Anda di halaman 1dari 10

“Teori Belajar

Edward Lee Thorndike”

Oleh: Kelompo 8

Siti Rahmahnia (230701500020)


Vivi Nurkumala Dewi (230701501087)
Wisma (230701502119)
SUB TEORI
01 Konsep Belajar Throndike 04 Hukum - hukum dasar belajar
Thorndike pasca thn 1930

02 Teori Belajar Thorndike 05 Implikasi Teori Throndike dalam


Pembelajaran

03 Hukum - hukum dasar belajar


Thorndike sebelum thn 1930
Halaman 5

Konsep Belajar
Thorndike
Konsep Belajar Teori Throndike (Budiningsi, 2005: 21). Belajar adalah proses interaksi antara
stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan atau hal – hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan seseorang ketika belajar, yang dapat
berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Thorndike dalam teori belajarnya
mengungkapkan bahwa setiap tingkah laku makhluk hidup itu merupakan hubungan antara
stimulus dan respon.

Fakultas Psikologi; Universitas Negri Makassar


Halaman 11

Teori Belajar Thorndike


Teori Asosiasi
Thorndike menyebut antara kesan indrawi dan implus dengan tindakan
sebagai ikatan/kaitan atau koneksi. Yakni teori belajar yang berhuubungan
dengan stimulus dan respons, hubungan itu akan kuat jika sering diulang
dan respons yang tepat akan mendaptakan timbal balik berupa hadiah
atau pujian atau cara lain yang memberi rasa puas dan senang.

Teori Connectionism
Belajar adalah pembentukan hubungan stimulus dan respon sebanyak – banyaknya.
Adanya stimulus diharapkan akan timbul respon yang maksimal, teori ini juga sering
disebut dengan teori “trial and error”. Dalamteori ini orang yang bisa menguasai
hubungan stimulus dan respon sebanyak – banyaknya maka dapat dikatakan orang itu
merupakan orang yang berhasil dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk
hubungan stimulus dan respon yaitu dilakukan secara berulang.

Murad Naser | Universitas Fauget | Ekonomi | 2025


Halaman 6

Teori Selecting Connecting

Menurut Thorndike bentuk paling dasar dari belajar adalah


trial – and – error learning (belajar dengan uji coba), atau
disebut sebagai Selecting and Connecting ( pemilihan dan
pengaitan). Thorndike mendapatkan ide dasar ini melalui
eksperimen awalnya, dengan mempergunakan kucing sebagai
subjek dalam eksperimennya. Dengan konstruksi pintu
kurungnya dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau kucing
menyentuh tombol tertentu, maka pintu kurungan akan terbuka
dan akhirnya kucing dapat keluar dan mencapai makanan
(daging) yang ditempatkan dilusr kurungan sebagai hadiah
atau daya penarik bagi kucing yang lapar tersebut. Thorndike
menyebutkan bahwa “kucing itu sebenarnya tidak mengeri
cara membebaskan diri dari kurungan itu, tetapi dia belajar
mencamkan (mempertahankan) respon – respon yang benar
dan menghilangkan atau meninggalkan respon – respon yang
salah”
Halaman 5

Suryabrata (2004), menyatakan bahwa Thorndike


juga menemukan hukum – hukum dasar belajar
(Thorndike sebelum 1930), sebagai berkut:
1. Hukum Kesiapan (Law of readiness)
Ketika seseorang siap untuk melakukan suatu tindakn, maka melakukannya akan memuaskan. Kemudian ketika
seseorang siap untuk melakukan suatu tindakan, maka tida melakukannya akan menjengkelkan. Dan ketika seseorang
belum siap melakukan suatu tindakan tetaapi dipaksa melakukannya maka melakukannya akan menjengkelkan.

2. Hukum Latihan (Law of Exercise)


·Koneksi antara stimulus dan respon akan menguat saat keduanya dipakai. Dengan kata lain, melatih koneksi (hubungan) antara situasi
yang menstrubasi dengan suatu respons akan memperkuat koneksi di antara keduanya. Bagian dari hukum latihan ini dinamakan Law
of use (penggunaan).
·Kemudian koneksi antara situasi dan respons akan melemah apbila aktivitas hubungan dihentikan. Bagian dari hukum latihan ini
dinamakan Law of disuse (hukum ketidakgunaan)

3. Hukum Akibat (Law of Effect)


Law of effect (hukum efek), yang digagasnya sebelum tahun 1930, adalah penguatan atau pelemahan dari suatu koneksi antara stimulus
dan respons sebagai akibat dari konsekuensi, Jika suatu respons diikuti dengan satisfying state of affairs (keadaan yang memuaskan),
kekuatan koneksi itu akan bertambah. Jika respons diikuti dengan annoying state of affairs (keadaan yang menjengkelkan), kekuatan
koneksi itu akan menurun. Dalam ter minologi modern, jika suatu stimulus menimbulkan suatu respons, yang pada gilirannya
menimbulkan penguatan (reinforcement), maka koneksi S-R akan menguat. Begitupula sebaliknya jika stimulus menimbulkan respons
yang pada gilirannya menimbulkan hukuman, koneksi S-R akan melemah.
Halaman 5

Thorndike pasca (1930), telah merevisi hukum


– hukum dasar belajar sebagai berikut:
1. Revisi Hukum Latihan/Penggunaa
Thorndike secara esensial menarik kembali hukum penggunaan atau latihan. Hukum
penggunaan, yang menyatakan bahwa repetisi saja sudah cukup untuk memperkuat koneksi,
ternyata tidak akurat. Penghentian repetisi ternyata tidak melemahkan koneksi dalam periode
yang cukup panjang. Meskipun Thorndike tetap berpendapat bahwa latihan praktis akan
menghasilkan kemajuan kecil dan kurangnya latihan akan menyebabkan naiknya tingkar lupa,
2. Revisi Hukum Efek
Setelah 1930, hukum efek ternyata hanya separuhnya saja yang benar. Separuh dari yang benar
ita adalah bahwa sebuah respons yang diikuti oleh keadaan yang memuaskan akan diperkuat.
Sedangkan untuk separuh lainnya, Thorndike menemukan bahwa menghukum suatu respons
ternyata tidak ada efeknya terhadap kekuatan koneksi. Revisi hukum efek menyatakan bahwa
penguatan akan meningkatkan strength of connection (kekuatan koneksi), sedangkan hukuman
tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap kekuatan koneksi.
Halaman 10

Implikasi Teori Throndike


dalam Pembelajaran
Implikasi teori belajar throndike dalam proses pembelajaranbaik digunakan disetiap jenjang
pendidikan, mulai dari jenjang pedidikan awal hingga lanjut. Penerapan teori belajar
throndike dalam pembelajaran matematika memiliki pengaruh baik terhadap siswa. Konsep
yang diterapakn dalam teori belajar throndike yaitu konsep mencoba dan mengulang,
dimana siswa mencoba berlatih soal-soal secara berulang-ulang. Prinsip dalam teori belajar
throndike adalah siswa mampu memecahkan masalah. Sebagian besar siswa merasa sulit
dengan pembelajaran matematika, pemberian latihan yang hanya 1x tidak akan melatih daya
pikir siswa. Dengan teori belajar throndike siswa dituntut untuk bisa memahami konsep-
konsep dasar matematika. Pemberian soal latihan yang sulit kemudian dipecah menjadi
sederhana, secara tidak langsung akan menambah pemahaman siswa. Dengan Berulang-
ulang diberikan soal rumit, maka siswa dapat menguasai konsep dan akan merasa mudah
dalam mengerjakan soal tersebut.
Halaman 5

Daftar Pustaka
Budiningsih, asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka cipta.

Firliani, Ibad N, Nauval DH, Nurhikmayati I. (2019). TEORI THRONDIKE DAN IMPLIKASINYA DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA, Seminar Nasional Pendidikan, FKIP UNMA 2019 “Literasi
Pendidikan Karakter Berwawasan Kearifan Lokal pada Era Revolusi Industri 4.0”

Hergenhahn B.R. & Matthew H. Olson (2008). THEORIES OF LEARNING Edisi Ketujuh; PT Fajar
Interpratama Mandiri

Fakultas Psikologi| Universitas Negri Makassar


Terima Kasih
by: Kelompok 8

Anda mungkin juga menyukai