Anda di halaman 1dari 13

Nama : Imroatul Wirasati

NIM : 19613266
Prodi : D3 Keperawatan C
Fakultas : Ilmu Kesehatan

ORGANISASI ORTONOM DI MUHAMMADIYAH

1. Aisyiyah

A. Sejarah
Aisyiyah didirikan pada 27 Rajab 1335 H/19 Mei 1917 dalam perhelatan akbar nan
meriah bertepatan dengan momen Isra Mi’raj Nabi Muhammad. Embrio berdirinya ‘Aisyiyah
telah dimulai sejak diadakannya perkumpulan Sapa Tresna di tahun 1914, yaitu perkumpulan
gadis-gadis terdidik di sekitar Kauman. Ahmad Dahlan memang mendorong perempuan
untuk menempuh pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun keagamaan.
Konstruksi sosial saat itu menyatakan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan
secara formal, tapi Dahlan sebaliknya, mendorong anak gadis rekannya atau saudara teman-
temannya untuk bersekolah. Para gadis inilah yang kemudian mengenyam pengkaderan ala
Dahlan juga temannya, serta Siti Walidah atau Nyai Dahlan.
Pendirian ‘Aisyiyah diawali dengan pertemuan yang digelar di rumah Kyai Dahlan
pada 1917, yang dihadiri K.H. Dahlan, K.H. Fachrodin, K.H. Mochtar, Ki Bagus
Hadikusumo, bersama enam gadis kader Dahlan, yaitu Siti Bariyah, Siti Dawimah, Siti
Dalalah, Siti Busjro, Siti Wadingah, dan Siti Badilah. Pertemuan tersebut memutuskan
berdirinya organisasi perempuan Muhammadiyah, dan disepakati nama ‘Aisyiyah yang
diajukan K.H. Fachrodin.
Nama itu terinspirasi dari istri nabi Muhammad, yaitu ‘Aisyah yang dikenal cerdas
dan mumpuni. Jika Muhammadiyah berarti pengikut nabi Muhammad, maka Aisyiyah
bermakna pengikut ‘Aisyah. Keduanya merupakan pasangan serasi dalam berdakwah, seperti
figur Muhammad dan ‘Aisyah, bahwa Aisyiyah akan berjuang berdampingan bersama
Muhammadiyah. Harapannya, profil Aisyah juga menjadi profil orang-orang Aisyiyah.

B. Ciri Gerakan
Paham Islam berkemajuan dan pentingnya pendidikan dan bagi gerakan
Muhammadiyah-‘Aisyiyah menghasilkan pembaruan-pembaruan jenis-jenis kegiatan yang
dilakukan Muhammadiyah-‘Aisyiyah, seperti pendidikan keaksaraan, pendirian mushola
perempuan, kongres bayi atau baby show, penerbitan majalah Suara ‘Aisyiyah di tahun 1926,
pendirian sekolah TK, dan jenis-jenis kegiatan inovatif lain.

C. VISI
1. IDENTITAS ‘Aisyiyah adalah organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah,
merupakan gerakan Islam, dakwah amar makruf nahi munkar dan tajdid yang berasas
Islam serta bersumber kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. VISI IDEAL Tegaknya agama Islam dan terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenarbenarnya.
3. VISI PENGEMBANGAN Tercapainya usaha-usaha ‘Aisyiyah yang mengarah pada
penguatan dan pengembangan dakwah amar ma’ruf nahi munkar secara lebih berkualitas
menuju masyarakat madani.

D. MISI
1. Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan
pengamalan serta menyebarluaskan ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan.
2. Meningkatkan harkat dan martabat kaum perempuan sesuai dengan ajaran Islam.
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengkajian terhadap ajaran Islam.
4. Memperteguh iman, memperkuat dan menggembirakan ibadah, serta mempertinggi
akhlak.
5. Meningkatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, hibah, membangun
dan memelihara tempat ibadah serta amal usaha yang lain.
6. Membina Angkatan Muda Muhammadiyah Puteri untuk menjadi pelopor, pelangsung,
dan penyempurna gerakan ‘Aisyiyah
7. Meningkatkan pendidikan, mengembangkan kebudayaan, memperluas ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta menggairahkan penelitian.
8. Memajukan perekonomian dan kewirausahaan ke arah perbaikan hidup yang berkualitas.
9. Meningkatkan dan mengembangkan kegiatan dalam bidang-bidang sosial, kesejahteraan
masyarakat, kesehatan, dan lingkungan hidup.
10. Meningkatkan dan mengupayakan penegakan hukum, keadilan dan kebenaran, serta
memupuk semangat kesatuan dan persatuan bangsa.
11. Meningkatkan komunikasi, ukhuwah, kerjasama di berbagai bidang dan kalangan
masyarakat baik dalam dan luar negeri.
12. Usaha-usaha lain yang sesuai dengan maksud dan tujuan organisasi

2. Pemuda Muhammadiyah

A. Sejarah
Awal berdirinya Pemuda Muhammadiyah secara kronologis dapat dikaitkan denga
keberadaan Siswo Proyo Priyo (SPP), suatu gerakan yang sejak awal diharapkan KH. Ahmad
Dahlan dapat melakukan kegiatan pembinaan terhadap remaja/pemuda Islam. Dalam
perkembangannya SPP mengalami kemajuan yang pesat, hingga pada Konggres
Muhammadiyah ke-21 di Makasar pada tahun 1932 diputuskan berdirinya Muhammadiyah
Bagian Pemuda, yang merupakan bagian dari organisasi dalam Muhammadiyah yang secara
khusus mengasuh dan mendidik para pemuda keluarga Muhammadiyah. Keputusan
Muhammadiyah tersebut mendapat sambutan luar biasa dari kalangan pemuda keluarga
Muhammadiyah, sehingga dalam waktu relatif singkat Muhammadiyah Bagian Pemuda telah
terbentuk di hampir semua ranting dan cabang Muhammadiyah. Dengan demikian pembinaan
Pemuda Muhammadiyah menjadi tanggung jawab pimpinan Muhammadiyah di masing-
masing level. Misalnya, di tingkat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tanggung jawab
mengasuh, mendidik dan membimbing Pemuda Muhammadiyah diserahkan kepada Majelis
Pemuda, yaitu lembaga yang menjadi kepanjangan tangan dan pembantu Pimpinan Pusat
yang memimpin gerakan pemuda. Selanjutnya dengan persetujuan Majelis Tanwir,
Muhammadiyah Bagian Pemuda dijadikan suatu ortom yang mempunyai kewenangan
mengurusi rumah tangga organisasinya sendiri. Akhirnya pada 26 Dzulhijjah 1350 H
bertepatan dengan 2 Mei 1932 secara resmi Pemuda Muhammadiyah berdiri sebagai ortom.

B. Dinamika Gerakan
Kendati secara resmi baru berdiri pada 2 Mei 1932, Pemuda Muhammadiyah tidak
bisa dipisahkan dari pertumbuhan awal Muhammadiyah. Di daerah-daerah di Jawa Timur,
berdirinya Muhammadiyah sering didahului oleh kegiatan-kegiatan yang dipelopori oleh
kalangan pemuda. Pada awal pertumbuhan Muhammadiyah di berbagai daerah, cabang dan
ranting mengadakan kegiatan-kegiatan di bidang kepemudaan dan kepanduan. Cabang-
cabang dan ranting mengadakan HW yang menjadi wadah pembinaan anak-anak muda
Muhammadiyah. Usaha-usaha pendirian HW dilakukan oleh cabang dan ranting sejak awal
pertumbuhan Muhammadiyah.
Pertumbuhan Pemuda Muhammadiyah pada dekade 1930-an tergolong dinamis, dan paruh
kedua dekade itu setiap cabang memiliki bagian Pemuda Muhammadiyah. Terbukti dengan
pelaksanaan konferensi-konferensi daerah yang diikuti oleh pimpinan Pemuda
Muhammadiyah cabang dan ranting. Pada 1937, dilaksanakan konferensi Pemuda
Muhammadiyah di berbagai daerah.

C. VISI
Mempersiapkan kader dan generasi muda Indonesia untuk siap menghadapi tantangan masa
depan yang lebih beragam, penuh dinamika dan berbagai kepentingan datam rangka
mencapai maksud dan tujuan Pemuda Muhammadiyah.

D. MISI
Menjadikan gerakan dakwah amar ma'ruf nahi mungkar, gerakan keilmuan, gerakan
sosialkemasyarakatan dan gerakan kewirausahaan sebagai tumpuan kegiatan dengan
memahami setiap persoalan yang timbut dan kebutuhan lingkungan dimana Pemuda
Muhammadiyah melakukan amal karya nyatanya.
3. Nasyiatul Aisyiyah

A. Sejarah
Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang guru
Standart School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah, ia
menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong dengan adanya
peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik dalam
bidang spiritual, intelektual, maupun jasmaninya.
Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktik kepada
para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid, seorang
kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919 Somodirdjo
berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari para remaja putra-putri siswa
Standart School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP).
Tujuan dibentuknya Siswa Praja adalah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak,
dan memperdalam agama.
Pada Konggres Muhammadiyah ke-26 tahun 1938 di Yogyakarta diputuskan bahwa
Simbol Padi menjadi simbol NA, yang sekaligus juga menetapkan nyanyian Simbol Padi
sebagai Mars NA. Perkembangan NA semakin pesat pada tahun 1939 dengan
diselenggarakannya Taman Aisyiyah yang mengakomodasikan potensi, minat, dan bakat
putri-putri NA untuk dikembangkan. Selain itu, Taman Aisyiyah juga menghimpun lagulagu
yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi nama
Kumandang Nasyi'ah.

B. VISI
Terbentuknya putri Islam yang berarti bagi keluarga, bangsa, dan agama menuju terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

C. MISI
1. Melaksanakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar dalam membina putri Islam yang
berarti bagi agama, bangsa, dan negara menuju terwujudnya masyarakat yang sebenar-
benarnya.
2. Melaksanakan pencerahan dan pemberdayaan perempuan menuju masyarakat yang
menjunjung tinggi harkat, martabat dan nilai-nilai kemanusiaan yang sesuai dengan
ajaran Islam.
3. Menyelenggarakan amal usaha dan meningkatkan peran Nasyiatul 'Aisyiyah sebagai
pelopor, pelangsung dan penyempurna perjuangan Muhammadiyah.

4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah

A. Sejarah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berdiri 18 Juli 1961, hampir setengah abad setelah
Muhammadiyah berdiri. Namun demikian, latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas
kaitannya dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam
amar ma'ruf nahi mungkar yang ingin metakukan pemurnian terhadap pengamalan ajaran
Islam, sekaligus sebagai salah satu konsekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan
amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader. Oleh karena itulah
dirasakan perlu hadirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi para pelajar yang
terpanggit kepada misi Muhammadiyah dan ingin tampil sebagai pelopor, pelangsung
penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
B. Visi Misi
Terbentuknya pelajar muslim yang berilmu, berakhlak mulia, dan terampil dalam rangka
menegakkan dan menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat
Islam yang sebenar-benarntya.” (Anggaran Dasar IPM Pasal 6)
5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

A. Sejarah
KELAHIRAN IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalanan Muhammadiyah, dan
juga bisa dianggap sejalan dengan faktor kelahiran Muhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti
bahwa setiap hal yang dilakukan Muhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan
Muhammadiyah untuk memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyah
dilahirkan. Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalanpersoalan
keummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiran IMM
sebenarnya merupakan sebuah keharusan sejarah. Faktorfaktor problematis dalam persoalan
keummatan itu antara lainialah sebagai berikut:
a. Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan
serba tunggal, serta adanya ancaman komunisme di Indonesia.
b. Terpecah-belahnya umat Islam datam bentuk saling curiga dan fitnah, serta
kehidupan politikummat Islam yang semakin buruk.
c. Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi pada
kepentingan politik praktis
d. Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan
semakin tumbuhnya materialisme-individualisme
e. Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama dalam kampus, serta masih
kuatnya suasana kehidupan kampus yang sekuler
f. Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk
keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan
g. Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat,
bahkan kesyi rikan, serta semakin meningkatnya misionaris- Kristenisasi
h. Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk Dengan latar
belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi dan membina
mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah dimulai sejak lama.
Semangat tersebut sebenarnya telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk mendirikan
perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah di Betawi
Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu, Pimpinan Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH.
Hisyam (periode 1934- 1937). Keinginan tersebut sangat logis dan realistis, karena keluarga
besar Muhammadiyah semakin banyak dengan puteraputerinya yang sedang dalam
penyelesaian pendidikan menengahnya. Di samping itu,Muhammadiyah juga sudah banyak
memiliki amal usaba pendidikan tingkat menengah.

B. Visi Misi
Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adatah sebagai
berikut:
1. Turut memelihara martabat dan membela kejayaan bangsa
2. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
3. Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan citacita pendirian
Muhammadiyah
4. Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usaha Muhammadiyah
5. Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amal dalam kehidupan
bangsa, ummat, dan persyarikatan

C. Ciri Ciri Gerakan IMM


1. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi kader yang bergerak di bidang
keagamaan, kemasyrakatan dan kemahasiswaan dalam rangka mencapai tujuan
Muhammadiyah.
2. Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah maka Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
memantapkan gerakan dakwah di tengah-tengah masyarakat khususnya di kalangan
mahasiswa.
3. Setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu memadukan
kemampuan ilmiah dan akidah.
4. Oleh karena setiap anggota harus tertib dalam ibadah, tekun dalam study dan
mengamalkan ilmunya untuk menyatalaksanakan ketaqwaan dan pengabdiannya
kepada Allah SWT.
6. Tapak Suci Putera Muhammadiyah

A. Sejarah
Berawal dari atiran pencak sitat Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun
1872, atiran ini kemudian berkembang menjadi perguruan seni bela diri di Kauman
Yogyakarta karena perpindahan guru (pendekarnya), yaitu KH. Busyro Syuhada, akibat
gerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia menjadi sasaran penangkapan
yang dilakukan rezim colonial Belanda. Di Kauman inilah pendekar KH. Busyro Syuhada
mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisi keahliannya dalam seni
pencak silat. Perguruan seni pencak sitat ini didirikan pada tahun 1925 dan diberi nama
Perguruan cik auman yang dipimpin langsung oleh Pendekar M.A Wahib dan Pendekar A.
Dimyati, yaitu dua orang murid yang tangguh dari KH. Busyro Syuhada. Perguruan ini
memiliki andasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruan ini menegaskan seluruh
pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Tuhan) dan mengabdikan perguruan
untuk perjuangan agama dan bangsa.
Perguruan Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnya
mengembangkan cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengan
nama Perguruan Seranoman pada tahun 1930. Perkembangan kedua perguruan ini semakin
hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup banyak. Murid-murid dari
perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota Laskar Angkatan Perang Sabil (APS) untuk
melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam perlawanan bersenjata. Lahirnya
pendekarpendekar muda basil didikan perguruanCikaumandan Seranoman memungkinkan
untuk mendirikan perguruan- perguruan baru, yang di antaranya ialah Perguruan Kasegu pada
tahun 1951. Atas desakan murid-murid dari Perguruan Kasegu inilah inisiatif untuk
menggabungkan semua perguruan sitat yang sealiran dimulai. Pada tahun 1963, desakan itu
semakin kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulama Kauman dan para pendekar tua
yang merasa terlangkahi.
Dengan pendekatan yang intensif dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik
yang dimiliki ummat Islam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi
terhadap ummat Islam, maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatankekuatan
perguruan yang terserak ke datam satu kekuatan perguruandimulai.Seluruhperangkat
organisasional dipersiapkan, dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan kembali
kekuatan-kekuatan perguruan yang terserak ke datam satu kekuatan perguruan, yaitu
mendirikan Perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang merupakan keberlanjutan
sejarah dari perguruanperguruan sebelumnya.
Pada perkembangan selanjutnya, Perguruan Tapak Suci yang berkedudukan di Yogyakarta
akhirnya berkembang di Yogyakarta dan daerah- daerah lainnya. Setelah meletusnya
pemberontakan G30 S/PKI, pada tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak
Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yang tersebar di berbagai daerah di
Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan
Perguruan Tapak Suci dikem-bangkan lagi namanya menjadi Gerakan dan Lembaga
Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Dan pada Sidang
Tanwir Muhammadiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi
organisasi otonom di lingkungan Muhammadiyah, karena Tapak Suci Putera Muhammadiyah
juga mampu dijadikan wadah pengkaderan Muhammadiyah.

B. Visi Misi
1. Mendidik serta membina ketangkasan dan ketrampilan pencak sitat sebagai seni beladiri
Indonesia.
2. Memelihara kemurnian pencak sitat sebagai seni beladiri Indonesia yang sesuai dan tidak
menyimpang dari ajaran Islam sebagai budaya bangsa yang luhur dan bermoral.
3. Mendidik dan membina anggota untuk menjadi kader Muhammadiyah.
4. Metalui seni beladiri menggembirakan dan mengamalkan dakwah amar ma'ruf nahi
munkar dalam usaha mempertinggi ketahanan Nasional.
7. Hizbul Wathon

A. Sejarah
Bermula dari perjalanan dakwah yangdi lakukan Kiai Ahmad Dahlan ke Surakarta pada tahun
1920, berdirinya Hizbut Wathan merupakan inovasi terbuka dan kreatif untuk membina anak-
anak muda dalam keagamaan dan pendidikan mereka. Ketika melewati alunalun
Mangkunegaran, Kiai Dahlan melihat anakanak muda berseragam ( para anggota
Javaannsche Padvinder Organisatie ), berbaris rapi, dan metakukan berbagai kegiatan yang
menarik. Mereka kelihatan tegap dan disiplin.
Sekembalinya di Yogyakarta, Kiai Dahlan memangit beberapa guru Muhammadiyah untuk
membahas metodologi baru dalam pembinaan anakanak muda Muhammadiyah, baik di
sekolah-sekolahmaupun di masyarakat umum. Kiai Dahlan mengungkapkan bahwa alangkah
baiknya kalau Muhammadiyah mendirikan padvinder untuk mendidik anak-anak mudanya
agar memiliki badan yang sehat serta jiwa yang luhur untuk mengabdi kepada Allah. Metode
padvinder diambil sebagai metode pendidikan anak muda Muhammadiyah di luar sekolah.
Hal ini sangat bermanfaat bagi metode pendidikan dan dakwah yang dilakukan
Muhammadiyah, yang semuanya merupakan tindakan strategis yang sangat erat dengan masa
depan Islam, pembaharuan masyarakat dan bangsa, serta kecepatan penyebaran gagasan-
gagasan pembaharuan dan da'wah Islam.
Gagasan Kiai A. Dahlan tersebut kemudian dikembangkan lagi, setelah diadakan pembahasan
oleh beberapa orang yang dipelopori oleh Soemodirdjo, dengan mendirikan Padvinder
Muhammadiyah yang terbentuk pada tahun 1921 (Almanak Muhammadiyah, 1924: 49, lihat
juga Almanak 1357 H: 226-227) yang diberi nama nama Hizbut Wathan. Namun ada
pendapat lain yang mengemukakan bahwa Hizbut Wathan berdiri pada tahun 1919. Aktivitas-
aktivitas kepanduan di lingkungan Muhammadiyah segera dimulai. Syarbini, seorang bekas
anggota militer Belanda dan bekas order office, mengadakan latihan berbaris dan berolahraga
setiap hari Ahad sore di halaman Sekolah Muhammadiyah Suronatan. Kian hari kian
bertambah pengikutnya, tidak lagi terbatas pada guru saja, juga banyak para pemuda Kauman
yang ikut berlatih. Yang sangat menarik perhatian masyarakat ialah adanya barisan Padvinder
Muhammadiyah yang tegap, disiplin, dan rapi, yang merupakan hal yang sangat menarik bagi
masyarakat saat itu.
Semboyan Hizbut Wathan pada waktu itu ialah setia kepada util amri; sungguh berhajat akan
menjadi orang utama; tahu akan sopan santun dan tidak akan membesarkan diri; boleh
dipercaya; bermuka manis; hemat dan cermat; penyayang; suka pada sekalian kerukunan;
tangkas, pemberani, tahan, serta terpercaya; kuat pikiran menerjang segata kebenaran; ringan
menolong dan rajin akan kewajiban; menetapi akan undang-undang Hizbul Wathan
(Almanak Muham-madiyah, 1924: 50). Dari semboyan (kewajiban) Hizbut Wathan ini dapat
diketahui semangat, citacita dan karakter yangakan itanamkan pada setiap anggota pandu
Hizbut Wathan. Semboyan itu kemudian menjadi Undang- Undang Hizbul Wathan, dan
selalu diucapkan pada setiap latihan dan upacara, sehingga meresap dalam kesadaran setiap
anggota Hizbut Wathan, yang pada akhirnya akan membentuk karakter dan kepribadian
setiap anggota pandu Hizbut Wathan.

B. Visi Misi:
1. Melalui jalur kepanduan ingin meningkatkan pendidikan angkatan muda putra ataupun
putri menurut ajaran Islam.
2. Mendidik angkatan muda putra dan putri agar menjadi manusia muslim yang berakhlak
mulia, berbudi luhur sehat jasmani dan rohani.
3. Mendidik angkatan muda putra dan putrid menjadi generasi yang taat beragama,
berorganisasi, cerdas dan trampil.
4. Mendidik generasi muda putra dan putri gemar beramal, amar makruf nahi munkar dan
berlomba dalam kebajikan.
5. Meningkatkan dan memajukan pendidikan dan pengajaran, kebudayaan serta memperluas
ilmu pengetahuan sesuai dengan ajaran agama Islam.
6. Membentuk karakter dan kepribadian sehingga diharapkan menjadi kader pimpinan dan
pelangsung amal usaha Muhammadiyah.
7. Memantapkan persatuan dan kesatuan serta penanaman rasa demokrasi serta ukhuwah
sehingga berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
8. Melaksanakan kegiatan lain yang sesuai dengan tujuan organisasi.
C. Ciri-ciri Gerakan
1. HW adalah kepanduan islami, artinya pendidikan kepanduan yang dilakukan oleh HW
adalah untuk menanamkan aqidah Islam dan membentuk peserta didik berakhlak mulia.
2. HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya mendidik anak,
remaja, dan pemuda dengan sistem kepanduan

Anda mungkin juga menyukai