Anda di halaman 1dari 10

Organisasi otonom Muhammadiyah adalah organisasi yang di bawah naungan dan arahan

Persyarikatan Muhammadiyah yang diberi hak, kewajiban, dan wewenang untuk mengatur
rumah tangga sendiri. Organisasi ini bertugas untuk membina anggota Persyarikatan
tertentu dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah. Ortom memperoleh bimbingan dan
pembinaan oleh Pimpinan Muhammadiyah, seperti tercantum dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah bab VIII pasal 21 tentang organisasi otonom.

Beberapa contoh organisasi otonom (ortom) ini adalah; ’Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah,
Nasyiyatul ’Aisyiyah/NA, Ikatan Pelajar Muhammadiyah/IPM, Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah/IMM, Tapak Suci Putra Muhammadiyah, dan Hizbul Wathan. 

1.’Aisyiyah

        ’Aisyiyah merupakan salah satu organisasi otonom wanita yang didirikan tanggal 19 Mei
1917 di Yogyakarta  dengan ketua pertama kali Ny. Walidah (Ny. Ahmad Dahlan). Saat
ini,’Aisyiyah telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah ’Aisyiyah (setingkat provinsi) , 370 Pimpinan
Daerah  ’Aisyiyah (setingkat kebupaten), 2.332 Pimpinan Cabang ’Aisyiyah (setingkat
kecamatan), dan 6.924 Pimpinan Ranting ’Aisyiyah (setingkat kelurahan). Selain itu, ’Aisyiyah
juga mengembangkan amal usaha yang bergerak di berbagai bidang seperti; pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat. Lembaga ini juga
berkontribusi dalam literasi antara lain dengan penerbitan Suara ’Aisyiyah. Yakni majalah
bulanan yang telah  terbit sejak tahun 1926 sampai kini. Majalah ini merupakan majalah wanita
tertua  di Indonesia yang terbit sampai sekarang. Majalah ini berfungsi sebagai alat organisasi
yang mensosialisasikan program-program ’Aisyiyah, menambah pengetahuan, dan penyadaran
warga ’Aisyiyah akan peran perempuan dalam dunia domestik dan publik. 

2. Pemuda Muhammadiyah

    Berdirinya organisasi Pemuda Muhammadiyah ini berawal dari keberadaan Siswo Proyo
Priyo  (SPP). Yakni suatu gerakan yang sejak awal oleh K.H.Ahmad Dahlan diharapkan dapat
melakukan pembinaan para remaja/pemuda Islam. Perkembangan Siswo Proyo Priyo semakin
pesat. Maka pada Kongres Muhammadiyah ke 21 di Makassar tahun 1932 diputuskan untuk
mendirikan Muhammadiyah Bagian Pemuda. Organisasi ini merupakan bagian dari organisasi
dalam Muhammadiyah yang secara khusus mendidik dan mengasuh para remaja dan pemuda
keluarga Muhammadiyah. 

3. Nasyiatul ’Aisyiyah 

Nasyiatul ’Aisyiyah adalah organisasi remaja putri Muhammadiyah yang didirikan tanggal 16 Mei
1931 di Yogyakarta. Prinsip gerakan Nasyiatul ’Aisyiyah ini adalah bergerak dalam bidang
keagamaan, kemasyarakatan, dan keputrian. Lebih jauh, organisasi ini bertujuan untuk
membentuk pribadi putri Islam yang berguna bagi agama, keluarga, dan bangsa menuju
terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai Allah Swt. Adapun susunan
organisasi Nasyiatul ’Aisyiyah dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan Pusat hingga
tingkat Ranting. Kini organisasi Nasyiatul ’Aisyiyah telah berkembang menjangkau remaja putri di
seluruh wilayah Indonesia.

4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berdiri 18 Juli 1961.  Organisasi ini berdiri sebagai
konsekuensi banyaknya  sekoah/madrasah Muhammadiyah sebagai wadah pembinaan kader 
Muhammadiyah. Adapun semboyan IPM sejak tahun 1990 adalah  Tri Tertib, yakni Terbit
Ibadah, Tertib Belajar dan  Tertib Berorganisasi. Semboyan ini merupakan ruh gerakan dan 
merupakan cita-cita serta karakter khas pribadi anggota IPM.

Berikut adalah profil singkat ketujuh ortom Muhammadiyah :

1. Aisyiyah
‘Aisyiyah secara resmi didirikan pada tanggal 19 Mei 1917 bertepatan dengan 27
Rajab 1335 Hijriyah. Embrio berdirinya ‘Aisyiyah telah dimulai sejak didirikannya
perkumpulan Sapa Tresna di tahun 1914.

Sapa Tresna adalah perkumpulan gadis-gadis terdidik di sekitar kampung Kauman,


Yogyakarta. Nama ‘Aisyiyah terinspirasi dari istri Nabi Muhammad, yaitu ‘Aisyah
yang dikenal cerdas dan mumpuni.

Harapannya, profil Aisyah itu juga menjadi profil para anggota Aisyiyah.
(aisyiyah.or.id).

Berdirinya ‘Aisyiyah seperti halnya Muhammadiyah tidak lepas dari pemahaman


terhadap kandungan ayat-ayat Al Qur’an. Ayat yang menginspirasi berdirinya
‘Aisyiyah adalah Al Qur’an surat An Nahl ayat 97 :

‫ ِمنْ َذ َك ٍر أَ ْو أ ُ ْن َث ٰى َوه َُو م ُْؤ ِمنٌ َف َل ُنحْ ِي َي َّن ُه َح َيا ًة َط ِّي َب ًة ۖ َو َل َنجْ ِز َي َّن ُه ْم‬i‫صالِحً ا‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل‬
‫ون‬ َ ُ‫أَجْ َر ُه ْم ِبأَحْ َس ِن َما َكا ُنوا َيعْ َمل‬
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam
keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (tafsirweb.com)

Tujuan didirikannya ‘Aisyiyah adalah tegaknya agama Islam dan terwujudnya


masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dengan misi-misinya adalah sebagai
berikut :

Misi ‘Aisyiyah diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan,
meliputi:

1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman,


meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek
kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan sesuai dengan ajaran Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam.
4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi
akhlak.
5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah,
membangun dan memelihara tempat ibadah serta amal usaha yang lain.
6. Membina Angkatan Muda Muhammadiyah Puteri untuk menjadi pelopor,
pelangsung, dan penyempurna gerakan ‘Aisyiyah
7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta menggairahkan penelitian.
8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang
berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial,
kesejahteraan masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan dan kebenaran,
serta memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
11. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan
masyarakat baik dalam dan luar negeri.
12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi

2. Nasyiatul ‘Aisyiyah
Nasiyatul ‘Aisyiyah (NA) berdiri tanggal 2 Mei 1932 bertepatan dengan tanggal 26
Dzulhijjah 1350 Hijriyah. Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide
Somodirdjo, seorang guru Standart School Muhammadiyah.

Dia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan


adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya,
baik dalam bidang spiritual, intelektual, maupun jasmaninya.

Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktik


kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama.

Dengan bantuan Hadjid, seorang kepala guru agama di Standart School


Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan
perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart
School Muhammadiyah.

Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan dibentuknya Siswa
Praja adalah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan memperdalam
agama.

Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 di Yogyakarta diputuskan


semua nama gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau
bahasa Indonesia.

Karena cabang-cabang Muhammadiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan


(saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah).
Dengan adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi
Nasyi’atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah. (nasyiah.or.id)

Tujuan didirikannya Nasyiatul ‘Aisyiyah adalah terbentuknya putri Islam yang berarti
bagi keluarga, bangsa, dan agama menuju terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya dengan misi-misinya yaitu :

1. Melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar dalam membina putri Islam
yang berarti bagi agama, bangsa, dan negara menuju terwujudnya masyarakat yang
sebenar-benarnya.
2. Melaksanakan pencerahan dan pemberdayaan perempuan menuju masyarakat yang
menjunjung tinggi harkat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan
ajaran Islam.
3. Menyelenggarakan amal usaha dan meningkatkan peran Nasyiatul ‘Aisyiyah sebagai
pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah.

3. Pemuda Muhammadiyah
Pemuda Muhammadiyah secara resmi didirikan pada tanggal 26 Dzulhijjah 1350 H
bertepatan dengan 2 Mei 1932.

Awal berdirinya Pemuda Muhammadiyah secara kronologis dapat dikaitkan dengan


keberadaan Siswo Proyo Priyo (SPP), suatu gerakan yang sejak awal
diharapkan K.H. Ahmad Dahlan dapat melakukan kegiatan pembinaan terhadap
remaja/pemuda Islam.

Dalam perkembangannya SPP mengalami kemajuan yang pesat, hingga pada


Konggres Muhammadiyah ke-21 di Makasar pada tahun 1932 diputuskan berdirinya
Muhammadiyah Bagian Pemuda.

Ini merupakan bagian dari organisasi dalam Muhammadiyah yang secara khusus
mengasuh dan mendidik para pemuda keluarga Muhammadiyah.
Logo Pemuda Muhammadiyah, salah satu
organisasi otonom Muhammadiyah

Visi Pemuda Muhammadiyah adalah Mempersiapkan kader dan generasi muda 


Indonesia untuk siap menghadapi tantangan masa depan yang lebih beragam,
penuh dinamika dan  berbagai kepentingan datam rangka mencapai maksud dan
tujuan Pemuda Muhammadiyah.

Sedangkan misi Pemuda Muhammadiyah adalah Menjadikan gerakan dakwah amar


ma’ruf nahi  mungkar, gerakan keilmuan, gerakan sosialkemasyarakatan dan
gerakan kewirausahaan sebagai tumpuan kegiatan dengan memahami  setiap
persoalan yang timbut dan kebutuhan lingkungan dimana Pemuda Muhammadiyah
melakukan amal karya nyatanya.

4. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah sebuah Organisasi Gerakan
Mahasiswa Islam, sekaligus Organisasi Otonom Muhammadiyah yang bergerak di
bidang Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Kemasyarakatan. IMM berdiri di
Surakarta, tanggal 14 Maret 1964 M / 29 Syawal 1384 H. Tujuan IMM adalah
“mengusahakan terbentuknya Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia dalam rangka
mencapai Tujuan Muhammadiyah” (wikipedia).

Sejarah Berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah


merupakan bagian dari AMM (Angkatan Muda Muhammadiyah) yang merupakan organisasi
otonom di bawah Muhammadiyah.

Sesungguhnya ada dua faktor integral yang melandasi kelahiran Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah, yaitu faktor intem dan fakor ekstem. Faktor intem dimaksudkan yaitu faktor
yang terdapat didalam diri Muhammadiyah itu sendiri, sedangkan fakor ekstern adalah faktor
yang berawal dari luar Muhammadiyah, khususnya umat Islam di Indonesia dan pada umumnya
apa yang terjadi di Indonesia.
Faktor intern, sebenarnya lebih dominan dalam bentuk motivasi idealismse, yaitu motif untuk
mengembangkan ideologi Muhammadiyah, yaitu faham dan cita cita Muhammadiyah.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Muhammadiyah pada hakekatnya adalah sebuah wadah
organisasi yang punya cita-cita atau tujuan yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam, sehingga terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridloi oleh Allah SWT. Hal
ini termaktub dalam AD Muhammadiyah Bab II pasal 3. dan dalam merefleksikan cita-citanya ini,
Muhammadiyah mau tidak mau harus bersinggungan dengan masyarakat bawah (jelata) atau
masyarakat heterogen. Ada masyarakat petani, pedagang, peternakan dan masyarakat padat
karya dan ada masyarakat administratif dan lain sebagainya yang juga termasuk didalamnya
masyarakat kampus atau intelektual yaitu Masyarakat Mahasiswa.

Persinggungan Muhammadiyah dalam maksud dan tuiuannya, terutama terhadap masyarakat


mahasiswa, secara teknisnya bukan secara langsung terjun mendakwahi dan mempengaruhi
mahasiswa yang berarti orang-orang Mahasiswa, khususnya para mubalighnya yang langsung
terjun ke mahasiswa. Tapi dalam hal ini Muhammadiyah memakai teknis yang jitu yaitu dengan
menyediakan yang memungkinkan menarik animo atau simpati mahasiswa untuk memakai
fasilitas yang telah disiapkan.

Pada mulanya para mahasiswa yang bergabung atau yang mengikuti jejak-jejak Muhammadiyah
oleh Muhammadiyah dianggapnya cukup bergabung dalam organisasi otonom yang ada dalam
Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah (PM) Yang diperuntukkan pada mahasiswa
dan Nasyi’atul Aisyiyah (NA) untuk mahasisiwi yang lahir pada 27 Dzulhijjah 1349 H dan
Pemuda pada tanggal 25 Dzulhiijjah 1350 H.

Anggapan Muhammadiyah tersebut lahir pada saat-saat Muhammadiyah bermuktamar ke-25 di


Jakarta pada tahun 1936 Yang pada saat itu dihembuskan pula cita-cita besar Muhammadiyah
untuk mendirikan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan pada saat itu pula Pimpinan
Pusat (PP) Yang dipegang oleh KH. Hisyam (periode 1933-1937). Dan pada dikatakan bahwa
anggapan dan pemikiran mengenai perlunya menghimpun mahasiswa yang sehaluan dengan
Muhammadiyah yaitu sejak konggres ke-25 tersebut.

Namun demikian keinginan untuk menghimpun dan membina mahasiswa Muhammadiyah pada
saat itu masih vakum, karena pada waktu itu Muhammadiyah masih belum memiliki Perguruan
Tinggi seperti yang diinginkannya sehingga para mahasiswa yang berada di Perguruan Tinggi
lain baik negeri ataupun swasta yang sudah ada pada waktu itu secara ideologi tetap berittiba’
pada Muhammadiyah dalam kondisi tetap mereka harus mau bergabung dengan PM, NA
ataupun Hizbul Wathon (HW). Pada perkembangan keberadaan mereka yang berada dalam
ketiga organisasi otonom tersebut merasa perlu adanya perkumpulan khusus mahasiswa yang
secara khusus anggotanya terdiri dari mahasiswa Islam. Alternatif yang mereka pilih yaitu
bergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Bahkan ada image waktu itu yang
menyatakan bahwa HMI adalah anak Muhammadiyah yang diberi tugas khusus untuk membawa
mahasiswa dalam misi dan visi yang dimiliki oleh Muhammadiyah, karena waktu itu ditubuh HMI
sendiri dipegang oleh tokoh-tokoh Muhammadiyah yang secara aktif mengelola HMI.

Pada waktu itu Muhammadiyah secara kelembagaan turut mengelolai HMI baik dari segi moral
ataupun material, sampai belakangan ini menurut data-data yang ada di PP Muhammadiyah
menyatakan bahwa Muhammadiyah (terutama PTM dan RS Sosial) secara materiil turut
membiayai hampir setiap aktifitas HMI baik mulai dari tingkat konggres sampai aktifitas sehari
-hari. Disinilah sekali lagi bukan HMI yang turut menelorkan tokoh-tokoh Muhammadiyah tapi
sebaliknya bahwa Muhammadiyah yang dulu ikut aktif membesarkan HMI. Mengapa hal itu
dilakukan? Jawabannya seperti dikemukakan diatas, yaitu bahwa HMI diharapkan akan tetap
konsisten dengan faham keagamaan yang diilhami oleh Muhammadiyah. Namun pada
perkermbangannya dahulu mengalami perubahan-perubahan khususnya dalam independensi
diinginkan oleh Muhammadiyah oleh Muhammadiyah lebih cenderung liberal dalam segala
dalam segala aliran yang ada dalam teologi Islam boleh mewarnai tubuh HMI aliran-aliran
Asy’ariyah (cenderung menghidupkan kembali sunnah-sunnah rosul), aliran syi’ah (yang
cenderung mengkultuskan syaidina Ali bin Abi Tholib r.a), Mu’tazilah, nasionalisme, sekularisme,
pluralisme lainnya. Sementara dalam Muhammadiyah tidaklah independensi Muhammadiyah
ditekankan pada berpendapat namun masih dalam konteks wacana Islam masih tetap
berideologi Al-quran dan As-sunnah dalam Muhammadiyah tidak mengenal madzab-madzab
yang ada seperti madzab Syafi`i, Hambali dan Maliki.

Melihat fenomena diatas, HMI yang kian melesat kealam berideologi tersebut maka dengan
diplomasinya pihak PP Muhammadiyah mengeluarkan suatu policy atau kebijakan yaitu
menyelamatkan kader-kader Muhammadiyah yang masih berada dijenjang pendidikan
menengah atau Pendidikan Tinggi.

Pada tanggal 18 Nopember 1955 keinginan Muhammadiyah untuk mendirikan PTM ini, PP
Muhammadiyah melalui struktur kepemimpinannya membentuk departemen pelajar dan
mahasiswa yang menampung aspirasi aktif dari para pelajar dan mahasiswa.

Maka pada saat Muktamar Pemuda Muhammadiyah pertama di Palembang tahun 1956 di dalam
keputusannya menetapkan langkah ke depan Pemuda Muhammadiyah tahun 1956-1959 dan
dalam langkah ini ditetapkan pula usaha untuk menghimpun pelajar dan mahasiswa
Muhammadiyah agar kelak menjadi pemuda Muhammadiyah atau warga Muhammadiyah yang
mampu mengemban amanah.
Untuk lebih merealisasikan usaha PP Pemuda Muhammadiyah tersebut maka lewat KOPMA
(Konferensi Pimpinan Daerah Muhammadiyah) se-Indonesia pada tanggal 5 Shafar 1381/18 Juli
1962 di Surakarta, memutuskan untuk mendirikan IPM (Ikatan Pelajar Muhammadiyah). PP
Pemuda Muhammadiyah pada saat KONPIDA ini masih belum berhasil melahirkan organisasi
khusus Mahasiswa Muhammadiyah. Pada saat itu nasib boleh duduk dalam kepengurusan IPM.

Sehubungan dengan semakin berkembangnya PTM yang dirintis oleh Fakultas Hukum Dan
Filsafat di Padang Panjang yang berdiri pada tanggal 18 Nofember 1955 namun karena
peristiwa pemberontakan PRRI kedua fakultas tersebut vakum, kemudian berdiri di Jakarta PT
Pendidikan guru yang kemudian berganti nama menjadi IKIP. Pada tahun 1958 dirintis fakultas
serupa di Surakarta, di Yogyakarta berdiri akademi Tabligh Muhammadiyah dan di Jakarta
berdiri pula FIS (Fakultas Ilmu Sosial) yang sekarang UMJ. Karena semakin berkembangnya
PTM-PTM yang sudah ada maka pada tahun 1960-an ide-ide untuk menangani khusus
mahasiswa Muhammadiyah semakin kuat.

PP Pemuda Muhammadiyah yang oleh PP Muhammadiyah dan Muktamar ke-I di Palembang


(1956) dibebani tugas untuk menampung aspirasi aktif para Mahasiswa Muhammadiyah, segera
membentuk Study Group yang khusus Mahasiswa yang berasal dari Malang, Yogyakarta,
Bandung, Surabaya, Padang, Ujung Pandang dan Jakarta. Menjelang Muktamar
Muhammadiyah setengah abad di Jakarta tahun 1962 mengadakan kongres Mahasiswa
Muhammadiyah di Yogyakarta dan dari kongres ini semakin santer upaya para tokoh Pemuda
untuk melepaskan Departemen Kemahasiswaan untuk berdiri sendiri. Pada 15 Desember 1963
mulai diadakan pejajagan dengan didirikannya Dakwah mahasiswa yang dikoordinir oleh : Ir.
Margono, Dr. Sudibjo Markoes dan Drs. Rosyad Saleh. Ide pembentukan ini berasal dari Drs.
Moh. Djazman yang waktu itu sebagai Sekretaris PP Pemuda Muhammadiyah. Dan sementara
itu desakan agar segera membentuk organisasi khusus mahasiswa dari berbagai kota seperti
Jakarta dengan Nurwijo Sarjono MZ. Suherman, M. yasin, Sutrisno Muhdam, PP Pemuda
Muhammadiyah dll-nya.

Akhirnya dengan restu PP Muhammadiyah waktu itu diketuai oleh H.A. Badawi, dengan penuh
bijaksana dan kearifan mendirikan organisasi yang khusus untuk Mahasiswa Muhammadiyah
yang diketuai oleh Drs. Moh. Djazman sebagai koordinator dengan anggota M. Husni Thamrin,
A. Rosyad Saleh, Soedibjo Markoes, Moh. Arief dll.

Jadi Pendiri Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dan pencetus nama IMM adalah Drs. Moh.
Djazman Al-kindi yang juga merupakan koordinator dan sekaligus ketua pertama. Muktamar IMM
yang pertama pada 1-5 Mei 1965 di kota Barat, Solo dengan menghasilkan deklarasi yang
dibawah ini
1. IMM adalah gerakan Mahasiswa Islam
2. Kepribadian Muhammadiyah adalah Landasan perjuangan IMM
3. Fungsi IMM adalah sebagai eksponen mahasiswa dalam Muhammadiyah
(sebagai stabilisator dan dinamisator).
4. Ilmu adalah amaliah dan amal adalah Ilmiah IMM.
5. IMM adalah organisasi yang syah-mengindahkan segala hukum, undang-
undang, peraturan dan falsafah negara yang berlaku.
6. Amal IMM dilakukan dan dibaktikan untuk kepentingan agama, nusa dan
bangsa.

5. Ikatan Pelajar Muhammadiyah


Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berdiri 18 Juli 1961, hampir setengah abad
setelah Muhammadiyah berdiri. Jika dilacak jauh ke belakang, sebenarnya upaya
para pelajar Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah
sudah dimulai jauh sebelum lkatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tahun 1961.

Pada tahun 1919 didirikan Siswo Projo yang merupakan organisasi persatuan
pelajar Muhammadiyah di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada
tahun 1926, di Malang dan Surakarta berdiri GKPM (Gabungan Keluarga Pelajar
Muhammadiyah).

Selanjutnya pada tahun 1933 berdiri Hizbul Wathan yang di dalamnya berkumpul
pelajar-pelajar Muhammadiyah. Selengkapnya latar belakang berdirinya Ikatan
Pelajar Muhammadiyah atau IPM dapat dibaca di Muhammadiyah.or.id

Tujuan didirikannya IPM adalah terbentuknya pelajar muslim yang berilmu,


berakhlaq mulia dan terampil dalam rangka menegakkan dan menjunjung tinggi
nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

6. Hizbul Wathan
Hizbul Wathan (HW) didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 1336 H (1918 M)
atas prakarsa KH Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah.
Prakarsa itu timbul saat dia selesai memberi pengajian di Solo, dan melihat latihan
Pandu di alun-alun Mangkunegaran. (wikipedia)

HW didirikan dengan tujuan untuk menyiapkan, membina anak, remaja dan pemuda
yang memiliki aqidah, mental, fisik berilmu dan berteknologi serta berakhlaqul
kariman dengan tujuan terwujudnya muslim yang sebenar-benarnya, siap menjadi
kader persyarikatan, umat dan bangsa.
7. Tapak Suci Putera Muhammadiyah
Perguruan Tapak Suci didirikan pada tanggal 31 Juli 1960 sebagai kelanjutan dari
perguruan-perguruan silat yang telah ada sebelumnya dan melebur dalam satu
wadah Tapak Suci Putera Muhammadiyah.

Tujuan didirikannya Tapak Suci adalah mengembankan seni bela diri di Indonesia,
bersih dari ajaran yang tidak sesuai dengan Islam serta membentuk mental yang
kuat dan jasmani yang sehat.

Tapak Suci Putera Muhammadiyah didirikan dengan maksut dan tujuan sebagai
berikut :

1. Mendidik serta membina ketangkasan dan ketrampilan pencak sitat sebagai seni
beladiri Indonesia.
2. Memelihara kemurnian pencak sitat sebagai seni beladiri Indonesia yang sesuai dan
tidak menyimpang dari ajaran Islam sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral.
3. Mendidik dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah.
4. Melalui seni beladiri menggembirakan dan mengamalkan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan Nasional.
Demikian artikel tentang organisasi otonom Muhammadiyah, menyangkut secara
detil tentang masing-masing ortom, insya Alloh akan dimuat dalam artikel yang lain
tentang ortom.

Anda mungkin juga menyukai