Anda di halaman 1dari 3

TEORI ASOSIASI (STIMULUS-RESPON) DARI EDWARD LEE 

THORNDIKE

15OKT

Edward L. Thorndike (1874-1949) adalah seorang pendidik dan psikolog berkebangsaan


Amerika, yang merupakan salah seorang penganut paham psikologi tingkah-laku. Menurut
Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang
merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat
ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik
ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Eksperimen
Thorndike yang terkenal adalah dengan menggunakan kucing yang masih muda dengan
kebiasaan-kebiasaan yang masih belum kaku, dibiarkan lapar; kemudian dimasukkan ke dalam
kurungan yang disebut ”problem box”. Dimana konstruksi pintu kurungan tersebut dibuat
sedemikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh tombol tertentu pintu kurungan akan terbuka
dan kucing dapat keluar dan mencapai makanan (daging) yang ditempatkan di luar kurungan itu
sebagai hadiah atau daya penarik bagi si kucing yang lapar itu. Pada usaha (trial) yang pertama,
kucing itu melakukan bermacam-macam gerakan yang kurang relevan bagi pemecahan
problemnya, seperti mencakar, menubruk dan sebagainya, sampai kemudian menyentuh tombol
dan pintu terbuka. Namun waktu yang dibutuhkan dalam usaha yang pertama ini adalah lama.
Percobaan yang sama seperti itu dilakukan secara berulang-ulang; pada usaha-usaha (trial)
berikutnya dan ternyata waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan problem itu makin singkat.
Hal ini disebabkan karena pada dasarnya kucing itu sebenarnya tidak mengerti cara
membebaskan diri dari kurungan tersebut, tetapi dia belajar mempertahankan respon-respon
yang benar dan menghilangkan atau meninggalkan respon-respon yang salah. Dengan demikian
diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons perlu adanya
kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha–usaha atau percobaan-
percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Percobaan tersebut
menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and conecting”, yaitu bahwa belajar itu
terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah.

Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasilkan hukum-hukum


belajar, diantaranya:
1. Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka
hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek
yang dicapai respons, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara Stimulus-
Respons.
2. Law of Readiness; artinya bahwa kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme
itu berasal dari pendayagunaan satuan pengantar (conduction unit), dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu.
3. Law of Exercise; artinya bahwa hubungan antara Stimulus dengan Respons akan semakin
bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak dilatih.
Selain hukum-hukum di atas, Thorndike juga mengemukakan konsep transfer belajar yang
disebutnya trasfer of training. Konsep ini maksudnya adalah penggunaan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa untuk menyelesaikan suatu masalah baru, karena di dalam setiap masalah, ada
unsur-unsur dalam masalah itu yang identik dengan unsur-unsur pengetahuan yang telah
dimiliki. Unsur-unsur yang identik itu saling berasosiasi sehingga memungkinkan masalah yang
dihadapi dapat diselesaikan. Unsur-unsur yang saling berasosiasi itu membentuk satu ikatan
sehingga menggambarkan suatu kemampuan. Selanjutnya, setiap kemampuan harus dilatih
secara efektif dan dikaitkan dengan kemampuan lain. Misalnya, kemampuan melakukan operasi
aritmetik (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian) yang telah dimiliki siswa,
haruslah dilatih terus dengan mengerjakan soal-soal yang berikaitan dengan operasi aritmetik.
Dengan demikian kemampuan mengerjakan operasi aritmetika tersebut menjadi mantap dalam
pikiran siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa transfer belajar dapat tercapai dengan sering
melakukan latihan.

Aplikasi Teori Thorndike dalam dunia pendidikan dan pengajaran, menurut Thorndike praktek
pendidikan harus dipelajari secara ilmiah dan praktek pendidikan harus dihubungkan dengan
proses belajar. Mengajar bukanlah mengharapkan murid tahu apa yang diajarkan. Mengajar yang
baik adalah : tahu tujuan pendidikan, tahu apa yang hendak diajarkan artinya tahu materi apa
yang harus diberikan, respons yang akan diharapkan dan tahu kapan “hadiah” selayaknya
diberikan kepada peserta didik. Beberapa aturan yang dibuat Thorndike berhubungan dengan
pengajaran:
1. Perhatikan situasi peserta didik
2. Perhatikan respons yang diharapkan dari situasi tersebut.

3. Ciptakan hubungan respons tersebut dengan sengaja, jangan mengharapkan hubungan terjadi
dengan sendirinya.

4. Situasi-situasi yang sama jangan diindahkan sekiranya memutuskan hubungan tersebut.

5. Buat hubungan sedemikian rupa sehingga menghasilkan perbuatan nyata dari peserta didik.

6. Bila hendak menciptakan hubungan tertentu jangan membuat hubungan-hubungan lain yang
sejenis.
7. Ciptakan suasana belajar sedemikian rupa sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.

Anda mungkin juga menyukai