabkan jenuh atau bahkan tidak memerhatikan
selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, pendidik
diharapkan dapat mengenali kepribadian atau karakteristik
setiap siswanya .

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori belajar?
2. Apa isi teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike?
3. Apa hukum-hukum yang digunakan dalam teori Thorndike?
4. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori Thorndike?
5. Bagaimana implementasi Teori Thorndike dalam
pembelajaran matematika?
6. Apa isi teori belajar yang dikemukakan oleh Bruner?
7. Apa isi teori instruksi Bruner?
8. Bagaimana implementasi Teori Bruner dalam bidang
matematika?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari teori belajar

1
2. Mengetahui isi teori yang dikemukakan oleh Thorndike
3. Mengetahui hukum-hukum yang berlaku dalam teori
Thorndike
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari teori Thorndike
5. Mengetahui implementassi dari teori Thorndike dalam
pemebelajaran Matematika
6. Mengetahui isis teori belajar yang dikemukakan oleh
Bruner
7. Mengetahui isi dari teori instruksi Bruner
8. Mengetahui implementasi dari teori bruner dalam bidang
matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Belajar

Pengertian teori belajar menrupakan suatu kegiatan


seseorang untuk mengubah perilaku mereka. Seluruh
kegiatan belajar selalu diikuti oleh perubahan yang meliputi
kecakapan, keterampilan dan sikap, pengertian dan harga
diri, watak, minat, penyesuaian diri dan lain sebagainya.
Perubahan tersebut meliputi perubahan kognitif, perubahan
psikomotor, dan perubahan afektif.1

Prinsip-prinsip belajar pada hakekatnya berkaitan


dengan potensi yang bersifat manusiawi dan kelakuan.
Belajar membutuhkan proses dan tahapan serta kematangan
mereka yang belajar. Belajar lebih baik dan efektif jika
didorong oleh motivasi, khususnya motivasi dari dalam diri
karena akan berbeda dengan belajar karena terpaksa atau
memiliki rasa takut.

Disisi lain belajar adalah proses mencoba dengan


kemungkinan untuk keliru dan pembiasaan. Kemampuan
belajar seseorang harus bisa diperhitungkan dalam
menentukan isi pelajaran. Belajar bisa dilakukan melalui tiga
cara yaitu diajar secara langsung, kontrol, penghayatan,

1 Seputar Pendidikan003. Pengertian Teori Belajar diakses dari


http://seputarpendidikan003.blogspot.com/2013/07/pengertian-teori-belajar.html
pada 08 September 2015 pukul 09:30 WIB

3
kontak, pengalaman langsung dan dengan pengenalan atau
peniruan.2

2 ibid

4
B. Teori Belajar Edward L Thorndike
1. Teori Belajar Thorndike
Edward Lee Thorndike mendapatkan gelar PhD-nya
pada tahun 1898 di Colombia, kemudian dia tinggal
sekaligus mengajar disana. Dia telah menerbitkan buku
yang berjudul Animal intelligence, An esperimental study
of associationprocess in Animal. Buku tersebut merupakan
hasil dari penelitiannya dengan menggunakan objek dari
beberapa tingkah hewan, seperti kucing, anjing dan burung.
Salah satu hasil penelitiannya yakni setiap tingkah hewan
tersebut mencerminkan prinsip dasar dari proses belajar
yaitu asosiasi, suatu stimulus akan menimbulkan suatu
respon tertentu.

Thorndike terkenal dengan teorinya berupa Stimulus-


Respon. Teori ini mengemukakan bahwa proses belajar
pertama kali organisme dengan cara Trial and eror.
Seseorang dalam memahami pembelajaran pasti
mengalami proses mencoba dan menumukan kesalahan.
Namun, dalam proses tersebut itulah peserta didik dapat
menerima pembelajaran secara maksimal.

Eksperimen yang dilakukan oleh Thorndike


menggunakan seekor kucing yang lapar. Kucing tersebut
ditempatkan dalam kotak yang dibentuk berliku-liku seperti
labirin (puzzle box). Di akhir jalan dari labirin tersebut
disediakan makanan. Kucing yang lapar akan menerima
stimulus dan akan memberikan respon sehingga dengan
instingnya untuk mencari jalan keluar menuju makanan.

5
Selama perjalanan menuju makanan ia banyak mengalami
hambatan seperti salah jalan atau tersesat.

Berdasarkan eksperimen di atas, Thorndike


berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan (interaksi)
antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui
alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang
dimunculkan perserta didik ketika belajar, yang dapat pula
berupa pikiran, perasaan, atau tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat terwujud konkrit,
yaitu yang dapat diamati atau tidak konkrit yaitu yang tidak
dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat
mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat
menjelaskan begaimana cara mengukur tingkah laku yang
tidak dapat diamati.3 Selain itu, apabila kita perhatikan
secara seksama dalam eksperimen Thorndike tadi akan kita
dapati 2 hal pokok yang mendorong timbulnya fenomena
belajar.

Pertama, keadaan kucing yang lapar. Seandainya


kucing itu kenyang, sudah tentu tidak akan berusaha keras
untuk keluar. Bahkan, barangkali ia akan tidur saja
dalam puzzle box yang mengurungnya. Dengan kata lain,
kucing itu tidak akan menampakkan gejala belajar untuk

3 Erna Suwangsih, Teori Belajar Matematika,


http://file.upi.edu/Direktori/DUAL-MODES/MO
DEL_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA/BBM, diunduh 09 September 2015
pkl.09.32 WIB

6
keluar. Sehubung dengan hal ini, hampir dapat dipastikan
bahwa motivasi (seperti rasa lapar) merupakan hal yang
sangat vital dalam belajar.

Kedua, tersedianya makanan di muka pintu puzzle


box, merupakan efek positif atau memuaskan yang dicapai
oleh respon dan kemudian menjadi dasar timbulnya hukum
belajar yang disebutlaw of effect. Artinya, jika sebuah
respon menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan
antara stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya,
semakin tidak memuaskan (mengganggu) efek yang
dicapai respon, semakin lemah pula hubungan stimulus dan
respon tersebut.4

2. Hukum-hukum yang digunakan Edward Lee Thorndike

Adapun dari hasil percobaan Thorndike maka dikenal 3


hukum pokok5, yaitu:

a. Hukum Latihan (Law or Exercise)

Hukum ini mengandung dua hal yaitu:

The Law of Use, yaitu hukum yang menyatakan


hubungan antara stimulus dan respon akan
menjadi kuat bila sering digunakan (latihan).

4 Yulista. Teori Belajar yang Dikemukakan oleh Edward L Thorndike


diakses dari http://lisayulista.blogspot.co.id/2012/01/teori-belajar-yang-
dikemukakan-oleh.html pada 08 September 2015 pukul 10:05 WIB

5 ibid

7
The Law of Disuse, yaitu suatu hukum yang
menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan
respon akan menjadi lemah bila tidak ada latihan.

Prinsip ini menunjukan bahwa semakin sering suatu


pelajaran diulang semakin baik bahan pelajaran
tersebut dalam diri siswa. Selain itu, pengaturan waktu
frekuensi ulangan dapat menentukan hasil belajar.

b. Hukum Akibat (Law of Effect)


Hukum ini juga berisikan 2 hal, yaitu suatu
tindakan/perbuatan yang menghasilkan rasa puas
(menyenangkan) akan cenderung diulang, sebaliknya
suatu tindakan (perbuatan) menghasilkan rasa tidak puas
(tidak menyenangkan) akan cenderung tidak diulang lagi.
Hal ini menunjukkan bagaimana pengaruh hasil perbuatan
bagi perbuatan itu sendiri. Dalam pendidikan, hukum ini
diaplikasikan dalam bentuk hadiah dan hukuman. Hadiah
menyebabkan orang cenderung ingin melakukan lagi
perbuatan yang menghasilkan hadiah tadi, sebaliknya
hukuman cenderung menyebabkan seseorang
menghentikan perbuatan, atau tidak mengulangi
perbuatan.
c. Hukum Kesiapan (The law of readiness)

Hukum ini menjelaskan tentang kesiapan individu


dalam melakukan sesuatu. Yang dimaksud dengan
kesiapan adalah kecenderungan untuk bertindak. Agar
proses belajar mencapai hasil yang sebaik-baiknya, maka
diperlukan adanya kesiapan organisme yang bersangkutan

8
untuk melakukan belajar tersebut. Terdapat tiga keadaan
yang menunjukkan berlakunya hukum ini. Yaitu :

1. Bila pada organisme adanya kesiapan untuk bertindak


atau berprilaku, dan bila organisme itu dapat
melakukan kesiapan tersebut, maka organisme akan
mengalami kepuasan.
2. Bila pada organisme ada kesiapan organisme untuk
bertindak atau berperilaku, dan organisme tersebut
tidak dapat melaksanakan kesiapan tersebut, maka
organisme akan mengalami kekecewaan.
3. Bila pada organisme tidak ada persiapan untuk
bertindak dan organisme itu dipaksa untuk
melakukannya maka hal tersebut akan menimbulkan
keadaan yang tidak memuaskan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Thorndike
a. Kelebihan Teori Thorndike
Dengan sering melakukan pengulangan dalam
memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki
sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya
sistem pemberian hadiah, akan membuat anak didik menjadi
lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapinya.6
b. Kelemahan-kelemahan dari Teori Thorndike
1. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.
2. Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka
antara stimulus dan repon. Sehingga yang
dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi

6 Drs. M Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung:


PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 100

9
tersebut dengan latihan-latihan, atau ulangan-ulangan
yang terus menerus.
3. Karena belajar berlangsung secara mekanistis, maka
pengertian tidak dipandangnya sebagai suatu yang
pokok dalam belajar. Mereka mengabaikan pengertian
sebagai unsur yang pokok dalam belajar.7

Implikasi dari teori behavioris dalam proses


pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak
yang bebas bagi peserta didik untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya
sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat
otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan
respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot.
Akibatnya peserta didik kurang mampu untuk berkembang
sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

4. Aplikasi Teori Belajar Thorndike dalam Matematika


Aplikasi teori Thorndike sebagai salah satu aliran teori belajar
tingkah laku dalam pembelajaran tergantung dari beberapa
hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi pembelajaran,
karateristik siswa, media, dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia.
Penerapan yang sebaiknya dilakukan dalam
pembelajaran matematika menurut thorndike ini adalah
sebagai berikut :
1. Sebelum memulai proses belajar mengajar, pendidik harus
memastikan siswanya siap mengikuti pembelajaran tersebut.
2. Pembelajaran yang diberikan berupa pembelajaran kontinu

7 ibid

10
3. Pendidik hendaknya menyampaikan materi yang
menyenangkan
4. Pengulangan terhadap penyampaian materi dan latihan dapat
membantu siswa mengingat materi
5. Untuk mengajarkan konsep pemetaan pada siswa, pendidik
menguji apakah siswa sudah benar-benarp menguasai konsep
pemetaan
6. Peserta didik yang telah belajar dengan baik diberi hadiah dan
yang belum baik diberi hukuman dan harus segera diperbaiki.
7. Dalam belajar, motivasi tidak begitu penting, karena perilaku
peserta didik tterutama ditentukan oleh penghargaan
eksternal.8

8 Op.cit

11
C. Teori Belajar Jerome S Bruner
1. Teori Belajar Bruner
Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner
seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard,
Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif
yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan
perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner
banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan
kognitif manusia, menurut Bruner hal terpenting dalam
belajar adalah bagaimana seorang manusia memilih suatu
pelajaran, sehingga ia memperoleh pengetahuan, kemudian ia
menyimpan dan mempertahankan pengetahuannya, dan
menyampaikan pengetahuan yang ia miliki secara aktif
Bruner dalam dasar pemikiran teori memandang bahwa
manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi.
Menurut Bruner, proses kognitif manusia terbagi menjadi 3
tahapan, yaitu: (1) memperoleh informasi baru, (2)
mentranformasikan ilmu yang diterima, (3) menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan.9 Bruner memiliki empat teori
yang dikemukakan :
a. Empat tema tentang pendidikan
Bruner menerbitkan buku yang berjudul The Process
Of Education yang diterbitkan pada tahun 1960. Di
dalam buku ini Bruner mengemukakan empat tema
tentang pendidikan.
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti
struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena dengan

9 Ratna Wilis Dahar, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, (Bandung:


PT.Gelora Aksara Pratama, 2006), hlm : 77

12
struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk
melihat, bagaimana fakta-fakta yang kelihatannya tidak
ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang
lain. Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk
belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas
penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih
sederhana yang dapat mengizinkan seseorang untuk
mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam
proses pendidikan. Dengan intuisi, teknik-teknik
intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi
tentatif tanpa melalui langkah-langkah analitis untuk
mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan
kesimpulan yang benar atau tidak. Tema keempat
adalah tentang motivasi dan keinginan untuk belajar
dan cara-cara yang tersedia pada para guru untuk
merangsang motivasi itu.

b. Model dan Kategori


Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan
pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah bahwa
perolehan pengetahuan merupakan suatu proses
interaktif. Asumsi kedua adalah bahwa orang
mengontruksi pengetahuannya dengan
menghubungkan informasi yang masuk dengan
informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya,
suatu model alam (model of the world).
c. Belajar sebagai Proses Kognitif
1) Tahap Enaktif

13
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan
melalui tindakan anak secara langsung terlihat
dalam memanipulasi (mengotak atik)
objek.Pengetahuan itu dipelajari secara aktif,
dengan menggunakan benda-benda konkrit atau
menggunakan situasi yang nyata.
2) Tahap Ikonik
Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan
berdasarkan pada pikiran internal dimana
pengetahuan disajikan melalui serangkaian
gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak,
berhubungan dengan mental yang merupakan
gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya
pada tahap enaktif tersebut di atas.
3) Tahap Simbolis
Tahap pembelajaran di mana pengetahuan itu
direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol
abstrak (abstract symbols, yaitu simbol-simbol
arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan
orang-orang dalam bidang yang bersangkutan),
baik simbol-simbol verbal (misalnya huruf-huruf,
kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang
matematika, maupun lambang-lambang abstrak
yang lain.
d. Belajar Penemuan
Belajar penemuan merupakan salah satu model
konstruksional kognitif yang sangat berpengaruh dari
Bruner. Menurut Bruner, belajar penemuan merupakan

14
metode yang paling baik bagi manusia, karena
manusia mencari pengetahuan secara aktif, dan
menemukan hasil dengan sendirinya.
Adapun tahap-tahap Penerapan Belajar Penemuan
1) Stimulus (pemberian perangsang/stimulus),
kegiatan belajar dimulai dengan memberikan
pertanyaan yang merangsang berpikir siswa,
menganjurkan dan mendorongnya untuk
membaca buku dan aktivitas belajar lain yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2) Problem statement (mengidentifikasi masalah),
memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang
relevan dengan bahan pelajaran kemudian
memilih dan merumuskan dalam betuk hipotesa
(jawaban sementara dari masalah tersebut).
3) Data collection (pengumpulan data), memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengumpulkan
informasi yangt relevan sebanyak-banyaknya
untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa
tersebut.
4) Data processing (pengolahan data), yakni
mengolah data yang telah diperolah siswa melalui
kegiatan wawancara, observasi, dll. Kemudian
data tersebut ditafsirkan.
5) Verifikasi, mengadakan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar tidaknya
hipotesis yangt ditetapkan dan hubungkan dengan
hasil dan processing.

15
6) Generalisasi,, mengadakn penarikan kesimpulan
untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama dengan
memperhatikan hasil verifikasi.10
2. Teori Instruksi Bruner
Menurut Bruner teori instruksi hendaknya meliputi :
a. Pengalaman Optimal untuk Mau dan Dapat Belajar
Menurut Bruner, belajar dan pemecahan masalah
bergantung pada penyelidikan alternatif. Oleh karena itu
pengajaran dan intruksi harus memperlancar dan
mengatur penyelidikan-penyelidikan alternatif ditinjau dari
segi siswa. Arah pendidikan bergantung pada dua hal yang
saling berkaitan yaitu tujuan tugas yang diberikan sampai
batas-batas tertentu harus diketahui dan sampai berapa
jauh tujuan itu telah tercapai pun harus diketahui.
b. Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman Optimal
Struktur suatu domain pengetahuan mempunyai tiga
ciri dan setiap ciri itu mempengaruhi kemampuan siswa
untuk menguasainya. Ketiga ciri itu ialah:
1) Cara penyajian
Ada tiga cara penyajian, yaitu cara enaktif, ikonik, dan
simbolik.
2) Ekonomi
Ekonomi dalam penyajian pengetahuan
dihubungkan dengan sejumlah informasi yang dapat
disimpan dalam pikiran dan diproses untuk mencapai
pemahaman.

10 ibid

16
3) Kuasa
Kuasa suatu penyajian dapat dikatakan juga
kemampuan penyajian itu untuk menghubung-
hubungkan hal-hal yang kelihatannya sangat
terpisah-pisah.

c. Perincian Urutan-urutan Penyajian Materi Pelajaran Secara


Optimal
Dikemukakan oleh Bruner bahwa perkembangan
intektual bergerak dari penyajian enaktif melalui penyajian
ekonik ke penyajian simbolis. Oleh karena itu, urutan
optimum materi pelajaran juga mengikuti arah yang sama.
Urutan yang optimal bergantung pada beberapa faktor
misalnya; belajar sebelumnya, tingkat perkembangan
anak, sifat materi pelajaran, dan perbedaan individu.

d. Bentuk dan Pemberian Reinforcement


Dalam teorinya Bruner mengemukakan bahwa
bentuk hadiah atau pujian dan hukuman harus dipikirkan.
Demikian pula bila pujian atau hukuman itu diberikan
selama proses belajar mengajar. Secara intuitif, jelas
bahwa selama proses belajar mengajar berlangsung ada
suatu ketika hadiah ekstrinsik bergeser ke hadiah
instrinsik. Sebagai hadiak ekstrinsik misalnya berupa
pujian dari guru, sedangkan hadiah instrinsik timbul
karena berhasil memecahkan masalah.11

11 ibid

17
3. Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Matematika

Langkah-langkah teori Bruner dapat juga dilihat pada


pembelajaran kubus yakni membuat dan menggambar
jaring-jaring kubus. Langkah kegiatan pembelajarannya
sebagai berikut:

a. Kegiatan pembelajaran dimulai dengan menugasi siswa


membawa paling sedikit 3 doos kecil berbentuk kubus
dari rumah. Di kelas tiap siswa dengan caranya sendiri
diminta untuk megiris doos itu menurut rusuknya
sehingga dperoleh babaran atau rebahannya. Babaran
atau rebahan doos itu harus berbentuk bangun datar
gabungan yang bila dilipat menurut rusuk yang teriris
akan membentuk kubus seperti semula.
Dengan cara ini siswa melakukan tahap enaktif
dalam memperoleh jaring-jaring kubus dengan
memperhatikan rebahan kubus. Siswa langsung
menemukan cara memilih rusuk yang diiris sehingga
rebahannya bila dilipat kembali akan terbentuk seperti
semula. Namun ada kemungkinan siswa mengiris rusuk
sedemikian rupa sehingga bila bangun rebahannya
dilipat kembal tidak diperoleh kubus seperti semula,
misalnya ada bagian sisi yang ompong/kosong karena
menumpuk pada sisi lain/ sisi-sisi yang saling menutup.
Atau mungkin rebahannya tidak lagi berbetuk bangun
datar gabungan.
Berpandu pada hasil kerja siswa guru
membimbing siswa untuk mengidentifikasi ciri-ciri
(syarat) dari bangun babaran atau rebahan kubus

18
sehingga bila dilipat menurut rusuk yang tak teriris
membentuk bangun kubus seperti semula ( bangun
babaran atau rebahan yang sedemikian oleh siswa
mungkin ditemukan lebih dari satu macam). Setelah itu
barulah guru mengkomunikasikan bahwa bangun
babaran atau rebahan yang sedemikian itulah yang
disebut jaring-jaring kubus.

b. Pada tahap Ikonik, dengan berpandu pada hasil kerja


siswa diminta menggabar bangun babaran atau
rebahan kubus yang berupa jaring-jaring. Dengan
mengingat syarat atau ciri-ciri dari suatu babaran
kubus yang berupa jaring-jaring kubus. Jaring-jaring
kubus adalah rangkaian bangun yang diperoleh dari
enam persegi yang sama, dalam susunan tertentu.
Kemudian siswa diminta untuk menggambar jaring-
jaring kubus yang lain.
c. Tahap Simbolis, untuk tahap simbolis siswa dapat
ditugasi untuk membuat jaring-jaring kubus dengan
kertas bufalo yang baru, kemudian membuat kubus
12
dengan ukuran yang tertentu.

12 ibid

19
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Teori belajar merupakan suatu kegiatan seseorang untuk
mengubah perilaku mereka.
2. Teori belajar Thorndike menjelaskan tentang belajar
adalah hubungan (interaksi) antara stimulus dan respon.
3. Hukum-hukum yang digunakan oleh Thorndike adalah
hukum kesiapan ( law of readiness), hukum latihan ( Law
of exercise), hukum kesiapan ( law of effect).
4. Kelemahan dari teori Thorndike yaitu terlalu memandang
manusia sebagai .
mekanismus dan otomatisme belaka yang disamakan
dengan hewan. Kelebihannya yaitu dengan sering
melakuakan pengulangan dalam memecahkan suatu
permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah
pengalaman yang berharga
5. Aplikasi teori Thorndike sebagai salah satu aliran teori
belajar tingkah laku dalam pembelajaran tergantung dari

20
beberapa hal seperti : tujuan pembelajaran, sifat materi
pembelajaran, karateristik siswa, media, dan fasilitas
pembelajaran yang tersedia.
6. Toeri belajar Bruner menjelaskan tentang hal terpenting
dalam belajar adalah bagaimana seorang manusia memilih
suatu pelajaran, sehingga ia memperoleh pengetahuan,
kemudian ia menyimpan dan mempertahankan
pengetahuannya, dan menyampaikan pengetahuan yang ia
miliki secara aktif.
7. Teori Belajar Bruner memili empat bagian :
a. Empat tema tentang pendidikan
b. Model dan Kategori
c. Belajar sebagai Proses Kognitif
d. Belajar Penemuan
8. Teori Instruksi Bruner
a. Pengalaman Optimal untuk Mau dan Dapat Belajar
b. Penstrukturan Pengetahuan untuk Pemahaman Optimal
c. Perincian Urutan-urutan Penyajian Materi Pelajaran
Secara Optimal
d. Bentuk dan Pemberian Reinforcement
9. Aplikasi Teori Belajar Bruner dalam Matematika

Pemebelajaran yang dapat diaplikasikan terhadap teori


bruner yakni dalam membuat dan menggambar jarring-
jaring kubus.

B. Saran
1. Pembaca diharapakan dapat menerapkan Teori Belajar
Thorndike dan Teori Belajar Bruner dalam proses
pembelajaran
2. Pembaca diharapakan dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang kondusif sesuai dengan karakter masing-
masing peserta didik.

21

Anda mungkin juga menyukai