Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Belajar merupakan kegitan berproses dan merupakan unsur ang


sanat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan
proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok dan penting dalam keselruhan proses pendidikan. Dalam proses
pembelajaran, ada beberapa teori-teori pembelajaran untuk menunjang
proses pembelajaran.

Teori pembelajaran yang diberikan oleh para ahli yang masing-


masing memiliki ciri khas yang berbeda dapat menjadi acuan guru untuk
mendidik anak didiknya. Yang kami bahas disini adalah teori belajar milik
Edward L. Thorndike, dimana teori ini merupakan salah satu bagian dari
teori behavioristik yang berbeda dengan teori yang lain. Teori belajar milik
Thorndike tentu memiliki ciri khas nya tersendiri yang mendorong kami
untuk memahami lebih lanjut teori ini melalui sebuah makalah.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Setelah mengkaji latar belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan


masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep utama dari teori Thorndike?

2. Bagaimana ciri-ciri teori Thorndike

3. Bagaimana keunggulan teori Thorndike?

4. Bagaimana kolerasi dan penerapan teori Thorndike dalam


pembelajaran Bahasa Jawa?

1
1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui konsep utama teori Thorndike.

2. Mengetahui ciri-ciri teori Thorndike.

3. Mengetahui keunggulan dari teori Thorndike.

4. Mengetahui kolerasi dan penerapan teori Thorndike dalam


pembelajaran Bahasa Jawa.

1.4. MANFAAT

1. Dapat mengetahui dan memahami konsep utama dari teori


Thorndike

2. Dapat meahami ciri-ciri teori

3. Dapat memahami keunggulan dari teori ini

4. Dapat meberikan informasi kepada para pembaca tentang


penerapan teori Thorndike.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. KONSEP UTAMA TEORI THORNDIKE

Bentuk belaja yang khas oleh Thorndike disifatkan sebagai “trial


and error learning” atau “learning by selecting and connecting”. Organisme
(pelajar, dalam eksperimen dipergunakan hewan juga) dihadapakn kepada
situasi yang mengandung problem untuk dipecahkan; pelajar harus
mencapai tujuan.

Teori belajar menurut Thorndike, adalah sebuah proses interaksi


antara stimulus dan respon. Thorndike memplokamirkan teorinya dalam
belajar ia mengungkapkan bahwasanya setiap makhluk hidup itu dalam
tingkah lakunya merupakan hubungan antara stimulus dan respon. Teori
ini disebut juga teori koneksionisme. Stimulus adalah segala sesuatu yang
dapat merangsang terjadinya proses belajar seperti pikiran, perasaan atau
hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon
adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat
pula berupa pikiran, perasaan atau gerakan / tindakan. Jadi, perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujut konkrit, yaitu yang
dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati.

Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon


sebanyak-banyaknya. Dalam artian dengan adanya stimulus itu maka
diharapkan timbulah respon yang maksimal. Dalam teori ini, orang yang
bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya maka
dapat dikatakan orang ini merupakan orang yang berhasil dalam belajar.
Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus dan respon ini
dilakukan dengan ulangan-ulangan.

3
2.2. CIRI-CIRI TEORI THORNDIKE

Sebelum mengetahui ciri-ciri dari teori ini, ada tiga hukum belajar pokok
yang dikemukakan oleh Thorndike, yaitu:

1. Law of readiness

Hukum ini menunjukkan keadaaan dimana pelajar cenderung untuk


mendapatkan kepuasan atau ketidak-puasan, menerima atau menolak
sesuatu. Hukum ini menunjukkan bahwa ulangan merupakan hak yang
pertama dalam belajar. Makin sering suatu pelajaran yang diulang
makin mantaplah bahan pelajaran tersebut dalam diri siswa. Pada
prakteknya tentu diperlukan berbagai variasi, bukan ulangan
sembarang ulangan. Dan pengaturan distribusi frekuensi ulangan dapat
menentukan hasil belajar

2. Law of Excercise

Hukum ini mengandung dua hal yaitu:

(1) Law of use : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan


menjadi bertambah kuat kalau ada latihan,dan

(2) Law of disuse : hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan


menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan atau
penggunaan dihentikan.

3. Law of effect

Hukum ini menunjukkan kepada makin kuat atau makin lemahnya


hubungan sebagai akibat dari hasil response yang dilakukan. Apabila
suatu hubungan atau koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh
keadaan yang memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan
bertambah, sebalikna suatu koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh
keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan
berkurag.

4
Sehingga, dapat diambil ciri-ciri dari teori ini sebagai berikut:

1. Ada motif pendorong aktivitas

2. Ada berbagai respon terhadap sesuatu

3. Ada asimilasi respon-respon yang gagal atau salah

4. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan dari penelitiannya itu.

2.3. KEUNGGULAN TEORI THORNDIKE

Beberapa keunggulan dari teori thorndike adalah sebagai berikut:

1. Teori ini sering juga disebut dengan trial and error dalam teori ini
orang bisa menguasai hubungan stimulus dan respon sebanyak-
banyaknya sehingga orang akan terbiasa mengembangkan pikirannya.

2. Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu


permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang
berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan
membuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam
memecahkan masalah yang dihadapinya

2.4. KOLERASI DAN PENERAPAN TEORI THORNDIKE DALAM


PEMBELAJARAN BAHASA JAWA

a. Guru harus tau apa yang diajarkan, materi apa yang harus diberikan,
respon apa yang diharapkan, kapan harus membei hadiah atau
membetulkan respon. Oleh karena itu tujuan pendidikan harus
dirumuskan dengan jelas.

b. Agar peserta didik dapat mengikuti pelajaran, proses belajar harus


tahap dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pada pembelajan
Bahasa Jawa contohnya dalam materi seni karawitan, peserta didik

5
diajarkan cara bermain tiap gamelan. Setelah para peserta didik
mengetahui carabemain tiap gamelan, barulah dibuat suatu kompok
untuk memainkan gamelan secara padu.

c. Situasi belajar harus dibuat menyenangkan dan mirip dengan


kehidupan dalam masyarkat. Dalam pembelajaran bahasa Jawa,
contohnya pada materi kuliah sejarah sastra Jawa, agar pembelajan
tidak monoton, dosen memeberikan games berkelompok dan setiap
kelompok diberi sub bab materi dan nantinya mereka akan berdiskusi.

6
BAB 3

PENUUTUP

3.1. KESIMPULAN

Teori Thorndike dapat disebut teori “trial and error learning” . Teori
belajar menurut Thorndike, adalah sebuah proses interaksi antara stimulus
dan respon. Ada tiga hukum belajar pada teori ini yaitu Law of readiness,
Law of excercise, dan Law of effect. Sehingga dari ketiga hukum tersebut
dapat diambil ciri-ciri teori ini yaitu adanya motif pada diri seseorang yang
mendorong untuk melakukan sesuatu, seseorang berusaha melakukan
berbagai macam respon dalam rangka memenuhi motif-motifnya, respon-
respon yang dirasakan tidak sesuai dengan motifnya akan dihilangkan,
akhirnya, seseorang mendapatkan jenis respon yang paling tepat.

7
BAB 4

DAFTAR PUSTAKA

qiky.webblog.esaunggul.ac.id

Anda mungkin juga menyukai