Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN PELAYANAN LABORATORIUM

A. LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK


1. Tempat Pelayanan
Ruang laboratorium Klinik terletak berdekatan dengan ruangan
perawatan, terdiri dari ruang administrasi, ruang tunggu, ruang
sampling, ruang kepala instalasi laboratorium klinik, ruang
pemeriksaan, ruang mikrobiologi, logistik, kamar ganti petugas, ruang
arsip, ruang istirahat dan bank darah.
Pelayanan laboratorium dibagi menjadi 3, yaitu pelayanan
laboratorium untuk pasien rawat jalan, pelayanan laboratorium pasien
rawat inap (24 jam) dan IGD (pelayanan 24 jam).
2. Hari Kerja dan Jam Pelayanan
Pelayanan pemeriksaan laboratorium dilayani setiap hari selama 24
jam dan dibagi menjadi 3 shift, yaitu :
Shift I (Pagi) : jam 07.30 s.d. 14.00 WIB
Shift II (Siang) : jam 14.00 s.d. 20.00 WIB
Shift III (Malam) : jam 20.00 s.d. 07.30 WIB
3. Jenis Pelayanan
Pelayanan laboratorium di Instalasi Laboratorium Klinik telah
memenuhi standar untuk Rumah Sakit Tipe C. Jenis layanan yang
dimiliki terdiri dari :
a. Pelayanan Hematologi
b. Pelayanan Kimia Klinik
c. Pelayanan Imuno-serologi dan Bakteriologi sederhana
d. Pelayanan Lab Urine dan Faeses
4. Alur Pelayanan Laboratorium
a. Pelayanan Laboratorium Pasien Rawat Inap
1) Dokter DPJP ruang rawat inap membuat program
pemeriksaan laboratorium kemudian mengisi formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium
2) Untuk pemeriksaan tidak cito petugas ruangan memberikan
formulir ke laboratorium.

1
3) Untuk permintaan cito maka perawat ruang rawat inap
mengambil sample/spesimen, mencatat jam pengambilan
pada surat permintaan pemeriksaan lab, memberi label pada
sample.
4) Petugas ruang rawat inap mengirim sample ke laboratorium
Patologi Klinik.
5) Petugas Administrasi memasukkan layanan permintaan
pemeriksaan ke dalam komputer yang sudah dilengkapi
dengan sistem SIM sehingga tagihan langsung masuk ke
komputer.
6) Analis melakukan pengambilan sampel ke ruangan untuk
pasien tidak cito dengan waktu pengambilan sebagai berikut:
 Pengambilan I : pukul 05.00 - selesai
 Pengambilan II : pukul 10.00 – selesai
 Pengambilan III : pukul 15.00 -selesai
7) Analis melakukan preparasi sampel.
8) Analis menganalisis (memeriksa) specimen dan identitas
sampel, melakukan check dan recheck
9) Analis mengerjakan pemeriksaan sesuai hasil permintaan
10) Analis mencatat hasil di buku pemeriksaan manual dan
melakukan verifikasi level I
11) Dokter SpPK melakukan penilaian analitik dan medik
kemudian melakukan verifikasi level II dengan
menandatangani hasil pemeriksaan. Apabila ada hasil yang
meragukan, maka dokter jaga PK / Analis melakukan
troubleshooting.
12) Petugas administrasi mengambil hasil lab yang telah
ditandatangani kemudian mengelompokkannya per ruangan
13) Perawat jaga ruang rawat inap mengambil hasil pemeriksaan
ke laboratorium, menuliskan ke dalam buku ekspedisi
b. Pelayanan Laboratorium Pasien Rawat Jalan
1) Dokter Poliklinik membuat program pemeriksaan laboratorium
kemudian membuat surat permintaan pemeriksaan
laboratorium dan memberikannya kepada pasien.

2
2) Pasien membawa surat permintaan pemeriksaan laboratorium
ke laboratorium Klinik dan menyerahkan kepada petugas
pendaftaran.
3) Petugas pendaftaran memasukkan layanan permintaan
pemeriksaan laboratorium ke dalam komputer dan
membuatkan bukti pengambilan hasil (untuk pasien dengan
jaminan) atau membuat nota tagihan untuk pasien umum,
kemudian menyerahkannya kepada pasien.
4) Pasien dengan jaminan menunggu panggilan pengambilan
sampel
5) Pasien umum membayar biaya pemeriksaan ke kasir dan
akan diberi tanda lunas oleh petugas kasir kemudian pasien
menunggu panggilan untuk pengambilan sampel.
6) Petugas pendaftaran menyerahkan surat permintaan
pemeriksaan laboratorium kepada petugas sampling.
7) Petugas sampling memanggil pasien untuk diambil spesimen
di ruang sampling.
8) Petugas sampling melakukan pengambilan sample, memberi
label, mencatat dalam buku register sample kemudian
mengirim sample ke ruang-ruang pemeriksaan
9) Analis di ruang pemeriksaan laboratorium melakukan
preparasi sampel.
10) Analis menganalisis (memeriksa) specimen, melakukan check
dan recheck.
11) Analis mengerjakan pemeriksaan sesuai hasil permintaan
12) Analis mencatat hasil di buku pemeriksaan manual dan
melakukan verifikasi level I
13) Dokter SpPK melakukan penilaian analitik dan medik
kemudian melakukan verifikasi level II dengan
menandatangani hasil pemeriksaan. Apabila ada hasil yang
meragukan, maka dokter jaga PK / Analis melakukan
troubleshooting.
14) Petugas administrasi mengambil hasil lab yang telah
ditandatangani, kemudian menyerahkannya kepada pasien.

3
15) Pasien kembali ke poliklinik lalu menyerahkan hasil
pemeriksaan laboratorium kepada perawat / dokter jaga
poliklinik

c. Pelayanan Laboratorium Pasien IGD


1) Dokter jaga IGD membuat program pemeriksaan laboratorium
kemudian membuat surat permintaan pemeriksaan
laboratorium
2) Perawat IGD mengambil sample/spesimen, mencatat jam
pengambilan pada surat permintaan pemeriksaan lab,
memberi label pada sample.
3) Petugas IGD mengantar sampel dan blangko permintaan
laboratorium ke laboratorium.
4) Petugas Administrasi melakukan layanan di komputer
sehingga tagihan otomatis masuk komputer.
5) Analis melakukan preparasi sample.
6) Analis menganalisis (memeriksa) specimen, melakukan check
dan recheck
7) Analis mengerjakan pemeriksaan sesuai hasil permintaan
8) Analis mencatat hasil di buku pemeriksaan manual dan
melakukan verifikasi level I
9) Petugas administrasi mengambil copi hasil lab yang telah
ditandatangani analis, lalu melaporkan ke IGD via telepon
bahwa hasil pemeriksaan sudah jadi.

10) Perawat / dokter jaga ruang rawat inap menerima hasil


pemeriksaan laboratorium.

11) Dokter SpPK melakukan verifikasi hasil laboratorium

12) Petugas ruangan mengambil hasil pemeriksaan dengan


menandatangani buku ekspedisi.

4
B. KEBIJAKAN PELAYANAN HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pengambilan hasil pemeriksaan laboratorium rawat jalan
a. Pengambilan hasil pemeriksaan laboratorium rawat jalan
dilayani selama 24 jam.
b. Pada jam kerja pagi, bagian pendaftaran akan
memanggil pasien segera setelah hasil pemeriksaan
selesai ditandatangani
c. Tempat pengambilan di tempat pendaftaran
d. Untuk pemeriksaan tertentu ( rujukan laboratorium luar
pengambilan hasilnya sesuai dengan yang tertera pada
masing-masing pemeriksaan dan akan diberitahukan
e. Pengambilan hasil setelah jam 14.00 akan dilayani di
tempat pendaftaran oleh petugas jaga
2. Pengambilan hasil pemeriksaan rawat inap
a. Pengambilan hasil pemeriksaan laboratorium rawat inap
dilayani selama 24 jam.
b. Perawat/petugas bangsal bisa mengambil di loker-loker
yang sudah dikelompokkan berdasarkan nama ruangan
c. Perawat diminta menulis di buku ekspedisi jika
mengambil hasil, sebagai bukti pengambilan hasil.
3. Pengambilan hasil pemeriksaan IGD
a. Petugas laboratorium akan menginformasikan lewat
telepon segera setelah hasil pemeriksaan selesai
b. Hasil pemeriksaan bisa diambil oleh keluarga pasien di
tempat pendaftaran atau diambil petugas IGD.
4. Permintaan hasil via telepon dapat dilayani sebagai berikut :
1) Hari kerja biasa ( jam kerja pagi : 07.30 – 14.00 )
Pelayanan hasil pemeriksaan via telepon dilayani di
pesawat 106. Blanko permintaan lab diberikan ke laboratorium
oleh petugas ruangan.
2) Pada jam kerja siang ( 14.00 s.d. 20.00 ), malam ( 20.00 s.d.
07.30 ) dan hari Minggu / libur ( 24 jam )

5
Pelayanan hasil pemeriksaan via telepon dilayani di
pesawat 106.

6
PANDUAN PENANGANAN
SAMPEL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

A. , PENANGANAN SPESIMEN
1. Syarat Spesimen
Jenis spesimen kualitas dan penanganannya adalah faktor pra-
analitik yang penting karena sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium. Spesimen yang layak digunakan untuk pemeriksaan
laboratorium adalah :
a. Jenisnya sesuai dengan keperluan pemeriksaan
b. Pemakaian antikoagulan atau zat pengawet tepat sesuai dengan
jenis pemeriksaan.
c. Volume spesimen mencukupi sesuai persyaratan untuk setiap jenis
pemeriksaan
d. Kondisi baik, seperti : tidak lisis, tidak beku atau mengandung bekuan
( terutama untuk pemeriksaan Hematologi ), tidak berubah warna
e. Identitas pada label dan penulisan data spesimen / pasien tepat
(nama, tanggal lahir, nomor CM)
f. Ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat
g. Formulir permintaan diisi secara lengkap, meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, nomor CM, ruang, diagnosis/keterangan klinis. Kelengkapan
ini penting agar laboratorium dapat memberikan hasil yang terjaga
mutunya.
Oleh karena itu sebelum mengirim spesimen ke laboratorium perlu
dipastikan bahwa hal-hal berikut ini telah dilakukan dengan benar :
a. Pemilihan jenis spesimen sesuai dengan parameter pemeriksaan
yang dikehendaki
b. Pemakaian antikoagulan atau zat pengawet
c. Persiapan pasien dan peralatan yang digunakan untuk pengambilan
spesimen (sampling)
d. Tehnik sampling atau pengumpulan spesimen
e. Pemberian identitas spesimen
f. Penyimpanan dan cara pengiriman specimen ke laboratorium

7
2. Jenis Spesimen
Jenis spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik dapat berupa :
a. Darah utuh (whole blood)
Spesimen ini berupa darah dengan atau tanpa penambahan zat
penghambat pembekuan. Untuk pemeriksaan-pemeriksaan
hematologi seperti seperti darah rutin atau DLO, hemoglobin, jumlah
sel, LED, golongan darah, tes fragilitas osmotik eritrosit/OFT, PPT,
APTT, Fibrinogen, dsb., darah harus ditambah zat penghambat
pembekuan (antikoagulan) seperti Na2EDTA, Heparin, Natrium citrat
atau Natrium oksalat. Sedangkan untuk beberapa pemeriksaan
tertentu, seperti retraksi bekuan, masa jendal (cloting time), biakan
gall, sel LE, darah tidak perlu diberi antikoagulan.
b. Plasma
Plasma adalah bagian cair dari spesimen darah yang telah diberi
antikoagulan (misalnya Natrium citrat 3,8% atau 3,2%). Spesimen ini
biasa dipakai untuk pemeriksaan faal hemostasis, seperti PPT, APTT,
Fibrinogen, D-Dimer, dsb. Plasma dipisahkan dari darah dengan tata
cara laboratorium tertentu selama beberapa menit sebelum dilakukan
pemeriksaan.
c. Serum
Serum adalah bagian cair dari spesimen darah beku (tanpa
antikoagulan). Serum terbentuk apabila darah tanpa antikoagulan
dibiarkan membeku pada suhu kamar + 20-70 menit dan segera
sesudahnya dipisahkan. Serum biasa digunakan untuk pemeriksaan
kimia klinik dan imuno-serologi.
d. Urine, tinja, cairan tubuh (liquor, c.ascites, c.pleura, dsb.)
e. Dan sebagainya.

3. Persiapan Sebelum Pengambilan Spesimen


a. Peralatan
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi syarat-
syarat :
1) Bersih

8
2) Kering
3) Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
4) Terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat yang ada pada
specimen.
5) Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman (kultur)
harus menggunakan peralatan yang steril. Pengambilan specimen
yang bersifat invasiv harus menggunakan peralatan yang steril
dan sekali pakai buang (disposable).
b. Wadah
Wadah specimen harus memenuhi syarat-syarat :
1) Bersih
2) Kering
3) Terbuat dari gelas atau plastik
4) Tidak bocor atau tidak merembes.
5) Dapat ditutup rapat dan mudah dibuka.
6) Besar wadah disesuaikan dengan volume spesimen.
7) Tidak mengandung bahan kimia atau deterjen
8) Tidak mempengaruhi sifat-sifat zat yang terkandung dalam
spesimen.
9) Untuk pemeriksaan biakan dan uji kepekaan kuman, wadah harus
steril.
c. Antikoagulan
Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Jenis antikoagulan yang dipergunakan harus
disesuaikan dengan jenis pemeriksaan yang diminta dan takaran
volumenya juga harus tepat ( lihat daftar pemeriksaan ).
Penggunaan antikoagulan yang tidak sesuai dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan seperti berikut ini :
1) Spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan PPT, APTT,
Fibrinogen adalah darah citrat. Jika yang digunakan adalah darah
EDTA atau darah Heparin maka akan dapat menyebabkan hasil
pemeriksaan PPT, APTT memanjang dan fibrinogen rendah.
2) Untuk pemeriksaan darah rutin atau DLO digunakan spesimen
darah EDTA. Jika yang digunakan adalah darah Heparin, maka

9
dapat menyebabkan hasil pemeriksaan hitung trombosit (AT)
menurun.
Disamping itu volume darah yang ditambahkan pada antikoagulan
harus sesuai dengan keterangan yang tertera pada label tabung.
Volume darah yang tidak tepat dapat menyebabkan kesalahan hasil
pemeriksaan sebagai berikut :
1) Volume darah yang kurang dari ketentuan dapat menyebabkan
perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
dan dapat menyebabkan hasil PPT / APTT memanjang.
2) Volume darah yang melebihi ketentuan dapat menyebabkan
terbentuknya jendalan yang berakibat menurunnya jumlah lekosit
(AL), trombosit (AT), kadar hemoglobin (Hb) dan hematokrit
(Hmt).
d. Waktu
Pada umumnya pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari,
terutama untuk pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan imunologi,
karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal. Namun
ada beberapa pemeriksaan yang waktu pengambilan sampelnya
harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit atau fluktuasi harian,
misalnya : untuk pemeriksaan biakan kuman dan uji sensitivitas,
spesimen harus diambil sebelum pemberian antibiotic
e. Lokasi
Sebelum melakukan pengambilan spesimen harus ditetapkan dulu
lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis pemeriksaan yang
diminta, misalnya :
1) Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena
umumnya diambil dari vena mediana cubiti di daerah siku. Tempat
pengambilan tidak boleh pada jalur infus atau injeksi cairan obat
karena dapat menyebabkan darah menjadi lebih encer dan dapat
meningkatkan / menurunkan kadar zat tertentu.
2) Spesimen darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di
pergelangan tangan atau arteri femoralis di daerah lipat paha.
3) Spesimen darah kapiler diambil dari ujung jari tengah atau jari
manis tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi

10
telapak kaki pada bayi. Tempat yang dipilih untuk pengambilan
tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti
sianosis atau pucat.
4) Spesimen untuk pemeriksaan biakan kuman diambil dari tempat
yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
f. Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili obyek
yang diperiksa. Volume spesimen yang diperlukan untuk setiap
pemeriksaan dapat dilihat pada daftar pemeriksaan dan tabung
spesimen (tabung EDTA, citras, kultur darah).

4. Pengambilan Spesimen
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang benar agar
spesimen tersebut dapat mewakili keadaan yang sebenarnya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan darah :

a. Spesimen darah vena atau arteri


1) Peralatan untuk pengambilan spesimen disiapkan di tempat/ruang
pengambilan.
2) Gunakan spuit dan jarum yang baru, bersih, kering, sekali pakai
buang (disposable), steril. Penggunaan spuit dan jarum yang tidak
baru dapat menyebabkan :
a) kadar substrat yang diperiksa berubah
b) adanya jendalan darah pada jarum atau spuit menyebabkan
darah yang diambil terpacu untuk membeku lebih cepat,
akibatnya jumlah sel (terutama trombosit) menjadi turun.
3) Hindari memasang tali pembendung (torniquete) yang terlau lama
dan keras karena dapat menyebabkan meningkatnya kadar
protein ( termasuk enzim ), kalsium (Ca2+), kolesterol, Hb, Hmt, AT
dan jumlah sel. Sedangkan PPT, APTT mungkin bisa memendek.
4) Hindari pengambilan darah terlalu lama (tidak sekali tusuk) atau
terjadi trauma pungsi selama pengambilan darah karena dapat
menyebabkan :

11
a) Terbentuknya jendalan yang menyebabkan menurunnya
angka trombosit (AT), angka lekosit, angka eritrosit, Hb dan
Hmt.
b) Meningkatnya kadar kalium ( K+ ), LDH, SGPT
c) PPT / APTT mungkin bisa memendek atau memanjang.
5) Hindari pengambilan darah diulang-ulang tanpa mengganti jarum
dan spuit dengan yang baru. Spuit dan jarum yang telah dipakai
untuk pengambilan darah sebelumnya tidak boleh dibilas dengan
NaCl atau cairan infus untuk digunakan kembali sebab dapat
menyebabkan :
a) darah menjadi lebih encer
b) jumlah sel, hemoglobin, hematokrit, kadar substrat turun
c) kadar elektrolit berubah, kadar glukosa naik
d) darah menjadi lisis (sel-sel eritrosit banyak yang pecah)
karena pembilasan dengan aquadest
6) Hindari mengambil darah di vena yang dilalui jalur infus atau
injeksi cairan obat sebab dapat menimbulkan :
a) Kadar natrium ( Na+ ) akan meningkat pada infus saline.
b) Kadar kalium ( K+ ) akan meningkat pada infus KCl.
c) Kadar glukosa akan meningkat pada infus dextrose
d) PPT / APTT dapat memanjang pada infus heparin
e) Kadar kreatinin, phosphate, LDH, SGOT, SGPT, Hb, Hmt, AL,
trombosit akan menurun pada semua jenis infus
7) Jangan menusukkan jarum spuit jika kulit masih basah oleh
alkohol.
8) Jika spesimen yang akan diperiksa laboratorium memerlukan
antikoagulan atau media biakan kuman, maka setelah sampling,
darah segera dipindahkan ke dalam tabung berisi antikoagulan
atau media biakan kuman agar darah tidak menjadi beku atau
mengandung bekuan. Khusus untuk pemeriksaan biakan kuman,
pemindahan sampel darah ke dalam media biakan harus
dilakukan dengan cara aseptik (suci hama)
9) Hindari pencampuran spesimen berantikoagulan (darah EDTA,
darah heparin, darah citras) atau spesimen darah untuk biakan

12
kuman dengan cara mengkocok spesimen keras-keras hingga
timbul busa, sebab dapat menyebabkan darah menjadi lisis.
10) Pindahkan darah dari spuit ke dalam tabung dengan melepas dulu
jarum dan jangan memompakan darah keras-keras ke dalam
tabung, karena dapat menyebabkan darah menjadi lisis.
b. Spesimen darah kapiler
1) Siapkan lancet, kapas alkohol 70%, tabung atau wadah sampel.
2) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alcohol 70%,
biarkan kering.
3) Peganglah bagian tersebut supaya tidak bergerak dan tekan
sedikit supaya rasa nyeri berkurang.
4) Tusuk dengan lancet steril. Pada jari, tusukan dengan arah tegak
lurus dengan garis-garis sidik jari. Tusukan harus dalam sehingga
darah tidak harus diperas-peras keluar
Jangan menusukkan lancet jika ujung jari masih basah oleh
alkohol. Hal ini bukan saja karena darah akan diencerkan oleh
alcohol, tetapi darah juga melebar di atas kulit sehingga susah
ditampung dalam wadah.
5) Setelah darah keluar, buang tetes darah pertama dengan
memakai kapas kering, tetes berikutnya boleh dipakai untuk
pemeriksaan.
6) Pengambilan darah diusahakan tidak terlalu lama untuk
mencegah terbentuknya jendalan.
7) Untuk pengambilan spesimen darah untuk pemeriksaan gas
darah, selain dihindari terbentuknya jendalan, juga harus
diusahakan agar tidak terjadi gelembung udara dalam tabung
kapiler.

c). Urine
Pengambilan spesimen dilakukan oleh penderita sendiri, sebelumnya
harus diberi penjelasan mengenai tata cara pengambilan urine yang
benar.

13
Pengambilan sampel urine pada pasien wanita
1) Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu
mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
2) Tanggalkan pakaian dalam, lebarkan labia dengan satu tangan
3) Bersihkan labia dan vulva menggunakan kasa steril dengan arah
dari depan ke belakang
4) Bilas dengan air bersih dan keringkan dengan kasa steril yang
lain.
5) Selama proses ini berlangsung, labia harus tetap terbuka dan jari
tangan jangan menyentuh daerah yang telah dibersihkan.
6) Keluarkan urine, aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine
selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan.
Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis.
Diusahakan agar urine tidak membasahi bagian luar wadah.
7) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.

Pengambilan urine pada pasien pria


1) Pasien harus mencuci tangannya dengan memakai sabun lalu
mengeringkannya dengan handuk, kain yang bersih atau tissue.
2) Jika tidak disunat, tarik preputium ke belakang. Keluarkan urine,
aliran urine yang pertama dibuang. Aliran urine selanjutnya
ditampung dalam wadah yang telah disediakan. Pengumpulan
urine selesai sebelum aliran urine habis. Diusahakan agar urine
tidak membasahi bagian luar wadah.
3) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium

Jika pasien tidak dapat berkemih sendiri, dapat dibantu oleh keluarga
pasien atau petugas.
1) Sediakan wadah yang memenuhi syarat wadah yang baik.
2) Keluarga pasien atau petugas ( misalnya perawat ) harus mencuci
tangan dengan sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain
yang bersih atau tissue.
3) Genitalia pasien dibersihkan seperti cara di atas.
4) Urine yang ditampung adalah urine pancaran tengah.

14
5) Wadah ditutup rapat dan segera dikirim ke laboratorium.

Pengambilan urine pada bayi dan anak-anak


1) Penderita sebelumnya diberi minum untuk memudahkan buang air
kecil
2) Keluarga pasien atau petugas ( misalnya perawat ) harus mencuci
tangan dengan sabun lalu mengeringkannya dengan handuk, kain
yang bersih atau tissue
3) Bersihkan alat genitalia seperti yang diterangkan di atas.
4) Pengambilan urine dilakukan dengan cara :
a) Anak dipangku
b) Pengaruhi anak untuk mengeluarkan urine, tampung urine
dalam wadah yang telah disediakan.
c) Untuk bayi dipasang kantung penampung urine pada genitalia.

Pengambilan urine kateter


1) Lakukan desinfeksi pada bagian selang kateter dengan
menggunakan alkohol 70%
2) Aspirasi urine dengan menggunakan spuit sebanyak 10 – 12 ml.
3) Masukkan urine ke dalam wadah dan tutup rapat
4) Segera kirim ke laboratorium

d). Tinja
1) Sampel tinja sebaiknya berasal dari defekasi spontan. Jika sangat
diperlukan, sampel tinja juga dapat diperoleh dari pemeriksaan
rektal.
2) Masukkan sampel ke dalam wadah yang telah disediakan. Jangan
menggunakan kantong plastik. Segera kirim ke laboratorium.

e). Dahak
Penting untuk mendapatkan sekret bronchial dan bukan ludah atau
sekret hidung.
1) Sediakan wadah seperti yang telah diterangkan di muka. Jangan
menggunakan kantung plastik.

15
2) Sebelum pengambilan spesimen, penderita diminta berkumur
dengan air, bila mungkin gosok gigi terlebih dulu. Bila memakai
gigi palsu, sebaiknya dilepas dulu.
3) Pada saat pengambilan spesimen, penderita berdiri tegak atau
duduk tegak
4) Penderita diminta untuk menarik nafas dalam 2 – 3 kali kemudian
keluarkan nafas bersamaan dengan batuk yang kuat dan berulang
kali sampai dahak keluar.
5) Dahak yang dikeluarkan langsung ditampung dalam wadah
dengan cara mendekatkan wadah ke mulut.
6) Amati keadaan dahak. Dahak yang memenuhi syarat pemeriksaan
akan tampak kental purulen dengan volume cukup ( 3 – 5 ml )
7) Tutup wadah dengan rapat untuk menghindari kontaminasi dari
udara
8) Secepatnya dikirim ke laboratorium.

Apabila penderita mengalami kesulitan mengeluarkan dahak, dapat


dibantu dengan berbagai cara :
1) Pasien diminta berbaring dengan kepala lebih rendah dari paru-
paru selama beberapa menit, penderita dapat batuk dengan cara
yang benar.
2) Pada malam sebelumnya penderita diminta minum teh manis atau
diberi gliseril guayakolat 200 mg.
3) Pemberian aerosol dengan larutan garam yang agak panas atau
dengan bahan mukolitik sering dapat menambah volume dahak
dan memudahkan pengeluarannya.
4) Bronkoskopi hampir selalu dapat menyebabkan pembentukan
dahak bertambah dan bahan yang didapat setelah bronkoskopi
hendaknya ditampung dan diperiksa.

f). Sekret uretra


1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan
2) Kenakan sarung tangan
3) Bagi pasien yang tidak disunat, preputium ditarik ke arah pangkal.

16
4) Bersihkan sekitas lubang kemaluan dengan NaCl fisiologis steril,
kemudian secret dikeluarkan dengan cara menekan atau
mengurut uretra.
5) Sekret yang dikeluarkan diambil dengan lidi kapas steril atau
sengkelit. Apabila tidak ada secret yang keluat atau terlalu sedikit,
masukkan sengkelit atau lidi kapas steril berpenampang 2 mm ke
dalam uretra sedalam kira-kira2 – 3 cm sambil diputar searah
jarum jam, kemudian dikeluarkan perlahan-lahan.

g). Sekret endocervic


1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2) Pasien berbaring terlentang di atas kursi obstetric dengan kedua
lutut diletakkan di atas penyangga.
3) Kenakan sarung tangan
4) Spekulum dibasahi dengan air hangat kemudian dimasukkan ke
dalam vagina
5) Masukkan lidi kapas steril ke dalam canalis cervicalis sedalam 2 –
3 cm, putar searah jarum jam dan diamkan selama 5 – 10 detik
supaya secret terserap oleh kapas. Kemudian keluarkan lidi kapas
tanpa menyentuh speculum.
6) Spekulum yang habis dipakai direndam dalam larutan hipoklorit
0,1%
7) Apabila selaput dara masih utuh, secret hanya diambil dari vulva
atau meatus urethra, sedangkan perlakuan terhadap specimen
sama seperti di atas.

h). Sekret vagina


Pengambilan bahan pemeriksaan secret vagina disarankan hanya
untuk wanita yang telah hysterectomy. Pengambilan secret dilakukan
pada vomix posterior.

17
i). Usap rectum
Masukkan lidi kapas steril ke dalam saluran anal sedalam 2 – 3 cm,
putar searah jarum jam beberapa detik untuk mendapatkan secret
dari crypta di dalam lingkaran anal.

j). Usap orofaring


Sekret diambil dari tonsil bagian posterior faring.

k). Usap nasofaring


1) Penderita diminta duduk ( kalau anak-anak dipangku )
2) Petugas berdiri di samping penderita
3) Kepala penderita ditegakkan dan petugas memegang bagian
belakang kepala penderita.
4) Masukkan lidi Dacron ke dalam rongga hidung, posisi lidi tegak
lurus. Panjang lidi yang masuk kira-kira ½ jarak ujung hidung
sampai telinga. Putar searah jarum jam sampai menyentuh
dinding belakang nasofaring kemudian tarik keluar perlahan-lahan.
5) Masukkan lidi Dacron ke dalam media transport atau langsung
pada media isolasi ( Agar Darah, Agar Thayer Martin, Agar Cystin
Tellurite ) dan dibuat sediaan.

k). Usap tenggorok


1) Penderita diminta duduk ( kalau anak-anak dipangku )
2) Penderita diminta membuka mulut
3) Lidah ditekan dengan spatel lidah
4) Masukkan lidi kapas yang sudah dibasahi dengan saline steril
hingga menyentuh dinding belakang faring
5) Usap ke kiri dan ke kanan dinding belakang faring dan tonsil lalu
tarik keluar dengan hati-hati tanpa menyentuh bagian mulut yang
lain.
6) Masukkan lidi kapas ke dalam media transport atau langsung
ditanam pada media isolasi (Agar Darah, Agar Thayer Martin,
Agar Cystin Tellurite ) dan dibuat sediaan.

18
l). Pus dari luka purulent / ulcus
1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2) Bersihkan luka dengan kain kasa yang telah dibasahi dengan
NaCl fisiologis sebanyak 3 kali untuk menghilangkan kotoran dan
lapisan eksudat yang mongering.
3) Tanpa menyentuh bagian tepi luka / ulcus, usap luka / ulcus
dengan lidi kapas steril.
4) Lidi kapas langsung diinokulasikan pada agar atau dapat pula
dimasukkan dalam media transport.
5) Patahkan tangkai lidi yang berada di luar tabung.
6) Tutup tabung dengan rapat dan segera kirim ke laboratorium.

n). Pus dari abses


1) Pasien diberi penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan.
2) Lakukan tindakan desinfeksi dengan Povidone iodine 10% di atas
abses atau bagian yang akan ditusuk / diinsisi. Bersihkan sisa
Povidone iodine dengan kapas alcohol 70%.
3) Tusukkan jarum pada abses dan hisap dengan spuit steril cairan
eksudat atu pus.
4) Cabut jarum dan tutup dengan kapas steril. Kemudian Teteskan
apirasi pus / eksudat pada lidi kapas steril
5) Dapat juga dilakukan incise pada bses dan dengan lidi kapas steril
usapkan pada bagian dasar abses..
6) Lidi kapas dapat langsung diinokulasikan pada agar atau dapat
pula dimasukkan dalam media transport.
7) Sisa eksudat / pus dalam spuit dimasukkan dalam wadah steril
dan dikirim ke laboratorium.

o). Cairan cerebrospinal ( CSF )


CSF diambil oleh dokter medis menggunakan teknik punksi lumbal.
CSF pada umumnya diambil dengan anesthesia lokal.
1) Penderita diberitahu mengenai tindakan yang akan dilakukan
2) Penderita diminta berbaring – miring dan menekuk lutunya sampai
ke dada serta membungkukkan dagu sampai lutut. Posisi tulang

19
belakang dipertahankan tetap sejajar dengan permukaan tempat
pasien berbaring dan pinggulnya harus tetap tegak lurus terhadap
permukaan itu.
3) Dilakukan pungsi lumbal sesuai dengan prosedur yang ada.
4) CSF dikumpulkan dalam wadah bertutup yang steril.
5) Spesimen harus segera dikirim ke laboratorium.
Dalam waktu 1 jam eritrosit mulai pecah, sehingga cairan atas
menjadi berwarna secara tidak wajar. Lekosit netrofil dan sel
ganas menjadi rusak. Bakteri dan sel-sel terus menggunakan
glukosa dan menunda pemeriksaan kimia dapat mengubah hasil.

p). Cairan pleura, cairan peritoneum, cairan pericardium, ascites


Jenis cairan tubuh ini dikumpulkan dalam wadah yang bersih,
bertutup dan steril. Spesimen harus segera dikirim ke laboratorium.

q). Sumsum tulang


Pada orang dewasa, sumsum tulang paling mudah diperoleh dari
tulang dada, dan crista iliaca anterior dan posterior. Pada anak kecil
aspirasi sumsum tulang dilakukan pada bagian proksimal tibia,
sedangkan pada anak yang lebih besar aspirasi sumsum tulang
dilakukan pada tulang belakang.
Aspirasi harus dilakukan dengan tindakan asepsis yang sangat
cermat karena zat infeksius yang masuk ke dalam sumsum tulang
dengan sangat cepat menyebar melalui sirkulasi darah.
Sumsum tulang yang didapat harus segera dibuat sediaan dan
sisanya ditambahkan antikoagulan untuk mencegah pembekuan.
Spesimen segera dikirim ke laboratorium.

B. MENAMPUNG SPESIMEN DALAM WADAH


1. Gunakan wadah / penampung yang memenuhi syarat wadah yang baik.
2. Seluruh spesimen harus masuk dalam wadah, jangan ada yang menempel
pada bagian luar wadah untuk mencegah bahaya infeksi terhadap
petugas.
3. Wadah harus ditutup rapat agar spesimen tidak merembes atau tumpah.

20
4. Tehnik pemindahan/penampungan sampel darah dari spuit ke dalam
wadah/tabung harus dilakukan dengan benar agar spesimen tidak rusak.
a. Menampung darah dalam tabung/wadah berisi antikoagulan
(Na2EDTA atau K2EDTA, Na-Citrat 3,8% atau 3,2%, Heparin) :
1) Perhatikan label pada tabung : jenis antikoagulan yang digunakan,
volume darah yang harus ditambahkan. Pastikan bahwa pemilihan
antikoagulan dan volume darah yang dimasukkan tidak keliru!
2) Buka tutup tabung dengan hati-hati
3) Lepaskan jarum spuit
4) Alirkan darah melalui dinding tabung perlahan-lahan ( jangan
disemprotkan! ) hingga mencapai volume yang ditentukan (lihat
label).
5) Tutup tabung kembali dengan rapat dengan cara menekan sambil
memutar tutup tabung. Pastikan tabung tertutup dengan rapat.
6) Segera campur darah dengan cara membolak-balikkan tabung
atau dikocok perlahan-lahan ( jangan dikocok keras-keras! )
b. Menampung darah dalam tabung hampa udara/vakum (vacutainer
tube)
1) Perhatikan label pada tabung :
a) berisi antikoagulan (Na2EDTA atau K2EDTA, Na-Citrat 3,8%
atau 3,2%, Heparin) atau tidak berisi antikoagulan (no aditive)
b) volume darah yang harus dimasukkan
Jangan salah memilih tabung dan volume darah yang diperlukan!
2) Tusukkan jarum pada bagian karet yang terdapat pada tutup
tabung sehingga darah akan terhisap ke dalam tabung, biarkan
beberapa saat hinga darah berhenti mengalir.
3) Jika tabung berisi antikoagulan, lakukan pencampuran segera
setelah darah tertampung dalam tabung dengan cara membolak-
balikkan tabung beberapa kali ( jangan dikocok keras-keras! ).
4) Jika tabung tidak berisi antikoagulan (no additive) tidak perlu
dilakukan pencampuran.
c. Menampung darah dalam tabung berisi media biakan kuman
1) Lepaskan lempeng logam pada tutup tabung media biakan
(misalnya Bactect, Bact-Alert)

21
2) Desinfeksi permukaan karet pada tutup tabung media biakan
dengan alkohol 70%, biarkan kering.
3) Tusukkan jarum spuit sehingga darah terhisap masuk ke dalam
tabung media biakan
4) Setelah tercapai volume yang diinginkan, lepaskan jarum spuit
dari karet penutup tabung media biakan.
5) Lakukan pencampuran dengan membolak-balikkan tabung
perlahan-lahan beberapa kali ( jangan dikocok keras-keras! ).
5. Untuk keperluan pemeriksaan yang jenis sampelnya adalah darah beku,
jika tidak tersedia tabung, sampel cukup dibiarkan di dalam spuit.

C. PEMBERIAN IDENTITAS SPESIMEN


Pemberian identitas pasien dan atau spesimen adalah tahapan yang harus
dilakukan karena merupakan hal yang sangat penting. Pemberian identitas
meliputi :
1. Pengisian formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Pengisian label pada wadah spesimen
Pada surat pengantar atau formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
sebaiknya memuat secara lengkap :
1. Tanggal permintaan
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen
3. Jenis spesimen : darah, urine, tinja, dahak, dsb.
4. Identitas pasien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat/nama
ruang perarawatan/nama ruang pemeriksaan dan nomor rekam medis.
5. Identitas pengirim : nama, alamat, nomor telepon.
6. Diagnosis / keterangan klinis.
7. Obat-obatan yang telah diberikan dan lama pemberian.
8. Jenis pemeriksaan laboratorium yang diminta.
Sedangkan label pada wadah sampel harus memuat :
1. Nama pasien, no CM, tanggal lahir
2. Ruang perawatan/ruang pemeriksaan
3. Tanggal pengambilan sampel
Pastikan bahwa penulisan identitas pasien pada formulir permintaan
pemeriksaan lab dan label pada wadah spesimen sudah sesuai.

22
Beri tanda khusus pada label formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
dan label pada wadah untuk spesimen yang berisiko tinggi ( HIV, Hepatitis )

D. PENGIRIMAN SPESIMEN KE LABORATORIUM


1. Sebelum mengirim spesimen ke laboratorium, pastikan bahwa spesimen
telah memenuhi persyaratan seperti yang tertera dalam persyaratan
masing-masing pemeriksaan.
2. Apabila spesimen tidak memenuhi syarat agar diambil / dikirim ulang.
3. Pengiriman spesimen disertai blanko permintaan yang diisi data yang
lengkap. Pastikan bahwa identitas pasien pada label sample dan formulir
permintaan sudah sama.
4. Secepatnya spesimen dikirim ke laboratorium.
Penundaan pengiriman spesimen ke laboratorium dapat dilakukan
selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan spesimen. Penundaan
terlalu lama akan menyebabkan perubahan fisik dan kimiawi yang dapat
menjadi sumber kesalahan dalam pemeriksaan, seperti :
a. Penurunan kadar natrium ( Na+ ), glukosa darah, angka lekosit, angka
trombosit.
b. Perubahan morfologi sel darah pada pemeriksaan mikroskopik
c. PPT / APTT memanjang.
d. Peningkatan kadar kalium ( K+ ), phosphate, LDH, SGPT.
e. Lisisnya sel pada sample LCS, transudat, eksudat.
f. Perkembangbiakan bakteri
5. Pengiriman spesimen sebaiknya menggunakan wadah khusus, misalnya
berupa kotak atau tas khusus yang tebuat dari bahan plastik, gabus
(styro-foam) yang dapat ditutup rapat dan mudah dibawa.

23

Anda mungkin juga menyukai