Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENYELESAIAN

MASALAH DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM

Riski Putri Sekarini


18112143
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Abstract:

Struggle in the realm of training is viewed as one of the flimsy spots in the
administration of instructive organizations. This point of view arose due to the
organization administrators see struggle as something negative and
counterproductive. The contention in the association is straightforwardly relative
to the time of the association, including one of which is the instructive
organization. Start of the contention can be brought into the world of issues that
could be considered inconsequential or straightforward. Nonetheless, it's anything
but extraordinary to be a determinant of life expectancy or future endurance of an
association for the length of time any longer. In this way, need legitimate
administration to determine the struggle.

Keywords: Conflict, Institute of Education, Leadership

A. PENDAHULUAN
Konflik adalah suatu kondisi tidak menyenangkan yang terjadi dan
sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu dialami oleh diri sendiri
ataupun orang lain. Konflik bisa ditemui tanpa disengaja, baik disadari
ataupun tidak. Konflik bisa tiba-tiba muncul atau hadir ditengah-tengah
kesibukan seseorang berumah tangga, bekerja, bermasyarakat, beragama,
berbangsa dan bernegara. Dimanapun dan kapanpun seseorang berada, konflik
bisa saja terjadi. Jika tidak terjadi karena diri sendiri, konflik bisa terjadi
disebabkan oleh perilaku orang lain.
Salah satu sumber yang dapat menimbulkan konflik adalah sikap
tidak mau menerima kesalahan dan kenyataan. Sebagai contoh kecilnya
seseorang terlambat masuk kerja dan diketahui manajernya yang
menyebabkan ia ditegur. Menghadapi kenyataan itu ia menyangkal bahwa ia
sudah datang tepat waktu dan tidak menerima teguran dari manager tersebut.
Dari peristiwa tersebut selanjutnya muncul konflik antara dirinya dengan
manajer yang pada akhirnya mengganggu komunikasi dan interaksi dalam
bekerja.
Konflik kerap diartikan sebagai hal negative dan dihindari oleh
seseorang, karena konflik yang dialami dapat membuat seseorang merasa
tidak nyaman. Apabila hanya dibiarkan maka konflik dapat memacu
terjadinya depresi pada seseorang. Oleh sebab itu, apabila terjadi konflik maka
harus ditemukan solusinya yang terbaik, dihindari, didorong, atau diselesaikan
agar tidak menimbulkan masalah baru. Konflik harus dihadapi dan dikelola
secara bijak terutama apabila terjadi di lingkungan kerja. Karena hal tersebut
dapat merugikan organisasi seperti menurunkan semangat pegawai, kinerja
individu dan kelompok, bahkan dapat menurunkan produktivitas lembaga.
Untuk mengelola konflik dengan bijak maka butuh untuk diketahui
secara mendalam bentuk konflik yang sedang terjadi. Lewat pengenalan
bentuk konflik itu, solusi terbaik dalam menghadapinya dapat diketahui
dengan mudah dan tepat. Ketepatan dalam mengelola konflik dapat
menyebabkan produktivitas lembaga pada aspek positif, sedangkan
menghindari konflik adalah peristiwa yang dianggap negatif, dan merupakan
tindakan yang kurang tepat karena Tindakan tersebut dapat menurunkan
produktivitas individu, kelompok, dan bisa saja menurunkan produktivitas
organisasi.

B. KAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini akan dibahas tentang teori yang berkaitan dengan
artikel penelitian ini. Kajian Pustaka memuat tentang manajemen konflik dan
pengembangan kajian literatur.
1. Definisi Manajemen
Management berasal dari Bahasa latin mano yang artinya tangan,
menjadi manus yang artinya bekerja berkali-kali dengan menggunakan
tangan, ditambah imbuan agree yang artinya melakukan sesuatu, sehingga
menjadi managiare yang srtinya melakukan berkali-kali dengan
menggunakan tangan. Menurut tematis kata manajemen berasal dari kata
kerja to manage yang artinya mengurus, mengatur, mengemudikan,
mengendalikan, menangani, mengelola, menyelenggarakan, menjalankan,
melaksanakan, dan memimpin.1
Dalam Bahasa Indonesia management diterjemahkan menjadi
manajemen atau pengelolaan. Manajemen merupakan proses merencana,
mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi disegala
aspek supaya tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efesien.
Sehingga manajemen ialah bagian dari mengatur segala sesuatu sesuai
dengan pertimbangan dan perhitungan yang matang.2
Manajemen sendiri dapat didefinisikan melalui banyak cara. Salah
satu tokoh ilmu manajemen Marry Parker Follet mendefinisikan
manajemen sebagai seni mencapai sesuatu melalui orang lain. Dalam
definisi tersebut manajemen tidak menghendaki seseorang untuk bekerja
sendiri, tetapi bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
tertentu.3 Definisi lain menyebutkan bahwa manajemen merupakan ilmu

1
Ainur Rofiq Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yokyakarta, ‘Manajemen Konflik Dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Guru’, Nidhomul Had, 3 (2018), 81.
2
Bashori, ‘Manajemen Konflik Di Tengah Dinamika Pondok Pesantren Dan Madrasah’, Muslim
Heritage, 1.2 (2017), 353–70.
3
Kurniawan Alamsyah Deden, ‘Implementasi Manajemen Konflik Dalam Penyelesaian Masalah
Di PondokDarul Mutaqin Pagar Alam’, Journal of Chemical Information and Modeling, 53.9
(1981), 1689–99.
dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.4
Dengan melihat beberapa pengertian manajemen diatas, dan
kenyataan bahwa manajemen adalh ilmu sekaligus seni. Maka manajemen
dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan dari sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Faktor manusia dalam
manajemen adalah aspek terpenting sehingga berhasil atau tidak berhasil
suatu manajemen untuk mendorong dan menggerakkan orang-orang
kearah tujuan yang akan dicapai sangat tergantung pada sumber daya
manusia itu sendiri. Selain aspek manusia juda ada aspek barang, mesin,
metode dan cara berfikir yang berbeda. Aspek aspek tersebut bersifat
terbatas. Oleh sebab itu seorang pemimpin atau pendidik harus mampu
menggunakannya secara efektif dan efesien.
Dalam lembaga pendidikan manajemen adalah jantung
keberlangsungan dari lembaga pendidikan itu sendiri, contoh: sekolah.5
Kementerian Pendidikan Nasional memberikan definisi manajemen
sebagai proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran.6

4
Deden.
5
Jamaluddin Idris, ‘MANAJEMEN KONFLIK BERNUANSA ISLAMI DI SD RAMAH ANAK
KOTA LHOKSEUMAWE-PALITA’, 4.1 (2019), 73–89.
6
Fata Asyrofi Yahya, ‘PROBLEM MANAJEMEN PESANTREN , SEKOLAH , MADRASAH :
PROBLEM MUTU DAN KUALITAS’, VIII.1, 93–116.
2. Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata kerja latin configure yang berarti saling
memukul. Menurut sosiologisnya, konflik diartikan sebagai proses social
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.7
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata konflik memiliki arti
percekcokan, perselisihan atau pertentangan (Departemen Pendidikan
Nasional, 2016). Pengertian ini menunjukkan konflik sebagai suatu
kondisi atau keadaan terjadinya sebuah peristiwa percekcokan,
perselisihan atau pertentangan. Kata percekcokan memiliki kata dasar
cekcok yang artinya bertengkar, berbantah atau berselisih. Bertengkar
adalah keadaan dimana dua orang atau dua kelompok orang yang saling
berlawanan dengan menunjukkan ia yang benar sedangkan menunjuk
orang lain salah. Kondisi ini menyebabkan antara kedua orang atau kedua
kelompok saling berebut untuk menang.8
Dijelaskan oleh Robbins dalam organization behavior, bahwa
konflik adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya
ketidaksesuaian antara dua pendapat sudut pandang yang berpengaruh atas
pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh buruk maupun pengaruh negatif.9
Dalam sebuah organisasi konflik dapat disebabkan oleh:10
a. Keterbatasan sumberdaya organisasi
b. Kegagalan komunikasi
c. Perbedaan sifat, nilai, dan persepsi
d. Saling ketergantungan tugas
e. System pengajian
Sedangkan penyebab konflik dari luar organisasi disebabkan oleh:
a. Perkembangan iptek
b. Peningkatan kebutuhan masyarakat
c. Regulasi dan kebijakan pemerintah
d. Munculnya competitor baru
e. Keadaan politik dan keamanan
f. Keadaan ekonomi masyarakat
Tidak berbeda jauh dengan bertengkaran, konflik juga sering
dipahami sebagai suatu hal negatif yang mengarah pada pertengkaran atau
perselisihan antar individu ataupun kelompok. Disini konflik dipahami
sebagai sebuah perselisihan untuk menang atau kalah. Seseorang yang
7
Mohamas Muspawi, ‘MANAJEMEN KONFLIK (UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK
DALAM ORGANISASI)’, Penelitian Universitas Jambi Seri Humaniora, 16 (2014).
8
Puspita Weni, Manajemen Konflik (Suatu Pendekatan Psikologi, Komunikasi, Dan Pendidikan),
1st edn (Yogyakarta: Deepublish, 2018).
9
Murni, ‘Manajemen Konflik Dalam Pendidikan’, Intelektualita, 2016, 140–70.
10
Uswatun Hasanah, ‘MANAJEMEN KONFLIK DALAM MENINGKATKAN KUALITAS’, 10
(2020), 1–11.
mampu menunjukkan bahwa dirinya benar dan orang lain salah dapat
dinilai sebagai orang yang menang dalam konflik. Sebaliknya, apabila
seseorang menghindari konflik dan tidak dapat menunjukkan bahwa
dirinya benar makai ia dinilai telah kalah dalam konflik.
Seorang pionir Pendidikan resolusi konflik Morton Deutsch
berpendapat bahwa konflik, interaksi sosial antar individu atau kelompok
lebih dipengaruhi oleh perbedaan daripada oleh persamaan. Selanjutnya,
Stephen P. Robbins seseorang yang telah menelusuri perkembangan
konflik tersebut, memberi penekanan pada perbedaan antara pandangan
tradisional dan pandangan baru tentang konflik, ini sering disebut dengan
pandangan interaksionis. Perbedaan pendangan tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut:11
Pandangan Lama Pandangan Baru
Konflik dapat dihindari Konflik tidak dapat dihindari
Konflik disebabkan oleh Konflik timbul karena banyak
kesalahan-kesalahan manajemen sebab, termasuk struktur
dalam perancangan dan organisasi, perbedaan tujuan yang
pengelolaan organisasi atau oleh tidak dapat dihindarkan, perbedaan
pengacau dalam persepsi dan nilai-nilai
pribadi dan sebagainya
Konflik mengganggu organisasi Konflik dapat membantu atau
dan menghalangi pelaksanaan menghambat pelaksanaan kegiatan
optional organisasi dalam berbagai derajat
Tugas manajemen adalah Tugas manajemen adalah
menghilangkan konflik mengelola tingkat konflik dan
penyelesainnya
Pelaksanaan kegiatan organisasi Pelaksanaan kegiatan organisasi
yang optimal membutuhkan yang optimal membutuhkan
penghapusan konflik tingkat konflik yang moderat

Didalam konteks pendidikan, konflik menjadi salah satu kajian


menarik di ilmu manajemen pendidikan. Kehadiran konflik di ilmu
manajemen pendidikan selalu melekat di dalam persoalan keseharian yang
dialami pengelola lembaga pendidikan. Karena hal itu, pengelola Lembaga
pendidikan perlu perspektif dan tanggung jawab yang luas dalam
penanganan konflik. Terlebih dalam penanganan konflik di lembaga
pendidikan pengelola dihadapkan kepada dinamisasi sejumlah personel
(tenaga edukatif/ non edukatif) yang mempunyai sifat dan watak yang
berbeda-beda. Konflik dalam dunia Pendidikan sering dipandang sebagai
salah satu titik lemah dalam pengelolaan lembaga pendidikan. Pendangan
ini muncul karena pengelola lembaga pendidikan memandang konflik
sebagai suatu hal yang negatif dan kontraproduktif.12

11
Bashori.
12
Adri Efferi and others, MANAJEMEN KONFLIK DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN, 2013.
Konflik juga berkaitan dengan perbedaan, Rasulullah bersabda
bahwa perbedaan adalah rahmat, maksudnya perbedaan tersebut sangat
baik bagi umat manusia karena perbedaan memiliki manfaat yang besar
bagi manusia.13 Dalam QS. Hud ayat 118 Allah SWT berfirman:

َْ َّ‫َولَوْ ش َۤا َْء َربُّكَْ لَ َجعَ َْل الن‬


١١٨ – َْ‫اس ا ُ َّمةْ َّواحِ دَةْ َّو َْل يَ َزالُونَْ ُمخت َ ِلفِين‬

“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia jadikan manusia umat


yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih (pendapat)” (QS. Hud:118).

3. Manajemen Konflik
Melalui definisi dari manajemen dan konflik diatas dapat
disimpulkan bahwa manajemen dan konflik bisa diibaratkan sebagai satu
koin mata uang yang masing-masing sisi berbeda, tetapi memiliki fungsi
dan peran yang sama pentingnya. Manajemen sebagai alat dan konflik
sebagai objek.
Manajemen konflik merupakan proses pihak yang terlibat konflik
atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk
mengendalikan konflik agar menghasilkan resolusi yang didinginkan.14
Manajemen konflik berfungsi dalam mencapai tujuan yang diperjuangkan
dan menjaga hubungan pihak-pihak yang terlibat konflik tetap baik,
mengingat kegagalan dalam mengelola konflik dapat menghambat
pencapaian tujuan organisasi, maka pemilihan teknik pengendalian konflik
menjadi perhatian pimpinan organisasi. Tidak terdapat teknik
pengendalian konflik yang dapat digunakan dalam segala situasi, karena
dalam setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kekurangan masing-
masing. Memilih solusi konflik yang cocok harus sesuai dengan faktor-
faktor penyebabnya. Serta penerapan manajemen konflik yang tepat dapat
meningkatkan kreativitas, dan produktivitas bagi pihak-pihak yang
mengalami konflik.

4. Pengaruh Konflik Terhadap Lembaga Pendidikan


Suatu konflik dapat menimbulkan akibat atau resiko tertentu.
Namun disamping itu konflik juga dapat membawa dampak positif.
Sebagaimana yang dinyatakan G.W. Allport, bahwa semakin banyak
sarjana social yang memaparkan bahwa konflik itu sendiri bukan
merupakan kejahatan, tetapi lebih ke suatu gejala yang memiliki pengaruh
konstruktif atau desktruktif, tergantung pada manajemennya.15

13
Ubaidillah A Shofi, ‘Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Konflik’, Tesis, 1 (2018), 2.
14
Soh Hafeesee, MANAJEMEN KONFLIK DI MADRASAH SAMPHAN VITTAYA SCHOOL
THAILAND SELATAN, 2018.
15
Mulianti Indah, ‘MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENDIDIKAN MENURUT
PERSPEKTIF ISLAM’, 2016, 39–52.
D. Sudjana menjabarkan pengaruh-pengaruh konflik sebagai
berikut:
a. Di satu pihak, konflik laten dapat membahayakan kelompok apabila
konflik di antara anggota pada suatu saat muncul menjadi perbuatan
yang merusak (destruktif), sehingga konflik itu dapat menghambat
upaya bersama untuk memenuhi kebutuhan kelompok/ organisasi dan
perorangan.
b. Di pihak lain, konflik dapat menguntungkan kegiatan kelompok bila
hal itu merangsang timbulnya gagasan-gagasan baru untuk
meningkatkan efesiensi dan efektivitas kegiatan kelompok,
mengarahkan kreativitas kelompok dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, dan menjaga agar kelompok selalu mempedulikan berbagai
kepentingan anggotanya. Konflik ini dapat dimanfaatkan agar
kelompok lebih tanggap terhadap kebutuhan anggota.
Konflik dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak
positif akan mendatangkan keuntungan kepada karyawan,
organisasi/lembaga pendidikan, dan dampak negatif akan mendatangkan
kerugian. Adapun dampak positif dari konflik, sebagai bberikut:
a. Kemampuan mengoreksi diri
b. Meningkatkan prestasi
c. Pendekatan yang lebih baik
d. Mengembangkan alternatif yang lebih baik
Sedangkan dampak negatif dari konflik adalah:
a. Menghambat adanya Kerjasama
b. Subyektivitas dan emosional
c. Apriori
d. Saling menjatuhkan
e. Frustasi
Jenis dan bentuk konflik memiliki implikasi dan konsekuensi bagi
pimpinan lembaga pendidikan. Apabila konflik menjadi besar akan
mempengaruhi keberlangsungan lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Oleh sebab itu seorang pimpinan mempunyai peran yang fungsional dalam
mengelola konflik dan diharapkan untuk mampu mengelolanya sebaik
mungkin sehingga menghasilkan kepuasan bagi semua pihak, terutama
pada pihak yang berkonflik. Setidaknya mereka tidak membuat ulah yang
sama yang dapat berpotensi menyulut konflik setelah penyelesaian
konflik. Hal ini juga menuntut pimpinan untuk bisa memberi teladan bagi
dirinya sendiri dan bagi orang lain.
Tuga pimpinan lembaga pendidikan di konteks ini adalah harus
mampu menyelesaikan konflik dalam dirinya sendiri, konflik antar
individu, konflik antar kelompok, konflik antar unit, konflik antar
departemen, konflik antar peran, konflik antar organisasi, dan konflik
internasional. Hal ini berarti bahwa pelaku konflik sangat kompleks dan
membutuhkan siasatnya sendiri. Padahal menangani konflik pada diri
sendiri itu tidak mudah. Missal, kepala sekolah diwaktu bersamaan
dihadapkan pada pilihan dilematik antara pergi ke sekolah tepat waktu
sebagaimana peraturan yang telah disepakati atau mengantar anak ke
stasiun untuk keluar kota karena kepentingan bekerja. Memilih dua
kepentingan ini dapat menimbulkan konflik pada dirinya, yang sama-sama
beresiko dan ternyata tidak banyak kepala sekolah yang memilih pergi ke
sekolah tepat waktu sebagai teladan bagi bawahannya dengan menunda
kepentingan keluarga (anak).
Selain itu, kerap sekali ditemui konflik antara kepala sekolah
dengan ketua Yayasan. Konflik tersebut akan sangat mengganggu proses
pembelajaran dan berdampak negative pada mutu hasil pembelajaran dan
pendidikan, dan tentunya akan berdampak negatif pada lembaga
pendidikan yang dipimpinya. Konflik seperti ini adlah konflik tingkat
tinggi, karena terjadi pertentangan diantara pimpinan penyelenggara
pendidikan (ketua yayasa) dan pimpinan pelaksana pendidikan (kepala
madrasah).
Gejala lain yang juga harus dicermati, dibendung, dan dikelola
pimpinan lembaga pendidikan, yaitu konflik tersembunyi. Konflik seperti
ini malah justru berbahaya karena sulit terdeteksi tapi berpotensi meledak
suatu saat. Sehingga diperlukan upaya pimpinan untuk mengatasi konflik
yang terjadi.

5. Peran Kepemimpinan dalam Manajemen Konflik


Peran kepemimpinan adalah sifat yang melekat pada seseorang
yang dimana seseorang tersebut mampu menggerakkan, mempengaruhi,
memotivasi, mengajak, menasehati, membimbing, membangun,
menyuruh, melarang, dan bahkan menghukumm jika hal itu perlu
dilakukan. Peranan dari kepemimpinan adalah memastikan anggotanya
agar mampu mencapai visi misinya dengan selalu berinovasi, membangun
sebuah kepercayaan dan memberikan telada.16

6. Usaha Mengatasi Konflik dalam Pendidikan


Untuk mengatasi konflik, manajemen konflik memiliki beberapa
tahap yang harus dijalankan:
a. Identifikasi konflik
Pada tahap pertama dilakukan identifikasi masalah yang terjadi, untuk
menentukan sumber penyebab dan pihak-pihak yang terlibat. Dalam
mengidentifikasi biasanya dapat dengan mencermati peristiwa sehari-
hari kemudian menemukan tantangan dan adakah pertentangan-
pertentangan di dalamnya atau tidak. Apabila dari awal konflik itu kita
amati dan hati-hati untuk mengubah kejadian-kejadian dan mengelola
emosi maka tahap identifikasi ini akan mampu mengelola konflik yang
terjadi nanti.
b. Penilaian konflik
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui ondisi konflik serta penilaian
dalam mengidentifikasi. Apakah konflik sudah mendekati pada titik

16
Shofi.
rawan, dan perlu diredam agar tidak menimbulkan dampak negative,
apakah pada titik kritis yang dapat menimbulkan dampak positif, atau
baru dalam tahap tersembunyi sehingga perlu diberikan stimulus agar
mendekati titik kritis dan memberikan dampak positif.
c. Pemecahan konflik
Tahap ini adalah Tindakan untuk memecahkan masalah, termasuk
memberikan stimulus apabila masih dalam tahap tersembunyi dan
perlu dibuka. Kasus-kasus yang sering terjadi serta data-data sesudah
dinilai. Dengan memperhatikan hal tersebut maka selanjutnya yang
perlu dilakukan adalah mengatasi konflik yang ada dengan cara yang
terbaik.
Dalam buku panduan manajemen sekolah terdapat lima tahap yang
dilalui dalam suatu konflik yaitu:
a. Tahap laten (potensial), yaitu terapat perbedaan factor individu,
perbedaan organisasi, dan lingkungan yang merupakan potensi
munculnya konflik.
b. Tahap konflik yang sudah terasa.
c. Tahap perbedaan pendapat yang sudah saling bertentangan.
d. Tahap konflik terbuka.
e. Tahap pasca konflik terbuka.
Untuk menghadapi perbedaan pendapat yang dapat merujuk pada
konflik. Maka seseorang harus mengembangkan beberapa etika beriku ini:
a. Melihat perbedaan sebagai sesuatu yang harus diterima.
b. Menyadari bahwa pendapat yang dikemukakan seseorang mungkin
mengandung kebenaran atau kesalahan.
c. Bersikap terbuka, mau menerima pendapat, saran, dan kritik orang lain
karena mungkin pendapat kita keliru.
d. Bersikap objektif, lebih berorientasi mencari kebenaran, dan bukan
mencari pembenaran.
e. Tidak memandang perbedaan pendapat sebagai pertentangan atau
permusuhan, tetapi sebagai khazanah dan kekayaan yang amat berguna
untuk memecahkan berbagai masalah.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang universal seperti
persaudaraan, kejujuran, keadilan, kebenaran, dan lain sebagainya.
Jika perbedaan pendapat yang mengarah pada konflik tidak dapat
ditahan, maka konflik yang sesungguhnya akan terjadi dan ini harus segera
diatasi. Dalam mengatasi konflik Allah SWT berfirman dalam surat An-
Nisa ayat 35:

ِ ‫ق بَين ِِه َما َفابعَثُوا َحكَما ِ ِّمنْ اَهلِهْ َو َحكَما ِ ِّمنْ اَه ِلهَاْۚ اِنْ يُّ ِريدَآ اِص ََلحا يُّ َو ِّف‬
ْ‫ِق‬ َْ ‫شقَا‬
ِ ْ‫َواِنْ خِ فْْت ُم‬
َ
٣٥ – ‫علِيما خبِيرا‬ َْٰ َّْ‫ّللاُ بَينَ ُه َماْۗ اِن‬
َ َْ‫ّللا كَان‬ ْٰ

“Dan jika kamu khawatir terjadi persengketaan antara keduanya,


maka kirimlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang
juru damai dari keluarga perempuan. Jika keduanya (juru damai itu)
bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada
suami-istri itu. Sungguh, Allah Mahateliti, Maha Mengenal.” (QS. An-
Nisa:35)
Ayat diatas memberikan pemahaman bahwa:
a. Anjuran untuk segera menyelesaikan konflik.
b. Cara menyelesaikan konflik adalah dengan mediator yang disebut
hakam.
c. Mediator merupakan sosol pribadi yang benar-benar diteladani.
d. Mediator sebanyak dua orang yang mewakili masing-masing pihak.
e. Terdapat keinginan kuat untuk melakukan penyelesaian konflik dari
masing-masing pihak.

C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah model penelitian pengembangan
dengan kajian literatur. Penelitian pengembangan bertujuan untuk
menjembatani kesenjangan antara sesuatu yang terjadi dalam penelitian
Pendidikan dengan praktik Pendidikan. Menghasilkan produk penelitian yang
dapat digunakan untuk mengembangkan mutu Pendidikan dan pembelajaran
secara efektif.

D. TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Setelah membahas manajemen konflik dalam segi teori, selanjutnya ialah
mengenai peran pemimpin dalam mengelola konflik di SMP Muhammadiyah
Ponorogo terkait isu konflik, sebab-sebab konflik, pihak yang konflik, metode
penyelesaian konflik, dan metode untuk mengurangi konflik.
Menurut Bapak Bahri Romdoni, konflik dipandang sebagai sesuatu yang
alami dan tidak dapat dihindari. Hal ini dikarenakan konflik melekat erat di
dalam jalinan kehidupan. Tak terkecuali dalam proses lembaga pendidikan
Islam. Oleh sebab itu setiap pemimpin dituntut untuk memperhatikan konflik,
karena konflik tidak dapat dihilangkan, tetapi jika dimanfaatkan dengan tepat
akan dapat meningkatkan kinerja organisasi.
Konflik dapat digambarkan “pedang bermata dua”, di satu sisi dapat
bermanfaat bila digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan, di sisi lain
dapat merugikan dan mendatangkan malapetaka jika digunakan untuk bertikai.
Demikian halnya dalam lembaga pendidikan, meskipun kehadiran konflik
sering menimbulakan ketegangan, tetapi terkadang diperlukan untuk kemajuan
dan perkembangan sekolah.
1) Isu konflik
Seiring diangkatnya bapak Bahri Romdoni sebagai Kepala Komite
di SMP Muhammadiyah, beliau hadir dengan membawa visi dan misi
dengan berjuta-juta pengalaman yang ingin diterapkan di sekolah dengan
harapan ingin meningkatkan mutu SMP Muhammadiyah baik secara
kualitas dan kuantitas.
Isu konflik di SMP Muhammadiyah berawal dari adanya sebagian
guru, siswa dan pegawai yang tidak setuju dengan dicalonkannya bapak
Bahri Romdoni menjadi Kepala Komite, kemudian berkembang menjadi
sebuah kelompok yang kontra dengan bapak Bahri Romdoni dengan
alasan bapak Bahri Romdoni bukan alumni SMP Muhammadiyah dan
mereka lebih memprioritaskan alumni SMP Muhammadiyah untuk
menjadi Kepala Komite.
Seanjutnya berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan, isu
yang paling terpopuler pada saat bapak Bahri Romdoni menjabat sebagai
Kepala Komite adalah isu tentang perubahan nama SMP Muhammadiyah,
isu berawal dari terdengarnya kabar bahwa bapak Bahri Muhammadiyah
ingin merubah nama SMP Muhammadiyah menjadi SMP 2
Muhammadiyah. Selanjutnya inilah yang akan menjadi fokus pembahasan
penulis selanjuntnya, karena isu ini sangat menarik untuk dikaji secara
intensif.
2) Sebab-sebab konflik
Konflik tentang perubahan nama SMP Muhammadiyah, yang
terjadi di SMP Muhammaadiyah disebabkan oleh diantaranya:
a. Perbedaan pendapat
Setiap orang memiliki pandangan dan pendapat masing-masing
dalam hal memandang sesuatu. Begitu juga yang terjadi di antara pak
Bahri dengan para guru SMP Muhammadiyah, perbedaan pendapat
begitu jelas terasa dan terlihat. Keinginan dari bapak Bahri ialah ingin
adanya suatu perubahan di SMP Muhammadiyah dengan argumen
segala sesuatu membutuhkan pembaharuan, sekolah tanpa
pembaharuan tidak akan mampu berjalan menuju target-target yang
diinginkan.
Tujuan dari perubahan nama sekolah tersebut pak Bahri berharap
SMP 2 Muhammadiyah akan menghasilkan siswa-siswanya menjadi
generasi muda yang kompeten dan siap mengabdi kepada masyarakat
pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Sekolah ini berusaha
mengembangkan ilmu dalam konteks yang lebih luas dan
menerapkannya dalam konteks tempat dan zaman. Akan tetapi dari
pihak para guru terdapat perbedaan pendapat dengan alasan kita akan
tetap menggunakan nama yang dibangun oleh Kepala Yayasan.
b. Perbedaan latar belakang
Secara tidak langsung perbedaan latar belakang dapat
mempengaruhi pribadi pak Bahri, para guru, pegawai, dan siswa
sehingga melahirkan pemikiran dan pendirian yang berbeda. Oleh
karenanya masing-masing mereka mempertahankan argumennya
masing-masing yang pada akhir memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu dan kelompok
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang
kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Begitupun apa yang terjadi di SMP
Muhammadiyah, perubahan nama sekolah yang digagas oleh pak
Bahri itu beratas namakan kepentingan bersama (kelompok).
Perubahan nama sekolah tersebut digulirkan lewat musyawarah
dan lewat polling. Pak Bahri mengapresier secara obyektif mengakui
hasil pollling yang terbanyak memilih SMP 2 Muhammadiyah.
3) Pihak yang konflik
Konflik yang terjadi di SMP Muhammadiyah terjadi antara Kepala
Komite yaitu bapak Bahri Romdoni dengan para guru, pegawai, dan
siswa-siswi SMP Muhammadiyah. Mayoritas yang kontra dengan
perubahan nama fakultas tersebut adalah dari kalangan guru, dan siswa-
siswisedangkan pegawai minoritas.
4) Metode penyelesaian konflik
Dalam menyelesaikan konflik ini, bapak Bahri Romdoni
menggunakan metode perundingan, mempersatukan, dan naik banding.
a. Mempersatukan
Upaya yang dilakukan oleh pak Bahri melakukan tukar menukar
informasi/pendapat. Ini dilakukan untuk mengamati perbedaan
pendapat dan mencari solusi yang dapat diterima oleh semua
kelompok.
Selain yang penulis sebutkan di atas upaya yang dilakukan oleh
pak Bahri selanjutnya adalah mengadakan pertemuan dengan para guru
pegawai, dan siswa-siswi yang kontra, guna mencari solusi yang tepat
dan dapat diterima semua kelompok.
b. Perundingan
Dalam menyelesaikan konflik perubahan nama SMP
Muhammadiyah pak Bahri melaksanakan upaya tawar menawar untuk
mencapai pemecahan-pemecahan masalah (kesepakatan) yaitu dengan
menawarkan tidak mengubah penataan dari SMP Muhammadiyah itu
sendiri seperti tidak merubah jenis kelas yang ada di sekolah tersebut.
Begitupun sebaliknya dari pihak kontra yakni guru menawarkan
tambahan untuk dana pensiun.
c. Naik banding
Upaya yang dilakukan oleh pak Bahri dengan mempersatukan
tidak menemukan solusi yang tepat karena masih ada sebagian yang
kurang sependapat dengan pendapat pak Bahri, selanjutnya dengan
melakukan perundingan dengan pihak yang kontra yakni guru SMP
Muhammadiyah, namun tawaran yang diberikan oleh pak Bahri tidak
disepakati oleh guru dengan alasan penambahan dana pension tidak
ada hubungannya dengan merubah nama sekolah.
Melihat kedua metode penyelesaian konflik di atas tidak berhasil,
maka upaya yang dilakukan oleh pak Bahri selanjutnya dengan naik
banding agar memperoleh keputusan dalam penyelesaian konflik
perubahan nama SMP Muhammadiyah. Dan pada akhirnya
memutuskan bahwa nama SMP Muhammadiyah tidak diubah namun
yang dirubah dalam penataannya saja.
5) Metode pengurangan konflik
Menurut pak Bahri Romdoni konflik tidak bisa dihindari karena
konflik merupakan yang yang alami, akan tetapi bisa diminimalisir dengan
cara berikut:
a. Melakukan riset (penelitian)
Dengan melakukan riset (penelitian) dapat meminimalisir konflik
dalam lembaga pendidikan islam. Karena pada dasarnya penelitian
dilakukan guna memukan sesuatu yang baru, memberikan solusi, dan
membuktikan sesuatu. Seperti yang diungkapkan oleh pak Bahri
misalnya meneliti kinerja para guru dan pegawai, nanti disana kita
akan menemukan kesenjangan apa saja yang dialami oleh guru dan
pegawai. Sehingga dari penelitian tersebut kita akan mengelola
permasalahan tersebut agar tidak memicu terjadinya konflik.
b. Mengadakan pertemuan dengan guru satu bulan sekali, dengan
pegawai dua bulan sekali dan siswa tiga bulan sekali.
Mengadakan pertemuan dengan para guru, pegawai dan siswa ini
merupakan ajang berbagi tukar pikiran, menanggapi permasalahan-
permasalahan yang terjadi, menanggapi isu-isu kontemporer, dan
membina hubungan yang baik dengan para guru, pegawai dan siswa
sekaligus menjalin komunikasi antara Kepala Komite dan guru,
pegawai, dan siswa mengadakan evaluasi kinerja.
Upaya di atas, dapat meminimalisir konflik karena dengan
pertemuan tersebut seorang pimpinan mengetahuai situasi dan kondisi
yang terjadi di SMP Muhammadiyah dan sekaligus mengontrol situasi
dan kondisi agar meredam permasalahan-permasalahan yang akan
memicu terjadinya konflik.

Analisis Kasus Konflik


Mencermati kasus diatas, indikasi adanya konflik tersebut adalah
perbedaan pendapat antara Kepala Komite dan guru SMP Muhammadiyah
terkait dengan kebijakan perubahan nama SMP Muhammadiyah menjadi
SMP 2 Muhammadiyah. Akan tetapi kalau dicermati lebih jauh, salah satu
faktor ketidakcocokan tersebut adalah kerana perbedaan kepentingan antara
individu atau kelompok.
Selain itu kurangnya pengharagaan terhadap keputusan bersama.
Keputusan adalah segala putusan yang telah ditetapkan atau disetujui.
Keputusan juga berarti kesimpulan akhir. Jadi, keputusan bersama adalah
segala sesuatu yang telah disepakati bersama untuk dijalankan bersama. Hasil
keputusan bersama menjadi tanggung jawab bersama. Oleh karena itu
siapapun yang terikat dan terkait dengan hasil keputusan harus mentaatinya.
Menghadapi konflik semacam ini, maka cara yang ditempuh adalah
dengan mempersatukan. Ini dilakukan dengan melalui beberapa kali
pertemuan dekan dengan para guru, pegawai, dan siswa dimana Kepala
Yayasan dan guru, pegawai, dan siswa memberi kesempatan untuk
mengeluarkan pendapatnya. Pendapat-pendapat tersebut kemudian ditanggapi
lagi sampai tercapai suatu kesepahaman. Proses musyawarah ini berlangsung
beberapak kali. Selanjutnya yaitu melalui perundingan (kompromi) dilakukan
dengan cara saling memberikan tawaran dengan harapan memperoleh
kesepakan bersama yang dapat diterima oleh semua kelompok. Namun dari
kedua metode yang ditempuh oleh bapak Bahri Romdoni yang penulis
sebutkan di atas, tidak mampu menyelesaikan konflik.
Oleh karena itu cara yang ditempuh dalam penyelesaian konflik ini
adalah dengan cara naik banding yaitu meneruskan permasalahan tersebut
pada pimpinan yang lebih tinggi yakni Kepala Yayasan SMP Muhammadiyah
untuk mendapatkan penyelesaian.
Konflik adalah realitas yang tidak mungkin dapat dihindari seratus
persen dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu sikap yang dapat diambil
bukan menghindari konflik yang ada secaraterus menerus, akan tetapi harus
menghadapi dan dicoba dicari jalan penyelesaiannya. Disinilah perlunya
manajeman konflik, bagaimana mencari solusi yang tepat menyelesaikan
konflik sebuah konflik.
BIBLIOGRAFI

Bashori, ‘Manajemen Konflik Di Tengah Dinamika Pondok Pesantren Dan


Madrasah’, Muslim Heritage, 1.2 (2017), 353–70
Deden, Kurniawan Alamsyah, ‘Implementasi Manajemen Konflik Dalam
Penyelesaian Masalah Di PondokDarul Mutaqin Pagar Alam’, Journal of
Chemical Information and Modeling, 53.9 (1981), 1689–99
Efferi, Adri, Dosen Sekolah, Tinggi Agama, and Islam Negeri, MANAJEMEN
KONFLIK DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN, 2013
Hafeesee, Soh, MANAJEMEN KONFLIK DI MADRASAH SAMPHAN VITTAYA
SCHOOL THAILAND SELATAN, 2018
Hasanah, Uswatun, ‘MANAJEMEN KONFLIK DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS’, 10 (2020), 1–11
Idris, Jamaluddin, ‘MANAJEMEN KONFLIK BERNUANSA ISLAMI DI SD
RAMAH ANAK KOTA LHOKSEUMAWE-PALITA’, 4.1 (2019), 73–89
Indah, Mulianti, ‘MANAJEMEN KONFLIK DALAM PENDIDIKAN
MENURUT PERSPEKTIF ISLAM’, 2016, 39–52
Murni, ‘Manajemen Konflik Dalam Pendidikan’, Intelektualita, 2016, 140–70
Muspawi, Mohamas, ‘MANAJEMEN KONFLIK (UPAYA PENYELESAIAN
KONFLIK DALAM ORGANISASI)’, Penelitian Universitas Jambi Seri
Humaniora, 16 (2014)
Rofiq Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yokyakarta, Ainur, ‘Manajemen Konflik
Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Guru’, Nidhomul Had, 3 (2018), 81
Shofi, Ubaidillah A, ‘Peran Kepemimpinan Dalam Manajemen Konflik’, Tesis, 1
(2018), 2
Weni, Puspita, Manajemen Konflik (Suatu Pendekatan Psikologi, Komunikasi,
Dan Pendidikan), 1st edn (Yogyakarta: Deepublish, 2018)
Yahya, Fata Asyrofi, ‘PROBLEM MANAJEMEN PESANTREN , SEKOLAH ,
MADRASAH : PROBLEM MUTU DAN KUALITAS’, VIII.1, 93–116

Anda mungkin juga menyukai