Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN (AIK) 3


SEJARAH MUHAMMADIYAH
Diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Al-islam dan
Kemuhammadiyah (AIK) 3
Dosen: H. Yana Fajar FY. Basori, S.Ag., M.Si

Disusun Oleh:
Dinar Nabila Murthy 1420711026
Lutfi Deasar 1430711016
Mirna Nurlaili Syawalia 1430711016
Peggy Alvita Darmanto 1430711019
Siti Pujianti 1430711028
Tantry Rahmawati 1430711023
Viena Dara Ayu Utami 1430711024

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
2015
SEJARAH MUHAMMADIYAH

 Sejarah Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8


Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan KHA Dahlan.

KH A Dahlan memimpin Muhammadiyah dari tahun 1912 hingga tahun 1922.


Pada rapat tahun ke 11, Pemimpin Muhammadiyah dipegang oleh KH Ibrahim
yang kemudian memegang Muhammadiyah hingga tahun 1934. Rapat Tahunan
itu sendiri kemudian berubah menjadi Konggres Tahunan pada tahun 1926 yang
di kemudian hari berubah menjadi Muktamar tiga tahunan dan seperti saat ini
Menjadi Muktamar 5 tahunan.

 Faktor Objektif (Kondisi Sosial Dan Keagamaan Bangsa Indonesia


Pada Zaman Kolonial)

a. Kristenisasi = bersifat eksternal yang paling banyak mempengaruhi kelahiran


muhammadiyah, karena kegiatannya secara sistematis mengubah agama
penduduk asli baik yang muslim atau tidak menjadi kristen.

b. Kolonialisme Belanda = karena penjajah membawa pengaruh yang sangat


besar bagi perkembangan islam di Indonesia. Belanda yang secara sadar dan
terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin menyadarkan umat Islam
untuk melakukan perlawanan. Dengan demikian, KH. Ahmad Dahlan dengan
mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan terhadap kekuatan
penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama upaya meningkatkan kualitas
sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
 Faktor Subjektif (Keprihatinan Dan Keterpanggilan KH. Ahmad
Dahlan Terhadap Umat Dan Bangsa)

Faktor Subyektif yang sangat kuat, bahkan dikatakan sbagai faktor utama dan
faktor penentu yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil
pendalaman KHA. Dahlan terhadap Al Qur'an dalam menelaah, membahas dan
meneliti dan mengkaji kandungan isinya. Sikap KHA.

KHA. Dahlan tergerak hatinya untuk membangan sebuah perkumpulan,


organisasi atau persyarikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad
pada melaksanakan misi dakwah Islam amar Makruf Nahi Munkar di tengah
masyarakat kita.

 Profil KH. A. Dahlan Dan Pemikirannya

Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1


Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari1923 pada umur 54 tahun)
adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putera keempat dari tujuh
bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah
seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan
Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H.
Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta
Hadiningrat pada masa itu.

 Pemikiran-pemikiran KH. A. Dahlan tentang islam dan umatnya


1. Dalam bidang akidah, pandangan KH. Ahmad Dahlan sejalan dengan
pandangan dan pemikiran ulama salaf.
2. Menurut persefektif KH. A. Dahlan, bahwa beraga adalah beramal.
Artinya, bahwa beragama itu berkarya dan berbuat sesuatu: melakukan
tibdakan sesuai dengan isi pedoman alquran dan sunah.
3. Dasar pokok (sumber pokok) hukum islam menurut KH. A Dahlan adalah
al-quran dan sunah.
4. Dalam pandangan KH. A. Dahlan terdapat lima jalan untuk memahami al-
quran, yaitu : mengerti artinya, memahami maksudnya (tafsir), selalu
bertanya pada diri sendiri, apakah larangan agama yang telah diketahui,
telah ditinggalkan dan apakag perintah agama yang dipejari sudah
dikerjakan atau belum, tidak mencari ayat lain sebelum isi ayat
sebelumnya di kerjakan.
5. KH. A Dahlan menyatakan bahwa tindakan nyata wujud kongkrit dari
hasil penerjemahan al-quran dan organisasi adalah wadah tindakan nyata
tersebut.
6. Sesuai dengan dasar pemikiran bahwa seseorang itu perlu suka dan
bergembira, maka orang tersebut harus yakin bahwa mati adalah bahaya,
akan tetapi lupa kematian merupakan bahaya yang jauh lebih besar dari
kematian itu sendiri.
7. Kunci persoalan kehidupan adalah peningkatan kualitas hidup dan
kemajuan yang sedang berkembang dalam tata kehidupan masyarakat.
8. Pembinaan generasi muda (kader) dilakukan kiai dengan jalan interaksi
langsung.
9. Strategi menghadapi perubahan sosial akibat moderenisasi adalah merujuk
kepada al-quran, menghilangkan sikap fatalisme, dan sikap taqlid.
REFERENSI

http://www.muhammadiyah.or.id/content-50-det-sejarah.html (diakses tanggal


3Nopember 2014)

http://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-muhammadiyah-
di-indonesia/ (diakses tanggal 07 Nopember 2014)

http://violetaindriani.blogspot.com/2013/11/makalah-kemuhammadiyahan-latar-
belakang.html (diakses tanggal 07 Nopember 2014)

http://sevtolanang.blogspot.com/2013/01/sejarah-berdirinya-
muhammadiyah.html(diakses tanggal 07 Nopember 2014)

http://id.wikipedia.org/wiki/Ahmad_Dahlan (diakses tanggal 07 Nopember 2014)

Anda mungkin juga menyukai