Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KONSEP DASAR BUMI ANTARIKSA DAN KIMIA SD

“Asal Usul, Jenis dan Sifat Batuan”

DOSEN PENGAMPU :

Atika Ulya Akmal S.Pd, M.Pd

OLEH:

KELOMPOK 8

Mutia Nurul Nissa ( 20129171)

Rafifatunnisa Syafra ( 20129190 )

20 BB 03

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami masih diberi kesempatan bekerjasama untuk menyelesaikan
makalah “Asal Usul, Jenis dan Sifat Batuan” ini. Makalah ini merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah Konsep Dasar Bumi Antariksa dan Kimia SD.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yakni ibu Atika
Ulya Akmal S.Pd, M.Pd., serta teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman.

Padang, 28 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................ii


DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 5
A. Latar Belakang ................................................................................................... 5
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 7
A. Asal usul batuan ................................................................................................. 7
B. Pengertian Batuan .............................................................................................. 8
C. Jenis Batuan ....................................................................................................... 8
D. Sifat Batuan...................................................................................................... 25
E. Siklus Batuan ................................................................................................... 27
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 30
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 30
B. Saran................................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 31

iii
PETA KONSEP
Magma merupakan asal mula dari
Asal Usul terbentuknya semua batuan dan
mineral

Benda yang tersusun dari mineral-


Pengertian mineral yang sama atau tidak sama
jenisnya

Terbentuk dari magma yang


mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi
Batuan beku

Berdasarkan proses pembekuannya


terbagi jadi ekstrusif dan intrusif

Terbentuk oleh batuan beku yang


tererosi kemudian mengalami
Batuan

proses pengangkutan lalu


diendapkan di tempat lain
Jenis Batuan sedimen
Berdasar proses terbentuknya
terbagi sedimen detrital, kimia,
organik

Terbentuk akibat alterasi fisik dan


kimia dari batuan keras berubah
tekstur, struktur dan komposisi
mineralnya
Batuan metamorf
Tipe batuannya ada kontak,
regional, dinamik, hidrotermal,
tumbukan
Berdasarkan warna

Sifat Berdasarkan struktur;

Siklus Berdasarkan bentuk

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di bumi yang kita tinggali ini, banyak sekali terdapat kandungan sumber daya
alamnya, diantaranya yaitu batuan. Batuan merupakan kumpulan dari satu atau lebih
mineral, batuan penyusun kerak bumi. Pembentukan berbagai macam mineral di alam akan
menghasilkan berbagai jenis batuan tertentu. Proses alamiah tersebut bisa berbeda-
beda dan membentuk jenis batuan yang berbeda pula. Pembekuan magma akan membentuk
berbagai jenis batuan beku (Igneous Rocks).
Batuan sedimen (Sedimentary Rocks) bisa terbentuk karena berbagai proses
alamiah, seperti proses penghancuran ataudisintegrasi batuan, pelapukan kimia, proses
kimiawi dan organis serta proses penguapan/ evaporasi. Batuan metamorf (Metamorphic
Rocks) terbentuk dari berbagai jenis batuan yang telah terbentuk lebih dahulu kemudian
mengalami peningkatan temperatur atau tekanan yang cukup tinggi, namun peningkatan
temperature itu sendiri maksimal dibawah temperature magma.
Jika kita membicarakan tentang batuan, kita akan menemukan banyak fakta tentang
hal tersebut. Tidak hanya itu, contoh batuan yang beragam juga memiliki karakteristik
yang berbeda satu sama lain. Batuan adalah semua bahan yang menyusun kerak bumi dan
merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral yang telah menghablur. Pemakaian batuan
pada dasarnya tergantung pada kekhususannya. Tekstur batuan mengacu pada kenampakan
butir-butir mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir,
bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan
berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi, maka tekstur berhubungan
dengan sejarah pembentukan dan keterdapatannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami merumuskan maslaah sebagai berikut:
1. Bagaimana asal usul batuan ?
2. Apa pengertian batuan ?
5
3. Apa saja sifat-sifat batuan ?
4. Bagaimana siklus batuan ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui asal usul batuan


2. Untuk mengetahui pengertian batuan
3. Untuk mengetahui sifat-sifat batuan
4. Untuk mengetahui siklus batuan

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Usul Batuan


Magma merupakan asal mula dari terbentuknya semua batuan dan mineral. Suhu magma
dibagian teratas antara 700° C sampai 1200° C. Hal ini bisa diketahui bila terjadi letusan gunung
berapi yang mengeluarkan lava yang berasal dari dalam litosfera. Magma tidaklah hanya berupa
benda yang cair pijar yang ada didalam tubuh bumi, tetapi secara tidak langsung di dalam magma
itu sendiri terjadi proses pencairan.
Proses pembekuan yang terjadi di dalam dapur magma, dimulai dari bagian atas ke arah
bawah, sebab pendinginannya dimulai dari bagian atas. Proses pembekuan magma ada beberapa
taraf, yaitu:
1. Taraf Magmatik (paragenesa), artinya batuan atau mineral membeku pada waktu magma
masih berwujud cairan yang panas dan liat.
2. Taraf pneumatolitik dan pagmatik, yaitu batuan atau mineral membeku atau mengkristal
sewaktu berwujud uap magma yang panas.
3. Taraf hidrotermal, artinya batuan dan minral membeku atau mengkristal sewaktu berwujud
cairan magma.
Di dalam dapur magma kristal yang terbentuk besar-besar. Selama terjadinya proses
kristalisasi di dalam dapur magma akan terjadi pelepasan gas dan gas ini akan berada di dalam
magma yang belum mengkristal yang disebut dengan magma sisa. Magma sisa dari proses
kristalisasi ini makin lama makin sedikit jumlahnya, sehingga tekanan gas nya selalu bertambah.
Akhirnya tekanan gas makin membesar, melebihi tekanan batuan yang ada di dalam dapur magma.
Gas tersebut akhirnya menerobos keluar, membawa serta magma, dan membentuk intrusi di dalam
kerak bumi di atas dapur magma. Atau juga membentuk ekstrusi lava dan volkan. Jadi volkanisma
adalah kelanjutan dari proses kristalisasi di dalam dapur magma. Paragenesa magma cair
membentuk batuan beku dalam, dan juga batuan beku gang dan batuan beku ekstrusi.
Berdasarkan penyelidikan mikroskopik dari sejumlah batuan, menunjukkan bahwa
sebagian pengkristalan magma mempunyai bentuk-bentuk tertentu. Susunan atau urutan
pengkristalannya adalah sebagai berikut:
1. Mineral aksesori atau pengiring, yang terdiri dari : Apatit, Zirkon, Magnetik, dan
Hematit.

7
2. Silikat yang kaya akan magnesium dan besi, yang merupakan mineral esensial, yaitu
piroksin, amfibol, olivin dan biotit.
3. Silikat yang kaya akan kalsium yaitu anortit dan plagioklas.
4. Silikat yang kaya akan alkali, yaitu ortoklas, albit, plagioklas, leusit dan nefelin.
5. Dan mungkin kuarsa, bila didalam magma masih terdapat sisa asam kersik.

B. Pengertian Batuan
Menurut Hartono (2009:57) Batuan merupakan benda alam yang menjadi penyusun utama
di muka bumi. Pada umumnya batuan merupakan campuran mineral yang bergabung secara fisik
antara satu mineral dengan mineral lainnya. Beberapa batuan hanya tersusun atas beberapa mineral
saja dan mineral lainnya dibentuk oleh gabungan mineral yang berasal dari bahan organik dan
bahan-bahan vulkanik. Secara umum, komposisi batuan di permukaan bumi yang didasarkan atas
jenis batuannya didominasi oleh jenis batuan sedimen yang menutupi hampir 66% permukaan
bumi, sedangkan 34% berupa batuan ekstrusi 8%, batuan intrusi 9%, dan batuan metamorf 17%.
Yang dimaksud batuan adalah suatu benda tersusun dari mineral-mineral yang sama atau
tidak sama jenisnya. Mineral batuan tidaklah mesti besar atau kekar, akan tetapi lumpur, liat dan
pasir juga termasuk ke dalam istilah batuan.
Batuan sebagai bagian dari pada kulit bumi dapat digolongkan menjadi 3 baian, yakni:
1. Batuan beku (igneous rock) yaitu batuan langsung yang terjadi dari pembekuan magma.
2. Batuan sedimen (sedimentary rock) yaitu batuan hasil pengendapan dari bahan
rombakan, pelarutan atau unsur organis.
3. Batuan metamorfik (metamorphic rock) yaitu merupakan batuan hasil ubahan dari
batuan terdahulu karena pengaruh suhu da tekanan yang tinggi.

C. Jenis Batuan
Secara umum batuan terbagi atas 3 bagian, yaitu ;
1. Batuan Beku (Igneous Rock)
Menurut Mustagfhirin.M (2014:36-40) Batuan beku (Igneous rock)
merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan magma dan
merupakan kumpulan interlocking Agregat mineral mineral silikat hasil
pendinginan magma, terjadinya batuan beku dapat didalam bumi yaitu batuan beku
plutonik atau batuan beku intrusive maupun dapat terjadi dekat permukaan atau
dipermukaan bumi yaitu batuan beku vulkanik , atau batuan beku ekstrusif.
8
Igneous berasal dari kata ignis yang berarti api atau pijar,karena magma
merupakan material silikat yang panas dan pijar yang terdapat di dalam bumi.
Magma merupakan material silikat yang sangat panas yang terdapat di dalam bumi
dengan temperatur berkisar antara 600˚C sampai 1500˚C. Magma disusun oleh
bahan yang berupa gas (volatil) seperti H2O dan CO2, dan bukan gas yang
umumnya terdiri dari Si, O , Fe , Al , Ca , K , Mg, Na , dan minor element seperti
V, Sr, Rb, dll.
Sedangkn menurut Hartono (2009:57) Batuan beku atau igneous rock
berasal dari bahasa latin inis yang berarti api (fire). Batuan beku merupakan batuan
hasil pembentukan cairan magma, baik di dalam maupun di atas permukaan bumi
sehingga tekstur yang terbentuk sangat bergantung kondisi pembekuannya. Magma
panas yang bergerak dari dalam bumi ke permukaan semakin lama semakin dingin
dan pada akhirnya membeku. Batuan beku yang tidak mencapai permukaan bumi
disebut batuan beku dalam atau batuan intrusi (plutonis). Proses pembekuan batuan
plutonis berlangsung lambat sehingga menghasilkan bentuk kristal-krital besar yang
sering disebut pula tekstur phaneritis. Sementara itu, ada pembentukan batuan
setelah mencapai per mukaan bumi sehingga dikenal dengan nama batuan beku luar
atau batuan ekstrusi (batuan vulkanis). Batuan vulkanis dengan cepat sekali
membeku sehingga jenis kristal batuannya besar, bersifat halus, dan sulit dilihat
dengan mata telanjang. Batuan dengan mineral halus disebut tekstur aphanitis.
Menurut Dibyo soegimo dan Ruswanto (2009:63) Jauh di bawah permukaan bumi,
panas begitu tinggi hingga sebagian batuan meleleh. Ketika mendingin, lelehan
batu ini atau magma mengeras hingga menghasilkan batuan beku dalam, contoh
batu granit. Ini dapat terjadi di bawah tanah. Magma yang dapat muncul ke
permukaan bumi sebagai lava juga mendingin menjadi batuan beku luar, contoh
batu basal/
Secara singkat Batuan Beku : batuan yang terbentuk karena pembentukan
magma dan lava yang membeku.pengertian magma adalah batuan cair dan sangat
panas yang berada di dalam kerak bumi/perut bumi. Pengertian lava adalah magma
yang mencapai permukaan bumi.

9
Berdasarkan tempat terjadinya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2 (dua) :
a. Batuan beku intrusif (intrusive rocks)
Batuan beku ini terbagi pula menjadi :
 Batuan beku dalam (plutonik), terjadi sebagai akibat pembekuan magma yang
jauh di dalam bumi. Batuan ini dicirikan dengan komposisi Kristal berukuran
besar/kasar (faneritik), mudah dibedakan secara mata telanjang (megaskopis).
Plutonik diambil dari nama dewa bangsa Yunani kuno, dewa penguasa bumi.
Contoh : granit , granodiorit, diorit, sianit, gabro.
 Batuan beku porfir, terbentuk di sekitar pipa magma/kawah, komposisi kristal
beragam, ada yang besar/kasar, dan sedang (porfiritik). Contoh : granit porfir,
riolit porfir, granodiorit porfir, dasit porfir, diorit porfir, andesit porfir.
 Batuan beku afanitik, tekstur kristal halus Contoh : andesit, dasit, basal, latit,
riolit, trakit.

b. Batuan beku ekstrusif (extrusive rocks, volcanic rocks).


Terbentuk sebagai akibat magma/lava yang mengalir kepermukaan bumi
kemudian mendingin dan membeku dengan cepat, dicirikan dengan komposisi
kristal yang sangat halus (amorf). Contoh : obsidian, batuapung, pitchstone, lava,
perlit, felsit, basal.
Magma yang menerobos kepermukaan bumi dan membeku disana akan
membentuk batuan beku luar. Berdasarkan struktur, lava yang terbentuk dapat
dibagi kedalam :
1. lava blok (bongkah) yaitu lava yang mempunyai permukaan kasar terdiri
dari berbagai ukuran.
2. lava tali adalah lava yang permukaannya licin berkerut-kerut, kadang-
kadang mirip bentuk tali.
3. lava berstruktur bantal berbentukgumpalan-gumpalan lonjong dengan
retakan radier dengan permukaan licin juga berlubang-lubang (vesikuler)

10
 Struktur dan tekstur batuan beku
Struktur batuan menunjukkan ciri batuan dalam skala yang besar, antara lain
menyangkut kekar, gambaran aliran, blok-blok dan lain-lain. Sedangkan tekstur
batuan menggambarkan hubungan antara mineral atau antar mineral dan kaca
dalam batuan sebagai suatu agragat yang uniform.
Struktur batuan beku ditentukan oleh adanya perbedaan lubang-lubang vesikul
yang terarah, letak mineral dan letak pengotoran yang terarah.
Menurut Russel B Travis (dalam Soetoto, 1981) ada beberapa struktur
batuan beku, yakni :
 Vesikuler : batuan beku yang mempunyai lubang-lubang sejajar satu
sama lain akibat gas yang menggelembung sebelumnya.
 Scoriaceous: vesikuler yang memiliki lubang-lubang tidak terarah/tidak
teratur Amigdaloid : apabila vesikul terisi oleh moneral-mineral skunder
sesudah pembekuan magma.
 Flow : bauan beku yang memiliki kenampakan mineral sejajar satu
sama lain.
 Pumiceous : batuan beku yang berlubang-lubang halus sangat banyak
tubular dan teratur.

Tekstur batuan sangat dipengaruhi oleh pembekuan magma yang tergantung


pada kondisi fisiko kimianya. Tekstur batuan merupakan fungsi dari pada 1) sifat
kristal, atau derajat kristalisasi, 2) ukuran absolut kristal (granularity), 3) bentuk
kristal (form), 4) hubungan antara kristal dengan massa kaca.
Pada umumnya tekstur batuan beku sebagai berikut:
- Faneritik ( granular) : jika ukuran butiran mineral hampir sama dan dapat
dilihat dengan mata telanjang. Tekstur berbutir kasar jika ukurannya 5 mm
ke atas (lebih besar dari 5 mm), berbutir sedang ukurannya 1-5 mm, dan
berbutir halus ukurannya lebih kecil dari 1 mm.
- porfiritik : ukuran butiran mineral berbeda satu sama lain.
Paneroporfiritikjika massa dasar mineral yang berukuran kecil diselingi
mineral yang lebih besar. Apanitikporfiritik jika massa dasar pada
paneroporfiritik tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sedangkan
mineral yang lebih besar nampak.
- Afanitik/felsitik : apabila ukuran butiran mineral sangat halus hingga
sulit dibedakan dengan mata telanjang.
- Glassy : massa batuan yang hanya terdiri dari glass.
- Fragmental : batuan yang terdiri dari fragmen runcing-runcing

Menurut Williams (1954) batuan beku dilihat dari susunan kimianya dapat
dibagi
11
atas:
 Batuan beku asam (acidic/sueous rocks) mengandung kadar silika ± 66 %,
kadar kuarsa lebih dari 10 %, kadar ortoklas (potasium feldspar) sedikitnya
½ total feldspar, warna cerah.
 Batuan beku intermedier (intermediare igneous rocks), batuan ini
mengandung kadar silika 52-66%, kemungkinan ada kuarsa, warna agak
gelap. Contoh : diorite,andesite.
 Batuan beku basa (basic igneous rocks) mengandung 45-52% silika,
berwarna gelap sampai hitam. Contoh: gabro, basalt
 Batuan beku ultra basa (ultra basic igneous rocks), mengandung kadar silika
kurang dari 45%. Tanpa feldspar berwarna gelap sekali. Contoh : dunite,
peridotit.
Sedangkan Iras, Allison at. al. (1967) membagi kedalam batuan beku asam
(kandungan silika lebih dari 66%-72%), batuan beku intermedier (kadar silika
57%), batuan beku basa (kadar silika 48%) dan batuan beku ultra basa (kadar
silika 41%)

Contoh Batuan Beku

Granit (granite)
Warna : terang, abu-abu, putih, pink
Tekstur : faneritik, berbutir sedang-kasar, ukuran
kristal > 2 cm
Mineral utama : K-Felspar 2/3 bagian, kuarsa (SiO2) > 10
%
Mineral tambahan : hornblenda, biotit, piroksen, muskovit,
Na-amfibol, turmalin, sodalit
Tempat terdapat : tajur (stocks), lakolit, batolit
Kegunaan : bahan bangunan, monumen, prasasti,
tegel
Keterangan : batuan beku plutonik, bersifat asam

Gabro (gabbro)
Warna : abu-abu gelap, hijau tua-hitam
Tekstur : ekigranular, beragam dari faneritik hingga
porfiritik
Mineral utama : Felspar plagioklas 2/3 bagian, K-feldspar <
10 %, Ca- plagioklas, kuarsa (SiO2) < 10 %,
felspatoid < 10 %
Mineral tambahan : olivin, augit, biotit, piroksen
Tempat terdapat : tajur, lakolit, batolit, lopolit
Kegunaan : konstruksi bangunan arsitektur
Keterangan : sering mengandung bijih besi (ilmenit,
magnetit)
12
13
Peridotit (peridotite)/piroksenit
Warna : hijau, hitam
Tekstur : faneritik, ekigranular
Mineral utama : K-Felspar < 10 %, kuarsa (SiO2) < 10 %,
felspatoid < 10 %
Mineral tambahan : hornblenda, biotit, piroksen
Tempat terdapat : tajur (stocks), retas (sill, dike)
Kegunaan : material pelengkap dalam bangunan

Kimberlit adalah peridotit dengan komposisi piroksen dan olivin,


merupakan batuan induk dimana dapat ditemukan intan.

Andesit (andesite)
Warna : abu-abu
Tekstur : afanitik
Mineral utama : K-felspar < 10 %, kuarsa < 10 %
Mineral tambahan : hornblenda, biotit, piroksen, Na-
amfibol, felspatoid
Basal (basalt)
Warna : abu-abu gelap, hitam
Tekstur : afanitik
Mineral utama : K-Felspar < 10 %, kuarsa < 10 %,
felspatoid < 10 %
Mineral tambahan : hornblenda, biotit, piroksen, Na-
amfibol, olivin, uralit
Tempat terdapat : retas

Obsidian
Warna : hitam, hijau
Tekstur : gelas (amorf)
Mineral utama : Felspar 63 %, kuarsa 35 %
Keterangan : Pada permukaan sering ditemukan
bentuk “pecahan lokan” (conchoidal
fracture), bulatan memancar (spherical
body) warna putih berukuran kecil).
Batuapung (pumice)
Warna : putih, abu-abu, kuning, coklat
Tekstur : gelas, memiliki rongga di permukaan
(vesicular glass)
Keterangan : komposisi mineral sama dengan obsidian,
digunakan sebagai alat poles dan gosok
(abrasive)

14
2. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)
Batuan sedimen (endapan) terbentuk sebagai akibatpengendapan material yang
berasal dari pecahan, bongkah batuan yang hancur karena proses alam, kemudian
terangkut (tertransportasi) oleh air, angin, es, dan terakumulasi dalam satu tempat
(cekungan), kemudian termampatkan/kompaksi (compacted) menjadi satu lapisan
batuan baru. Batuan sedimen mempunyai ciri berlapis sebagai akibat terjadinya
perulangan pengendapan.
Budi Santoso (1985) menjabarkan proses pembentukan batuan sedimen
sebagai berikut:
 pelapukan fisika dan kimia dari bahan induk,
 transportasi hasil-hasil pelapukan oleh air, es, angin ataupun gravitasi,
 deposisi bahan tersebut pada basin sedimen, dan
 pemadatan dan sementasi menjadi batuan yang padat.
Menurut Soetoto (1981) lithifikasi dapat disebabkan oleh proses-proses: 1)
sementasi atau perekatan (comentation) oleh SiO2, Fe2O3 atau CaCO3. 2)
pemadatan (compaction). 3) desikasi (desication), keluarnya air dari pori-pori dan
4) kristalisasi (crystalization). Lebi lanjut dinyatakan bahwa berdasarkan atas asal
dan cara terjadinya batuan sedimen dibagi kedalam dua tekstur yakni:
 tekstur klastik : sedimen yang tersusun oleh hasil hancuran batuan lain yang
sudah ada terlebih dahulu.
 tekstur non klastik : sedimen yang tersusun oleh hasil reaksi kimia tertentu
secara anorganis maupun organis

Batuan sedimen dapat dibagi menjadi :

a. Batuan sedimen klastik/detrital/fragmental


Terbentuk sebagai akibat kompaksi dari material batuan beku, batuan
sedimen lain, dan batuan malihan, dengan ukuran butir beragam.
Karenapembentukan tersebut diakibatkan oleh angin, air, atau es, maka disebut
juga batuan sedimen mekanik (mechanical sediment).
Contoh : batugamping, batupasir, batulempung, breksi, konglomerat, tilit
(tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batulanau, arkosa
15
(batupasir felspar), arenaceous (serpih pasiran), argillaceous (serpih
lempungan), carbonaceous (serpih gampingan). Ukuran besar butir batuan
sedimen klastik diklasifikasikan berdasarkan skala besar butir Wentworth`
sebagai berikut :

Ukuran Nama butir Nama batuan Nama batuan

(mm) (fragmen) (membundar) (menyudut)

> 256 Bongkah Bongkah Bongkah breksi

Konglomerat

64-256 Berangkal Berangkal Berangkal

Konglomerat breksi

4-64 Kerakal Kerakal Kerakal breksi

Konglomerat

2-4 Butiran Butiran Butiran breksi

Konglomerat

1-2 Pasir sangat Batupasir sangat

Kasar Kasar

1/2-1 Pasir kasar Batupasir kasar

1/4-1/2 Pasir sedang Batupasir

Sedang

1/8-1/4 Pasir halus Batupasir halus

1/16-1/8 Pasir sangat Batupasir sangat

Halus Halus

1/256-1/16 Lanau Batulanau

< 256 Lempung Batulempung

16
b. Batuan sedimen organic
Batuan sedimen yang mengandung sisa organisme yang terawetkan (fosil).
Contoh : batugamping gastropoda, batugamping kerang, batugamping amonit,
batugamping koral (terumbu), batugamping foram, batugamping alga (muddy
limestones), batubara, radiolarit (mengandung fosil radiolaria), batubara,
diatomaceous earth (mengandung fosil diatome).
c. Batuan sedimen kimia
Contoh : batugamping kristalin, travertin, tufa (stalaktit dan stalagmit),
dolomit, gipsum, anhidrit, halit (batugaram). Louis V. Pirsson dalam “Rocks
and Rock Minerals” (1957) mengemukakan bahwa berdasarkan besar butir,
batuan sedimen dapat dibagi menjadi 3 kelompok :
 Rudit (rudites), berukuran butir lebih dari 2 mm. Contoh : konglomerat,
breksi
 Arenit (arenites), berukuran butir antara 1/16-2 mm. Contoh : batupasir,
arkosa, batupasir wake (graywacke)
 Lutit (lutites, latin : lutum = lumpur), berbutir halus berukuran kurang
dari 1/16 mm. Contoh : batulempung, batulanau, mudstones, argilit

Perlapisan dalam batuan sedimen

17
Contoh Batuan Sedimen

Batu pasir (sandstone)

Warna : putih, kuning, abu-abu, coklat


kemerahanTekstur : berbutir halus-sedang
Komosi : kuarsa, felspar, kalsit, mika, glaukonit,
si oksida besi (magnetit, ilmenit), zircon,
mineral monasit, rutil
Kegunaan : penggosok, bahan bangunan
Keterangan : batupasir umumnya bersifat poros
dan lulus air (permeable). Apabila komposisibutiran
terdiri dari glaukonit disebut batupasir hijau (green
sandstone). Batupasir yang butirannya agak kasar,
tidak seragam, bahkan terdapat partikel menyudut,
tersemen oleh lempung atau serpih disebut batupasir
Batupasir wake di wake(graywacke).
Karangsambug

Batu lempung (claystone)

Batulempung ‘bersisik’ di Kali


Jebug, Karangsambung

18
Warna : abu-abu, putih,
kuningTekstur : berbutir
sangat halus
Fisik : bersifat plastis ketika basah, tidak
lulus
air (impermeable)
Kegunaan : membuat batu bata, tegel,
periuk-belanga, keramik

Serpih (shale)
Warna : abu-abu, hitam,
coklatTekstur : berbutir halus,
berlapis tipis
Fisik : mudah pecah pada bidang
perlapisanMineral utama : Felspar 63 %,
kuarsa 35 %
Keterangan : serpih yang banyak mengandung
pasir disebut arenaceous shale, apabila banyak
mengandung lempung dinamakan argillaceous
shale, banyak mengandung kapur (CaCO3)
dinamakan serpih gampingan/karbonat, banyak
mengandung karbon dinamakan carbonaceous
shale, oil shale (serpih minyak).

19
Konglomerat (conglomerate)

Warna : abu-abu, putih, kuning


Fragmen pembentuk batuan terdiri dari
material membundar berukuran 2 - >256 mm,
dimana material tersebut merupakan fragmen
batuan lain yang tertransportasi, terendapkan,
dan tersemenkan menjadi lapisan/endapan
baru.

Breksi (breccia)

Warna : hitam, abu-abu


Proses pembentukan breksi sama dengan
konglomerat, dibedakan dari fragmen pembentuk
batuan yang menyudut.
.

3. Batuan Metamorfik
Merupakan batuan yang terbentuk akibat alterasi fisik dan kimia dari batua
yang keras yang berubah dalam hal tekstur, struktur dan komposisi mineral yang
disebabkan oleh pengaruh lingkungan.
Allison dkk. (1967) dan Katili (1963) menyatakan sebagai batuan yang
berubah karena pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi.
Macam-macam Metamofisme (Soetoto, 1981)
a. Metamorfise termal/kontak, terjadi pada zone-zone kontak dengan tubuh
magma, intrusi maupun ekstrusi dengan tekanan 1000-3000 atmosfir dan
suhu 300°- 800° C.

b. Metamorfisme dinamik : terjadi pada zone-zone yang mengalami dislokasi


intensif ditempat-tempat yang sempit, misalnya sesar/patahan.
c. Metamorfise regional: terjadi pada zone yang sangat luas akibat gerak-gerak
orogenesa (pembentukan pegunungan)

20
Disini pengaruh suhu dan tekanan bersamaan. Allington (1967)
mengklasifikasikan batuan metamorfosa berdasarkan tekstur yaitu:

Klasifikasi Batuan Metamorfik

Metamorphic
Tekstur Rock name Compisition Parent rock Process

Foliated - -slate Abundat of dark Shale, tuff


- -phyllite flaky and/ or Shale, tuff
- -schiest (mica prismatic Shale, Increase
schist, chlorite silicate mineral intermediate regional
schist, amphibol (micas, chlorite, tomafic igneous
schist talc, serpentine, rocks
hornblende,
quartz)
- -gneiss (gabnet Feldspar
gneiss, granite abundant:
gneiss) varying
amounts at
quartz and dark
Acidic to
silicates intermediate
minerals (suchigneous rocks,
as amphiboles,arkose
pyroxeness, graywacke, regional
micas, garnet micaschist
Non Metaquartzite Quartz greatlyNormal and Regional or
Foliated Marble predominant quartzose contact
sandstone
Hornfels Calcite and/or Limestone or Regional or
dolomite with or dolomite with or contact
without Ca- Mg without
Anthrucite coal silicate impuritie Shale,
slate Contact
intermediate to
Dark silicate mafic extrusive
mineral rock Regional or
predominant Peat, lignin,

21
coal contact

92-98 %
Karbon

Menurut Turner (1960) dalam Soetoto (1974) klasifikasi batuan metamorfik


disamping berdasarkan tekstur juga berdasarkan kandungan kimianya sebagai
berikut:

a. Klasifikasi berdasarkan tekstur:

 Hornfels atau grawblastik, tidak punya schistosity terdiri dari mineral


equidimensional yang tidak terorientasi hasil metamorfisma termal.

 Slate: berbutir sangat halus, memperlihatkan slaty cleavage dan tanpa


lapisan segregasi, hasil metamorfisma regional dari mudstone, silt stone dan
batuan sedimen klastik berbutir halus.

 Phyllite: berbutir halus, memperlihatkan schistocity, mulai kelihatan lapisan


segregasi, pada bidang foliasi ada kilap dari muskovit atau chlorit yang
berasal dari batuan yang sama dengan slate tetapi butir-butirnya lebih besar.
Hasil metamorfisme regional tingkat tinggi.

 Schiest : schistocity jelas sekali, terdiri dari lapisan-lapisan segregasi kuarsa-


felspar dan mineral pipih seperti biotit atau mika lain hasil dari
metamorfisme regional tingkat tinggi

 Amphibolite: berbutir sedang hingga kasar, terdiri terutama dari mineral-


mineral hornblende dan plagioklas. Schistocity baik karena mineral-mineral
hornblende yang prismatik tetapi kurang jelas dibandingkan dengan schist.
Hasil metamorfisme regional tingkat sedang-tinggi.

 Gneiss: tekstur gneistik, berbutir kasar, schistocity lebih baik karena kaya
kuarsa dan feldspar dan sedikit mika. Hasil metamorfisme regional tingkat
tinggi.

 Granulite: berbutir seragam, tanpa mika dan amphibol. Schistocity tidak


jelas, bila ada foliasi disebabkan karena mineral-mineral kuarsa dan feldspar
berbentuk lensa pipih. Hasil metamorfisme regional tingkat tinggi.

22
 Marble: terdiri dari mineral-mineral kalsit/dolomit. Umumnya tidak ada
schistocity dan bertekstur granoblastik hasil metamorfisme regional tingkat
tinggi.

 Mylonite: berbutir halus, hasil hancuran mekanis dari batuan yang berbutir
lebih kasar, tekanan searah. Biasanya memperlihatkan orientasi seperti
breksi. Hasil metamorfisme dinamis.

 Cataclasite: seperti mylonite, tetapi deformasi tidak seberapa.

 Phyllonite: schistocity jelas, sukar dibedakan dengan phyllite, tetapi seperti


myllonite oleh granulasi dari batuan asal yang lebih kasar, sudah ada
kristalisasi, berwarna abu-abu hitam mengkilap karena adanya mika.

b. Klasifikasi berdasarkan kandungan kimianya:

 Pelitik: baeasal dari pelitik (Aluminium)sedimen, misal : lempung,serpih dan


mudstone.

 Quartz feldspar : berasal dari batun yang banyak kuarsa dan feldspar,
misalnay batu pasir, batuan beku asam.

 Celcaceorus: berasal dari sedimen gamping seperti dolomite, batu gamping


tidak murni mengandung kuarsa dan mineral-mineral lempung.

23
Contoh Batu Malihan / Metamorf
Sekis (schist)
Warna : abu-abu
Tekstur : berlapis, mendaun, berbutir sedang-
halus
Keterangan : penamaan batuan juga didasarkan
kepada kandungan mineral yang
dominant, contoh : sekis mika,
sekisklorit

Genes (gneiss)
Warna : abu-abu
Tekstur : berbutir kasar
Keterangan : memperlihatkan bentuk memita yang
dibentuk oleh mineral yang dikandu-
ngnya seperti klorit, biotit, mika

Batusabak (slate)
Warna : abu-abu, hitam, hijau,
merahTekstur : berbutir sangat halus
Keterangan : batusabak yang dibentuk pipih sering
digunakan untuk papan tulis (sabak).
Batusabak digunakan juga untuk
trotoar, atap.

Marmer (marble)

Warna : putih, kuning


Tekstur : berbutir halus-
sedang
Keterangan : ubahan dari batugamping atau
dolomitKegunaan : untuk dinding, lantai,
mebel

Filit (phyllite)
Warna : abu-abu
Tekstur : ukuran butir lebih halus dari sekis.
Lebih kasar dari batusabak
Keterangan : ubahan dari serpih
Kegunaan : untuk dinding, lantai, mebel

24
D. Sifat Batuan
1) Batuan Beku
Dikenal berdasarkan komposisi mineral dan sifat tekstur nya. Komposisi
mineral batuan mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut dan
posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian
magma tersebut. Tekstur akan memberikan gambaran tentang sejarah atau proses
pendinginan dari magma.
Pada dasarnya sebagian besar (99%) batuan beku hanya terdiri dari unsur-unsur
utama yaitu ; Oksigen, Silikon, Aluminium, Besi, Kalsium, Sodium, Potasium dan
Magnesium. Unsur-unsur ini membentuk mineral silikat utama yaitu; Feldspar,
Olivin, Piroksen, Amfibol, kwarsa dan Mika. Mineral-Mineral ini menempati lebih
dari 95% volume batuan beku, dan menjadi dasar untuk klasifikasi dan menjelaskan
tentang magma asal.
Komposisi mineral berhubungan dengan sifat warna batuan. Batuan yang
banyak mengandung mineral silika dan alumina (felsik) akan cenderung berwarna
terang, sedangkan yang banyak mengandung magnesium, besi dan kalsium
umumnya mempunyai warna yang gelap. Bagan yang ditunjukkan pada gambar 2.4
merupakan cara pengenalan secara umum yang didasarkan terutama pada
komposisi mineral.
2) Batuan Sedimen
Untuk sifat dari batuan sedimen ini yaitu:
 Warna; Warna dari batuan ini berdasarkan dari besi yang ada dalam batuan.
Besi adalah unsur yang mempunyai dua oksida utama, yakni besi (II) oksida
dan juga besi (III) oksida. Besi (II) oksida hanya terbentuk dalam kondisi
anoxic, lalu dapat mengakibatkan bebatuan berwarna abu-abu atau
kehijauan. Sedangkan untuk besi (III) oksida berupa mineral hemalit yang
berwarna kemerahan atau kecoklatan.
 Tekstur; Untuk jenis batuan sedimen klastik mempunyai tekstur orientasi
tiga dimensi yang merupakan khas dari fabrik batuan. Kemudian untuk
batuan jenis lempung berbutir halus dan kerikil memiliki khas yang lebih
besar.

25
 Tingkat Sedimentasi; Tingkat pengendapan tergantung pada tempat atau
lokasinya. Saluran tidal bisa memperoleh pengendapan beberapa meter
hanya dalam satu hari. Sedangkan dalam pengendapan pada lautan dalam,
setiap tahunnya hanya mencapai pengendapan beberapa milimeter saja.
Seperti yang telah ada dalam penjelasan, jika pengendapan akan terjadi
dalam sebuah cekungan. Cekungan tersebut adalah cekungan sedimentasi.
Jumlah batuan yang mengendap adalah tergantung pada kedalaman
cekungan. Kedalaman tersebut adalah ruang akomodasi.
 Kandungan Mineral; Sifat dari batuan jenis sedimen mengandung kuarsa
(untuk jenis batuan silisiklastik) dan kalsit (untuk jenis batuan karbonat).
Batuan ini berbeda dengan batuan metamorf dan batuan beku. Sedimen
memiliki sedikit mineral utama. Namun, asal usul dari mineral jenis batuan
sedimen lebih kompleks daripada kedua batuan tersebut.
3) Batuan Metamorf
 Warna; Proses dari metamorfisme yang berbeda dan beragam
mengakibatkan warna batuan ini bervariasi. Mulai dari Feldspar, mika dan
kwarsa. Feldspar mempunyai ciri khas yaitu adanya belahan pada warna
batuan. Lalu warna kwarsa yaitu putih jernih atau putih susu. Batuan ini
tidak memiliki belahan dengan berbagai bentuk. Terakhir adalah mika, yaitu
batuan yang punya belahan dan berwarna hitam yang disebut dengan biotit
dan yang berwarna putih disebut muskovit.
 Struktur; dalam batuan metamorf ada dua, yaitu Foliasi dan Non-foliasi.
Foliasi yang berguna sebagai lapisan pada suatu batuan metamorf dengan
bentuk yang mirip dengan belahan. Hal itu adalah hasil dari suatu aktivitas
penjajaran beberapa mineral yang berasal dari suatu penyusun
batuanya.Non-foliasi merupakan batuan yang tanpa belahan. Tidak ada
belahan pada proses ini disebabkan oleh beberapa yang berasal penyusun
utamanya tidak terlihat sehingga tidak bisa diamati.
 Bentuk Kristal; Bentuk kristal dalam kandungan batuan ini terbagi menjadi
tiga jenis yaitu, yaitu euhedral, subhedral, dan anhedral. Euhedral adalah
kristal sempurna namun dibatasi dengan tegas, jelas, dan teratur oleh bidang
26
kristal yang ideal. Bentuk kristal ini adalah yang paling baik diantara ketiga
jenis yang ada. Kedua adalah subhedral, definisi subhedral adalah
kandungan batuan yang memiliki kristal terbatasi dengan tidak jelas dan
sebagian tidak teratur oleh bidang kristal yang ada. Terakhir adalah
anhedral, Anhedral adalah kristal yang dibatasi oleh bidang kristal dengan
sifat tidak teratur

E. Siklus Batuan

Siklus batuan adalah siklus pembentukan dan perubahan dari magma menjadi batuan, suatu
jenis batuan menjadi jenis batuan lainnya, serta batuan menjadi magma kembali. Siklus batuan
merupakan bagian dari siklus geologi dimana akibat terjadinya proses pergesekan antara lempeng
tektonis bumi, lempeng memanas dan mencair menjadi magma, magma kemudian naik keatas
permukaan bumi dalam dalam wujud lava lalu membeku membentuk batuan beku. Batuan beku
juga terbentuk dari proses pemekaran dasar samudra (sea floor spreading, misal di sirkum pasifik,
dan selat makassar) dimana dalam kurun waktu tertentu lempeng yang terbentuk tersebut akan
bergerak ke zona subdaksi dan pergerakan tersebut membentuk gunungapi-gunungapi yang
menjulang dari dasar laut hingga permukaan laut.
Pada suhu dan tekanan yang tinggi (misal pada zona subduksi) batuan beku dapat meleleh
menjadi magma kembali. Proses pelapukan dan air hujan di permukaan bumi, memecahkan batuan-
batuan beku menjadi kepingan-kepingan kecil (fragmen). Air memindahkan fragmen-fragmen
batuan dan mengendapkannya menjadi batuan sedimen. Proses pengangkatan dan penenggelaman
permukaan bumi akibat pergerakan lempeng juga menyebabkan terbentuknya batuan sedimen

27
misalnya batu lempung, batupasir, dan lain-lain melalui proses pelipatan (folding) dan penekanan
(compression). Batuan sedimen juga dapat mengalami pelapukan dan pecah (disintegrasi) menjadi
kepingan-kepingan kecil kemudian mengalami pengendapan dan membentuk batuan sedimen baru.
Batuan sedimen tersebut mengalami pergerakan hingga masuk kedalam zona subduksi kemudian
hancur kembali menjadi magma saat terjadinya gesekan lempeng. Pada kondisi tekanan dan suhu
tertentu, sebagian atau keseluruhan mineral batuan batuan baik batuan sedimen maupun batuan
beku, meleleh namun tidak secara bersama-sama menyebabkan terjadinya perubahan struktur
batuan membentuk batuan metamorf. Batuan metamorf yang terlapukkan dapat membentuk batuan
sedimen atau meleleh menjadi magma saat suhu dan tekanan sangat tinggi.
Siklus batuan menggambarkan seluruh proses yang dengannya batuan dibentuk,
dimodifikasi, ditransportasikan, mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali sebagai hasil dari
proses internal dan eksternal Bumi. Siklus batuan ini berjalan secara kontinu dan tidak pernah
berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang terjadi di kerak benua (geosfer) yang berinteraksi dengan
atmosfer, hidrosfer, dan biosfer dan digerakkan oleh energi panas internal Bumi dan energi panas
yang datang dari Matahari. Penyebab terjadinya pelapukan :
1. Pelapukan secara fisika
perubahan suhu panas ke dingin dan sebaliknya akan berpengaruh terhadap batuan.
Hujan dapat membuat rekahan-rekahan di batuan menjadi berkembang sehingga membuat
batuan pecah menjadi batuan kecil. Pelapukan secara kimia: Bahkan air pun dapat bereaksi
melarutan beberapa jenis batuan. Udara yang terpolusi dapat menyebabkan “hujan asam”
yang dapat menyebabkan pelapukan batuan secara kimiawi.
2. Pelapukan secara biologi
Pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman. Akar-akar dapat
menyebabkan timbulnya rekahan-rekahan di batuan dan lama kelamaan batuan akan
terpecah menjadi partikel yang lebih kecil. Setelah mengalami pelapukan, batuan-batuan
tersebut akan pecah menjadi partikel yang lebih kecil sehingga mudah untuk berpindah
tempat. Perpindahan tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini
dapat terjadi melalui beberapa cara:
a) Akibat gravitasi
Akibat adanya gravitasi bumi maka pecahan batuan yang ada bisa langsung jatuh
ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di
permukaan tanah dasar.
b) Akibat air

28
Air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat mengangkut
pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Proses ini dapat di amati dengan
c) Akibat angin
Angin dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ukurannya seperti
halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun.
d) Akibat glasier
Sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di Alaska sekarang juga
mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang ada. Pelapukan atau weathering
(weather) merupakan perusakan batuan pada kulit bumi karena pengaruh cuaca (suhu,
curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena itu pelapukan adalah penghancuran
batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran yang lebih kecil bahkan menjadi hancur.
3. Pelapukan mekanis
Pelapukan mekanis atau sering disebut pelapukan fisis adalah penghancuran batuan
secara fisik tanpa mengalami perubahan kimiawi. Penghancuran batuan ini bisa disebabkan
oleh akibat pemuaian, pembekuan air, perubahan suhu tiba-tiba, atau perbedaan suhu yang
sangat antara siang dan malam
4. Pelapukan kimiawi
adalah pelapukan yang terjadi akibat peristiwa kimia. Biasanya yang menjadi perantara air,
terutama air hujan. Tentunya Anda masih ingat bahwa air hujan atau air tanah selain
senyawa H2O, juga mengandung CO2 dari udara. Oleh karena itu mengandung tenaga
untuk melarutkan yang besar, apalagi jika air itu mengenai batuan kapur atau karst. Batuan
kapur mudah larut oleh air hujan. Oleh karena itu jika Anda perhatikan pada permukaan
batuan kapur selalu ada celah-celah yang arahnya tidak beraturan. Hasil pelapukan kimiawi
di daerah karst biasa menghasilkan karren, ponor, sungai bawah tanah, stalagtit, tiang-tiang
kapur, stalagmit, atau gua kapur.
5. Pelapukan biologis atau disebut juga pelapukan organis
terjadi akibat proses organis. Pelakunya adalah mahluk hidup, bisa oleh tumbuh-
tumbuhan, hewan, atau manusia. Akar tumbuh-tumbuhan bertambah panjang dapat
menembus dan menghancurkan batuan, karena akar mampu mencengkeram batuan. Bakteri
merupakan media penghancur batuan yang ampuh. Cendawan dan lumut yang menutupi
permukaan batuan dan menghisap makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Batuan adalah suatu benda tersusun dari muneral-mineral yang sama atau tidak sama
jenisnya. Mineral batuan tidaklah mesti besar atau kekar, akan tetapi lumpur, liat dan pasir
juga termasuk ke dalam istilah batuan.
Siklus batuan adalah suatu proses pembentukan batuan yang menggambarkan
perubahan dari magma yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku,
lalu sedimen, batuan sadimen dan batuan metamorphic dan akhirnya berubah menjadi
magma kembali. Di bumi terdapat tiga jenis batuan, yaitu batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf. Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah,
memiliki karakteristik antara lain : warna, cerah, kilap, kekerasan, belahan, pecahan, berat
jenis, struktur dan sifat optik, sedangkan sifat kimia mineral antara lain kandungan unsur
atau senyawa kimia. Terdapat empat jenis mineral di bumi, yaitu Silikat, Oksida, Sulfida,
Sulfat dan Karbonat.

B. Saran
Adapun saran yang dapat di sampaikan oleh penulis yaitu
1. Kepada tenaga pendidik, yaitu agar lebih menambah wawasan tentang batuan dan
mineral sehingga dapat mempermudah transfer informasi tentang batuan dan
mineral.
2. Kepada pembaca, yaitu agar dapat lebih mengait kan antara teori yang ada dengan
fenomena-fenomena yang terjadi sehingga dapat memper dalam pengetahuan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Matthews III, William H., 1967, Geology Made Simple, Made Simple Books,
Doubleday & Company, Inc., Garden City, New York
Pirrson, Louis V, 1957, Rocks and Rock Mineral, John Wiley & Sons, Inc., New
York
Purbo H,.MM, 1994, Kamus Kebumian, PT Gramedia Widiasarana Indonesia,Jakarta
Symes, Dr R.F., 1988, Rock & Mineral, A Dorling Kindersley Limited,
London
Whitten, D.G.A., 1981, The Penguin Dictionary of Geology, Penguin Books Ltd.,
Hammondsworth, Middlesex, England
Graha, D. S. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova. Jakarta. 354h.
Munir, M. 2006. Geologi Lingkungan. Bayumedia Publ. Malang. 446h.
Soetoto. 1988. Geologi I, Materi Penyusun Bumi. Fak. Teknik UGM. Yogyakarta. 60h.

31
1

Anda mungkin juga menyukai