Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PBL MODUL 1

BLOK RESPIRASI
TAHUN AJARAN 2018/2019

Dosen Pembimbing :

DR. dr. Ferial H., Sp. RM(K)., M.Kes

Kelompok 3

1. Hamzah Haidar 2018730041

2. Muhammad Reynaldi Anandita Ganing 2018730070

3. Rulli Rustaman 2018730093

4. Annaya Noor Sabina 2018730010

5. Dyah Mutia Saraswati 2018730026

6. Elsa Nadia Wahyuningsih 2018730027

7. Luthfiyyah Adelia Sukma 2018730057

8. Lismandasari 2018730056

9. Naila Durratu Sa'diyah 2018730077

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberi nikmat iman, nikmat sehat, serta nikmat
islam. Sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik, insya Allah. Tanpa rahmat
dan ridho-Nya apalah daya kami menyelesaikan laporan ini dengan baik. Tak lupa juga solawat
dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun kita dari
zaman kegelapan sampai zaman yang terang ini. Semoga kita tetap berada dibawah bimbingan
Allah SWT dan dalam ajaran Rasul-nya. Aamiin.
Sehubungan dengan laporan yang telah dibuat, bukanlah kesempurnaan yang kami cantumkan,
akan tetapi pembelajaran yang sedikit demi sedikit kami tempuh untuk kebenaran. Segala
kekurangan yang ada didalam laporan ini, maafkan kami dan mohon untuk mendidik kami agar
menjadi lebih baik lagi, maupun dari segi materi dan segi etika.
Terimakasih kami sampaikan kepada seluruh pembimbing, para jajaran dosen dan pendidik.
Yang telah membimbing kami selama pembelajaran Blok Respirasi ini, laporam yang kami buat
mungkin tak seberapa, tetapi laporan ini semoga menjadi bahan acuan bagi penerus – penerus
kami agar bisa menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR ISI

Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
BAB II Isi
A. Skenario
B. Kata Sulit da Klarifikasinya
C. Kata Kunci
D. Pertanyaan
E. Tujuan Pembelajaran
F. Hasil Analisa
Daftar Pustaka

PENDAHULUAN
Modul ini diberikan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran semester dua yang merupakan bagian dari
pembelajaran Sistem Respirasi. Tujuan pemberian modul ini adalah untuk melatih kemampuan
mahasiswa dalam menggali ilmu dasar pada sistem respirasi, dimana pada modul ini diberikan satu
skenario yang menunjukkan suatu gejala normal pada sistem respirasi, yang banyak ditemukan.
Mahasiswa diharapkan mendiskusikan bukan hanya pada inti masalah tapi juga semua hal yang
berhubungan dengan permasalahan tersebut, yaitu tentang anatomi, histologi, fisiologi, serta proses
biokimia yang terjadi. Sebelum menggunakan modul ini, tutor dan mahasiswa harus membaca TIU &
TIK terlebih dahulu sehingga diharapkan diskusi tidak menyimpang dari tujuan pembelajaran dari
modul serta tercapainya kompetensi yang diharapkan. Bahan untuk diskusi dapat diperoleh dari
bahan referensi. Kuliah pakar akan diberikan setelah sidang pleno, untuk mengisi kekurangan atau
yang belum terbahas, yang diberikan oleh masing-masing dosen pemberi kuliah.
Penyusun mengharapkan modul ini dapat membantu mahasiswa dalam patomekanisme
dan menegakkan diagnosa penyakit sistem respirasi serta penanganannya.

TUJUAN
1. Menyebutkan anatomi sistem respirasi
1.1. Menyebutkan bagian-bagian dinding toraks: Tulang, otot dan selaput yang
membungkus paru
1.2. Menggambarkan susunan anatomi dari organ-organ respirasi
1.3..Menjebutkan bagian-bagian saluran napas
2. Menyebutkan histologi sistem respirasi
2.1. Menyebutkan histologi bagian-bagian sistem respirasi
2.2. Menjelaskan tentang struktur dan fungsi sel-sel dari masing-masing organ
respirasi
3. Menjelaskan fisiologi sistem respirasi
3.1. Menjelaskan mekanik pernapasan
3.2. Menjelaskan ventilasi, difusi dan perfusi sistem respirasi
3.3. Menjelaskan pengendalian pernapasan
4. Menjelaskan proses biokimia pada sistem respirasi
4.1. Menjelaskan peran paru pada pengaturan asam basa tubuh

BAB II
ISI
A. Scenario 1 Modul 1
Nina, perempuan usia 20 tahun, bersama adiknya tino, laki – laki 17 tahun pergi
ke senayan untuk olahraga pagi. Setelah berlari sekitar 200 langkah, nina sudah lelah
dan nafasnya terengah-emgah (cepat dan dalam), sedangkan tino masih dapat berlari
dengan santai. Nina memang tidak biasa berolahraga dan kebetulan pagi itu ia sedang
kurang sehat dan sering bersin.

B. Kata Sulit dan klasifikasinya


Tidak ada

C. Kata Kunci
- Perempuan, 20 tahun (N)
- Berlali 200 langkah (N)
- Lelah dan nafasnya terengah-engah (N)
- Kurang sehat dan sering bersin-bersin (N)
- Tidak bisa berolahraga (N)
- Laki-laki, 17 tahun (T)
- Dapat berlari dengan santai (T)

D. Mind Map
Nina dan
Tino

Berlari pagi

Sistem
respirasi

Anatomi histologi Fisiologi Biokimia

Ventilasi, Pengendalian Proses


Saluran nafas Mekanisme
perfusi, difusi pernafasan biokimia

Pengaturan
asam basa

E. Pertanyaan
1. Bagaimana anatomi pada saluran nafas ?
2. Bagaimana histologi pada saluran nafas ?
3. Bagaimana fisiologi pada saluran pernafasan ?
4. Bagaimana mekanisme pernafasan ?
5. Apa fungsi dari ventilasi, perfusi dan difusi ?
6. Bagaimana pengendalian pernafasan ?
7. Bagaimana pengaturan pernafasan ketika beraktivitas ?
8. Bagaimana peran paru pad pengaturan asam basa tubuh ?

F. Hasil Analisa
1) Anatomi Saluran Nafas

FARING
Paru Kanan Paru Kiri

2) Histologi saluran nafas

SISTEM PERNAFASAN

Bagian konduksi terletak baik di luar maupun dalam paru, memiliki fungsi selain
merupakan saluran udara, juga menyaring benda-benda berbentuk yang terdapat di dalam
udara (inspirasi), membasuh dan melembabkan udara serta menghangatkan/menyejukkan
udara, tergantung suhu udara sekeliling. Respiratorik (tempat berlangsungnya pertukaran gas)
terdapat didalam paru, yang terdiri atas bronkiolus respiratorius, ductus alveolaris dan alveoli.
Pada bagian konduksi hampir seluruh bagian dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia sel goblet.

Terdiri dari 5 jenis sel :

1. Sel silindris bersilia.

2. Sel goblet mukosa.

3. Sel sikat (brush cells) sbg reseptor sensorik

4. Sel basal.

5. Sel granul kecil.

1. Rongga Hidung
Terdiri atas vestibulum dan fossa nasalis luar/vestibulum bagian paling anterior dan paling
lebar terdapat banyak kelenjar sebasea dan keringat dan vibrisa (rambut). Epitel berlapis tidak
bertanduk dalam/fosanasalis (kavum nasi), dua bilik kavernosa dan dipisahkan oleh septum
nasi, dinding lateral tonjolan tulang konka (superior, inferior, media)
 Konka media dan konka inferior ditutupi oleh epitel respirasi
 Konka superior  epitel olfaktorius (bertingkat silindris)

• Epitel olfaktorius disusun oleh :

1. Sel penyokong  berbentuk silindris, tinggi ramping, Inti sel lonjong terletak di tengah, dan
lebih superfisial dari inti sel sensorik
2. Sel basal berbentuk kerucut, kecil, dengan inti berbentuk lonjong, gelap dan tonjolan
sitoplasma bercabang, terletak di antara sel-sel penyokong di bagian dasar

3. Sel olfaktorius diantara sel-sel penyokong, sel bipolar dengan sebuah badan sel, sebuah
dendrit yang menonjol ke permukaan, dan sebuah akson yang masuk lebih dalam ke lamina
propria.

2. Faring
Nasofaring adalah bagian pertama faring, yang berlanjut sebagai orofaring ke arah kaudal,
yaitu bagian posterior rongga mulut. Dilapisi oleh epitel respiratorik pada bagian yang
berkontak dengan palatum mole. Orofaring dilapisi epitel selapis gepeng
3. Laring
merupakan bagian yang menghubungkan faring dan trakea. Pada lamina propia (bagian dari
mukosa) terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah
masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara (epiglottis) yang merupakan juluran dari
tepian laring yang disusun oleh sel epitel selapis gepeng dan sel silindris bersilia
4. Trakea
Merupakan saluran kaku yang panjangnya 10 – 12 cm dan bergaris tengah 2 – 2,5 cm. Trakea
mempunyai dinding relatif tipis, lentur, dan berkemampuan untuk memanjang saat bernafas
dan gerakan badan.

5. PARU / PERCABANGAN BRONKUS


Percabangan dari trakea (bronkus primer, bronkus lobaris, bronkiolus, bronkiolus terminalis).
Bronkus utama (primer) kanan bercabang lagi sebelum memasuki jaringan paru menjadi
bronkus sekunder lobus atas dan lobus bawah. Setiap bronkus lobaris bercabang lebih lanjut
menjadi bronkus tersier, yang turut menyusun segmen bronkopulmonal. Bronkiolus bercabang
lebih lanjut, membentuk 5 – 7 bronkioli terminalis dan masing-masing akan bercabang lagi
menjadi dua bronkiolus respiratorius.
6. Bronkus
Bercabang-cabang dengan setiap cabang yang mengecil diamemter sekitar 5 mm. mukosa
bronkus besar secara structural mirip dengan ,ukosa trakea, kecuali susunan kartilago dan otot
polosnya, lamina propia mengandung serat elastin dan kelenjar serosa dan mukosa.

7. Bronkiolus
Jalan nafas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang, terbentuk setelah generasi kesepuluh
percabangan dan tidak memiliki kartilago maupun kelenjar dalam mukosa. Tidak punya sel
goblet, ada otot polos yang tebal, bronkiolus epitelnya bertingkat silindris bersilia, ada sel
clara, punya banyak otot elastis.
8. Bronchiolus Respiratorius
Pada dinding bronkiolus respiratorius diselingi oleh alveolus tempat terjadinya pertukaran
gas. Respirasi dijumpai mulai dari bronkiolus respiratorius sampai alveolus. Bronkiolus
respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kubis yang dilanjutkan dengan epitel selapis gepeng.

9. Duktus Alveolaris
Duktus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, dilapisi oleh epitel selapis gepeng. Pada
dindingnya mengandung banyak alveolus. Masih dijumpai otot polos pada dindingnya

10. Alveoli dan Sakus Alveolaris


Sakus alveolaris adalah sekelompok alveoli yang bermuara ke dalam suatu ruangan. Alveoli
bentuknya polihedral atau heksagonal. Masing masing alveolus dilapisi epitel selapis gepeng
yang sangat halus tapi sempurna. Pada potongan tipis dapat dilihat adanya celah pada
septum sehingga memungkinkan hubungan antara dua alvioli yang saling berdampingan

3) Fisiologi pada saluran pernafasan


FUNGSI SALURAN PERNAPASAN
Salah satu tantangan terpenting pada seluruh bagian saluran pernapasan adalah menjaga
saluran tetap terbuka agar udara dapat keluar dan masuk alveoli dengan mudah.
Fungsi pernapasan Normal pada hidung
Saat udara mengalir melalui hidung, terdapat tiga fungsi berbeda yang dikerjakan oleh
rongga hidung:
(1) Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum yang luas, dengan total area kira
– kira 160 cm2.
(2) Udara dilembapkan sampai hamper lembap sempurna bahkan sebelum udara
meninggalkan hidung.
Dan (3) udara disaring sebagian. Semua fungsi ini secara bersama – sama disebut fungsi
pelembap udara saluran napas bagian atas.
Fungsi penyaringan hidung
Bulu – bulu pada pintu masuk lubang hidung penting untuk menyaring partikel – partikel
besar. Walaupun demikian, jauh lebih penting untuk mengeluarkan partikel melalui
persipitasi turbulen

4) Mekanisme Pernafasan
Udara cenderung bergerak dari daerah bertekanan tinggi ke daerah bertekanan
rendah,menuruni gradien tekanan. Berikut adalah tiga tekanan penting pada
ventilasi,yaitu:
1. Tekanan atmosfer (barometrik)
 Ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer terhadap benda-benda di
permukaan bumi.
 Di ketinggian permukaan laut besarnya adalah 760mmHg
 Tekanan atmosfer akan berkurang dengan penambahan ketinggian
diatas permukaan laut karena kolom udara diatas permukaaan bumi
menurun.
2. Tekanan intra-alveolus/tekanan intrapulmonalis
Tekanan intra-alveolus adalah tekanan di dalam alveolus.
3. Tekanan intrapleura/tekanan intratoraks
 Tekanan di dalam kantung pleura
 Tekanan yang terjadi di luar paru dan di dalam rongga toraks
 Rata-rata besar tekanannya saat istirahat adalah 756 mmHg

INSPIRASI EKSPIRASI

Tekanan atmosfer ↑ ↓

Tekanan intra-alveolus ↓ ↑

Tekanan intrapleura ↑ ↓
5) Pengaturan Ventilasi, Perfusi dan Difusi
VENTILASI
a. Ventilasi Paru
Mekanisme Ventilasi Paru
Paru-paru dapat dikembangkempiskan melalui dua cara, yaitu:
 Dengan gerakan naik turunnya diafragma untuk memperbesar atau
memperkecil rongga dada
 Dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau memperkecil
diameter anteroposterior rongga dada

Pernapasan normal dan tenang dapat dicapai dengan hampir sempurna melalui
metode pertama, yaitu melalui gerakan dinding diafragma. Selama inspirasi,
kontraksi diafragma menarik permukaan bawah paru ke arah bawah. Kemudian,
selama ekspirasi, diafragma mengadakan relaksasi, dan sifat elastis daya lenting
paru (elastic recoil), dinding dada, dan struktur abdomen akan menekan paru-
paru dan mengeluarkan udara. Namun, selama bernapas kuat, daya elastis tidak
cukup kuat untuk menghasilkan ekspirasi cepat yang diperlukan, sehingga
diperlukan tenaga ekstra yang terutama diperoleh dari kontraksi otot-otot
abdomen, yang mendorong isi abdomen keatas melawan dasar diafragma,
sehingga mengkompresi paru. Otot paling penting yang mengangkat rangka iga
adalah m.intercostalis eksterna, tetapi otot-otot yang membantunya adalah:

1. Sternokleidomastoideus, mengangkat sternum ke atas


2. Serratus anterior, mengangkat sebagian besar iga
3. Skale-nus, mengangkat dua iga pertama

Otot-otot yang menarik rangka iga ke bawah selama ekspirasi adalah:

1. Rektus abdominis
2. Intercostalis internus
b. Ventilasi Alveolus
Ruang rugi dan efeknya pada ventilasi alveolus
Sebagian udara yang dihirup oleh seseorang tidak pernah sampai pada
daerah pertukaran gas, tapi hanya mengisi saluran napas yang tidak mengalami
pertukaran gas, seperti pada hidung, faring, dan trachea. Udara ini disebut udara
ruang rugi, sebab tidak berguna untuk pertukaran gas.
Pada waktu ekspirasi, yang pertama kali dikeluarkan adalah udara dalam
ruang rugi, sebelum udara alveoli sampai ke udara luar. Oleh karena itu, ruang
rugi merupakan kerugian untuk pengeluaran gas ekspirasi dari paru.
Pengukuran Volume Ruang Rugi

Untuk perhitungan yang lebih tepat maka rumus berikut ini dapat digunakan :

𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐴 𝑥 𝑉𝑒
Vd=𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐵+𝐴𝑟𝑒𝑎 𝐴

Ket:

Vd= Udara ruang rugi

Ve= Volume udara ekspirasi total

Contoh :

Area pada gambar adalah 30cm2, Area B adalah 70cm2, dan volume ekspirasi total adalah
500 ml. Ruang rugi akan menjadi?
30 𝑥 500
Vd= = 150 𝑚𝑙
30+70

Ruang Rugi Anatomis Lawan Ruang Rugi Fisiologis

Ruang rugi anatomis, mengukur volume seluruh ruang sistem pernapasan selain
alveoli dan daerah-daerah pertukaran gas lainnya yang berkaitan erat. Sedangkan ruang
rugi fisiologis, mengukur volume seluruh ruang sistem pernapasan termasuk alveoli dan
daerah pertukaran gas lainnya yang berkaitan.
Kapasitas Paru
 Volume alun napas (tidal) : jumlah udara yang masuk ke paru saat inspirasi atau keluar
paru saat ekspirasi. Nilai rata-rata : 500 mL
 Volume cadangan inspirasi (IRV) : jumlah udara yang masih dapat masuk dalam paru
pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa. Nilai rata-rata : 3000 mL
 Kapasitas inspirasi : IRV + TV = 3500 mL (nilai rata-rata)
 Volume cadangan ekspirasi (ERV) : jumlah udara yang dikeluarkan secara aktif dari
dalam paru melalui kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. Nilai rata-rata :
1000 mL
 Volume residu : udara yang masih tinggal di dalam paru setelah ekspirasi maksimal.
Nilai rata-rata : 1200 mL
 Kapasitas residu fungsional : volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasif normal.
Nilai rata-rata : 2200 mL
 Kpasitas vital : volume udara maksimal yang dapat dikeluarkan dalam satu kali
bernapas setetelah inspirasi maksimal. Nilai rata-rata : 4500 mL
 Kapasitas paru total : volume udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru. Nilai
rata-rata : 5700 mL

DIFUSI GAS
Setelah alveoli diventilasikan dengan udara segar, langkah selanjutnya dalam
proses pernapasan adalah difusi oksigen dari alveoli ke pembuluh darah paru dan difusi
karbon dioksida dalam arah sebaliknya, keluar dari pembuluh darah. Proses difusi secara
sederhana merupakan gerakan molekul-molekul secara acak yang menjalin jalan ke
seluruh arah melalui membran pernapasan dan cairan yang berdekatan.

PERFUSI

Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi,
dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri
pulmonaris dari ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan
ikut serta dalam proses pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus.
Sirkulasi paru merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan
dapat mengakodasi variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-
waktu terjadi penurunan voleme atau tekanan darah sistemik.
Transpor gas

Karena O2 dan CO2 tidak terlarut dalam darah maka keduanya harus diangkut terutama melalui
mekanisme diluar pelarutan fisik biasa. Faktor utama yang menentukan seberapa banyak Hb
berikatan dengan O2 (% saturasi Hb) adalah Po2. Hubungan antara Po2darah dan % saturasi
adalah sedemikian sehingga pada kisaran Po2kapiler paru, Hb tetap ham pir jenuh
meskipunPo2darah turun hingga 40%
6) Pengendalian pernafasan
I.Pengaturan saraf
Pusat pernafasan terletak di medula dan pons, yang merupakan bagian dari batang otak
medula merupakan pusat inspirasi dan ekspirasi. Pusat inspirasi secara otomatis
membangkitkan impuls dalam irama ritmis. Impuls ini berjalan sepanjang saraf menuju otot
respirasi untuk merangsang kontraksinya. Hasilnya adalah inhalasi. Saat paru-paru
terinflasi, baroreseptor di jaringan paru mendeteksi peregangan inI dan membangkitkan
impuls sensorik menuju medula; impuls ini mulai mendepresi pusat inspirasi. Ini disebut
refleks inflasi Hering-Bauer, yan gmembantu mencegah paru berlebihan.
Ketika pusat inspirasi terdepresi, terjadilah penurunan impuls menuju otot pernafasan
yang akan berelaksasi menimbulkan ekhalasi. Kemudian pusat inspirasi akan aktif kembali
untuk memulai siklus pernafasan lain. ketika dibutuhkan ekhalasi yang lebih kuat, seperti
kita melakukan latihan, pusat inspirasi mengaktifkan pusat ekspirasi, yang membangkitkan
impuls menuju muskuli interkostale interni dan muskuli abdominis.
Dua pusat pernafasan di pons yang bekerja dengan pusat inspirasi yang menghasilkan
irama pernafasan normal. Pusat apneustik memperlama inhalasi, dan kemudian diinterupsi
oleh impuls dari pusata pneumotaksis, yang merupakan salah satu yang mempengaruhi
ekhalasi. Pada pernafasan normal, inhalasi berlangsung satu sampai dua detik, diikuti oleh
ekhalasi yang sedikit lebih lama (dua sampai tiga detik), yang menghasilkan kisaran normal
frekuensi pernafasan antara 12 sampai 20 kali permenit.
Apa yang baru saja digambarkan merupakan pernafasan normal,
tetapi (ariasinya mungkin terjadi dan cukup sering. kondisi emosi biasanya mempengaruhi
respirasi ketakutan yang tiba-tiba bisa menyebabkan terengah-engah dan teriakan,
dan kemarahan biasanya mempercepat pernafasan. Pada situasi ini impuls dari
hipotalamus memodifikasi keluaran dari medula. korteks serebral mampu mengubah
kecepatan atau irama pernafasan kita secara volunter untuk berbicara, bernyanyi, bernap
as lebih cepat atau lambat, bahkan untuk berhenti bernapas sekitar satu menit sampai
dua menit. namun, perubahan tersebut tidak bisa terus menerus, dan medula, pada
akhirnya akan mengambil kendali.
Batuk dan bersin merupak refleks untuk mengeluarkan iritan dan jalan napas;
medula berisi pusat bagi kedua refleks ini. Bersin dirangsang oleh bahan yang mengiritasi
mukosa hidung, dan batuk dirangsang oleh iritasi pada mukosa faring, laring atau trakea.
kerja refleks pada hakikatnya sama untuk keduanya: suatu inhalasi diikuti ekhalasi yang
dimulai dengan penutuapan glotis untuk meningkatkan tekanan. Kemudian glotis terbuka
tiba-tiba dan ekhalasi terjadi eksplosif. Batuk akan langsung dikeluarkan lewat mulut,
sementara bersin dikeluarkan lewat hidung.
Reflex ekspirasi yang lain adalah menguap. kebanyakan kita menguap ketika lelah, tetapi
stimulus untuk dan tujuan menguap tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa
kemungkinan, seperti kekurangan oksigen atau akumulasi karbon dioksida, tetapi yang
benar-benar pasti belum diketahui. demikian juga, kita tidak tahu kenapa menguap itu
menular, tetapi dengan melihat seseorang menguap hampir dipastikan membuat diri kita
juga menguap.
II.Pengaturan kimiawi
Pengaturan kimiawi mengacu pada efek pernapasan terhadap pH darah dan kadar
oksigen dan karbondioksida dalam darah. kemoreseptor yang mendeteksi perubahan
dalam gas darah dan pH terletak di korpuskarotikus dan aortikus dan di dalam medula itu
sendiri.
Penurunan kadar oksigen darah (hipoksia) dideteksi oleh kemoreseptor di korpus
karotikus dan aortikus. Impuls sensorik dibangkitkan oleh reseptor tersebut lalu menjalar
sepanjang nervus glosofaringeus dan nervus vagus menuju medula, yang berespons
dengan meningkat kedalaman atau frekuensi respirasi (atau keduanya). Respons ini akan
membawa lebih banyak udara mengikuti paru-paru sehingga lebih banyak oksigen dapat
berdifusi kedarah untuk memperbaiki keadaan hipoksia.
7) Pengaturan pernafasan ketika beraktifitas

Ketika beraktivitas, jumlah O2 yang memasuki aliran darah di paru meningkat karena adanya
kenaikan jumlah O2 yang ditambahkan pada tiap satuan darah dan bertambahnya aliran darah
paru per menit. Pada aktivitas fisik sedang, kenaikan ventilasi disebabkan oleh peningkatan
kedalaman pernafasan, dan diikuti oleh peningkatan frekuensi berat . Ventilasi mendadak
berkurang saat aktivitas fisik berhenti, dan setelah jeda singkat akan diikuti oleh penurunan
bertahap ke nilai sebelum latihan. Ketika aktivitas dimulai , ventilasi alveolus mendadak
meningkat tanpa didahuli peningkatan Pco2 arteri. Peningkatan ventilasi alveolus ini biasanya
cukup besar sehingga pada awalnya menurunkan Pco2 arteri di bawah normal. Pengaruh
berbagai nilai Pco2 arteri terhadap ventilasi alveolus bila tubuh dalam keadaan istirahat.
Arteri yang mula-mula pada keadaan istirahat dan kemudian pada keadaan beraktivitas. Pada
kedua keadaan ini, Pco2 barada pada nilai normal sebesar 40 mmHg.
Jika, selama kerja, Pco2 arteri berubah dari nilai normalnya 40 mmHg, maka akan memberikan
efek perangsangan ekstra terhadap ventilasi pada Pco2 lebih dari 40 mmHg dan efek depresan
pada Pco2 kurang dari 40 mmHg

8) Peran paru pada pengaturan asam basa tubuh


Sistem pernapasan merupakan salah satu sistem utama untuk mengatur konsentrasi
H+ dalam cairan tubuh. Sistem asam karbonat-bikarbonat merupakan buffer ekstrasel
yang paling penting.

Ratio dipertahankan sehingga pH darah tidak berubah dari 7,4. Perubahan ratio menyebabkan
gangguan keseimbangan asam basa yaitu terjadi asidosis atau alkalosis. Konsentrasi HCO3 –
diatur terutama di ginjal sedangkan PCO2 dalam cairan ekstraseluler diatur oleh laju
pernapasan.

Asidosis

Asidosis terjadi bila pH turun dibawah 7,4.

1. Asidosis respiratorik
Asidosis yang disebabkan oleh peningkatan PCO2
2. Asidosis metabolic
Asidosis yang disebabkan oleh penurunan HCO3 –

Alkalosis

Alkalosis terjadi bila pH meningkat di atas 7,4

1. Alkalosis respiratorik
Alkalosis yang disebabkan oleh penurunan PCO2
2. Alkalosis metabolic
Alkalosis yang disebabkan oleh peningkatan HCO3 –
Daftar Pustaka

F.Paulsen & J.Waschke. 2012. Atlas Anatomi Manusia “Sobotta”, Edisi 23 Jilid 3. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Junqueira,et.all.2011.Histologi Dasar Teks dan Atlas edisi 12. Jakarta : EGC Hal 292

GUYTON. 2011. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN ED.12. JAKARTA. EGC

Dr. R. Darmanto,Sp.P,FCCP. 2014. RESPIROLOGI ED.2. JAKARTA. EGC

Ganong, Wiliam F. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 22. Jakarta, EGC

Sherwood, Lauralee.2013.Human Physiology:From Cells to Systems 8th edition.US:Cengage Learning

Anda mungkin juga menyukai