Anda di halaman 1dari 5

Yang membedakan dengan penelitian sebelumnya

Seperti ditunjukkan hergenhahn (2005), kanon morgan sering disalah tafsirkan sebagai peringatan
untuk tidak berspekulasi tentang pikiran atau perasaan binatang,morgan juga sesungguhnya
percaya bahwa non manusia juga punya proses kognitif. Meskipun penjelasan morgan tentang
perilaku binatang non manusia lebih hemat ketimbang penjelasan romanes,morgan
mendeskripsikan perilaku hewan sebagaimana perilaku itu terjadi dilingkungan natural. Dalam
buku WashburnThe Animal Mind , washburn mengambil kesimpulan dari studi eksperimen, bukan
dari observasi naturalistis,dia tidak mengidentifikasi,mengontrol,dan memanipulasi variabel-
variabel penting yang terkait dengan belajar adalah E.L Thorndike yang melakukan langkah
penting ini.

Dalam konsep penelitian yang diterapkan Thorndike yang meneliti tentang tikus yang diletakkan
didalam kotak dengan aliran listrik mengakibatkan tikus berlarian untuk bisa keluar dari kotak
namun untuk dapat keluar tikus harus berusaha mencari tombol yang bisa membawa dia keluar,
hal ini mengungkapkan bahwa stimulus yang terus direspon akan menghasilkan respon yang kuat
sehingga muncul reinforment.

Pandangan Adward Lee Thorndike terhadap Hukum Belajar


Dari belajar dengan binatang, Thorndike melihat bahwa ada unsur unsur persamaan antara manusia
dan binatang, hanya pada manusia kemampuan nya lebih tinggi. Dari percobaan ini, Thorndike
mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus
dan respons dan penyelesaian masalah ( problem solving ) yang dapat dilakukan dengan cara trial
and error ( coba-coba ).

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-


peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari
lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau
berbuat sedangkan respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya
perangsang. Eksperimen Thorndike ini menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk
mengetahui fenomena belajar. Dari eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar
(puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-
percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari
belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting learning” dan berlangsung
menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike
ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi. Adanya pandangan-
pandangan Thorndike yang memberi sumbangan yang cukup besar di dunia pendidikan tersebut
maka ia dinobatkan sebagai salah satu tokoh pelopor dalam psikologi pendidikan.

Konsep reaksi pengonfirmasi Thorndike


Menurut hukum efek,jika suatu respons menghasilkan situasi yang memuaskan,koneksi S-R akan
menguat. Bagaimana dapat terjadi, jika unit konduksi sudah tidak buang sebelum keadaan
memuaskan terjadi?Thorndike berusaha menjawab pertanyaan ini dengan mempostulatkan adanya
confirming reaction (reaksi yang mengonfirmasi), yang dimunculkan di dalam sistem syarat jika
suatu proses menimbulkan keadaan yang memuaskan. Thorndike menganggap reaksi konfirmasi
ini bersifat neurofisiologis dan organisme tidak menyadarinya. Meskipun Thorndike tidak
membeberkan lebih jauh karakteristik dari reaksi ini. Dia menduga bahwa reaksi neurofisiologis
itu adalah penguat ikatan neural. Thorndike juga mengaitkan gagasannya tentang reaksi yang
mengonfirmasi dengan konsep belongingness. Dia berpendapat bahwa jika ada hubungan natural
antara keadaan yang dibutuhkan organisme dengan efek yang ditimbulkan suatu respon, maka
proses belajar akan lebih efektif ketimbang jika hubungan itu tidak alamiah.

Apa yang menentukan transfer dari suatu situasi belajar ke situasi lainnya
Bagaimana individu merepson suatu situasi yang baru? Thorndike berpendapat bahwa individu
akan merespon suatu situasi yang belum pernah dijumpai sebelumnya dengan Respon by Analogy.
Respon by Analogy adalah cara individu merespon suatu hal dengan respon yang sama terhadap
situasi yang terkait atau sama dengan yang pernah dijumpai.

Dari teori Respon by Analogy dapat diketahui bahwa hal yang memengaruhi transfer dari suatu
situasi belajar ke situasi yang lainnya adalah kesamaan. Kesamaan yang dimaksud adalah situasi
yang dianggap sama atau identik dengan situasi yang sudah biasa dihadapi. Dikenal dengan theory
of identical elements yang menyatakan bahwa makin banyak unsur yang identik, maka proses
transfer semakin mudah. Jumlah transfer of training (transfer training) antara situasi yang kita
kenal dan yang tak kita kenal ditentukan dengan jumlah elemen yang sama didalam kedua situasi
itu. Contohnya seseorang yang menguasai bahasa akan merasa mudah mempelajari makna puisi.

Dengan theory of identical elements, Thorndike menentang pandangan bahwa transfer didasarkan
pada doktrin formal discipline (disiplin formal). Teori disiplin formal ini menyatakan bahwa
pikiran manusia terdiri dari beberapa daya (seperti: penalaran, perhatian, penilaian, dan memori)
yang dapat diperkuat dengan latihan.

Diskusi prinsip belongingess dan polaritas menurut Thorndike


Belongingness dapat diartikan hal yang erat hubungannya. konsep belongingness yakni terjadinya
hubungan stimulus respon bukannya kedekatan, tetapi adanya saling sesuai antara kedua hal
tersebut. Thorndike menggunakan konsep belongingness dalam dua cara. Pertama dia
menggunakannya untuk menjelaskan mengapa ketika mempelajari materi verbal seseorang akan
cenderung mengorganisasikan apa-apa yang dipelajarinya dalam unit-unit yang dianggap masuk
dalam golongan yang sama. Kedua, dia mengatakan bahwa jika efek-efek yang dihasilkan oleh
suatu respons terkait dengan kebutuhan organisme, proses belajar akan lebih efektif ketimbang
jika efek yang dihasilkan itu tidak terkait dengan kebutuhan organisme.

Sedangkan polaritas adalah koneksi akan terjadi lebih mudah dalam arah yang telah mereka bentuk
sebelumnya dibanding sebaliknya. Contohnya kebanyakan orang mudah menyebutkan abjad dari
awal sampai akhir dan akan kesulitan saat menyebutkan dari akhir ke awal. Maksud Thorndike
adalah bahwa jika individu mempelajari prinsip dan pemahaman umum bukan S-R spesifik, maka
semestinya individu dapat melakukan apa yang dipelajari dengan lancar walaupun dari arah yang
berkebalikan.

PENDIDIKAN MENURUT THORNDIKE


Thorndike percaya bahwa praktik Pendidikan harus dipelajari secara ilmiah. Menurutnya ada
hubungan erat antar pengetahuan proses belajar dengan praktik pengajaran. Jadi dia mengharapkan
akan ditemukan lebih banyak lagi pengetahuan tentang hakikat belajar, semakin banyak
pengetahuan yang diaplikasikan untuk memperbaiki praktik pengajaran. Di banyak tempat
pemikiran Thorndike bertentangan dengan gagasan tradisional mengenai Pendidikan. Thorndike
(1912) juga menganggap rendah Teknik pengajaran berbentuk ceramah perkuliahan yang saat itu
popular di sekolah. Berikut 7 aturan Thorndike,meskipun aturan ini dirumuskan untuk pengajaran
aritmatika,namun aturan itu juga mewakili saran-saranya untuk pengajaran pada umumnya :
1. Perhatikan situasi yang di hadapi murid
2. Pertimbangkan respons yang ingin anda kaitkan dengan situasi
3. Jalin ikatan; jangan berharap jalinan ini terbentuk secara ajaib
4. Jika hal-hal lain tak berubah, jangan jalin ikatan yang nanti harus di putuskan lagi.
5. Jika hal-hal lain tidak berubah, jangan menjalin dua atau tiga ikatan apabila satu saja sudah
cukup
6. Jika hal-hal lain tak berubah, bentuklah ikatan dengan cara yang membuat mereka mesti
Bertindak
7. Karenanya dukunglah situasi yang di tawarakan oleh kehidupan itu sendiri,dan dukunglah
respons yang dituntut oleh kehidupan itu.

Perilaku pembelajar (siswa) terutama ditentukan oleh penguat eksternal dan bukan oleh
motivasi intrinstik. Karenanya, ujian itu penting: ujian memberiumpan balik (feedback) bagi
pembelajar dan guru mengenai proses belajar. Jadi ujian tes harus dilakukan secara regular
(berkala). Situasi belajar harus sebisa mungkin dibuat memyerupai dunia riil. Seperti yang telah
kita ketahui, Thorndike percaya bahwa proses belajar akan di transfer dari ruang kelas ke
lingkungan luar sepanjang dua situasi itu mirip.
Daftar Pustaka

Maesaroh, I.,dkk. (2014). Makalah Psikologi Pendidikan 1: Lupa, Transfer, dan Kejenuhan
Belajar. Diunduh dari
https://www.academia.edu/13130724/Makalah_Psikologi_Pendidikan_1_LUPA_TRANSFER_K
EJENUHAN_BELAJAR pada tanggal 17 September 2019

Anda mungkin juga menyukai