DEDI MULYAWANDI
P0 7534018071
DEDI MULYAWANDI
P0 7534018071
Dedi Mulyawandi
NIM P07534018071
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
KTI, 2021
Dedi Mulyawandi
i
POLYTECHNIC OF HEALTH, MEDAN KEMENKES DEPARTMENT OF
MEDICAL LABORATORY TECHNOLOGY
KTI, 2021
Dedi Mulyawandi
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat, rahmat, nikmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Gambaran
Kadar Haemoglobin (Hb) Pada Perokok Aktif Sistematis Review”.
Dalam penulisan proposal ini masih banyak terdapat kekurangan baik
dalam penulisan maupun penyusunan kalimat.
Dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para
dosen, teman-teman mahasiswa dan pembaca guna perbaikan dan penyempurnaan
proposal ini.
Akhir kata, penulis berdoa semoga proposal yang ditulis ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya Mahasiswa Teknologi Laboratorium Medis.
Atas perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.3.1 Tujuan Umum 4
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
iv
BAB III METODE PENELITIAN 18
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian 18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 18
3.3 Objek Penelitian 18
3.4 Variabel dan Definisi Operasional 19
3.5 Metode Pemeriksaan, Prinsip dan Prosedur Kerja 20
3.6 Jenis dan Pengumpulan Data 22
3.6.1 Jenis Data 22
3.6.2 Pengumpulan Data 22
3.7 Analisis Data 22
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
melakukan kebiasaan merokoknya akibat ketergantungan. Sedangkan, untuk
seorang pasif mereka belum banyak mengetahui tentang bahaya yang dapat
ditimbulkan akibat terpapar atau menghirup asap rokok yang bagi
kesehatannya. Seorang perokok aktif maupun perokok pasif sama-sama
memiliki resiko untuk terserang oleh penyakit yang disebabkan oleh rokok
tesebut, karena baik perokok aktif maupun perokok pasif sama-sama
menghirup asap dari pembakaran rokok, yang merupakan pembakaran tidak
sempurna. Asap rokok yang masuk ke dalam tubuh memiliki pengaruh
terhadap kadar Haemoglobin (Hb) di dalam tubuh. Asap rokok yang masuk
ke dalam tubuh mengandung Karbon monoksida yang dapat mempengaruhi
Haemoglobin (Hb) di dalam darah untuk berikatan dengan Oksigen.
Merokok merupakan salah satu pencetus penyakit penyebab kematian yang
bisa dicegah di dunia (WHO, 2008).
Kebiasaan merokok bagi perokok aktif maupun kebiasaan menghirup
asap rokok yang tidak di sengaja bagi perokok pasif adalah salah satu faktor
yang dapat meningkatkan kadar Karbon monoksida di dalam tubuh.
Peningkatan Karbon monoksida di dalam tubuh mempengaruhi
Haemoglobin (Hb) untuk berikatan dengan Oksigen. Karena, Karbon
monoksida memiliki daya afinitas yang lebih kuat untuk berikatan dengan
Haemoglobin (Hb) dibandingkan dengan daya afinitas yang dimiliki oleh
Oksigen untuk berikatan dengan Haemoglobin (Hb). Hal ini tentunya akan
mempengaruhi kadar Haemoglobin (Hb) di dalam darah. Tidak hanya
seorang perokok aktif, perokok pasif pun beresiko dapat mengalami
peningkatan kadar Karbon monoksida di dalam tubuh, karena meskipun
mereka tidak merokok, perokok pasif menghirup asap rokok yang
dihasilkan oleh orang yang membakar rokok disekeliling mereka. Itulah
penyebab mengapa seorang perokok pasif juga memiliki resiko kadar
Haemoglobin (Hb) di dalam darahnya menjadi tidak normal. Sedangkan
apabila kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah tidak normal maka akan
menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan.
2
Peningkatan kadar Haemoglobin dalam darah menyebabkan gangguan
pada paru-paru seperti, fibrosis paru-paru, penyakit jantung kongenital, cor
pulmonale, polisitemia vera. Sedangkan penururan kadar Haemoglobin (Hb)
dalam darah dapat menyebabkan penyakit yang salah satunya adalah
Anemia (Alam, 2007)
Menurut penelitian oleh John W. Adamson (2005) yang dikutip dalam
jurnal Melkior (2012) pada perokok berat terjadi peningkatan kadar
Haemoglobin (Hb). Peningkatan kadar Haemoglobin (Hb) pada perokok
terjadi karena adanya reflek dari mekanisme kompensasi tubuh terhadap
rendahnya kadar Oksigen yang berikatan dengan Haemoglobin (Hb) akibat
digeser oleh Karbon monoksida yang mempunyai afinitas terhadap
Haemoglobin (Hb) yang lebih kuat dibandingkan dengan Oksigen, sehingga
Haemoglobin (Hb) lebih banyak berikatan dengan Karbon monoksida
daripada dengan Oksigen. Akibat dari afinitas yang lebih kuat yang dimiliki
oleh Karbon monoksida untuk berikatan dengan Haemoglobin (Hb) maka
tubuh meningkatkan hematopoeisis yang kemudian akan meningkatan
produksi Haemoglobin (Hb) akibat dari rendahnya tekanan parsial Oksigen
(PO2) di dalam tubuh.
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh Melkior T.
Makawekes dalam jurnalnya yang berjudul Perbandingan Kadar
Haemoglobin (Hb) Darah pada pria perokok dan bukan perokok pada tahun
2012 didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan antara kadar Haemoglobin
(Hb) darah seorang perokok dengan kadar Haemoglobin (Hb) darah bukan
perokok. Dimana rata-rata hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa kadar
Haemoglobin (Hb) darah seorang perokok lebih tinggi daripada
Haemoglobin (Hb) darah bukan seorang perokok. Tidak normalnya kadar
Haemoglobin (Hb) di dalam darah dapat dicegah dengan mengurangi
konsumsi rokok atau jika bisa berhenti merokok pada perokok aktif, dan
untuk perokok pasif dapat dicegah dengan menghindari paparan langsung
terhadap asap rokok, misalnya dengan menggunakan masker, cukup
olahraga dan membiasakan pola hidup sehat.
3
Menurut (Vera Suci Permatasari, 2017), ialah hasil penelitian
pemeriksaan kadar haemoglobin pada darah perokok aktif didapatkan hasil
responden dengan kadar haemoglobin rendah sebanyak 0 (0%), responden
dengan kadar haemoglobin normal sebanyak 5 (33,33%), dan responden
dengan kadar haemoglobin tinggi sebanyak 10 (66,67%).
Menurut (Devina V. Wibowo et al, 2017), merokok merupakan salah satu
penyebab masalah kesehatan terbanyak didunia yang menyebabkan
kematian. Berdasarkan dari penelitian ini di dapatkan hasil kadar
haemoglobin normal dengan frekuensi 21 dengan persentase 70%, kadar
haemoglobin tinggi dengan frekuensi 9 dengan persentase 30%.
Berdasarkan dari penelitian ini didapatkan hasil dengan kategori perokok
ringan sebanyak 7 orang (23,3%), perokok sedang 19 orang (63,3%),
perokok berat 4 orang (13,3%), kategori perokok sedang dikatakan
persentase tertinggi karena mengkonsumsi rokok 10-19 batang perhari.
Menurut (Melkior T. Makawekes, dkk, 2012), ialah berdasarkan hasil
penelitian ini didapatkan nilai kadar haemoglobin tertinggi adalah 18,9 %,
kadar haemoglobin terendah adalah 14,1%.
Berdasarkan pada uraian di atas peneliti ingin meneliti sejauh mana
pengaruh rokok terhadap kadar Haemoglobin (Hb) di dalam darah.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran kadar Haemoglobin (Hb) pada perokok aktif
4
1. Untuk mendeskripsikan gambaran kadar haemoglobin pada perokok
berat
2. Untuk mendeskripsikan gambaran kadar haemoglobin pada perokok
sedang
3. Untuk mendeskripsikan gambaran kadar haemoglobin pada perokok
ringan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang gambaran
Haemoglobin (Hb) pada perokok aktif.
2. Bagi akademik
Dapat menjadi tambahan pustaka ilmiah bagi akademik, dan
perbandingan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi masyarakat
Dapat memberikan pengetahuan dan tambahan informasi pada
masyarakat terkait Gambaran Kadar Haemoglobin (Hb) Pada Perokok
Aktif.
5
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjaun Pustaka
2.1.1 Pengertian Rokok dan Perokok
Menurut PP No.81/1999 Pasal 1 Ayat (1), rokok adalah hasil olahan
tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan
tambahan (Apandi, 2010).
Rokok merupakan olahan dari tembakau yang sudah kering dan diolah
sedemikian rupa hingga berupa sebuah gulungan yang dilapisi dengan kertas
putih di bagian luarnya. Rokok digunakan dengan cara membakar di salah
satu ujungnya dan menghisapnya di ujung yang lain. Rokok dapat banyak
dijumpai di berbagai tempat pembelian, dari toko yang kecil hingga di toko-
toko besar. Harga dari rokok tersebut juga bermacam-macam, ada yang
harganya murah ada juga yang harganya bisa dibilang sangat mahal. Rokok
adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar,
dihisap dan atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu, atau
bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana
rustica, dan spesies lainnya atau sintesisnya yang asapnya mengandung
nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Depkes, 2010).
Seperti yang telah banyak diketahui bahwa rokok dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit berbahaya apabila digunakan. Di dalam rokok
terdapat banyak zat kimia. Zat kimia tersebut dapat masuk ke dalam tubuh
melalui asap yang dikeluarkan dari hasil pembakaran rokok tersebut yang
kemudian dihisap.
Di dalam asap rokok mengandung sekitar 3.800 zat kimia. Sekitar 40 zat
kimia di antaranya merupakan zat kimia yang beracun dan karsinogenik atau
pemicu kanker (Wasis, 2008).
7
2.1.2 Kandungan dalam Rokok
Seperti yang telah banyak diketahui bahwa di dalam rokok sangat banyak
memiliki kandungan bahan kimia. Bahan-bahan kimia penyusun rokok
tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan atau bersifat toksik, bahkan ada
beberapa di antaranya yang bersifat karsinogenik. Bahan kimia yang ada di
dalam rokok antara lain adalah Ammoniak (pembersih lantai), Arsenik
(racun tikus), Aceton (peluntur cat kuku), Asam sulfurik (bahan pupuk atau
peledak), Butana (bahan bakar korek api), Metanol (bahan bakar roket),
Naptalen (kapur barus), Polonium (unsur radioaktif), Toluna (pelarut
industri), Vinil klorida (bahan plastik pvc), DDT (insektisida terlarang) dan
shellac pelitur kayu (Nenggala, 2007).
Di antara sekian banyak bahan kimia yang menyusun rokok, ada
beberapa bahan kimia pokok yang menjadi penyusun dalam rokok tersebut,
di antaranya adalah :
1. Nikotin
Nikotin merupakan zat insektisida yang berbahaya. Di dalam
sebatang rokok terdapat kurang lebih 8-12 mg nikotin. Penggunaan
nikotin pada dosis rendah dapat menyebabkan tekanan darah naik,
sakit kepala, meningkatkan sekresi getah lambung yang dapat
menyebabkan penyakit mag, muntah-muntah, dan diare. Sedangkan
penggunaan nikotin dalam dosis yang tinggi dapat menyebabkan
keracunan, kejangkejang, kesulitan bernapas, dan berhentinya kerja
jantung. Nikotin merupakan zat kimia perangsang yang dapat
merusak kerja jantung, nikotin juga dapat menyebabkan efek
ketergantungan terhadap pemakainya (Wasis, 2008).
2. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) merupakan gas yang tidak berwarna,
tidak berasa, tidak mengiritasi dan tidak berbau yang dihasilkan
melalui pembakaran gas, minyak, petrol, bahan bakar padat atau
kayu. (Badan POM, 2005).
8
3. Tar
Tar adalah sejenis cairan berwarna coklat tua atau hitam yang
merupakan substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan
menempel pada paru-paru. Kadar tar dalam tembakau antara 0.5-35
mg/batang. Tar merupakan suatu zat karsinogen yang dapat
menyebabkan kanker pada jalan napas dan paru-paru. Tar
merupakan bahan kimia yang menjadi penyebab noda kuning
kecoklatan pada kuku dan gigi perokok. Selain itu tar dapat
membuat flek pada paru-paru. Benzopyrene (senyawa polycyclic
aromatic hydrocarbon) adalah salah satu zat karsinogenik yang ada
dalam tar (Sugito, 2007).
Di dalam rokok tidak hanya tersusun atas bahan kimia, rokok
juga tersusun atas bahan baku atau bahan pokok. Bahan baku
dalam rokok adalah :
1. Tembakau
Tembakau adalah tanaman herba sebagai bahan utama dari
rokok yang tumbuh melalui budidaya. Hampir setiap bagian
dari tembakau kecuali bijinya, mengandung nikotin.
Konsentrasi nikotin meningkat seiring bertambahnya usia
tembakau. Tembakau memiliki manfaat antara lain, yaitu :
dijadikan bahan obat, mempercepat produksi vaksin, bahan
bakar ramah lingkugan.(Nurul Rafiqua, 2020)
2. Cengkeh
Cengkeh merupakan bahan baku dari pembuatan rokok
selain tembakau. Cengkeh memiliki nama ilmiah yaitu
Syzygium aromaticum yang dalam Bahasa Inggris dikenal
dengan nama Cloves, yang berarti bahwa tangkai bunga
kering beraroma dari keluarga pohon Mytaceae.
9
Cengkeh adalah tanaman asli Indonesia yang banyak
digunakan sebagai bumbu masakan-masakan pedas di
negara Eropa, dan sebagai bahan utama rokok kretek khas
Indonesia (Hatta, 2016).
Gambar 2.1.2 Rokok dan Komponen Penyusunnya (Suryatin, 2006 hal 78)
10
rokok bukan karena seseorang tersebut mengonsumsi rokok, tapi karena
seseorang tersebut berada pada suatu tempat atau lingkungan yang
dikelilingi dengan orang yang mengonsumsi rokok, sehingga secara tidak
langsung seseorang tersebut akan menghisap atau akan terpapar oleh asap
rokok (Depkes, 2010).
WHO menglasifikasikan perokok atas tiga kategori menurut jumlah
rokok yang dikonsumsi tiap harinya, yaitu ringan (1-10 batang ), sedang
(11-19 batang ) dan berat (lebih dari sama dengan 20 batang). Perokok Aktif
sendiri adalah mereka yang merokok minimal 2 tahun tanpa henti selama
hidupnya.
Perokok dibedakan menjadi dua golongan yaitu :
1. Perokok Aktif
Perokok aktif adalah orang yang dengan sengaja membakar
tembakau yang telah diolah menjadi rokok dengan atau tanpa bahan
tambahan serta menghirup asap yang ditimbulkan dari pembakaran
rokok tersebut.
2. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah orang yang bukan perokok namun terpaksa
menghisap atau menghirup asap rokok yang dikeluarkan oleh perokok
aktif (Depkes, 2010).
11
20 kali lebih besar. Angina adalah rasa sakit di dada pada saat melakukan
latihan olahraga atau saat sedang makan. Mengalami sakit punggung,
Mengalami Buerger’s Disease (penyakit peredaran darah) atau juga dikenal
dengan Thromboangitis Obliterans. Beresiko 2 kali lebih besar menderita
impotensi. Beresiko 16 kali mengalami Optic Neurophaty, yaitu penurunan
kemampuan penglihatan. Mengalami luka pada ikatan sendi. Beresiko 2 kali
lebih besar mengalami kemerosotan mascular yang terjadi pada mata.
Mengalami Nystagmus, yaitu gerakan mata tidak normal. Beresiko 2 kali
lebih besar terkena katarak. Terkena Ostheoporosis, yaitu pengeroposan
tulang, dimana tulang mengecil dan rapuh akibat kekurangan kalsium.
Mengalami Osthearthritis, yaitu penyakit tulang pada orang usia
pertengahan atau orang tua yang dicirikan dengan persendian yang
meradang sehingga terasa sakit dan kaku. Mengalami pheriperal vascular
disease, yaitu radang paru-paru dimana alveoli kecil pada paru-paru
dipenuhi cairan. Beresiko 2 kali lebih besar mengalami Psoriasis, yaitu
peradangan kulit dimana noda merah ditutupi oleh noda putih. Mengalami
Rheumatoid Arthritis, yaitu rasa sakit menyeluruh pada bagian tangan, kaki,
dan pinggul. Mengalami Tobacco Mengalami pengeroposan tulang gigi.
Mengalami stroke atau pendarahan pada otakblyopia, yaitu gangguan
penglihatan yang menjadi kurang jelas (Rafael, 2006).
2.2 Darah
2.2.1 Pengertian Darah
Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan organ lain, karena
organ ini berbentuk cairan, darah merupakan medium transport di dalam
tubuh. Volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan
berjumlah sekitar 5 liter di dalam tubuh. Keadaan darah di dalam tubuh
masing-masing individu tidaklah sama, bergantung pada, usia, pekerjaan,
serta keadaan jantung atau pembuluh darah (Handayani, 2008).
Tubuh manusia mengandung antara 5-6 liter (1,3 dan 1,5 galon) darah,
yang mewakili antara 7%-8% rata-rata berat tubuh. Setengah dari darah
terdiri dari cairan atau bagian cair yang disebut dengan plasma. Sedangkan,
12
setengahnya lagi terdiri dari sel-sel dan molekul-molekul dengan berbagai
fungsi. Setetes darah yang keluar dari luka kecil mengandung 5 juta sel
darah merah, 10 ribu sel darah putih dan 250 ribu trombosit (Yahya, 2012).
Menurut Damin Sumardjo (2009) darah beredar dalam sistem pembuluh
darah yang tertutup dan menyusun sekitar 6%-8% berat badan. Secara
keseluruhan, darah memiliki berat jenis 1,060, viskositas 3,6-5,3, titik beku
sekitar 0,55°C, dan pH sekitar 7,4.
Darah tersusun atas dua komponen yaitu :
1. Substansi padat yang volumenya sekitar 45% yang terdiri atas sel- sel
darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan sel-sel pembeku
( trombosit).
2. Substansi cair yang volumenya sekitar 55% dan dikenal sebagai
plasma darah. Plasma darah 90%-92% tersusun atas air dan di dalamnya
terlarut banyak senyawa-senyawa kimia.
13
sari makanan, oksigen, hormon dan juga yang lainnya, darah juga bertindak
sebagai penggerak di dalam tubuh.
Darah mengalir secara terus-menerus di dalam tubuh untuk melakukan
semua tugasnya, darah bertanggung jawab untuk hampir semua komunikasi
di dalam tubuh. Bahan-bahan mentah yang diperlukan untuk sel, yang
karenanya tubuh memperoleh energi, yang diangkut dalam darah. Darah
juga bertindak sebagai penyesuai suhu tubuh (Yahya, 2012).
14
Tabel 2.2.3 Komposisi Plasma Darah
No Kandungan Plasma Darah Fungsi
1 Air Sebagai pelarut zat-zat
laindi dalam tubuh
2. Protein
a. Albumin Mempertahankan
keseimbangan air
padadarah dan jaringan,
mengatur volume darah
b. Globulin (alfa, beta, gamma) Membantu
transportasilemak, lemak
dan hormon, sebagai
pertahanan tubuh
15
dibuang
7 Sampah nitrogen Hasil metabolisme yang di
ekskresikan oleh ginjal
2. Sel-Sel Darah
Terdapat sekitar 45% sel-sel darah di dalam darah. Sel-sel darah
tersebut tersusun atas, sel darah merah (eritrosit), sel darah putih
(leukosit), dan keping darah (trombosit) (Firmansyah, 2007).
a. Sel darah merah (eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) berfungsi mengedarkan atau
mengangkut oksigen dan Karbondioksida. Kemampuan
mengikat oksigen dan Karbondioksida oleh sel darah merah
adalah karena adanya Haemoglobin (Firmansyah, 2007).
Sel darah merah (eritrosit) merupakan cairan bikonkaf
dengan diameter sekitar 7 mikron. Eritrosit tidak memiliki inti
sel,mitokondria, dan ribosom serta tidak dapat bergerak.
Eritrosit dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau
pembentukan protein (Handayani, 2008).
Menurut (Handayani, 2008) eritrosit memiliki
komponenkomponen sebagai berikut :
1. Membran eritrosit
2. Sistem Enzim G6PD (Glucose6Phosphatedehydrogenase)
3. Haemoglobin yang komponennya terdiri atas :
a. Heme yang merupakan gabungan antara
protoporfirin dengan besi
b. Globin, yaitu bagian protein yang terdiri atas 2
rantai alfa dan 2 rantai beta
Eritrosit dibentuk di dalam sumsum tulang belakang. Eritrosit
mempunyai rentang usia sampai 120 hari dan sel-sel eritrosit yang sudah
mati disingkirkan oleh aktivitas fagositik sel retikuloendotelial di dalam
limpa dan hati (Jeyaratnan, 2010 hal 126) Jumlah eritrosit normal pada
16
orang dewasa kira-kira 11,5- 15 gram dalam 100 cc darah (Handayani,
2008).
17
oksigen dan karbon monoksida, namun daya afinitas hemoglobin terhadap
karbon monoksida lebih kuat daripada daya afinitas hemoglobin terhadap
oksigen.
Apabila haemoglobin lebih banyak mengikat karbon monoksida, maka
oksigen yang disuplai ke jantung akan berkurang, sehingga jantung bekerja
lebih berat untuk mendapatkan energi yang sama beratnya (Muttaqin, 2009).
Apabila karbon monoksida yang masuk ke dalam tubuh sangat banyak maka
ini akan sangat mengganggu hemoglobin untuk berikatan dengan oksigen,
yang pada akhirnya hemoglobin itu akan lebih banyak berikatan dengan
karbon monoksida. Menurut penelitian John W. Adamson (2005),
menyatakan bahwa pada perokok berat terjadi peningkatan kadar
hemoglobin. Peningkatan ini terjadi karena reflek dari mekanisme
kompensasi tubuh terhadap rendahnya kadar oksigen yang berikatan dengan
hemoglobin akibat digeser oleh karbon monoksida (CO) yang mempunyai
afinitas terhadap hemoglobin yang lebih kuat, sehingga tubuh akan
meningkatkan proses 16 hematopoiesis, yang kemudian akan meningkatkan
produksi hemoglobin akibat dari rendahnya tekanan parsial oksigen di
dalam tubuh (Melkior, 2012).
18
BAB III
METODE PENELITIAN
19
kadar haemoglobin kadar haemoglobin
pada perokok aktif pada perokok aktif
Study design Cross sectional dan Selain cross sectional
observasional
Tahun terbit Artikel atau jurnal yang Artikel atau jurnal yang
terbit setelah tahun terbit sebelum tahun
2016 2016
Bahasa Bahasa Indonesia dan Selain Bahasa
Bahasa Inggris Indonesia dan Bahasa
Inggris
20
2 Haemoglobin Haemoglobin adalah Artikel yang Normal (menurut
protein yang terpublikasi aturan yang sesuai
mengandung zat besi dan tidak
sehingga sel darah merah menyimpang, sesuai
dapat mengangkut dengan keadaan yang
oksigen dari paru-paru ke biasa)
seluruh jaringan tubuh
Tidak normal(tidak
sesuai dengan
keadaan yang biasa)
21
Prosedur Pemeriksaan Haemoglobin
A. Prinsip Haematology Analyzer
Prinsip dari hematology analyzer yaitu dalam impedansi, sampel
berupa sejumlah sel disuspensikan ke dalam sejumlah cairan konduktif
secara elektrik. Kemudian, dengan adanya suatu system focusing
hydrodynamic, sel kemudian diatur sedemikian rupa sehingga bisa
melewati suatu celah yang telah diketahui ukurannya (Appertur) satu
demi satu. Selanjutnya, ketika sel melewati celah tersebut, akan
terbentuk suatu sinyal (pulse). Jadi, jumlah sinyal yang terbentuk akan
sebanding dengan jumlah sel yang melewati celah tersebut. Dan besar
sinyal yang terbentuk saat suatu sel melewati celah, akan
menggambarkan seberapa besar volume sel tersebut. Akhirnya, hasil
pengukuran sel-sel tersebut akan dikelompokkan berdasarkan range
sehingga akan menggambarkan berapa banyak jumlah sel yang terdapat
di dalam sampel.
B. Cara kerja Hematology Analyzer
1. Sampel darah yang akan digunakan harus dipastikan sudah homogeny
dengan antikoagulan
2. Tekan tombol Whole Blood “WB” pada layar monitor
3. Tekan tombol ID dan masukkan nomor sampel yang akan digunakan,
tekan enter
4. Tekan bagian atas dari tempat sampel dan letakkan sampel ke dalam
adaptor
5. Tutup tempat sampel hingga rapat kemudian tekan “RUN”
6. Secara otomatis hasil akan muncul pada layar dan mencatat hasil dari
pemeriksaan
22
3.6 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
Dalam studi literature ini data yang digunakan diperoleh dari beberapa
jurnal, buku dan artikel.
3.6.2 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data menggunakan bantuan search jurnal online seperti
google scholar dan PUBMED. Literatur yang digunakan memiliki rentang
publikasi tahun 2013 – 2018. Pencarian artikel studi literatur dengan cara
membuka situs jurnal yang sudah terpublis seperti google scholar dengan
kata kunci “gambaran kadar haemoglobin” dan “perokok aktif”.
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
terdapat 2 orang
dengan persentase
6,67%.
25
Aktif Dan observasi dapatkan hasil Scholar
Perokok S : 61 pada usia 20 - 25
Pasif pasien tahun terdapat 2
Terhadap perokok orang dengan
Kadar aktif persentase 8%,
Hemoglobin V : usia 26 – 30 tahun
Pengaruh terdapat 3 orang
perokok dengan persentase
aktif dan 12%, usia 31-35
perokok tahun terdapat 9
pasif orang dengan
terhadap persentase 36%,
kadar usia 36 - 40 tahun
hemoglobi terdapat 11 orang
n dengan persentase
I: 44%.
Hematolo
gy
Analyzer
A : regresi
26
4.1.1 Hasil Penelitian Vera Suci Permatasari 2017
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Rendah 0 0
2 Normal 5 33,33
3 Tinggi 10 66,67
Total 15 100
Data diatas digunakan dari data primer berupa kuisioner dan kategori
perokok berat dengan persentase tertinggi. Berdasarkan hasil penelitian
pemeriksaan kadar haemoglobin pada darah perokok aktif didapatkan hasil
responden dengan kadar haemoglobin rendah sebanyak 0 (0%), responden dengan
kadar haemoglobin normal sebanyak 5 (33,33%), dan responden dengan kadar
haemoglobin tinggi sebanyak 10 (66,67%).
27
Data diatas digunakan data primer berupa kuisioner dan kategori perokok
sedang dengan persentase tertinggi. Berdasarkan dari penelitian ini didapatkan
hasil dengan kategori perokok ringan sebanyak 7 orang (23,3%), perokok sedang
19 orang (63,3%), perokok berat 4 orang (13,3%).
28
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil sistematis review diperoleh hasil sebagai berikut :
Pada Penelitian 1,2 dan 3 sejalan dengan yang saya baca, dikarenakan
kandungan yang terdapat dalam rokok secara langsung akan membuat
oksigen yang akan disuplai ke jantung berkurang yang ditandai dengan
peningkatan kadar haemoglobin. Berdasarkan dari penelitian 1 didapatkan
hasil kadar haemoglobin meningkat sebanyak 10 orang (66,67%) dengan
persentase tertinggi, berdasarkan penelitian 2 didapatkan hasil kadar
haemoglobin normal sebanyak 21 orang (70%) dan didapatkan hasil dengan
kategori perokok sedang 19 orang (63,3%), persentase tertinggi karena
mengkonsumsi rokok 10-19 batang perhari, berdasarkan penelitian 3
didapatkan hasil kadar haemoglobin meningkat sebanyak 18,9 mg/dl.
5.2 Saran
Pada peneliti, melakukan penelitian lebih lanjut mengenai factor-
faktor yang berhubungan dengan kadar haemoglobin pada masyarakat yang
merokok. Untuk akademik, dapat melakukan pengabdian masyarakat dan
memberikan penyuluhan terkait dampak negative dari merokok, dan dapat
menjadi tambahan pustaka ilmiah bagi akademik. Untuk masyarakat, dapat
memahami bahaya dari asap rokok sehingga masyarakat diharapkan dapat
mengurangi atau bahkan berhenti dari aktivitas merokok nya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik & Haribowo, Andi Sulistyo, 2012. Asuhan Keperawatan Pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Jakarta.
Sugito, 2007, Bank Sehat Solusi Dampak Bahaya Tembakau, Grasindo, Jakarta.
Diketahui oleh
Dosen Pembimbing,
Nin Suharti, S.Si, M.Si
NIP.196809011989112001