Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi
setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai
salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya
guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang
baik dan biaya yang terjangkau. Menurut keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/
Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pelayanan Kesehatan di
Kabupaten atau Kota, maka untuk itu di pandang perlu disetiap rumah sakit Umum atau Daerah
meningkatkan pasilitas dan pelayanan Laboratorium yang sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 411/MENKES/PER/III/2010. Sebagai pelaksanaan
ketentuan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, maka
dipandang perlu juga untuk menetapkan Standar Profesi bagi tenaga Ahli Laboratorium
Kesehatan dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 370/Menkes/SK/III/2007.
Pelayanan Laboratorium Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan kepada masyarakat. Laboratorium kesehatan sebagai unit pelayanan penunjang medis,
diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek laboratoris terhadap
spesimen/sampel yang pengujiannya dilakukan di laboratorium. Masyarakat menghendaki mutu
hasil pengujian laboratorium terus ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan penyakit. Ahli teknologi laboratorium kesehatan yang terdiri dari
para analis kesehatan dan praktisi laboratorium lainnya harus senantiasa mengembangkan diri
dalam menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya jaminan mutu terhadap hasil pengujian
laboratorium dan tuntutan diberikan pelayanan yang prima.
Dalam era globalisasi, tuntutan standarisasi mutu pelayanan laboratorium tidak dapat dielakkan
lagi peraturan perundang-undangan sudah mulai diarahkan kepada seluruh profesi kesehatan
dalam menyongsong era pasar bebas tersebut. Ahli teknologi laboratorium kesehatan indonesia
harus mampu bersaing dengan ahli ahli teknologi laboratorium ( Medical Laboratory
Technologist ) dari negara lain yang lebih maju. Untuk itulah perlu disusun suatu standar profesi
bagi para ahli teknologi laboratorium kesehatan dan pedomam yang jelas tentang pelayan
instalasi laboratorium di Indonesia.
B. Tujuan Pedoman
Tujuan dari disusunnya pedoman pelayanan Instalasi laboratorium RSP USK ini adalah
untuk memberikan arah atau standar bagi seluruh petugas yang bekerja di Instalasi Laboratorium
dalam memberikan pelayanan pada pasien khususnya pelayanan laboratorium.
D. Batasan Operasional
Laboratorium RSP USK merupakan laboratorium yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan spesimen klinik di bidang Hematologi, Kimia Klinik, Urinalisa, Imunologi dan
Serologi .
Batasan operasional untuk jenis pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hematologi adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan antara lain Hematologi Rutin, Hematologi lengkap, golongan darah,
analisa darah tepi dan hemostasis lengkap.
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
Pemeriksaan Kimia Klinik adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan antara lain : Glukosa darah, Faal hati lengkap, Faal Ginjal, Analisa lipid,
Elektrolit.
3. Pemeriksaan Klinik Rutin
Pemeriksaan Klinik Rutin adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan yang membutuhkan bahan urin antara lain : Urine rutin, Urine lengkap,
Tes kehamilan .
4. Pemeriksaan Imunologi dan Serologi
Pemeriksaan Imunologi dan Serologi adalah : pemeriksaan yang mencakup beberapa
pemeriksaan yeng memerlukan serum sebagai bahan pemeriksaan, adapun
pemeriksaannya antara lain : HbsAg, , IgG IgM Anti Dengue ,Widal, Rapid Antigen
Covid-19
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tenteng Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4844);
2. Undang-Unadang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (Lembaga Negara Tahun 2009
Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5063);
3. Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara
Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
4. Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 493/Menkes/Per/VI/2009 tentang Perbahan Kedua atas
Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 298/Menkes/SK/III/2008 tentang Pedoman Akreditasi
Laboratorium Kesehatan;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 657/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Pengiriman dan
Penggunaan Spesimen Klinik, Materi Biologik dan Muatan Informasinya;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 658/Menkes/Per/VIII/2009 tentang Jejaring Laboratorium
Diagnosis Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging;
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
B. Distribusi Ketenagaan
Pola pengaturan tenaga di Instalasi Laboratorium RSP USK diatur dalam 3 shift jaga dengan
distribusi sebagai berikut:
1. Dinas pagi:
Yang bertugas sejumlah 1 ( satu ) orang dengan rincian :
a. 1 orang petugas Laboratorium
Jam dinas dari pukul 08.00 wita s/d pukul 14.00 wib.
2. Dinas sore:
Jam dinas dari pukul 14.00 wib s/d pukul 20.00 wib
3. Dinas malam:
Yang bertugas 1 ( satu ) orang dengan rincian tugas :
C. Pengaturan Jaga
Pengaturan jadwal dinas pelaksana analis di Instalasi Laboratorium RSP USK adalah sebagai
berikut:
1. Pengaturan jadwal dinas pelaksana analis dibuat oleh KA.Instalasi laboratorium, disetujui
oleh Kepala KA.bidang Penunjang Medis dan ditandatangani oleh Wakil Direktur Pelayanan
Medis,Penunjang dan Keperawatan , KA.bidang Penunjang Medis dan KA.Instalasi
Laboratorium. Jadwal dinas dibuat untuk jangka waktu satu bulan dan direalisasikan ke analis
pelaksana laboratorium setiap satu bulan.
2. Jadwal dinas terdiri atas dinas pagi, dinas sore, dinas malam, lepas malam, libur dan cuti.
Apabila ada tenaga analis jaga karena sesuatu hal tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan ( terencana ), maka analis bersangkutan harus memberitahu KA.Instalasi
laboratorium satu hari sebelumnya, dan diharapkan yang bersangkutan sudah mencari analis
pengganti. Apabila analis bersangkutan tidak mendapatkan analis pengganti, maka
KA.Instalasi Laboratorium akan mencari tenaga analis pengganti.
3. Apabila ada tenaga analis tiba-tiba tidak dapat jaga sesuai jadwal yang telah ditetapkan
( tidak terencana ), maka KA.Instalasi Laboratorium akan mencari analis pengganti yang
libur. Apabila tidak dapat analis pengganti, maka analis yang dinas pada shift sebelumnya
untuk menggantikan.
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan Laboratorium
Keterangan : Ruangan laboratorium luasnya : .... m 2, dengan masing – masing luas ruangan ....m 2 di
tambah ruang tunggu pasien kurang lebih .... m2 , terdiri dari :
1. Ruangan Sampling
Yaitu tempat untuk penerimaan, pengambilan sampel
2. Meja administrasi
Yaitu tempat untuk registrasi data pasien, tempat untuk proses akhir hasil laboratorium
dan tempat mengentry data bahan habis pakai/reagen yang dipakai
3. Tempat reagen
Yaitu tempat reagen yang sudah didistribusikan dari gudang barang laboratorium
4. Lemari Arsip
Yaitu tempat untuk penyimpanan stok reagen dan semua barang habis pakai di
laboratorium.
B. Standar fasilitas.
A. Persyaratan Pelayanan
1. Persyaratan umum :
a. Pasien sudah terdaftar di sistim rekam medik rumah sakit sesuai dengan jaminan perawatan
masing-masing
b. Untuk Pasien rawat jalan; pasien datang langsung ke Laboratorium dengan membawa formulir
permintaan pemeriksaan yang telah diisi lengkap dan berkas jaminan yang sesuai dengan
jaminan yang dipakai.
c. Untuk pasien rawat inap; Sampel pemeriksaan dikirim ke laboratorium oleh petugas ruangan
beserta formulir permintaan yang telah diisi lengkap.
2. Persyaratan khusus : sesuai dengan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan, seperti puasa,tidak
minum obat- obatan, tidak pada saat haid untuk pemeriksaan Urine Lengkap
Adapun tata laksana pelayanan laboratorium secara rinci dituangkan dalam bentuk alur pelayanan
laboratorium RSP USK dapat dilihat dalam diagram berikut: Poin B.
B. Alur Pelayanan Laboratorium
Pasien Rawat
Sampel Dari Sampel dari
Jalan
Ruang Rawat IGD
Inap
Analisa
Analis Lab
Release
Analis Quality
Autorized
Dokter Penanggung Jawab Lab
Print
Analis Lab
Keterangan : Hal tersebut diatas berlaku jika semua alat laboratorium berada dalam kondisi baik,
dan untuk hitung jenis leukosit jika tidak ditemukan sel muda karena perlu konsultasi dengan
penanggung jawab laboratorium.
Prosedur Pemberian Nomor dan Pencatatan Hasil Laboratorium
1. Hematologi
a) Pertama tabung EDTA yang sudah diisi darah pasien, diberi nama, umur, Ruangan, atau
nomor CM ( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien.
b) Sampel langsung dikerjakan di alat hematologi
c) Catat hasil d blanko laboratorium pasien, kemudian ketik hasil di komputer.
d) Secara otomatis hasil laboratorium pasien tersimpan pada computer
2. Kimia
a) Pertama tabung Kimia yang sudah diisi darah pasien, diberi nama, umur, ruangan, atau
nomor CM ( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien.
b) Persiapan sampel (untuk mendapat kan serum atau plasma)
c) Sampel langsung dikerjakan dan di periksa di alat Kimia Klinik
d) Catat hasil d blanko laboratorium pasien, kemudian ketik hasil di komputer.
3. Secara otomatis hasil laboratorium pasien tersimpan pada computer Serologi/Imunologi
a) Pertama tabung tanpa antikoagulan yang sudah diisi darah pasien, diberi nama, umur,
ruangan, atau nomor CM ( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien.
b) Sampel untuk pemeriksaan HBsAg, Anti Dengue, WIdal, dikerjakan secara manual.
c) Catat hasil di blanko laboratorium pasien, kemudian ketik hasil di komputer.
4. Urine
a) Pertama pot yang berisi sampel urine, diberi nama, umur, ruangan atau nomor CM
( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien ,
b) Dilakukan pembuatan preparat urine
c) Preparat urine pasien dibaca pada mikroskop
d) Ketik hasil pemeriksaan urine pada computer
e) Secara otomatis hasil urine pasien tersimpan pada computer
5. Faeces
a) Pertama pot yang berisi sampel urine, diberi nama, umur, ruangan atau nomor CM
( minimal 2 identitas ) sesuai dengan pasien
b) Dilakukan pembuatan preparat faeces
c) Preparat faeces pasien dibaca pada mikroskop
d) Ketik hasil pemeriksaan faeces pada computer
e) Secara otomatis hasil faeces pasien tersimpan pada computer
D. Pengelolaan Spesimen
e. Faeces
1) Ambil sedikit faeces ke dalam wadah bersih dan bertutup, jangan bercampur dengan
urine.
2) Ambil bagian yang ada darah dan lendirnya.
E. Pengolahan Spesimen
Simpan semua specimen sesuai dengan nomor urut, tanggal, dan hari serta bulan
penyimpanan.
1. Serum
Disimpan di freezer selama 10 hari pada suhu -200C, setelah disimpan selama 1 bulan, sisa
serum dibuang
2. Darah EDTA
Sisa sample darah EDTA disimpan selama 24 jam pada suhu 80C, setelah itu dibuang
3. Darah Beku
Sisa sample darah beku disimpan selama 24 jam pada suhu ruangan, (15-300C), setelah itu
dibuang .
4. Urine
Sisa sample urine di simpan pada suhu kamar (15-300C), sampai dengan pergantian shift
kerja, setelah itu dibuang.
5. Faeces
Sisa sample faeces di simpan pada suhu kamar (15-300C), sampai dengan pergantian shift
kerja, setelah itu dibuang.
G. Janji Hasil Pemeriksaan Laboratorium
5. Malaria
HEMOSTASIS :
1. Waktu pendarahan Darah kapiler Setiap hari ≤ 60
Darah vena Setiap hari ≤ 60
2. Waktu pembekuan
URINALISIS :
1. Urin rutin Urin segar + 10 ml Setiap hari ≤ 60
Urin segar + 10 ml Setiap hari ≤ 60
2. Tes kehamilan
FAECES :
1. Faeces rutin Faeces Setiap hari ≤ 60
Faeces Setiap hari ≤ 60
2. Darah samar
Kimia
PEMERIKSAAN BAHAN HARI KERJA JANJI HASIL
(dalam menit)
KARBOHIDRAT :
1. Glukosa puasa Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
2. Glukosa 2 jam PP Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
3. Glukosa sewaktu
LEMAK :
1. Trigliserida Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
2. Kolestrol total Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
3. Kolestrol HDL
4. Kolestrol LDL
FUNGSI GINJAL :
1. Ureum Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
2. Kreatinin Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
3. Asam Urat
FUNGSI HATI :
1. Bilirubin total Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
2. Bilirubin direk Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
3. Bilirubin indirek Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60
4. SGOT
5. SGPT
ELEKTROLIT :
1. Natrium Serum 0,5 ml Dirujuk 1 x 24 jam
Serum 0,5 ml Dirujuk 1 x 24 jam
2. Kalium Serum 0,5 ml Dirujuk 1 x 24 jam
3. Chlorida
SEROLOGI :
1. WIDAL Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 140
Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 140
2. Dengue Ig G Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 140
Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 140
3. Dengue Ig M
4. HbsAg
Penetapan dan penanganan nilai kritis hasil pemeriksaan laboratorium di RSP USK, berdasarkan
kesepakatan dari seluruh SMF yang ada di lingkungan RSP USK.
Prosedur Penyampaian Hasil Kritis
Pengertian : Hasil kritis ( Critical Value ) adalah hasil pemeriksaan laboratorium pada beberapa
parameter dengan hasil diluar rentang normal yang ditetapkan ( terlalu tinggi atau terlalu
rendah ), yang harus segera dilaporkan kepada dokter penanggung jawab pelayanan
( DPJP ) agar dapat diambil tindakan segera guna mengatasi keadaan / penyakitnya.
Tujuan : Agar tidak terjadi keterlambatan penanganan pasien yang mengalami kegawatan atau
dalam keadaan kritis.
Kebijakan : Setiap hasil kritis yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium di Instalasi
Laboratorium Rumah Sakit Prince Nayef, harus segera dilaporkan kepada Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP )/ Dokter pengirim, atau perawat penanggung
jawab sebelum hasil dicetak di kertas.
Prosedur :
1. analis laboratorium segera menghubungi perawat penanggung jawab ruangan melalui telepon
bila hasil pemeriksaan pasien menunjukkan nilai kritis ( critical value ).
2. Petugas laboratorium yang melapor hasil kritis mencatat pada buku pelaporan hasil kritis (
critical value ).
3. Hasil pemeriksaan laboratorium critical value segera diantar ke ruangan / atau ke unit pengirim
oleh petugas laboratorium sesuai prosedur.
Unit Terkait : IRI, IRJ, IGD, ICU, IBS.
Nilai kritis
PT : > 20 DETIK
APTT : > 70 DETIK
Hb : < 5 gr/dL
Trombosit : < 50.000/ mm3atau> 1.000.000 // mm3
Ureum : > 215 mg/dL
KGD :
- Dewasa : < 40 mg/dLatau > 400 mg/dL
- Bayi : < 30 mg/dLatau > 300 mg/dL
Elektrolit :
- Na : < 120 mEq/L atau>160 mEq/L
- K : Dewasa : < 2.5 mEq/L atau > 6.5 mEq/L
Bayi : < 2.5 mEq/L atau > 8.0 mEq/L
- Cl : < 80 mEq/L atau > 115 mEq/L
I. Pengelolaan Limbah
1. Pemisahan Limbah
a. Limbah dipisahkan dalam kantong kuning untuk sampah infeksius dan container dengan
kantong sampah hitam untuk sampah non infeksius
b. Limbah benda tajam/ sepuit bekas dimasukan ke dalam wadah khusus (Safety box)
c. Labeli tempat limbah.
d. Pergunakan alat pelindung setiap menangani limbah.
2. Pengumpulan dan Pengangkatan Limbah
a. Periksa kantong limbah jerigen, jika sudah mencapai ¾ jerigen ganti dengan kantong
limbah/ jerigen yang penuh tadi agar limbah tidak tumpah atau berceceran.
b. Jerigen yang ¾ penuh tadi diambil oleh petugas cleaning service di bawa ke tempat
pengolahan limbah.
c. Limbah benda tajam / spuit dikumpulkan pada wadah yang tahan tusuk, kemudian
diambil oleh petugas cleaning servis, di bawa ke tempat pengolahan limbah.
KODE WARNA YANG DISARANKAN UNTUK LIMBAH KLINIS
WARNA KANTONG JENIS LIMBAH
2. Centrifuge
a. Letakkan centrifus pada tempat yang datar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai tiap centrifus. Beban harus di buat
seimbang sebelum centrifus di jalankan.
c. Pastikan bahwa penutup telah tertutup dengan baik dan kencang sebelum centrifus di
jalankan.
d. Bersihkan dinding bagian dalam dengan laritan anti septic setiap minggu atau bila terjadi
tumpahan atu tabung pecah.
e. Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang di perlukan.
f. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara aneh.
g. Jangan mengoperasikan sentrifuge dengan tutup terbuka.
h. Jangan menggunakan sentrifuge dengan kecepatan yang lebih tinggi dari keperluan.
i. Jangan membuka tutup sentrifuge sebelum sentrifuge benar-benar telah berhenti.
j. Perawatan setiap tahun.
3. Mikroskop
a. Mikroskop di letakkan di tempat yang datar.
b. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa objektif 10x dulu, bila saranan jelas,
perbesar dengan objektif 40x, dan bila perlu dengan 100x. Untuk pembesaran 100x
gunakan dengan minyak imersi.
c. Bersihkan lensa dengan kertas lensa yang di basahi dengan xylol setiap hari setelah
selesai bekerja,terutama bila terkena minyak imersi.
d. Jangan membersihkan / merendam lensa dengan alcohol atau sejenisnya karena akan
melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas dari rumahnya.
e. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau objektif,karena kotoran akan
mudah masuk.
f. Saat mikroskop di simpan, lensa objektif 10x atau 100x tidak boleh berada pada satu
garis dengan kondensor, karena dapat mengakibatkan lensa pecah bila ulir makrometer
dan mikrometernya sudah rusak.
g. Membersihkan dan melumasi peyangga setiap minggu.
h. Mikroskop di simpan di tempat yang kelembapannya rendah, jangan menyentuh lensa
dengan jari.
i. Periksa kelurusan sumbu kondensor setiap bulan.
4. Fotometer / spectrometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing- masing jenis fotometer.
b. Tegangan listrik harus stabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5 – 30 menit ( tergantung jenis / merek alat ),
supaya cahaya lampu menjadi stabil.
d. Monokromator atau filter harus bersih, tidak lembab, tidak berjamur.
e. Kuvet ( tergantung jenisnya ) harus tepat meletakkannya,sisi yang dilalui cahaya harus
menghadap ke arah cahaya, bagian tersebut harus bersih, tidak ada bekas tangan, goresan
ataupun embun.Untuk menghindari hal tersebut pegang kuvet di ujung dekat permukaan.
f. Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapat melalui isi kuvet.
g. Tidak boleh ada gelembung udara dalam kuvet.
h. Untuk pemeriksaan enzimatik, kuvet harus di inkubasi pada suhu yang sesuai dengan
suhu pemeriksaan.
i. Amplifer / pengolah signal harus berfungsi dengan baik.
j. Jangan menyentuh lampu dengan tangan, karena lemak dari tangan yang melekat pada
permukaan lampu akan menimbulkan bekas yang sulit dihilangkan, bila tersentuh tangan
waktu mengganti lampu, segera bersihkan dengan alcohol.
5. Sheker / rotator
a. Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar.
b. Kencangkan sekrup pada rangka pengocok.
c. Minyaki mesin.
d. Periksa ke-aus-an sikat dan bagian berputar lainnya.
6. Pipet semiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang, karena pencucian tip pipet
akan mempengaruhi kelembapan plastic tip pipet, juga pengeringan seringkali
menyebabkan tip meramping dan berubah bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas skala tip dan pipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasang erat.
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam rak pipet.
7. Alat gelas
a. Tabung yang dipakaiharus selalu bersih.
b. Untuk pemakaian ulang, cuci tabung reaksi dengan detergen ( sedapatnya netral ) dan
oksidan (hipoklorit), kemudian bilas dengan air mengalir
Cara pencucian :
1) Rendam alat yang di cuci dalam air sampai bersih, kemudian rendam dalam
larutandengan larutan klorin 0.5 % selama 1 jam
2) Setelah itu bilas dengan air sampai sisa – sisa larutan extran tidak tertinggal pada
alat yang dicuci.
3) Alat kaca dimasukkan dalam alat sterilisator dengan suhu 50 – 60 °C
PROSES KETERANGAN
Mulai
Direktur
Ka. tidak
Instalasi
Stok 2. Surat pemesanan (SP) barang
Buat SP ke Wakil Direktur ditandatangani atau disetujui oleh :
administrasi Umum dan Keuangan
ya Wakil Direktur administrasi
Setuj Umum dan Keuangan
selesai
ya
Ka. Ruangan
3. Terima Barang disetujui oleh :
Hubungi Suplier
Ka . Instalasi
Suplier
4. Setelah barang datang Ka
Ambil SP, ditandatangani
& kirim barang Ruangan :
OK
Ya
Ka Instalasi
Beri label,simpan di
gudang laboratorium
PROSES KETERANGAN
Mulai
Ka. Instalasi
Buat catatan stok &
evaluasi jumlah stok
Mengambil amprahan
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien di laboratorium
menjadi lebih aman.
B. Tujuan
Untuk mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
1. Pedoman umum :
Sistem keselamatan pasien di laboratorium perlu dilaksanakan sebab
a. Banyaknya jenis/item pemeriksaan dan persiapannya
b. Banyaknya jenis spesimen pemeriksaan
c. Banyaknya jenis wadah penampung/container
d. Jumlah konsumen yang banyak
e. Jumlah staf yang tidak memadai potensial bagi terjadinya kesalahan
Faktor Kontribusi
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Laboratorium merupakan bagian dari
pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan
kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari manusia maupun bukan
manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi
terinfeksi kuman pathogen. Potensi infeksi juga dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya,
atau keluarganya dan ke masyarakat. Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya
kebijakan yang ketat. Petugas harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya,
mempunyai sikap dan kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan
pekerjaannya sesuai SOP, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik.
A. Pengertian
Adalah suatu sistem dimana Instalasi Laboratorium RSP USK membuat suatu asuhan
kesehatan dan keselamatan kerja rumah sakit bagi petugas di lingkungan Instalasi Laboratorium.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja
2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
yang tidak diharapkan.
2. Analitik
a. Penggunaan Pipet
1) Pengolahan specimen / sampel dan melaksanakan tes harus selalu hati-hati dan
menganggap semua bahan infeksius ( Universal Precaution ).
2) Memakai jas laboratorium, sarung tangan,dan masker untuk mencegah tertular bahan
berbahaya dan atau terkontaminasi bahan infeksius pada kulit, mulut, mata atau luka.
3) Jangan memipet langsung dengan mulut, gunakan alat bantu pipet.
4) Jangan meniup udara maupun mencampur bahan infeksius dengan cara menghisap
atau meniup cairan lewat pipet.
5) Tindakan jika terjadi tumpahan bahan kimia:
a) Segera memberitahu petugas laboratorium lain dan jauhkan petugas yang tidak
berkepentingan dari lokasi tumpahan.
b) Upayakan pertolongan segera pada petugas laboratorium yang mengalami
cedera.
c) Jika bahan kimia yang tumpah adalah bahan yang mudah terbakar, segera
matikan semua api, gas dalam ruangan tersebut dan ruangan yang berdekatan.
Matikan semua peralatan listrik yang mungkin mengeluarkan bunga api.
d) Jangan menghirup bau dari bahan yang tumpah.
b. Petugas Sampling
1) Gunakan sentrifuge sesuai instruksi pabrik
2) Sentrifuge diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga petugas yang pendek pun
dapat melihat kedalamnya dan menempatkan tabung sentrifuge dengan mudah.
3) Periksa rotor sentrifuge dan selongsong secara berkala untuk melihat tanda korosi atau
keretakan
4) Gunakan air untuk menyeimbangkan, jangan NaCl atau hipoklorit karena bersifat
korosif.
5) Setelah dipakai disimpan selongsong dalam posisi terbalik agar cairan penyeimbang
dapat mengalir keluar.
c. Mencegah tertelan dan terkenanya kulit serta mata oleh bahan infeksius
1) Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun/ desinfektan sesuai ketentuan hand
higiene
2) Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.
3) Jangan makan, minum, merokok di dalam laboratorium.
4) Jangan memakai kosmetik di dalam laboratorium.
5) Gunakan alat pelindung muka , mata, jika terdapat percikan bahan infeksius saat
bekerja.
3. Pasca Analitik
a. Hasil tes dikirim kepada pengirim secepatnya.
b. Jarum/benda tajam yang terkontaminasi masukkan kedalam wadah tahan tusukan (sharps
collector), kemudian dikelola sesuai prosedur pengelolaan limbah rumah sakit.
c. Limbah cairan infeksius/darah dan produknya dimasukkan ke dalam jirigen ¾ penuh,
kemudian petugas sanitasi mengambil jirigen tersebut kemudian dikelola sesuai prosedur
pengolahan limbah rumah sakit.
d. Limbah padat
1) Sampah infeksius dimasukkan kedalam kantong plastik warna kuning.
2) Sampah rumah tangga dimasukkan pada saat bekerja di laboratorium dimasukkan ke
dalam kantong plastik hitam.
G. Pemakaian Masker
1. Pengertian : Suatu alat penutup mulut dan hidung
2. Tujuan : Untuk menahan tetesan basah yang keluar sewaktu menjalankan pekerjaan (sewaktu
bicara/bersin).
3. Kebijakan :
Upaya kesehatan dan keselamatan kerja melindungi petugas dari infeksi silang
4. Prosedur :
a. Masker tersedia dalam keadaan bersih
b. Masker dipasang menutupi hidung dan mulut
c. Tali masker ditalikan dibelakang kepala
d. Masker setelah dipakai, ditempatkan di sampah medis
e. Dipakai di kamar operasi
f. Dipakai di ruang penyakit menular
g. Dipakai memeriksa pemeriksaan tuberculosis
h. Dipakai rumah tangga/gudang arsip
i. Dipakai di laboratorium
j. Dipakai di farmasi/meramu obat
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang dilaksanakan oleh
masing-masing laboratorium secara terus menerus setiap hari untuk mencegah dan mendeteksi suatu
kesalahan serta memperbaikinya sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti. Kegiatan
tersebut dilaksanakan sejak tahap preanalitik, tahap analitik sampai dengan tahap pasca analitik.
I. Tahap pra analitik
2. Pengambilan sampel
Dalam petunjuk khusus akan dirinci menurut jenis bahan pemeriksaan. Tidak semua kegiatan
pengambilan bahan pemeriksaan dapat diambil sembarangan. Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a. Cara pengambilan
b. Jumlah bahan yang dibutuhkan
c. Waktu pengambilan
d. Tempat pengambilan
e. Wadah
3. Pemberian identitas
Pemberian identitas ini adalah hal yang sangat penting di laboratorium dalam menerima sampel
yang memuat data antara lain :
a. Nama, tanggal lahir dan alamat pasien.
b. No. laboratorium
c. Pengirim
d. Tanggal spesimen diterima
e. Diagnosa
f. Nama petugas penerima spesimen
g. Tanggal spesiman selesai diperiksa
h. Nama pemeriksa
4. Penyimpan sampel
a. Bahan urin bisa ditambahkan pengawet
b. Serum beku bisa disimpan tiga hari sampai satu bulan didalam freezer maksimal
c. Disimpan dalam suhu 2 – 8 derajat celcius dengan batas simpan 7 hari
d. Suhu kamar dengan batas simpan 24 jam, kecuali untuk pemeriksaan glukosa, creatinin dan
bilirubin.
1. Pengolahan sampel :
a. Sampel darah, urin, feses harus segera sampai di laboratorium.
b. darah segera disentrifus
c. Bahan yang lain sesuai dengan permintaan pemeriksaan.
2. Kalibrasi Peralatan :
a. Kalibrasi pipet dengan cara : mengisi larutan dan ditimbang pada timbangan analitik.
b. Kalibrasi alat kimia klinik dengan blangko dan kalibrator
c. 1000/2000 jam lampu harus sudah diganti sesuai dengan jenis alat.
Pemantapan mutu eksternal adalah kegiatan periodik yang dilaksanakan oleh pihak luar
untuk dapat menilai ketepatan hasil pemeriksaan suatu laboratorium dan membandingkan dengan
laboratorium lain yang mempunyai metode pemeriksaan yang sama maupun berbeda.
Pemantapan mutu eksternal merupakan suatu cara untuk memantau ketepatan hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh suatu laboratorium dengan cara membandingkan terhadap hasil pemeriksaan
laboratorium lain atau terhadap nilai target laboratorium rujukan.
Pedoman pelayanan Instalasi Laboratorium disusun sebagai acuan dalam melaksanakan dan
mengembangkan kegiatan pelayanan laboratorium RSP USK.
Laboratorium merupakan pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai salah satu bagian
penunjang medik diharapkan dapat memberikan informasi yang teliti dan akurat tentang aspek
labolatoris terhadap spesimen atau sampel yang dilakukan pengujian, sehingga mutu hasil pengujian
laboratorium terus dapat ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
perkembangan penyakit.