Anda di halaman 1dari 22

isyiyah 

adalah salah satu organisasi otonom bagi wanita Muhammadiyah yang didirikan


di Yogyakarta pada 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan 19 Mei 1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan.
Sudah satu abad berdiri, 'Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan Persyarikatan
Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah sosial, pendidikan, kesehatan, dan
keagamaan yang selama ini menjadi titik tolak gerakannya.
Gerakan 'Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan manfaat bagi
peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Hasil yang sangat nyata
adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar,
hingga perguruan tinggi.

Daftar isi

 1Tentang 'Aisyiyah
 2Peran dan perkembangan
 3Identitas
 4Jaringan kerja sama
 5Program
o 5.1Pemberdayaan
o 5.2Kesehatan
o 5.3Pendidikan
 6Lihat pula
 7Pranala luar

Tentang 'Aisyiyah[sunting | sunting sumber]


'Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang berdiri hampir bersamaan
dengan berdirinya organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dalam kiprahnya yang lebih dari satu
abad di Indonesia, saat ini ‘Aisyiyah telah memiliki 34 Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah
(setingkat provinsi), 370 Pimpinan Daerah 'Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2.332 Pimpinan Cabang
'Aisyiyah (setingkat kecamatan) dan 6.924 Pimpinan Ranting 'Aisyiyah (setingkat kelurahan).
Selain itu, 'Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak di berbagai bidang
yaitu: pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Amal
usaha di bidang pendidikan saat ini berjumlah 4.560 yang terdiri dari kelompok bermain, pendidikan
anak usia dini, taman kanak-kanak, tempat penitipan anak, sekolah dasar, sekolah menengah
pertama, dan lain-lain.
Sedangkan amal usaha di bidang kesehatan yang terdiri dari rumah sakit, rumah bersalin, Badan
Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu berjumlah hingga 280 yang tersebar di
seluruh wilayah Indonesia.
Sebagai gerakan yang peduli dengan kesejahteraan sosial, 'Aisyiyah hingga kini juga memiliki
sekitar 459 amal usaha yang bergerak di bidang ini meliputi: rumah singgah anak jalanan, panti
asuhan, dana santunan sosial, tim pengrukti jenazah dan Posyandu.
'Aisyiyah menyadari, bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan meningkat tanpa
peningkatan kemampuan ekonomi di lingkungan perempuan. Oleh sebab itu, berbagai amal usaha
yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi ini di antaranya koperasi, Baitul Maal wa Tamwil,
toko/kios, BU EKA, simpan pinjam, home industry, kursus keterampilan dan arisan. Jumlah amal
usaha tersebut hingga 503 buah.
'Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di Indonesia juga memiliki beragam
kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya penyadaran terhadap kehidupan
bermasyarakat muslim Indonesia. Hingga saat ini kegiatan yang mencakup pengajian, Qoryah
Thayyibah, Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), Badan Zakat Infaq dan Shodaqoh
serta musala berjumlah 3785.

Peran dan perkembangan[sunting | sunting sumber]

'Aisyiyah diwakili Siti Munjiyah dan Siti Hajinah tergabung dalam Comita Congres Perempoean


Indonesia tahun 1928

Setelah berdiri, 'Aisyiyah tumbuh dengan cepat. Sebagai organisasi perempuan Muhammadiyah,
'Aisyiyah kemudian tumbuh menjadi organisasi otonom yang berkembang ke seluruh penjuru tanah
air.
Pada tahun 1919, dua tahun setelah berdiri, 'Aisyiyah merintis pendidikan dini untuk anak-anak
dengan nama Frobelschool, yang merupakan taman kanak-kanak pertama kali yang didirikan oleh
bangsa Indonesia. Selanjutnya taman kanak-kanak ini diseragamkan namanya menjadi TK 'Aisyiyah
Bustanul Athfal yang saat ini telah mencapai 5.865 TK di seluruh Indonesia.
Gerakan pemberantasan kebodohan yang menjadi salah satu pilar perjuangan 'Aisyiyah terus
dicanangkan dengan mengadakan pemberantasan buta huruf pertama kali, baik buta huruf
Arab maupun Latin pada tahun 1923. Dalam kegiatan ini para peserta yang terdiri dari para gadis
dan ibu-ibu rumah tangga belajar bersama dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan
pemajuan partisipasi perempuan dalam dunia publik.
Selain itu, pada tahun 1926, 'Aisyiyah mulai menerbitkan majalah organisasi yang diberi nama
Suara 'Aisyiyah, yang awal berdirinya menggunakan bahasa Jawa. Melalui majalah bulanan inilah
'Aisyiyah antara lain mengkomunikasikan semua program dan kegiatannya termasuk konsolidasi
internal organisasi.
Dalam hal pergerakan kebangsaan, 'Aisyiyah juga termasuk organisasi yang turut memprakarsai
dan membidani terbentuknya organisasi wanita pada tahun 1928. Dalam hal ini, 'Aisyiyah bersama
dengan organisasi wanita lain bangkit berjuang untuk membebaskan bangsa Indonesia dari
belenggu penjajahan dan kebodohan. Badan federasi ini diberi nama Kongres Perempuan
Indonesia yang sekarang menjadi KOWANI (Kongres Wanita Indonesia). Lewat federasi ini berbagai
usaha dan bentuk perjuangan bangsa dapat dilakukan secara terpadu.
Dalam perkembangannya, gerakan 'Aisyiyah dari waktu ke waktu terus meningkatkan peran dan
memperluas kerja dalam rangka peningkatan dan pemajuan harkat wanita Indonesia. Hasil yang
sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas ribuan sekolah dari taman kanak-kanak
hingga perguruan tinggi, rumah sakit, balai bersalin, panti asuhan, panti jompo, rumah-rumah sosial,
lembaga ekonomi dan lain-lain diberbagai tempat sebagai contoh di TK Aisyiyah Bustanul Alfal di
Botokan, Jonggrangan, Klaten Utara, Klaten.

Identitas[sunting | sunting sumber]
'Aisyiyah, organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, merupakan gerakan Islam dan
dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berasaskan Islam serta bersumber pada Al-
Qur'an dan As-Sunnah.

Jaringan kerja sama[sunting | sunting sumber]


Sejak berdiri, 'Aisyiyah telah menjalin kerja sama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar
negeri. Pada masa pergerakan nasional, kerja sama lebih ditujukan untuk menjalin semangat
persatuan guna perjuangan untuk melepaskan bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Pada
tahun 1928, 'Aisyiyah menjadi salah satu pelopor berdirinya badan federasi organisasi wanita
Indonesia yang sekarang dikenal dengan nama Kongres wanita Indonesia (KOWANI)
Beberapa lembaga baik semi pemerintah maupun non pemerintah yang pernah menjadi mitra kerja
'Aisyiyah dalam rangka kepentingan sosial bersama antara lain: Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga (PKK), Peningktan Peranan Wanita untuk keluarga Sehat dan Sejahtera (P2WKSS),
Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial ( DNIKS), Yayasan Sayap Ibu, Badan
Musyawarah Organisasi Islam Wanita Indonesia (BMOIWI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Di samping itu, 'Aisyiyah juga melakukan kerja sama dengan lembaga luar negri dalam rangka
kesejahteraan sosial, program kemanusiaan, sosialisasi, kampanye, seminar, workshop, melengkapi
prasarana amal usaha, dan lain-lain. Di antara lembaga luar negeri yang pernah bekerja sama
dengan 'Aisyiyah adalah: Oversea Education Fund (OEF), Mobil Oil, The Pathfinder
Fund, UNICEF, UNESCO, WHO, Universitas Johns Hopkins, USAID, AUSAID, NOVIB, The New
Century Foundation, The Asia Foundation, Regional Islamic of South East Asia Pasific, World
Conference of Religion and Peace, UNFPA, UNDP, Bank Dunia, Parnership for Governance Reform
in Indonesia, beberapa kedutaan besar negara sahabat dan lain-lain.

Program[sunting | sunting sumber]
Pemberdayaan[sunting | sunting sumber]
Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaan dan kemasyarakatan,
'Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan kiprahnya untuk memajukan kehidupan
masyarakat khususnya dalam pengentasan kemiskinan dan ketenagakerjaan.
Dengan visi “Tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas pemberdayaan ekonomi
keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”, 'Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi
bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-
pengembangan ekonomi kerakyatan.
Beberapa program pemberdayaan di antaranya: Mengembangkan Bina Usaha Ekonomi Keluarga
Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Saat ini 'Aisyiyah memiliki dan
membina Badan Usaha Ekonomi sebanyak 1.426 buah di wilayah, daerah dan cabang yang berupa
badan usaha koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/toko.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]
Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah menempati posisi yang
sangat serius dalam gerakan 'Aisyiyah. Dengan misi sebagai penggerak terwujudnya masyarakat
dan lingkungan hidup yang sehat, 'Aisyiyah kemudian mengembangkan pusat kegiatan pelayanan
dan peningkatan mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup melalui
pendidikan. Saat ini 'Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan setidaknya 10 RSKIA (Rumah
Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 klinik bersalin, 232 BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang
tersebar di seluruh Indonesia
Beberapa program yang dikembangkan antara lain: peningkatan kualitas pelayanan kesehatan yang
terjangkau di seluruh rumah sakit, rumah bersalin, Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak
yang dikelola oleh 'Aisyiyah serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of
development yang tidak hanya sebagai tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan
secara optimal dalam mengobati lingkungan masyrakat.
'Aisyiyah melalui Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup juga melakukan kampanye peningkatan
keadaran masyarakat dan penanggulangan penyakit berbahaya dan menular,
penanggulangan HIV/AIDS dan NAPZA, bahaya merokok dan minuman keras, dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan bekerja sama dengan berbagai pihak, meningkatkan
pendidikan dan perlindungan kesehatan reproduksi perempuan, menyelenggarakan pilot project
system pelayanan terpadu antara lembaga kesehatan, dakwah sosial, dan terapi psikologi Islami.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama gerakan 'Aisyiyah,
melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majelis Pendidikan Tinggi, 'Aisyiyah
mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak mulia untuk umat dan bangsa.
Dengan tujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta mencerdaskan
kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang bertakwa, berakhlak mulia, cakap,
percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat serta diridai Allah SWT,
berbagai program dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan dari usia pra TK
sampai sekolah menengah umum dan keguruan.
Saat ini 'Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan sebanyak: 86 kelompok
bermain/pendidikan anak usia dini, 5.865 taman kanak-kanak, 380 madrasah diniyah, 668
TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA, 10 sekolah luar biasa, 14 sekolah dasar, 5 SLTP, 10 madrasah
tsanawiyah, 8 SMU, 2 SMK, 2 madrasah aliyah, 5 pesantren putri, serta 28 pendidikan luar sekolah.
Saat ini 'Aisyiyah juga dipercaya oleh pemerintah untuk menyelenggarakan ratusan PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk pendidikan tinggi 'Aisyiyah
memiliki 3 perguruan tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia.
Selain itu, 'Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan sumber daya
kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara integratif dan profesional yang
mengarah pada penguatan dan pengembangan dakwah amar makruf nahi mungkar menuju
masyarakat madani.
Muhammadiyah
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian

Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya


dapat dipastikan. Mohon bantu kami mengembangkan artikel ini dengan
cara menambahkan rujukan ke sumber tepercaya. Pernyataan tak
bersumber bisa saja dipertentangkan dan dihapus.
Cari sumber: "Muhammadiyah" – berita · surat
kabar · buku · cendekiawan · JSTOR (Pelajari cara dan kapan saatnya untuk
menghapus pesan templat ini)

Muhammadiyah

Lambang Persyarikatan Muhammadiyah

Tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H

pendirian (18 November 1912; 108 tahun lalu)

Pendiri K.H. Ahmad Dahlan

Tipe Organisasi Masyarakat Islam

Tujuan Keagamaan, pendidikan, dan sosial

 Jalan Cik Di Tiro 23, Kota


Kantor pusat
Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta[1]
 Jalan Menteng Raya 62, Jakarta

Pusat, Jakarta[1]

Wilayah Indonesia
layanan

Jumlah 50 juta
anggota

Ketua Umum Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si.

Situs web muhammadiyah.or.id

Bagian dari seri tentang

Islam

tampil

Iman

tampil

Ritual

tampil

Teks dan hukum

tampil

Sejarah dan pemimpin

tampil

Firqah
tampil

Budaya dan masyarakat

tampil

Topik terkait

  Portal Islam

 l
 b
 s

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama


organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Muhammadiyah memiliki arti pengikut Nabi Muhammad.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang
terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam
bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial
dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam
bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan
berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-
perintah Al-Qur'an, di antaranya surat Ali 'Imran ayat 104 yang berbunyi: Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung. Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah,
mengandung isyarat untuk bergeraknya umat dalam menjalankan dakwah Islam secara
teorganisasi, umat yang bergerak, yang juga mengandung penegasan tentang hidup
berorganisasi. Maka dalam butir ke-6 Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
dinyatakan, melancarkan amal-usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi,
yang mengandung makna pentingnya organisasi sebagai alat gerakan yang niscaya.
Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti
asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

Daftar isi
 1Sejarah

 2Organisasi

o 2.1Jaringan kelembagaan

o 2.2Pembantu Pimpinan Persyarikatan

o 2.3Organisasi otonom

o 2.4Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah

 3Referensi

 4Amal usaha

 5Pendidikan

o 5.1Universitas

o 5.2Sekolah Tinggi

 5.2.1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)

 5.2.2Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Pendidikan

 5.2.3Sekolah Tinggi Ekonomi (STIE)

 5.2.4Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STIH)

 5.2.5Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (STISIP)

 5.2.6Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA)

 5.2.7Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM)

 5.2.8Sekolah TInggi Manajemen Informatika dan Ilmu Komputer


(STMIK)

 5.2.9Sekolah Tinggi Teknologi (STT)

 5.2.10Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK)

 5.2.11Sekolah Tinggi Farmasi (STF)

 5.2.12Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER)

 5.2.13Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI)

 5.2.14Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (STIS)


 5.2.15Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)

o 5.3Institut

o 5.4Politeknik

o 5.5Akademi

 5.5.1Akademi Keperawatan (Akper)

 5.5.2Akademi Kebidanan (Akbid)

 5.5.3Akademi Teknik Elektromedik

 5.5.4Akademi Teknik Radiodiagnostik & Radioterapi

 5.5.5Akademi Analis Kesehatan

 5.5.6Akademi Kesehatan Lingkungan

 5.5.7Akademi Fisioterapi

 5.5.8Akademi Statistika

 5.5.9Akademi Akuntansi

 5.5.10Akademi Farmasi (Akfar)

 5.5.11Akademi Pariwisata (Akpar)

 6Rujukan

 7Bacaan lanjut

 8Lihat pula

 9Pranala luar

Sejarah[sunting | sunting sumber]
Pusat Dakwah Muhammadiyah di Jakarta

Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung


Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).[2]
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan
untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-
hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan
kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan
diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai
Hogere School Moehammadijah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School
Moehammadijah (sekarang dikenal dengan Madrasah Muallimin Muhammadiyah
Yogyakarta khusus laki-laki, yang bertempat di Jalan S Parman No.
68 Patangpuluhan, kecamatan Wirobrajan dan Madrasah Muallimat Muhammadiyah
Yogyakarta khusus perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang keduanya sekarang
menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah) yang bertempat di Yogyakarta dan dibawahi
langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama
”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai
Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton
Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton
Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui salat
istikharah (Darban, 2000: 34).[3] Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912–1923),
pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan
seperti: Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah
Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-
kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa
Muhammadiyah ke Sumatra Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam.
Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke
seluruh Sumatra Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke
seluruh Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah
tersebar ke seluruh Indonesia.

Organisasi[sunting | sunting sumber]
Jaringan kelembagaan[sunting | sunting sumber]
1. Pimpinan Pusat, Kantor pengurus pusat Muhammadiyah awalnya berada
di Yogyakarta. Namun pada tahun 1970, komite-komite pendidikan, ekonomi,
kesehatan, dan kesejahteraan berpindah ke kantor di ibu kota Jakarta. Struktur
Pimpinan Pusat Muhammadiyah 2010–2015 terdiri dari lima orang penasihat,
seorang ketua umum yang dibantu dua belas orang ketua lainnya, seorang
sekretaris umum dengan dua anggota, seorang bendahara umum dengan
seorang anggotanya.
2. Pimpinan Wilayah, setingkat provinsi, terdapat 33 Pimpinan Wilayah
Muhammadiyah.
3. Pimpinan Daerah, setingkat kabupaten/kota.
4. Pimpinan Cabang, setingkat kecamatan.
5. Pimpinan Ranting, setingkat pedesaan/kelurahan.
6. Pimpinan Cabang Istimewa, untuk luar negeri.
Pembantu Pimpinan Persyarikatan[sunting | sunting sumber]
1. Majelis
o Majelis Tarjih dan Tajdid
o Majelis Tabligh
o Majelis Pendidikan Tinggi
o Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah
o Majelis Pendidikan Kader
o Majelis Pelayanan Sosial
o Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan
o Majelis Pemberdayaan Masyarakat
o Majelis Pembina Kesehatan Umum
o Majelis Pustaka dan Informasi
o Majelis Lingkungan Hidup
o Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia
o Majelis Wakaf dan Kehartabendaan

1. Lembaga
o Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting
o Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan
o Lembaga Penelitian dan Pengembangan
o Lembaga Penanggulangan Bencana
o Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah
o Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik
o Lembaga Seni Budaya dan Olahraga
o Lembaga Hubungan dan Kerja sama International
Organisasi otonom[sunting | sunting sumber]
Muhammadiyah juga memiliki beberapa organisasi otonom, yaitu:

 'Aisyiyah (Wanita Muhammadiyah)
 Pemuda Muhammadiyah
 Nasyiatul Aisyiyah (Putri Muhammadiyah)
 Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM)
 Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM)
 Hizbul Wathan (Gerakan kepanduan)
 Tapak Suci Putera Muhammadiyah (Perguruan silat)
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Daftar Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Persyarikatan Muhammadiyah

Petahana
Prof. Dr. KH. Haedar Nashir, M.Si.
sejak 6 Agustus 2015

Masa jabatan 1 tahun (1912–1941)

3 tahun (1950–1978)

5 tahun (1985–sekarang)

Dibentuk 18 November 1912

Pejabat pertama K.H. Ahmad Dahlan


Situs web muhammadiyah.or.id

Berikut ini adalah daftar orang yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Pimpinan
Pusat Muhammadiyah.[4]

No Awal Akhir Tempat Rapat/


Foto Ketua Umum
. menjabat menjabat Musyawarah[5] Muktamar

1 K.H. Ahmad Dahlan 1912 1923 Yogyakarta Rapat Tahun


ke–1

Rapat Tahun
ke–2

Rapat Tahun
ke–3

Rapat Tahun
ke–4

Rapat Tahun
ke–5

Rapat Tahun
ke–6

Rapat Tahun
ke–7

Rapat Tahun
ke–8

Rapat Tahun
ke–9
Rapat Tahun
ke–10

Rapat Tahun
ke–11

Rapat Tahun
ke–12

Rapat Tahun
ke–13

Rapat Tahun
ke–14

Surabaya Kongres ke–15

Pekalongan Kongres ke–16


2 K.H. Ibrahim 1923 1934

Yogyakarta Kongres ke–17

Padang Kongres ke–18

Surakarta Kongres ke–19

Yogyakarta Kongres ke–20

Makassar Kongres ke–21

Semarang Kongres ke–22


Yogyakarta Kongres ke–23

3 K.H. Hisyam 1934 1937 Banjarmasin Kongres ke–24

Jakarta Kongres ke–25

Yogyakarta Kongres ke–26

Malang Kongres ke–27

4 K.H. Mas Mansur 1937 1942 Medan Kongres ke–28

Yogyakarta Kongres ke–29

Kongres ke–30

Purwokerto

1942 1944 Fait Accompli

Muktamar
1944 1946
Darurat

Ki Bagoes
5
Hadikoesoemo
Silahturrahmi
1946 1950 Yogyakarta
se–Jawa

Muktamar ke–
1950 1953
31

6 Buya A.R. Sutan Muktamar ke–


1953 1956 Purwokerto
Mansur 32

1956 1959 Yogyakarta Muktamar ke–


33

Muktamar ke–
7 K.H. M. Yunus Anis 1959 1962 Palembang
34

Muktamar ke–
1962 1965 Jakarta
35

8 K.H. Ahmad Badawi

Muktamar ke–
1965 1968 Bandung
36

Muktamar ke–
9 KH Faqih Usman 1968 1968
37
Palembang

10 K.H. A.R. Fachruddin 1968 1971 Fait Accompli

1971 1974 Makassar Muktamar ke–


38
Muktamar ke–
1974 1978 Padang
39

Muktamar ke–
1978 1985 Surabaya
40

Muktamar ke–
1985 1990 Surakarta
41

K.H. Ahmad Azhar Muktamar ke–


11 1990 1995 Yogyakarta
Basyir 42

Prof. Dr. H. Amien Muktamar ke–


12 1995 1998
Rais 43

Banda Aceh

Sidang Tanwir &


1998 2000
Rapat Pleno
Prof. Dr. H. Ahmad
13
Syafii Maarif
Muktamar ke–
2000 2005 Jakarta
44

14 Prof. Dr. KH. Muktamar ke–


2005 2010 Malang
Din Syamsuddin 45
MA

2010 2015 Yogyakarta Muktamar ke–


46

Prof. Dr. K.H.


15 2015 2020 Makassar
Haedar Nashir, M.Si.

Rumah Sakit ‘Aisyiyah Pariaman terletak di jalan Abdul Muis Taratak, Kelurahan
Taratak, Kota Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Rumah Sakit ini merupakan salah
satu amal usaha dibawah naungan Muhammadiyah Kota Pariaman., karena alasan
strategis dilimpahkan menjadi salah satu amal usaha naungan ‘Aisyiyah
Muhammadiyah Kota Pariaman.

Bermula dari Rumah Bersalin Aisyiyah (BKIA) yang telah dirintis berdirinya oleh Hj.One
Syarifah Dinar dan diresmikan pada tanggal 23 September 1978 yang berlokasi di jalan
SM Djamil Kampung Perak Pariaman, pada waktu itu khusus melayani persalinan.
Pada tahun 1990 Rumah Bersalin ini mengalami kemandekan, pasien jarang masuk
dan kadang-kadang sampai dua bulan pasien tidak ada laporan pengurus tahun
1992.Oleh karena itu diupayakan memperluas pelayanan, pelayanan tidak hanya
melayani persalinan tapi juga melayani kegiatan pelayanan kesehatan secara umum.

Pada waktu itu telah direncanakan perobahan RBA/BKIA menjadi Rumah Sakit Umum
(Rapat pengurus 28 September 1990). Tetapi demikian RBA/BKIA (Persiapan RSU)
masih saja belum bisa bangkit, malahan sampai mengalami titik kevakuman beberapa
bulan. Ditengah kevakuman itulah pada tanggal 19 September 1993 pengurus dibawah
pimpinan Hj.Masna S.BA berusaha menjalin kerjasama dengan seorang pengusaha
asal Sungai Limau yang berdomisili di Jakarta, yaitu bapak H.Sofyan Ahmad Zakaria.
Setelah kerja sama disepakati dan pelayanan hanya bersifat pelayanan/perawatan
medis secara umum, nama RBA/BKIA berobah menjadi Klinik Aisyiyah.

Kemudian kerja sama yang dilakukan juga tidak menguntungkan pada persyarikatan,
maka berdasarkan arahan dari Pimpinan PusatAisyiyah dan Pimpinan Wilayah Aisyiyah
Sumatera Barat, pada tanggal 20 September 1997 Klinik Aisyiyah kembali ketangan
organisasi yang waktu itu kepemimpinan diserahkan kepada Hj.Asmak Bakry,A.Md
yang kemudian diusahakan melengkapi sarana sarana yang diperlukan, pada waktu itu
yang sangat mendesak adalah membangun ruangan UGD yang siap menerima pasien
24 jam. Alhamdulillah dengan telah kembalinya Klinik ke tangan organisasi, serta
kesungguhan kita bersama dalam mengelola amal usaha ini, dari tahun ke tahun amal
usaha ini dapat dikembangkan dan ditingkatkan.

Pada bulan Mei 2002, dengan terpilihnya Ibu Hj.Asmak Bakry,A.Md menjadi Ketua
Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Padang Pariaman, maka Pimpinan Klinik di
amanahkan kepada Dra.Anismar Amir sebagai ketua penyelenggara, struktur
kepengurusan disusun berdasarkan kaidah amal usaha kesehatan
Muhammadiyah/Aisyiyah.

Akhirnya dibentuklah struktur kepengurusan klinik aisyiyah yang terdiri dari Badan
Penyelenggara dan badan Pengelola. Badan Penyelenggara mengurus urusan
kepemilikan mewakili persyarikatan, sedangkan badan Pengelola mengurus urusan
pelayanan medis. Maka pengurus yang telah diamanahkan ini baik Badan
Penyelenggara maupun Badan Pengelola secara bersama mencoba melakukan
pembenahan baik dari segi fisik bangunan, peralatan maupun pelayanan.

Alhamdulillah Klinik Aisyiyah semakin hari semakin dibutuhkan keberadaannya oleh


masyarakat. Banyak harapan dari masyarakat kepada Muhammadiyah/Aisyiyah agar
Klinik dapat lebih ditingkatkan dan dikembangkan. Hal ini terlihat dari beberapa
permasalahan yang muncul diantaranya :
a. Diantara sesama pasien sering terjadi perselisihan akibat dari perebutan
membooking kelas, sementara klinik hanya memiliki 2 ruangan kelas.
b. Beberapa pasien bersalin kesasar ke Klinik, sementara kita belum dapat melayani
pasien bersalin, karena kita belum mempunyai ruangan khusus untuk bersalin pada
saat itu. Berdasarkan permasalahan diatas pengurus mencoba mengatasi salah satu
permasalahan tersebut dengan memprogramkan berdirinya Rumah Bersalin Aisyiyah.
Akhirnya rencana tersebut disampaikan kepada persyarikatan dan akhirnya rencana
mendirikan Rumah Bersalin Aisyiyah (RBA) disepakati dengan memanfaatkan gedung
pengembangan pendidikan Panti Asuhan Aisyiyah yang telah diwakafkan oleh keluarga
Hj.Marlina Bukhari.
Alhamdulillah pada tanggal 15 januari 2004 terwujudlah satu harapan masyarakat
dengan diresmikannya Rumah Bersalin Aisyiyah yang berlokasi di Jalan Abdul Muiz
No.26 Taratak Pariaman.
Keberadaan RBA semakin hari semakin dibutuhkan oleh masyarakat, hal ini terlihat dari
peningkatan jumlah kunjungan pasien setiap tahunnya dan pelayanan pada pasien
yang harus dioperasi juga sering bermasalah, karena harus merujuk ke RSUD
Pariaman dan kita harus melalui prosedur yang berlaku dan harus melalui birokrasi
yang panjang dan melelahkan, sementara pasien harus kita tangani cepat. Sementara
Rumah Bersalin Aisyiyah belum dapat melakukan operasi karena belum berstatus
Rumah Sakit.

Oleh karena itu pengurus mulai memprogramkan untuk mendirikan Rumah Sakit
Bersalin Aisyiyah, rencana ini disampaikan pada bulan September 2004 kepada
persyarikatan selaku pemilik amal usaha yang pada waktu penyampaian laporan
pertanggungjawaban pengurus tahun ke II (2003-2004) akhirnya rencana mendirikan
Rumah Sakit Bersalin disepakati secara bersama dengan menambah lokasi bangunan
RBA yang telah ada untuk ruangan operasi dan IGD sebagai salah satu persyaratan
berdirinya Rumah Sakit Bersalin.

Padatanggal 28 Agustus 2000 Bapak Prof.Dr.H.M.AmienRais, M.A


KetuaUmumPartaiAmanatNasional (PAN) menyerahkan 1 unit mobil ambulance merek
Daihatsu tahun 2000 untukdigunakanKlinik ‘Aisyiyah Padang Pariaman.

Pada kunjungan Menteri Kesehatan RI Ibu Dr. Dr. Siti Fadilah Sapari Sp.JP (K) pada
tanggal 13 Juni 2006 telah menyerahkan bantuan peralatan medis kamar operasi
Rumah Sakit Bersalin ‘Aisyiyah Pariaman senilai Rp. 250.000.000 (dua ratus lima puluh
juta rupiah ).
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah sesuai dengan SKOT No. 121/V
O/A/2010 tanggal 05 Agustus 2010 memutuskan memberi dukungan program
pengembangan RS PKU Muhammadiyah Kabupaten Padang Pariaman/ Kota Pariaman
sebesar Rp. 1.000.000.000 (satu milliar rupiah) pada tanggal 16 Desember 2012
bantuan satu unit ambulance dari Hj. Hanifah Ilyas kepada ‘Aisyiyah Kota Pariaman
untuk operasional Rumah Sakit ‘Aisyiyah Pariaman.

Alhamdulillah pada tanggal l8 Juni 2007 Rumah Sakit Bersalin ‘Aisyiyah Pariaman
meningkat statusnya menjadi Rumah Sakit Bersalin ‘Aisyiyah Pariaman. Dengan
berkembang pesatnya pelayanan kesehatan ini maka pada bulan Februari 2011
meningkat status menjadi Rumah Sakit ‘Aisyiyah Pariaman yang menggabungkan Klinik
‘Aisyiyah dengan Rumah Sakit Bersalin ‘Aisyiyah. Pada tanggal 3 Agustus 2011
pemerintah Kota Pariaman mengeluarkan surat izin operasional Rumah Sakit ‘Aisyiyah
Pariaman dengan nomor : 445.5 /01/Izin Yankes /DKK/SIRS/VIII/2011.
Seiring dengan perkembangan Rumah Sakit dalam melengkapi sarana, prasarana seta
pengembangan SDM maka pada akhir Desember 2011 mengajukan permohonan
Akreditasi RS ke Komisaris Akreditasi RS (KARS). Rumah Sakit ‘Aisyiyah Pariaman
telah lulus tingkat penuh (16 program) dikeluarkan oleh KARS dengan Nomor : KARS –
SERT/752/VI/2012, untuk masa berlaku 3 tahun mulai dari tanggal 29 Juni 2012 s/d 29
Juni 2015, dan kemudian Rumah Sakit Lulus Tingkat Perdana dengan Nomor : KARS-
SERT/407/V/2017 berlaku sampai dengan 4 Mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai