Disususn Oleh :
Dosen Pengampu :
2022
A. ANATOMI
Letak anatomi tubuh manusia :
Anterior : Depan
Medial : Tengah
Superior : Atas
Dextra : Kanan
Ventra : Bagian depan
Interna : Dalam
Proximal : Pangkal
Central : Pusat
Parietal : Lapisan luar
Superfisial : Dangkal
Horizontal : Bidang datar
Transversal : Potingan melintang
Posterior : Belakang
Lateral : Samping
Inferior : Bawah
Sinistra : Kiri
Dorsal : Bagian belakang
Externa : Luar
Distal : Ujung
Perifer : Pinggir (tepi)
Visceral : Lapisan dalam
Profunda : Dalam
Vertikal : Bidang tegak
Longitudinal : Potongan memanjang
B. FISIOLOGI
Fungsi Respirasi
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan respirasi dimana
respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Fungsi
utama sistem respirasi adalah untuk memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam
jumlah yang cukup untuk metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida.
Metabolisme sel
berbagai macam enzim. Metabolisme sel sendiri terdiri dari 2 proses:Metabolisme sel
adalah reaksi-reaksi kimiawi di dalam sel yang terjadi untuk menjaga agar sel tersebut
tetap hidup. Berlangsungnya metabolisme di dalam sel diatur oleh
1. Anabolisme, yaitu proses penyusunan molekul-molekul kompleks yang esensial
untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan sel. Proses ini adalah proses yang
membutuhkan energi.
2. Katabolisme, yaitu proses pembongkaran molekul-molekul kompleks menjadi
molekul yang lebih sederhana. Proses ini akan menghasilkan energi yang dibutuhkan
untuk menunjang terjadinya anabolisme
2. Asma
Asma termasuk salah satu gangguan pernapasan yang paling umum. Menurut data Badan
Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2019, terhitung sekitar 262 juta orang di seluruh dunia
memiliki penyakit asma.Pengidap asma kerap mengalami gejala berupa sesak napas atau
mengeluarkan suara napas yang nyaring (mengi). Ada pula serangan asma yang disebut
eksaserbasi atau flare up. Ini merupakan kondisi ketika serangan asma tidak terkontrol.
Asma bersifat kronis, yang artinya penyakit ini tidak akan menghilang. Belum ada obat
yang bisa menyembuhkan asma. Oleh karena itu, pasien membutuhkan penanganan
medis yang berkelanjutan supaya gejala asma tetap terkendali.
3. Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri M. tuberculosis. Serupa dengan flu, seseorang bisa
tertular TB bila menghirup udara yang mengandung percikan batuk atau bersin orang-
orang yang terinfeksi.Meski demikian, penularan TB tidaklah semudah itu. Butuh kontak
yang lama dan dekat dengan pasien sampai Anda turut terinfeksi. Terkadang, bakteri juga
bisa menginfeksi tanpa menimbulkan gejala. Kondisi ini disebut TB laten.
Terlepas dari fakta tersebut, tuberkulosis bisa menjadi gangguan pernapasan yang
berbahaya. Menurut Kementerian Kesehatan RI, penyakit ini bahkan diperkirakan telah
menyebabkan 93 ribu kematian per tahunnya di Indonesia.
4. Pneumonia
Gangguan pernapasan ini berupa infeksi yang membuat kantong udara di paru-paru terisi
oleh nanah atau cairan. Karena kondisi ini, pasien mengalami berbagai gejala seperti
batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, dan sesak napas.Pneumonia dapat
mengancam jiwa, terutama pada bayi dan anak kecil, lansia di atas 65 tahun, dan orang-
orang dengan kekebalan tubuh yang lemah.
Berdasarkan penyebabnya, terdapat beberapa jenis pneumonia, yakni pneumonia bakteri,
pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia fungal.
5. PPOK
PPOK (penyakit paru obstruktif kronis) merupakan penyakit radang paru-paru kronis
yang menyebabkan terhambatnya aliran udara dari paru-paru. Jenis penyakitnya yang
paling umum adalah emfisema dan bronkitis kronis.
Kemunculan gejala PPOK terjadi secara progresif. Pada awal kemunculan penyakit,
pasien mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Gejalanya baru mengganggu jika
penyakitnya sudah berada lama di tubuh Anda.
Beberapa gejala yang akan muncul antara lain batuk kronis, batuk berdahak, sesak napas,
mengi, dan kelelahan.
Faktor yang mempengaruhi frekuensi pernafasan
o Usia
Faktor yang memengaruhi frekuensi pernapasan adalah usia. Menurut Charilaos
Chorpiliadis dan Abhishek Bhardwaj dalam jurnal Physiologi: Respiratory Rate (2021), anak-
anak memiliki frekuensi pernapasan yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Makin muda
usia seseorang, maka makin tinggi frekuensi pernapasannya. Misalnya, seorang anak
berusia satu tahun memiliki frekuensi pernapasan sekitar 24 hingga 40 napas per menit (dua
kali lipa frekuensi pernapasan dewasa yang normal).
o Jenis kelamin
Faktor yang memengaruhi frekuensi pernapasan selanjutnya adalah jenis kelamin.
Perbedaan frekuensi pernapasan laki-laki dan perempuan disebabkan laki-laki memiliki
kapasitas paru-paru yang lebih besar dari perempuan. Hal tersebut menyebabkan laki-laki
menghirup lebih banyak volume udara daripada perempuan. Namun, perempuan memiliki
frekuensi pernapasan yang lebih tinggi daripada laki-laki.
o Suhu tubuh
Suhu tubuh yang meningkat dapat menyebabkan peningkatan pernapasan. Hal tersebut
dikarenakan tubuh mencoba untuk mendinginkan diri.
o Penyakit
Penyakit juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi frekuensi pernapasan. Beberapa
pernyakit menurunkan frekuensi pernapasan, namun beberapa lainnya menaikkan frekuensi
pernapasan. Penyakit seperti cedera kepala, penyumbatan saluran pernapasan, apnea tidur,
masalah metabolisme, stroke dapat menurunkan frekuensi pernapasan. Adapun penyakit
seperti demam, dehidrasi, serangan panik, efusi pleura, radang paru-paru, kelainan jantung,
infeksi saluran pernapasan, dan keracunan karbon monoksida dapat meningkatkan
frekuensi pernapasan.
o Posisi tubuh
Dilansir dari Biology Libretexts, paru-paru sangat rentan terhadap perubahan besar dan
arah gaya gravitasi. Akibatnya, posisi tubuh seseorang akan memengaruhi frekuensi
penapasan yang dilakukan paru-paru. Misalnya, posisi berdiri akan menaikkan frekuensi
pernapasan. Sedangkan, posisi berbaring akan menurunkan frekuensi pernapasan.
o Keadaan emosi
Keadaan emosi seseorang juga dapat memengaruhi frekuensi pernapasannya. Keadaan
emosi seperti takut, cemas, dan marah dapat meningkatkan frekuensi pernapasan.
Perasaan senang yang besar juga dapat menaikkan hormon adrenalin dan memicu
peningkatan frekuensi pernapasan.