PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, disebutkan bahwa
tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomi dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan dan
mempunyai peran besar dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut di
atas. Upaya kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas terdiri dari pelayanan kesehatan
Perseorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Kegiatan upaya kesehatan
perorangan meliputi pemberian layanan klinis yang berkualitas terhadap masyarakat. Kualitas
layanan klinis dapat dipengaruhi oleh kegiatan penunjang pelayanan klinis. Penunjang
pelayanan klinis Puskesmas merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan
upaya kesehatan di Puskesmas, maka Puskesmas wajib menyelenggarakan kegiatan ini.
Adapun kegiatan penunjang layanan klinis ini meliputi kegiatan kefarmasian, kegiatan
laboratorium, kegiatan rekam medis, kegiatan peningkatan sumber daya manusia, kegiatan
inventaris alat dan lingkungan fisik.
Dengan makin berkembangnya teknologi kesehatan, meningkatnya tuntutan masyarakat akan
pelayanan kesehatan yang berkualitas, adanya transisi epidemiologi penyakit, perubahan
struktur demografi, otonomi daerah, serta masuknya pasar bebas, maka Puskesmas diharapkan
mengembangkan dan meningkatkan mutu layanannya termasuk di dalamnya perlu adanya
penyelenggaraan manajemen penunjang layanan klinis yang bermutu.
B. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pedoman ini meliputi sarana,prasarana,jenis-jenis pemeriksaan,standard
hasil pemeriksaan,dan keselamatan dan mutu laboratorium, farmasi, rekam medis,
pengelolaan peralatan layanan klinis, pengelolaan keamanan lingkungan dan pengelolaan
sumber daya manusia di Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
1
C. Tujuan Pedoman
Tujuan Umum :
Manajemen Penunjang Pelayanan Klinis diselenggarakan berdasarkan kondisi
dan permasalahan kesehatan masyarakat setempat dengan tetap berprinsip pada
pelayanan secara holistik, komprehensif, dan terpadu dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Tujuan Khusus :
a. Menjadi acuan petugas dalam penyelenggaraan laboratorium, farmasi, rekam
medis, pengelolaan peralatan layanan klinis, pengelolaan keamanan
lingkungan dan pengelolaan sumber daya manusia di Puskesmas Perawatan
Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
b. Menjadi standar monitoring dan evaluasi pelayanan laboratorium, farmasi,
rekam medis, pengelolaan peralatan layanan klinis, pengelolaan keamanan
lingkungan dan pengelolaan sumber daya manusia di Puskesmas Perawatan
Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
D. Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 81 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya
Manusia;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 Tentang Rekam Medis;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
411/MENKES/PER/III/2010 Tentang Laboratorium Klinik;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2013 tentang cara penyelenggaraan
laboratorium klinik yang baik;
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 80 tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Pekerjaaan Asisten Tenaga Kesehatan;
2
E. Batasan Operasional
a. Pusat Kesehatan Masyarakat, yang selanjutnya disebut Puskesmas, adalah unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja tertentu.
b. Laboratorium Puskesmas adalah sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas
yang melaksanakan pengukuran, penetapan, dan pengujian terhadap bahan
yang berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebaran
penyakit, kondisi kesehatan, atau faktor yang dapat berpengaruh pada
kesehatan perorangan dan masyarakat.
c. Sarana laboratorium adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan fisik
bangunan/ruangan laboratorium itu sendiri, dalam lingkup ini adalah ruangan
Laboratorium Puskesmas.
d. Evaluasi reagensia adalah kegiatan dalam melakukan pengendalian reagen meliputi
penerimaan, penyimpanan dan kontrol kadaluarsa reagen
e. Prasarana laboratorium merupakan jaringan/instalasi yang membuat suatu
sarana yang ada bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
f. Keselamatan Kerja adalah upaya untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan,
kebakaran, bahaya peledakan, penyakit akibat kerja, pencernaran lingkungan
yang pada urnumnya menimbulkan kerugian nyawa, waktu dan harta benda
bagi. pekerja dan masyarakat yang berada dilingkungannya
g. Pemantapan mutu (quality assurance) laboratorium adalah keseluruhan proses
atau semua tindakan yang dilakukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan
hasil pemeriksaan.
h. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada
apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan
perundangan yang berlaku
i. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse Event merupakan suatu kejadian
yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada pasien karena suatu
tindakan (commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya
diambil (omission), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien
j. Efek samping obat adalah respon terhadap obat yang bersifat merugikan atau
yang tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada
manusia untuk tujuan protilaksis, diagnosis dan terapi
3
k. Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang
telah diberikan kepada pasien
l. Dokter dan dokter gigi adalah seluruh dokter umum dan dokter gigi yang
melakukan praktek di Puskesmas
m. Tenaga Kesehatan tertentu adalah tenaga kesehatan yang ikut memberikan
pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.
BAB II
PELAYANAN LABORATORIUM SEDERHANA
4
I. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Jenis/Kualifikasi dan Jumlah Tenaga Pelaksana di Laboratorium Puskesmas
adalah sebagai berikut:
Uraian tugas
1. Penanggung Jawab Laboratorium Puskesmas
Penanggung jawab Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung
jawab:
a. Menyusun rencana kerja dan kebijakan teknis laboratorium;
b. Bertanggung jawab terhadap mutu laboratorium, validasi hasil pemeriksaan
laboratorium, mengatasi masalah yang timbul dalam pelayanan laboratorium;
c. Melaksanakan pengawasan, pengendalian dan evaluasi kegiatan laboratorium;
d. Merencanakan dan mengawasi kegiatan pemantapan mutu.
2. Tenaga Teknis
Tenaga teknis Laboratorium Puskesmas mempunyai tugas dan tanggung jawab:
a. Melaksanakan kegiatan teknis operasional laboratorium sesuai kompetensi dan
kewenangan berdasarkan pedoman pelayanan dan standar prosedur
operasional;
b. Melaksanakan kegiatan mutu laboratorium;
c. Melaksanakan kegiatan pencatatan dan pelaporan;
d. Melaksanakan kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja laboratorium;
e. Melakukan konsultasi dengan penanggung jawab laboratorium atau tenaga
kesehatan lain;
5
f. Menyiapkan bahan rujukan spesimen.
C : Lemari pendingin
E : Wastafel
7
2 Langit-langit berwarna
terang dan mudah
dibersihkan.
3 Dinding berwarna terang,
harus keras, tidak berpori,
kedap air, dan mudah
dibersihkan serta tahan
terhadap bahan kimia
(keramik).
4 lantai terbuat dari bahan Lantai dan
yang kuat, mudah dinding tidak
dibersihkan, berwarna berbentuk
terang dan tahan terhadap lengkung
perusakan oleh bahan
kimia, kedap air,
permukaan rata dan tidak
licin. Bagian yang selalu
kontak dengan air harus
mempunyai kemiringan
yang cukup kearah saluran
pembuangan air limbah.
Antara lantai dengan
dinding harus berbentuk
lengkung agar mudah
dibersihkan.
5 Pintu disarankan memiliki
lebar bukaan minimal 120
cm
6.
Kamar kecil/WC pasien
laboratorium dapat
bergabung dengan WC
pasien Puskesmas.
8
B. .Prasarana
1 Pencahayaan Terang MS
Sirkulasi udara
2. 12-15 ACH Jendela
baik, pertukaran
Terbuka
udara dari dalam
ruangan dapat
mengalir ke luar
ruangan
area pengambilan
3. Exhauster dipasang TMS
sampel dilengkapi
pada ketinggian +
exhauster yang
120 cm dari
mengarah keluar
permukaan lantai
bangunan
Puskesmas ke area
terbuka
Suhu udara nyaman suhu dipertahankan
4. TMS
antara 220C s/d
260C.tidak boleh
memakai kipas
angin
Pengambilan dahak
5 Tidak ada TMS
dilakukan di
ruang terbuka
ruangan terbuka
khusus
yang telah
disiapkan.
Tersedia air air bersih yang
6 MS
mengalir dan debit
air yang
cukup pada bak
9
cuci. Air tersebut
harus memenuhi
syarat
kesehatan
Limbah padat tersedia wadah
7 MS
(tempat sampah)
khusus/terpisah
yang
dilengkapi dengan
penutupnya untuk
pembuangan limbah
padat
medis infeksius dan
non infeksius pada
laboratorium.
Pengelolaan
(pewadahan,
pengangkutan dan
pemusnahan)
limbah padat
dilakukan sesuai
prosedur dan
peraturan yang
berlaku
Limbah cair diolah pada
Langsung ke MS
sistem/instalasi
IPAL
pengolahan air
limbah Puskesmas.
1. Perlengkapan
10
No Nama Standar Kondisi MS/TMS Rekomendasi
Puskesmas
1) Minimal
Meja pengambilan MS
menggunakan meja
sampel darah
biro (ukuran 90 x
60 cm)
2) Mempunyai laci
Kursi petugas 1) Mempunyai
MS
laboratorium dan sandaran
kursi pasien 2) Dapat terbuat dari
kayu, besi, dan lain-
lain
Bak cuci/sink 1) Dilengkapi keran
MS
untuk mengalirkan
air bersih
2) Ukuran minimal
40 cm x 40 cm
dengan kedalaman
bak
minimal 30 cm
3) Dilengkapi
saluran/pipa
pembuangan air
kotor menuju
sistem pengolahan
air limbah
Puskesmas
Meja pemeriksaan 1) Lebar meja adalah
MS
60 cm dengan
panjang sesuai
dengan
kebutuhan pelayanan
yang
11
diselenggarakan
2) Meja pemeriksaan
terbuat/dilapisi dari
bahan tahan
panas, tahan zat
kimia (seperti teflon/
formika), mudah
dibersihkan, tidak
berpori dan
berwarna terang
3) Ada meja khusus
untuk meletakkan
alat centrifuge
Lemari pendingin 1) Fungsinya adalah
Ada MS
(refrigerator) untuk menyimpan
reagen dan sampel,
volume sesuai
kebutuhan
2) Reagen dan
sampel disimpan
dalam lemari
pendingin
yang terpisah
Lemari alat 1) Fungsinya untuk
MS
menyimpan alat
2) Ukuran sekitar p x
l x t = 160 cm x 40
cm x 100 cm
3) Dapat terbuat dari
kayu atau rangka
alumunium dengan
rak terbuat dari kaca
4) Khusus untuk
12
mikroskop
dilengkapi dengan
lampu 5
Watt
Rak reagen 1) Fungsinya adalah
Bergabung TMS
untuk menyimpan
dengan lemari
reagen
alat
2) Ukuran sesuai
kebutuhan
3) Dapat terbuat dari
kayu dilapisi dengan
teflon/ formika
atau dapat terbuat
dari kaca
2.Peralatan
Peralatan Utama
13
Urinometer (Alat Pengukur
Ada 1 MS Tidak dipakai
Berat Jenis Urine
14
Kaki Tiga
Ada
Kawat Asbes ada
Kertas Lakmus Ada
Kertas Lensa Ada
Kertas Saring Ada
Lampu Spiritus Ada 1
Pembendung Ada 1
Lemari Es Ada
Penghisap Karet Tidak ada
(Aspirator)
Penjepit Tabung dari Kayu Ada
Pensil Kaca Ada 2
Pipet Tetes (Pipet Pasteur) Ada TMS
Pot Spesimen Urine (Mulut Tidak ada
Lebar)
Pot Spesimen Dahak Mulut Ada MS
Lebar
Rak Pengering Ada MS
Rak Pewarna Kaca Ada MS
Preparat
Rak Tabung Reaksi Ada MS Tidak dipakai
Rotator Plate Tidak ada
Sengkelit / Ose Tidak Ada TMS
Sikat Tabung Reaksi Ada TMS Tidak dipakai
Spuit Disposible Ada MS
- 3 cc
- 5 cc Ada MS
Stopwatch Tidak Ada TMS
Timer Ada MS
15
III. Tatalaksana pelayanan
Keterangan Gambar:
1. Pasien datang, mendaftarkan diri di loket pendaftaran Puskesmas.
2. Pasien menuju ruang pemeriksaan dokter untuk diperiksa, dan bila diperlukan, diberi
formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
(Formulir 1).
2a. Pasien rujukan dokter dari luar Puskesmas yang datang ke Puskesmas untuk melakukan
pemeriksaan laboratorium, setelah mendaftar di loket pendaftaran Puskesmas, langsung
menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan formulir permintaan rujukan pemeriksaan
laboratorium dari dokter yang merujuknya (Formulir
2). 3. Menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium kepada petugas
laboratorium.
4. Setelah menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, pasien diambil
spesimennya.
5. Spesimen yang telah diambil diperiksa oleh petugas laboratorium.
16
6. Hasil pemeriksaan diserahkan kepada penanggung jawab laboratorium untuk dilakukan
validasi.
7. Formulir hasil pemeriksaan Laboratorium Puskesmas (Formulir 3)diletakkan di loket
pengambilan hasil.
8. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium dibawa oleh pasien ke ruang pemeriksaan dokter
untuk mendapat penjelasan dari dokter
tentang hasil pemeriksaan laboratorium tersebut.
8a. Untuk pasien rujukan, Formulir hasil pemeriksaan laboratorium langsung dibawa ke
dokter yang merujuk.
9. Formulir hasil pemeriksaan laboratorium diserahkan oleh dokter pemeriksa kepada pasien
17
g. Tempatkan reagen dalam botol berwarna gelap dan lemari supaya tidak kena cahaya
matahari langsung.
h. Reagen harus terdaftar di Kementerian Kesehatan
V. Keselamatan pasien
Keselamatan pasien puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil
Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu:
1. hak pasien
2. mendidik pasien dan keluarga
3. keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. mendidik staf tentang keselamatan pasien
7. komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
tindakan yang seharusnya diambil
18
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan yang lain adalah pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis, seperti melaporkan hasil laboratorium klinik cito melalui telepon ke unit
pelayanan.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur
untuk perintah lisan dan telepon termasuk: mencatat (atau memasukkan ke komputer) perintah
yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah; kemudian penerima perintah
membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi
bahwa apa yang sudah dituliskan dan dibaca ulang adalah akurat. Kebijakan dan/atau
prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan bahwa diperbolehkan tidak melakukan
pembacaan kembali (read back) bila tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi
gawat darurat di IGD
Elemen Penilaian
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali secara
lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang
menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi
lisan atau melalui telepon secara konsisten.
19
Puskesmas mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau
prosedur yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang diterima secara
umum dan untuk implementasi petunjuk itu di puskesmas.
Elemen Penilaian Sasaran
1. Puskesmas mengadopsi atau mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Puskesmas menerapkan program hand hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
a. Setiap petugas diwajibkan memakai jas laboratorium, sarung tangan dan masker
(infeksius) di ruangan laboratorium.
c. Tidak boleh menyimpan, makanan dan minuman di dalam lemari es bersama reagen.
20
2) Jangan meniup pipet, yang berisi bahan infeksius.
1) Beri label pada semua bahan kimia meliputi nama, konsentrasi, tanggal
penerimaan, tanggal pembuatan dan tanggal kadaluarsa, keterangan/ peringatan
tentang bahaya bahan.
2) Bahan kimia disimpan pada ruang yang terang tidak kena sinar matahari
langsung, dalam lemari/rak secara rapi dan teratur, yang bersifat corrosive harus
diletakkan di tempat rendah.
1) Jangan menggunakan cairan atau gas yang mudah terbakar di sekitar peralatan
listrik.
3) Naturalisasi sisa reagen dengan pengenceran yaitu penambahan air sampai netral
(tidak bersifat asam/basa kuat)
4) Rendam alat habis pakai selama 12 jam dengan larutan desinfektan, cuci bersih
dengan air dan sabun, keringkan.
21
1) Bila ruangan laboratorium menggunakan AC, maka bak pencuci harus terpisah
atau mempunyai penyedot udara, terutama untuk ruangan laboratorium
mikrobiologi atau kimia dengan menggunakan bahan mudah menguap.
2. Sanitasi Lingkungan
Semua ruangan harus bersih, kering dan higienis;
Sediakan tempat sampah yang sebelah dalamnya dilapisi dengan
kantong plastik dan diberi tanda khusus;
Tata ruang laboratorium harus baik sehingga tidak dapat dimasuki/
menjadi sarang serangga atau binatang pengerat;
Sediakan tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan
dibersihkan secara teratur;
Petugas laboratorium dilarang makan dan minum dalam
laboratorium;
Dilarang meletakkan hiasan dalam bentuk apapun di dalam
laboratorium.
22
1. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar setiap petugas laboratorium
harus mengerti dan melaksanakan upaya pencegahan terhadap bahaya yang
mungkin terjadi, dapat menggunakan setiap peralatan laboratorium dan
peralatan kesehatan dan keselamatan kerja dengan benar, serta mengetahui
2. Tersedia fasilitas laboratorium untuk kesehatan dan keselamatan kerja,
seperti tempat cuci tangan dengan air yang mengalir dan alat pemadam
kebakaran.
3. Petugas wajib memakai alat pelindung diri (jas laboratorium, masker,
sarung tangan, alas kaki tertutup) yang sesuai selama bekerja.
4. Jas laboratorium yang bersih harus dipakai terus menerus selama bekerja
dalam laboratorium dan harus dilepaskan serta ditinggalkan di laboratorium
(hati-hati dengan jas laboratorium yang berpotensi infeksi).
5. Untuk menghindari kecelakaan, rambut panjang harus diikat ke belakang
dengan rapi.
6. Petugas harus mencuci tangan secara higienis dan menyeluruh sebelum dan
setelah selesai melakukan aktifitas laboratorium dan harus melepaskan baju
proteksi sebelum meninggalkan ruang laboratorium.
7. Dilarang melakukan kegiatan percobaan laboratorium tanpa ijin pejabat
yang berwenang.
8. Dilarang makan, minum (termasuk minum dari botol air) dan merokok di
tempat kerja.
9. Tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih. Kaca pecah, jarum atau
benda tajam dan barang sisa laboratorium harus ditempatkan di bak/peti
dalam laboratorium dan diberi keterangan.
10. Sarung tangan bekas pakai harus ditempatkan dalam bak/ peti kuning
(menjadi limbah medis/ infeksius) yang diberi tanda khusus.
11. Semua tumpahan harus segera dibersihkan.
12. Dilarang menggunakan mulut pada waktu memipet, gunakan karet
penghisap.
13. Peralatan yang rusak atau pecah harus dilaporkan kepada penanggung jawab
Laboratorium.
14. Tas/kantong/tempat sampah harus ditempatkan di tempat yang ditentukan.
15. Pengelolaan spesimen
Setiap spesimen harus diperlakukan sebagai bahan infeksius.
23
Setiap petugas harus mengetahui dan melaksanakan cara
pengambilan, pengiriman dan pengolahan spesimen dengan benar.
Semua spesimen darah dan cairan tubuh harus disimpan pada wadah
yang memiliki konstruksi yang baik, karet pengaman untuk
mencegah kebocoran ketika dipindahkan.
Saat mengumpulkan spesimen harus berhati-hati guna menghindari
pencemaran dari luar kontainer atau laboratorium.
Setiap orang yang memproses spesimen darah dan cairan tubuh
(contoh: membuka tutup tabung vakum) harus menggunakan sarung
tangan dan masker.
Setelah memproses spesimen-spesimen tersebut harus cuci tangan
dan mengganti sarung tangan.
Jarum yang telah digunakan harus diperlakukan sebagai limbah
infeksius dan dikelola sesuai ketentuan yang berlaku.
Permukaan meja laboratorium dan alat laboratorium harus
Didekontaminasi dengan desinfektan setelah selesai melakukan
kegiatan laboratorium.
16. Pengelolaan bahan kimia yang benar
- Semua petugas harus mengetahui cara pengelolaan bahan kimia
yang benar (antara lain penggolongan bahan kimia, bahan kimia
yang tidak boleh tercampur, efek toksik dan persyaratan
penyimpanannya).
- Setiap petugas harus mengenal bahaya bahan kimia dan mempunyai
pengetahuan serta keterampilan untuk menangani kecelakaan.
- Semua bahan kimia yang ada harus diberi label/etiket dan tanda
peringatan yang sesuai
17. Pengelolaan Limbah
a. Limbah Padat
Limbah padat terdiri dari limbah/sampah umum dan limbah khusus seperti benda
tajam, limbah infeksius, limbah sitotoksik, limbah toksik, limbah kimia, dan limbah
plastik.
24
1) Tempat Pengumpulan Sampah
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya. Mempunyai tutup
yang mudah dibuka dan ditutup, minimal terdapat satu buah untuk masing-
masing kegiatan. Kantong plastik diangkat setiap hari atau apabila 2/3 bagian
telah terisi sampah.
Setiap tempat pengumpulan sampah harus dilapisi plastik sebagai pembungkus
sampah dengan label dan warna seperti digambarkan pada tabel 7 sebagai
berikut:
25
b. Limbah Cair
Limbah cair terdiri dari limbah cair umum/ domestik, limbah cair infeksius dan limbah
cair kimia.
Cara menangani limbah cair:
1) Limbah cair umum/domestik dialirkan masuk ke dalam septik tank/IPAL
2) Limbah cair infeksius dan Kimia dikelola sesuai dengan prosedur dan peraturan
yang berlaku
C.Manajemen Resiko di Pelayanan Laboratorium Puskesmas.
1.Identifikasi Ancaman bahaya dan Pencegahannya
A.Identifikasi ancaman bahaya;
1.Kimia
a.Penggologan
No Penggolongan
Bahan kimia yang Karsinogen
mengakibatkan gangguan Korosif
kesehatan {H} Toksik
Iritan
Sensitizer
Merusak organ
tubuh tertentu
Bahan kimia yang Padat
mengakibatkan Kebakaran Cair
{F} Gas
Bahan kimia yang mudah
meledak {R}
Bahan kimia dengan sikap Oksidator
khususnya {S/N} Reaktif terhadap
air
Reaktif terhadap
asam
Bahan radioaktif
Bahan kimia
yang tidak boleh
26
tercampur
b.Pelabelan
No Penggolongan Warna Angka
label
Bahan kimia yang BIRU 4 Dapat menyebabkan kematian
mengakibatkan gangguan
walapun sudah diobati
kesehatan {H}
3 Dapat menyebabkan luka serius
meskipun sudah mendapat
pengobatan
2 Dapat menyebabkan luka dan
membutuhkan pengobatan segera
1 Dapat menyebabkan iritasi jka tidak
diobati
0 Tidak berbahaya
27
yang
tidak
boleh
tercampur
28
tentang jenis-jenis pemeriksaan Ada Ada
laboratorium yang tersedia,
Tentang permintaan pemeriksaan, Ada Ada
penerimaan spesimen, pengambilan
dan penyimpanan spesimen
rentang nilai yang menjadi rujukan Ada Ada
hasil pemeriksaan laboratorium
29
petugas
10. SOP penggunaan alat CR 90 % 100%
pelindung diri, SOP
pemantauan terhadap
penggunaan alat pelindung
diri
30
untuk
sputum)
Kepatuhan hand hygyne CR 90 % 100%
Out put
Ketepatan pemberian hasil 100 % 100%
pemeriksaan laboratorium
Out come
Kepuasan pelanggan 90 % Belum
dinilai
B. Pemantapan Mutu
Pemantapan mutu (quality assurance) adalah keseluruhan proses atau semua tindakan yang
dilakukan untuk menjamin ketepatan dan ketelitian hasil pemeriksaan.
Pemantapan mutu harus dilakukan dan diselenggarakan di laboratorium, kegiatan ini berupa
pemantapan mutu internal dan eksternal.
1) Pemantapan Mutu Internal (PMI) adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas
laboratorium untuk menjamin mutu pemeriksaan dengan mencegah terjadinya kesalahan
dan mendeteksi sedini mungkin bila terjadi kesalahan.
Berbagai tindakan pencegahan perlu dilaksanakan sejak tahap praanalitik, tahap analitik
sampai pasca analitik.
1. Yang dimaksud dengan tahap praanalitik adalah tahap mulai mempersiapkan pasien,
mengambil spesimen, menerima spesimen, memberi identitas spesimen, mengirim
spesimen rujukan.
a. Persiapan pasien
b. Pengambilan spesimen
Pengambilan spesimen yang berasal dari pasien harus mendapat persetujuan dari
pasien dan spesimen harus diambil secara benar dan sesuai dengan permintaan.
c. Pemberian identitas
31
Pemberian identitas pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting, baik
pada saat pengisian surat pengantar/formulir permintaan pemeriksaan,
pendaftaran, pengisian label wadah spesimen maupun pada formulir hasil
pemeriksaan.
d. Pengiriman spesimen
e. Penyimpanan spesimen
Misalnya penyimpanan usap dubur dalam Carry & Blair untuk pemeriksaan
vibrio cholera.
2. Yang dimaksud tahap analitik adalah tahap mulai dari mengolah spesimen,
mengkalibrasi dan memelihara alat laboratorium dan melakulan pemeriksaan.
a. Pengolahan spesimen
32
Pengetahuan mengenai teknik pengolahan harus dikuasai benar, karena
pengolahan yang kurang baik akan mempengaruhi kualitas spesimen yang
selanjutnya akan mempengaruhi pula hasil pemeriksaan.
3. Yang dimaksud tahap pasca analitik adalah tahap mulai dari mencatat hasil
pemeriksaan, melakuan verifikasi dan validasi hasil serta memberikan interpretasi
hasil sampai dengan pelaporan.
Kegiatan Pemantapan Mutu Internal (PMI) lainnya yang perlu dilakukan di Puskesmas
antara lain:
2) Pemantapan Mutu Eksternal (PME) adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak luar
secara periodik untuk memantau dan menilai penampilan laboratorium dalam bidang
tenentu.
Kegiatan ini antara lain diselenggarakan oleh pemerintah dengan melibatkan peran serta
organisasi profesi dan swasta baik secara nasional maupun regional. Beberapa kegiatan
PME yang dilakukan di laboratorium Puskesmas antara lain Pemantapan mutu Eksternal
Mikroskopis BTA (PME-M-BTA), Mikroskopis Malaria (PME-M-MM) dan
Mikroskopis Parasit Saluran Pencernaan (PME-M-TC).
33
1. Mempelajari instruksi dari penyelengaraan PME sesuai dengan jenis/parameter PME
2. Pelaksanaan pemeriksaan
34
BAB III
PELAYANAN OBAT
35
Tersedia sumber informasi dan literatur obat yang memadai untuk pelayanan
informasi obat.
Antara lain Farmakope Indonesia edisi terakhir, Informasi Spesialite Obat Indonesia (ISO)
dan Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI).
Tersedia tempat dan alat untuk melakukan peracikan obat yang memadai
Tempat penyimpanan obat khusus seperti lemari es untuk supositoria, serum dan
vaksin, dan lemari terkunci untuk penyimpanan narkotika sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Tersedia kartu stok untuk masing-masing jenis obat atau komputer agar pemasukan
dan pengeluaran obat, termasuk tanggal kadaluarsa obat, dapat dipantau dengan
baik.Tempat penyerahan obat yang memadai, yang memungkinkan untuk melakukan
pelayanan informasi obat.
Sarana berupa gedung pelayanan farmasi di puskesmas terdapat 2 gedung yakni gedung
farmasi dan ruang obat sebagai berikut ini :
B.1 Gudang Farmasi
Denah gudang farmasi puskesmas adalah sebagai berikut:
Keterangan :
I = Rak Obat
A= Gudang Farmasi
36
B2. Ruang Apotek/Penyerahan Obat
Keterangan :
B : Meja Kasir
C: Rak Obat
E : Lemari pendingin
G : Komputer
D. Administrasi
Administrasi adalah rangkaian aktivitas pencatatan, pelaporan, pengarsipan dalam
rangka penatalaksanaan pelayanan kefarmasian yang tertib baik untuk sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan maupun pengelolaan resep supaya lebih mudah dimonitor dan
dievaluasi. Administrasi untuk sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan meliputi semua
tahap pengelolaan dan pelayanan kefarmasian, yaitu :
Perencanaan
Permintaan obat ke instalasi farmasi kabupaten/ kota
Penerimaan
Penyimpanan mengunakan kartu stok atau komputer
Pendistribusian dan pelaporan menggunakan form LP-LPO.
Administrasi untuk resep meliputi pencatatan jumlah resep berdasarkan pasien (umum,
miskin, asuransi), penyimpanan bendel resep harian secara teratur selama 3 tahun dan
37
pemusnahan resep yang dilengkapi dengan berita acara. Pengadministrasian termasuk juga
untuk:
Kesalahan pengobatan (medication error)
Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Medication Record
E. Pelayanan Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker
untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundangan yang
berlaku.Pelayanan resep adalah proses kegiatan yang meliputi aspek teknis dan non teknis
yang harus dikerjakan mulai dari penerimaan resep, peracikan obat sampai dengan
penyerahan obat kepada pasien. Pelayanan resep dilakukan sebagai berikut :
1. Penerimaan Resep
Setelah menerima resep dari pasien, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan kelengkapan administratif resep, yaitu : nama dokter, nomor surat
izin praktek (SIP), tanggal penulisan resep , nama obat, jumlah obat, cara
penggunaan, nama pasien, umur pasien, dan jenis kelamin pasien
b. Pemeriksaan kesesuaian farmasetik, yaitu bentuk sediaan, dosis, potensi,
stabilitas, cara dan lama penggunaan obat.
c. Konsultasikan dengan dokter apabila ditemukan keraguan pada resep atau obatnya
tidak tersedia
2. Peracikan Obat
Setelah memeriksa resep, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pengambilan obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan menggunakan alat,
dengan memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat
b. Peracikan obat
c. Pemberian etiket RuBwarna putih untuk obat dalam/oral dan etiket warna biru
untuk obat luar, serta menempelkan label kocok dahulu pada sediaanobat dalam
bentuk larutan
d. Memasukkan obat ke dalam wadah yang sesuai dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah.
3. Penyerahan Obat
Setelah peracikan obat, dilakukan hal-hal sebagai berikut :
38
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan kembali
mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta jenis dan
jumlah obat.
b. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin emosinya
kurang stabil.
c. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya\
d. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, carapenyimpanan obat, dll.
F. Pelayanan Informasi Obat
Pelayanan Informasi obat harus benar, jelas, mudah dimengerti, akurat, etis, bijaksana
dan terkini sangat diperlukan dalam upaya penggunaan obat yang rasional oleh pasien.
Sumber informasi obat adalah Buku Farmakope Indonesia, Informasi Spesialite Obat
Indonesia (ISO), Informasi Obat Nasional Indonesia (IONI), Farmakologi dan Terapi, serta
buku-buku lainnya. Informasi obat juga dapat diperoleh dari setiap kemasan atau brosur obat
yang berisi :
o Nama dagang obat jadi
o Komposisi
o Bobot, isi atau jumlah tiap wadah
o Dosis pemakaian
o Cara pemakaian
o Khasiat atau kegunaan
o Kontra indikasi (bila ada)
o Tanggal kadaluarsa
o Nomor ijin edar/nomor registrasi
o Nomor kode produksi
o Nama dan alamat industri
Informasi obat yang diperlukan pasien adalah :
a. Waktu penggunaan obat, misalnya berapa kali obat digunakan dalam sehari,
apakah di waktu pagi, siang, sore, atau malam. Dalam hal ini termasuk
apakah obat diminum sebelum atau sesudah makan.
39
b. Lama penggunaan obat, apakah selama keluhan masih ada atau harus
dihabiskan meskipun sudah terasa sembuh. Obat antibiotika harus dihabiskan
untuk mencegah timbulnya resistensi.
c. Cara penggunaan obat yang benar akan menentukan keberhasilan pengobatan.
Oleh karena itu pasien harus mendapat penjelasan mengenai cara penggunaan
obat yang benar terutama untuk sediaan farmasi tertentu seperti obat oral obat
tetes mata, salep mata, obat tetes hidung, obat semprot hidung, tetes telinga,
suppositoria dan krim/salep rektal dan tablet vagina.
d. Cara penyimpanan obat
Penyimpanan Obat secara Umum adalah :
Ikuti petunjuk penyimpanan pada label/ kemasan
Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
Simpan obat pada suhu kamar dan hindari sinar matahari langsung.
Jangan menyimpan obat di tempat panas atau lembab.
Jangan menyimpan obat bentuk cair dalam lemari pendingin agar
tidak beku, kecuali jika tertulis pada etiket obat.
Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak.
Jangan meninggalkan obat di dalam mobil untuk jangka waktu lama.
Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak.
Beberapa sistem yang umum dalam pengaturan obat :
a. Alfabetis berdasarkan nama generic: Obat disimpan berdasarkan urutan alfabet nama
generiknya. Saat menggunakan sistem ini, pelabelan harus diubah ketika daftar obat
esensial direvisi atau diperbaharui.
b. Kategori terapetik atau farmakologi : Obat disimpan berdasarkan indikasi terapetik
dan kelas farmakologinya.
c. Bentuk sediaan : Obat mempunyai bentuk sediaan yang berbeda-beda, seperti sirup,
tablet, injeksi, salep atau krim. Dalam sistem ini, obat disimpan berdasarkan bentuk
sediaannya. Selanjutnya metode-metode pengelompokan lain dapat digunakan untuk
mengatur obat secara rinci.
d. Frekuensi penggunaan : Untuk obat yang sering digunakan (fast moving) seharusnya
disimpan pada ruangan yang dekat dengan tempat penyiapan obat.
40
Kondisi Penyimpanan Khusus
Beberapa obat perlu disimpan pada tempat khusus untuk memudahkan pengawasan,
yaitu.:
Obat golongan narkotika dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari
khusus dan terkunci.
Obat-obat seperti vaksin dan supositoria harus disimpan dalam lemari pendingin untuk
menjamin stabilitas sediaan.
Beberapa cairan mudah terbakar seperti aseton, eter dan alkohol disimpan dalam
lemari yang berventilasi baik, jauh dari bahan yang mudah terbakar dan peralatan
elektronik. Cairan ini disimpan terpisah dari obat-obatan.
G. Narkotika dan psikotropika
Petugas yang memiliki kewenangan dalam pelayanan resep narkotika-psikotropika adalah
apoteker yang memiliki STRA dan SIPA dalam wilayah kerja tersebut dan Tenaga Tekhnis
Kefarmasian yang memiliki STR dalam wilayah kerja tersebut di bawah pengawasan apoteker
atau kepala puskesmas Standar fasilitas penyimpanan obat narkotika dan psikotropika adalah
tersedianyalemari penyimpanan khusus yang dilengkapi kunci ganda dan kunci hanya
dikendalikan oleh apoteker dan atau tenaga tekhnis kefarmasian. Lemari penyimpanan khusus
narkotika dan psikotropika disertakan pelabelan obat narkotika-psikotropika
a. Pengadaan
Narkotika dan psikotropika untuk kebutuhan puskesmas diperoleh dari permintaan
melalui LPLPO kepada Dinas kesehatan.bukti pengadaan ditelusuri melalui SBBK obat
narkotika dan psikotropika
b. Penyimpanan dan pelaporan
i. Obat Narkotika dan psikotropika yang berada di puskesmas guluk-guluk wajib
disimpan secara khusus sesuai standar fasilitas
ii. Apoteker penanggung jawab wajib membuat,menyampaikan dan menyimpan laporan
berkala mengenai pemasukan dan atau pengeluaran obat narkotika dan psikotropika
yang berada dalam penguasaannya
c. cara peresepan obat narkotika dan psikotropika
i. ditulis oleh dokter/dokter gigi/paramedic yang diberi kewenangan
ii. mencantumkan nama jelas dokter yang menulis resep
iii. di tulis tersendiri ( terpisah )
iv. tidak boleh ada iterasi
41
v. mencantumkan nama jelas dan alamat lengkap pasien
vi. signa ( aturan pakai/dosis pemakaian ) ditulis dengan jelas
vii. di tandatangani oleh dokter yang menulis resep ( bukan paraf )
viii. apabila penulisan tidak sesuai dengan ketentuan tersebut maka obat
tidak dapat dilayani
d. penyerahan
penyerahan obat narkotika dan psikotropika hanya dapat dilakukan
oleh apoteker dan tenaga tekhnis kefarmasian di bawah pengawasan
apoteker
apoteker hanya dapat menyerahkan obat narkotika dan psikotropika
kepada pasien berdasarkan resep dokter
penyerahan obat narkotika dan psikotropika oleh dokter hanya dapat
dilaksanakan untuk menolong orang sakit dalam keadaan darurat
dengan memberikan obat narkotika dan psikotropika melalui suntikan
sebagai penandaan khusus,resep yang berisi obat narkotika harus di
beri garis berwarna merah dan untuk obat psikotropika di beri garis
biru
sub unit farmasi hanya boleh melayani resep narkotika dan
psikotropika dari resep asli dan resep narkotika dan psikotropika di
pisahkan dari resep lainnya
pasien yang menerima obat narkotika dan psikotropika harus
ditanyakan nomor telefon dan alamat lengkap
e. pelaporan
pelaporan penggunaan obat narkotika dan psikotropika dilakukan setiap
bulan ke dinas kesehatan
f. pemantauan
pemantauan terhadap obat narkotika dan psikotropika yang dilakukan
meliputi pemantauan stok harian,pasien yang mendapatkan resep obat
narkotika dan psikotropika berulang kali dan masa kadaluwarsa obat
g. pemusnahan
obat narkotika dan psikotropika yang telah kadaluwarsa/rusak tidak
dimusnahkan di puskesmas tetapi dikembalikan ke dinas kesehatan dengan
berita acara pengembalian
42
h. Logistik
obat narkotika dan psikotropika yang tersedia di puskesmas adalah sebagai berikut:
43
digunakan dalam mengukur tingkat keberhasilan pelayanan kefarmasian di
Puskesmas antara lain :
Tingkat kepuasan konsumen : dilakukan dengan survei berupa angket melalui
kotak saran atau wawancara langsung
Dimensi waktu : lama pelayanan diukur dengan waktu (yang telah ditetapkan)
Prosedur tetap (Protap) Pelayanan Kefarmasian : untuk menjamin mutu
pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan
I. Keselamatan pasien
1.1 Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) puskesmas adalah suatu sistem dimana puskesmas
membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan.
1.2 Tujuan
1) Untuk memperbaiki keamanan obat yang perlu diwaspadai
o Tatalaksana Keselamatan Pasien
1. Membuat daftar obat-obatan baik yang aman maupun yang harus diwaspadai
2. Memberi label yang jelas pada obat-obat yang harus diwaspadai
3. Membatasi akses masuk dimana hanya orang tertentu yang boleh masuk ke dalam
tempat penyimpanan obat yang perlu diwaspadai untuk mencegah pemberian yang
tidak disengaja/kurang hati-hati (restricted area)
4. Obat/konsentrat tinggi tidak boleh diletakkan di dalam ruang pelayanan
5. Tempat pelayanan obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip tidak
boleh diletakkan di dalam 1 rak/disandingkan
Tanggung Jawab :
1) Tanggung jawab tahapan proses diatas dipegang oleh kepala instalasi farmasi
dansetiap unit yang terkait
44
2) Apabila yang tersebut diatas tidak ada maka tanggung jawab dialihkan ke
wakil kepala masing-masing instalasi atau staff pengganti yang telah ditunjuk.
J. Keselamatan Kerja
a. Pedoman Umum
Unit pelayanan Farmasi puskesmas merupakan unit pelaksana fungsional yang
bertanggungjawab dalam meningkatkan mutu pelayanan kefarmsian secara menyeluruh
di puskesmas dengan ruang lingkup pengelolan perbekalan farmasi.
b. Tujuan
Tujuan Umum
Terlaksananya kesehatan dan keselamatan kerja di unit pelayanan farmasi agar
tercapai pelayanan kefarmasian dan produktivitas kerja yang optimal.
Tujuan Khusus
a. Memberikan perlindungan kepada pekerja farmasi, pasien dan pengunjung
b. Mencegah kecelakaan kerja, paparan/pajanan bahan berbahay, kebakaran
dan pencemaran lingkungan
c. Mengamankan peralatan kerja, sedian farmasi
d. Menciptakan cara kerja yang baik dan benar
45
b. Sifat dan Beban Kerja adalah beban fisik dan mental yang harus dipikul oleh
pekerja dalam melakukan pekerjaannya. Sedangkan lingkungan kerja yang tak
mendukung merupakan beban tambahan bagi pekerja tersebut.
c. Kondisi Lingkungan Kerja Lingkungan kegiatan Unit pelayanan farmasi
puskesmas dapat mempengaruhi kesehatan kerja dalam 2 bentuk :
1. Kecelakaan kerja di lingkungan unit pelayanan farmasi seperti terpeleset,
tersengat listrik, terjepit pintu,
2. di tangga : terpeleset, tersandung,terjatuh
3. di gudang : terpeleset, tersandung,terjatuh, kejatuhan barang
4. di ruang pelayanan : terpeleset,tersandung, terjatuh, tersengat listrik
5. di ruang produksi : luka bakar, ledakan,kebakaran
d. Penyakit akibat kerja di unit pelayanan farmasi puskesmas
1) tertular pasien
2) alergi obat
3) keracunan obat
4) resistensi obat-obatan
5)
K. Pengendalian mutu
Agar upaya peningkatan mutu di unit pelayanan farmasi puskesmas dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar
upaya peningkatan mutu pelayanan.pengendalian mutu dilaksanakan dengan melakukan
kegiatan pengawasan,pemeliharaan dan audit terhadap obat untuk menjamin mutu,mencegah
kehilangan,kadaluwarsa,rusak dan mencegah ditarik dari peredaran serta keamanannya sesuai
dengan kesehatan dan keselamatan kerja ,dengan tahapan:
Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
46
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur dengan
menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan
kesehatan.
b. Proses ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen
( Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang
penting.
47
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut.
48
BAB IV
REKAM MEDIS
B. Jadwal Kegiatan
1. 08.00-14.00 WIB penerimaan pasien (pendaftaran pasien rawat jalan)
2. 24 jam penerimaan pasien rawat inap
3. 08.00-14.00 WIB pencatatan (recording) pasien rawat jalan dan rawat inap
4. 12.00-14.00 WIB penyimpanan berkas rekam medis
5. 08.00-14.00 WIB peminjaman berkas rekam medis dengan ketentuan
C. Standar Fasilitas
Sarana dan prasarana dalam pelayanan rekam medis di Puskesmas meliputi :
Berkas Rekam Medis, ATK, Rak Penyimpanan Berkas Rekam Medis, dan Buku ICD
10.
D. Standar pelayanan
Stabdar pelayanan rekam medis adalah sebagai berikut :
1. Penerimaan pasien (pendaftaran pasien)
2. Pencatatan (recording)
3. Penyimpanan berkas rekam medis
4. Peminjaman berkas rekam medis
49
E. Metode
1. Penerimaan pasien (pendaftaran pasien)
Kegiatan pendaftaran dilakukan di loket pendaftaran dengan cara mewawancarai
langsung ke pasien.
2. Pencatatan (recording)
Pencatatan identitas pasien dilakukan di buku register pasien dan di input di komputer.
3. Penyimpanan berkas rekam medis
Penyimpanan berkas rekam medis mengunakan sistem sentralisasi yaitu
penyimpan berkas seorang pasien dalam satu kesatuan baik catatan-catatan kunjungan
poliklinik maupun catatan-catatan selama pasien dirawat di dalam family folder dengan
masing-masing anggota keluarga memiliki nomor rekam medis sendiri tapi berkaitan
dengan nomor rekam medis keluarga.
4. Peminjaman berkas rekam medis
Peminjaman berkas rekam medis dapat dilakukan oleh petugas kesehatan puskesmas dan
pihak external dengan ketentuan (bagi pihak extrernal) melampirkan surat permohonan
pengaksesan rekam medis guna memperoleh ijin pengaksesan oleh pimpinan puskesmas.
F. Langkah Kegiatan
1. Penerimaan Pasien (Pendaftaran Pasien)
1.Pasien datang ke puskesmas
2.Pasien mendaftar di loket pendaftaran
3.Petugas mewawancarai identitas pasien
2. Pencatatan (Recording)
1.Petugas mencatat identitas pasien ke buku register pendaftaran
2.Petugas menginput data pasien ke dalam komptuer
3.Petugas mencatat data pasien di berkas rekam medis sesuai dengan poliklinik yang
dituju
3. Sistem Penyimpanan
a. Petugas rekam medis mengambil berkas rekam medis di masing- masing poli dan
ruang keperawatan rawat inap
b. Petugas mengurutkan berkas rekam medis sesuai dengan nomor rekam medis secara
berurutan
c. Petugas menyimpan berkas rekam medis ke rak penyimpanan berdasarkan nomor urut
d. Petugas menyimpan semua berkas rekam medis di satu rak penyimpanan
50
4. Sistem Peminjaman Berkas Rekam Medis
4.1 Pihak internal
a. Petugas kesehatan lain (peminjam) datang ke ruangan rekam medis
b. Peminjam meminjam berkas rekam medis yang dibutuhkan
c. Petugas rekam medis mengambilkan berkas rekam medis sesuai permintaan
si peminjam
4.2 Pihak External
a. Pihak external membuat surat permohonan pengaksesan/peminjaman berkas
rekam medis ke pimpinan puskesmas dengan mencantumkan kepentingan
pengaksesan.
b. Pihak external dapat melampirkan surat ijin dari pihak keluarga pasien atau
pasien itu sendiri yang rekam medisnya dipinjam/diakses.
c. Pimpinan puskesmas mengeluarkan ijin pengaksesan dan menginstruksikan
petugas rekam medis meminjamkan berkas yang dimaksud
d. Berkas rekam medis tidak dapat dibawa keluar dari lingkungan puskesmas.
G. Logistik
H. Keselamatan kerja
Keselamatan kerja dibagian unit rekam medis dibagi menjadi dua bagian yaitu
1. Keselamatan yang meliputi pemeliharan berkas rekam medis yaitu berkas rekam
medis harus dijaga dengan baik dan disimpan di tempat yang aman, bersih supaya
berkas rekam medis tidak berdebu dan terjaga kerahasiaannya.
2. Keselamatan kerja meliputi ketepatan identitas pasien yaitu identitas yang terdapat
diberkas rekam medis harus tetap dan sesuai dengan identitas yang sebenarnya.
51
I. Pengendalian mutu
Analisis mutu rekam medis menggunakan dua cara yaitu analisa kualitas (mutu) dan
analisa kuantitas (jumlah/kelengkapan)
a. Analisa Mutu
Mutu dalam pengisian memang menjadi tanggung jawab para tenaga kesehatan, sebab
merekalah yang melaksanakan perekaman medis. Sewaktu berkas rekam medis tiba di
unit rekam medis, maka petugas rekam medis yang menerimanya memeriksa apakah
berkas rekam medis tersebut menerima mutu perlengkapan berkas.
52
BAB V
STANDARISASI KODE KLASIFIKASI DIAGNOSIS
DIAGNOSA
PENYAKIT INFEKSI PADA
USUS
1 A00 Kolera
2 A01 Demam Typoid dan Paratipoid
3 A03 Shigellosis/Disentri
4 A06 Amoebiosis
5 A08 Infeksi Usus Lain
6 A09 Diare dan Gastroenteritis
PENYAKIT
TUBERKULOSISS
1 333 TB Anak (PKTB)
2 A15 TB Paru BTA +
3 A16 TB Paru Klinis (Rontgen +)
4 A18 TB selain Paru (Extra Pulmoner)
PENYAKIT AKIBAT
BAKTERI
1 A30 Kusta
2 A33 Tetanus Neonatorum
3 A35 Tatanus
4 A36 Difteria
5 A37 Batuk Rejan (Batuk 100 hari)
6 A48 Penyakit akibat bakteri lain
INFEKSI AKIBAT
HUBUNGAN SEKSUAL
1 A53 Siphilis
2 A54 Infeksi Gonokok (GO)
3 A59 Trichomoniasis
4 A63 Penyakit akibat hubungan seksual lain
PENYAKIT AKIBAT VIRUS
1 A80 Poliomielitis Akut
2 A90 DF (Demam Dengue)
3 A91 DHF (Demam Berdarah Dengue)
4 B00 Herpes Simplex
5 B01 Cacar Air (Varicella)
6 B02 Herpes Zoster
53
7 B05 Campak
8 B19 Hepatitis Virus
9 B26 Parotitis
10 B33 Penyakit akibat virus lain
PENYAKIT AKIBAT
JAMUR
1 B35 Dermatofitosis
2 B37 Kandidiasis
3 B49 Mikosis Lain
PENYAKIT AKIBAT
PROTOZOA
1 B50 Malaria Tropika/Mixed (P.Falciparum)
2 B51 Malaria Tertiana(P.Vivax)
3 B53 Malaria tanpa pemeriks Lab(M.Klinis)
PENYAKIT AKIBAT
CACING
1 B77 Ascariasis
2 B79 Trichuriasis
3 B83 Penyakit akibat cacing lain
PEDIKULOSIS
1 B85 Pedikulosis
2 B86 Scabies
NEOPLASMA MALIGNA
1 111 Ca. lain
2 C11 Ca. Nasopharink
3 C18 Ca.Colon
4 C20 Ca. Rectum
5 C22 Ca. Hepar
6 C34 Ca. Paru
7 C41 Ca. Tulang
8 C43 Ca. kulit
9 C50 Ca. Payudara
10 C53 Ca. cervix Uteri
11 C61 Ca. Prostat
12 C71 Ca.Otak
13 C73 Ca. Kelenjar Tyroid
NEOPLASMA BENIGNA
1 D17 Lipoma
2 D22 Nevus pigmentosus
3 D34 Pembesaran kelenjar Tyroid
4 D36 Neoplasma benigna lain
ANEMIA
1 D50 Anemia Defisiensi Fe
2 D62 Anemia Postthamorragic akut
3 D64 Anemia Lainnya
54
4 D69 Purpura Exanthema
GG ENDOKRIN, NUTRISI
& METHABOLIK
E06
1 E10 Diabetes Militus (IDDM)
2 E11 Diabetes Militus (NIDDM)
3 E34 Gangguan Endokrin lain
4 E40 Kwashiorkor
5 E41 Marasmus
6 E42 Marasmus Kwashiorkor
7 E56 Defisiensi Vitamin
8 E66 Obesitas
9 E73 Intoleransi Laktosa
10 E88 Gangguan Metabolik lain
GANGGUAN MENTAL
DAN PERILAKU
1 F03 Dimensia
2 F05 Delirium
Gg mental & perilaku akb penggn zat
3 F 19
psikoaktif
4 F20 Skhizophrenia
5 F23 Gg Psikotik akut
6 F29 Gg Psikotik nonorganik lain
7 F41 Gg Kecemasan
8 F45 Psikosomatis
9 F48 Gg Neurotik Lain
10 F51 Gg Tidur nonorganik
11 F60 Gg Kepribadian
12 F79 Retardasi mental
13 F93 Gg emosi pd anak
14 F94 Gg fungsi sosial bermula pd anak
15 F99 Gg jiwa lain
PENYAKIT SUSUNAN
SYARAF
1 G03 Meningitis
2 G40 Epilepsi
3 G43 Migraine
4 G44 Sindrom nyeri kepala
5 G51 Gg Nervus Facial (Bell's Palsy)
6 G62 Polyneuropati
7 G80 Cerebral Palsy
8 G81 Hemiplegi
9 G82 Paraplegi, Teitaplegi
10 G91 Hidrocephalus
11 G92 Penyakit lain pd susunan tulang belakang
55
PENYAKIT MATA DAN
ADNEKSIA
1 H00 Hordeolum chalazion
2 H10 Konjungtivitis
3 H11 Pteregium
4 H16 Keratitis
5 H18 Gg lain pd Kornea
6 H25 Katarak
7 H40 Glaukoma
8 H50 Strabismus
9 H52 Gg Refraksi dan akomodasi
10 H54 Kebutaan dan penurunan Visus
11 H57 Penyakit mata dan Adneksia
PENYAKIT PADA
TELINGA DAN MASTOID
1 H60 Otitis Eksterna
2 H61 Cerumen
3 H67 Otitis media
4 H70 Infeksi Mastoid (Mastoiditis)
5 H90 Ketulian dan pendengran menurun
6 H92 Otalgia
7 H93 Gg lain pd telinga
PENYAKIT PEMBULUH
DARAH
1 I10 Hipertensi Primer
2 I15 Hipertensi Sekunder
3 I20 Angina Pectoris
4 I21 Infark Miokard Akut (IMA)
5 I50 Gagal Jantung
6 I64 Stroke
7 I67 Penyakit Cerebrovaskuler lain
8 I80 Phlebitis dan Thromboplebitis
9 I84 Hemoroid
10 I87 Varises
11 I95 Hipotensi
12 I99 Gg Pembuluh darah lain
PENYAKIT SISTEM
PERNAFASAN
1 J00 Common Cold/Nasopharyngitis Akut
2 J01 Sinusitis
3 J02 Faringitis Akut
4 J03 Tonsilitis Akut
5 J06 Infeksi akut lain pd sal pernafasan bgn atas
6 J18 Pnemonia
7 J20 Bronkhitis Akut
56
Infeksi akut lain pd sal pernafasan bgn
8 J22
bawah
9 J30 Rhinitis akut
10 J32 Sinusitis
11 J33 Nasal Polip
12 J36 Peritonsiler Abces
COPD (Chronic Obstruktive Pulmonal
13 J44
Disease)
14 J45 Asma
15 J46 Status Asmatikus
16 J98 Gg lain dr sistem pernapasan
PY RONGGA MULUT,
GLANDULA SALIVARIUS
& RAHANG
1 K00 Gg perkembangan & Erupsi Gigi
2 K01 Gigi terbenam & Impaksi
3 K02 Karies Gigi
4 K03 Penyakit jaringan kers lain
5 K04 Penyakit pulpa dan jaringan Periapikal
6 K05 Ginggivitis & penyakit periodontal
7 K06 Gg Gusi & Hub Alveolar tak bergigi lain
8 K07 Anomali Dentofacial (termasuk Maloklusi)
9 K08 Gg Gigi & jaringan penyangga lain
10 K09 Kista di rongga mulut
11 K10 Penyakit rahang lain
12 K11 Penyakit kelenjar liur
13 K12 Stomatitis & lesi-lesi yg berhubungan
14 K13 Penyakit bibir & Mucosa mulut lainnya
15 K14 Penyakit Lidah
PENYAKIT SISTEM
PENCERNAAN
1 K27 Ulkus Peptikum
2 K29 Gastritis
3 K30 Dispepsia
4 K35 Apediksitis
5 K40 Hernia Inguinal
6 K45 Hernia Abdominal lain
7 K62 Penyakit pd anus & rectum
8 K65 Peritonitis
9 K73 Hepatitis Kronik
10 K76 Penyakit Hati lain
11 K80 Cholelitiasis
12 K81 Cholecystitis
13 K90 Mal Absorbsi
14 K92 Penyakit sistem pencernaan lain
57
PENYAKIT KULIT
1 L01 Impetigo
2 L02 Abces Furunnkel & Karbunkel
3 L03 Cellulitis
4 L08 Infeksi Kulit & jaringan subkutan yang lain
5 L20 Dermatitis Atopik
6 L21 Dermatitis Seboroik
7 L23 Dermatitis Kontak Alergi
8 L24 Dermatitis Kontak Iritan
9 L29 Pruritus
10 L30 Dermatitis lainnya
11 L40 Psoriasis
12 L42 Ptiriasis rosea
13 L43 Lichen Planus
14 L50 Urtikaria
15 L53 Eritema
16 L60 Nail Disorder
17 L63 Alopesia Areata
18 L70 Acne/Jerawat
19 L80 Vitiligo
20 L88 Pyoderma
21 L93 Lipus Eritematosus
22 L98 Penyakit kulit lainnya
PENYAKIT OTOT DAN
JARINGAN IKAT
1 M06 Rhematoid Arthritis
2 M10 Gout
3 M13 Arthritis lain
4 M15 Polyarthosis
5 M25 Gg Sendi
6 M30 Poliyarthritis Nodosa
7 M33 Dermatopolymyositis
8 M47 Spondylosis
9 M62 Gg lain pd jaringan otot
10 M86 Osteomyelitis
11 M89 Gg lain pd tulang
PENYAKIT SISTEM
UROGENETAL
1 N02 Hematuri
2 N04 Sindroma nefrotik
3 N17 Gagal Ginjal akut
4 N18 Gangguan Ginjal Khronik
5 N20 Urolithiasis
6 N23 Kolik Renal
7 N28 Gg lain pd ginjal & Ureter
58
8 N30 Cystitis
9 N34 Urethritis
10 N39 Peny Sal Kencing lain
PENYAKIT ORGAN LAKI-
LAKI
1 N40 BPH (Benigna Prostate Hyperthropy)
2 N43 Hydrocele & Spermatocele
3 N44 Torsi Testis
4 N45 Orchitis & Epidemitis
5 N48 Gg lain pd Penis
PENYAKIT ORGAN
WANITA
1 N60 Fibro Adenoma Mammae
2 N61 Gg Inflasi pd Mammae
3 N64 Gg Lain pd Mammae
4 N73 PID (Pelvic Inflamatory Diseases)
5 N80 Endometriosis
6 N81 Prolaps
7 N84 Polip Traktus Genital
8 N86 Erosi
9 N91 Amenorhea
10 N92 Menometrorargia
11 N94 Nyeri Organ Genetal & menstruasi
12 N95 Gg pd masa menopause
13 N97 Infertilitas
14 N99 Gg sistem Genitourinaria lain
SEBAB KELAINAN
KEBIDANAN LANGSUNG
1 O00 Kehamilan Ektopik
2 O04 Abortus
3 O14 Preeklamsia
4 O15 Eklamsia
5 O20 Pendarahan pd Kehamilan
6 O21 Hyperemesis Gravidarum
7 O30 Kehamilan kembar
8 O40 Polyhidramnion
9 O42 Ketuban Pecah dini (KPD)
10 O44 Placenta Previa
11 O48 Kehamilan Serotinus
12 O60 Partus Prematurus
13 O63 Partus Lama
14 O70 Laserasi Perineum
15 O71 Trauma Obstetric Lain
16 O72 Pendarahan Post Partum
17 O80 Persalinan Tunggal Spontan
59
18 O83 Persalinan dg kesulitan
19 O84 Persalinan kembar
20 O92 Mastitis
21 O97 Kematian Ibu Akibat Obstetrik Lain
KEADAAN TERTENTU
PADA MASA PERINATAL
1 P07 BBLR
2 P15 Trauma Lahir
3 P21 Asfiksia
4 P57 Kuning pd bayi baru lahir (Kernicterus)
5 P95 Lahir Mati
6 P96 Kondisi lain pd masa Perinatal
KELAINAN KONGENETAL
1 Q37 Bibir Sumbing
2 Q69 Polydactily
3 Q89 kelainan Konggenetal lain
SISTOMATOLOGI & TD PD
SISTEM SIRKULASI &
RESPIRATORIUS
1 R00 Suara Jantung Abnormal
2 R04 Pendarahan dr Sal Respirasi (Epistaxis)
3 R05 Batuk (Suspek TBC Paru)
4 R06 Pernafasan Abnormal
5 R07 Nyeri dada
Simton & tanda lain pd sistem Sirkulasi &
6 R09
Respirasi
SISTOMASTOLOGI & TD
PD SISTEM PENCERNAAN
& ABD
1 R10 Nyeri Abdomen
2 R11 Nausea & Vomitus
3 R12 Nyeri Epigastrium
4 R13 Disfagia
5 R14 Meteorismus
6 R15 Faecal Incontinensia (Sembelit)
7 R16 Hepatomegali & Splenomegali
8 R18 Asites
Simtom & tanda lain pd sistem Pencernaan
9 R19
& Abdomen
SISTOMATOLOGI &
TANDA PD SISTEM
URINARIUS
1 R30 Nyeri yg berhubungan dg Miksi
2 R32 Incontinensia Urine
3 R33 Retensia Urine
4 R34 Anuria & Oligouria
60
5 R35 Polyurina
6 R36 Urhetal Discharge
7 R39 Gejala Lain pd Sistem Urinarius
GEJALA & TANDA UMUM
1 R50 Demam yg tdk diketahui sebabnya
2 R51 Nyeri Kepala
3 R53 Malaise & Ftigue
4 R55 Syncope
5 R56 Kejang
6 R57 Syock
7 R60 Oedema
8 R61 Hiperhidrosis
9 R64 Cachexia
TRAUMA
1 S09 Trauma Kepala
2 S19 Trauma Leher
3 S29 Trauma dada
4 S39 Trauma Perut, Punggung bwh & Pelvis
5 S49 Trauma Anggota Gerak Atas
6 S89 Trauma Gerak Bawah
LUKA AKIBAT
KECELAKAAN
1 T00 Luka Lecet
2 T01 Luka Terbuka
3 T03 Fraktur
4 T04 Dislokasi
5 T07 Trauma multiple
6 T15 Benda Asing di mata
7 T16 Benda Asing di Telinga
8 T17 Benda Asing di Sal Pernapasan
9 T18 Benda asing di sal Makanan
10 T20 Luka Bakar & korosi di kepala & leher
11 T22 Luka Bakar di anggota bgn atas
12 T23 Luka Bakar di pergel tangan & tangan
13 T24 Luka Bakar di angg badan bgn bawah
14 T25 Luka Bakar di prgelangan kaki & kaki
15 T27 Luka Bakar & korosi di sal pernafasan
16 T28 Luka Bakar & korosi di organ Internal
17 T31 Luka Bakar & korosi lainnya
KERACUNAN
1 T50 Keracunan Obat
2 T60 Keracunan Pestisida
3 T62 Keracunan Makanan
4 T65 Keracunan Substansi lain
61
Z00 Pemeriksaan umum tanpa keluhan
Perlu imunisasi utk melawan kombinasi2
Z27
penyakit infeksi
Z33 Status kehamilan, insidental
Z34 Pengawasan kehamilan normal
Z35 Pengawasan kehamilan resti
Z36 Skrining Antenatal
Z37 Hasil dari kelahiran
Z38 Bayi lahir hidup menurut tempat kelahiran
Perawatan dan pemeriksaan pasca
Z39
melahirkan
62
BAB VI
Peralatan Klinis
63
32 Tonometer Schiotz 1 buah Tidak ada
Ruangan Tindakan dan Ruangan Gawat Darurat
1 Baki logam tempat alat steril tertutup 3 buah Tidak ada
2 Collar Brace/Neck Collar anak 1 buah Tidak ada
3 Collar Brace/Neck Collar dewasa 1 buah Tidak ada
4 Corong telinga/Spekulum telinga ukuran 1 buah Tidak ada
kecil, besar, sedang
5 Doppler 1 buah Ada
6 Dressing Forceps 1 buah Tidak ada
7 EKG* 1 buah Ada
8 Emesis Basin/ Nierbeken besar 2 buah Ada
9 Forceps Aligator 3 buah Tidak ada
10 Forceps Bayonet 3 buah Tidak ada
11 Guedel Airway (Oropharingeal Airway) 2 buah Ada
12 Gunting bedah standar, lengkung 3 buah Ada
13 Gunting bedah standar, lengkung, ujung 3 buah Ada
tajam/tajam
14 Gunting bedah standar, lengkung, ujung 3 buah Ada
tajam/tumpul
15 Gunting bedah standar, lengkung, ujung 3 buah Ada
tumpul/tumpul
16 Gunting bedah standar, lurus ujung tumpul/tumpul 3 buah Ada
17 Gunting bedah standar, lurus, ujung tajam/tajam 3 buah Ada
18 Gunting bedah standar, lurus, ujung tajam/tumpul 3 buah Ada
19 Gunting pembalut 1 buah Ada
20 Gunting pembuka jahitan lurus 3 buah Ada
22 Handle kaca laring 1 buah Tidak ada
23 Handle kaca nasopharing 1 buah Tidak ada
24 Hooked probes 1 buah Tidak ada
25 Kaca laring ukuran 2,4,5,6 1 buah Tidak ada
26 Kaca nasopharing ukuran 2,4,5,6 1 buah Tidak ada
27 Kait dan kuret serumen 1 buah Tidak ada
28 Kanula hidung anak 1 buah Tidak ada
29 Kanula hidung dewasa 1 buah Tidak ada
30 Klem arteri 14 cm (Kocher 3 buah Ada
31 Klem arteri, 12 cm lengkung, dengan gigi 3 buah Tidak ada
1x2 (Halstead-Mosquito)
32 Klem arteri, 12 cm lengkung, tanpa gigi 3 buah Tidak ada
(Halstead-Mosquito)
33 Klem arteri, 12 cm lurus, dengan gigi 1x2 3 buah Ada
(Halstead-Mosquito)
34 Klem arteri, 12 cm lurus,tanpa gigi 3 buah Tidak Ada
(Halstead-Mosquito)
35 Klem arteri, lurus (Kelly) 3 buah 3 buah Tidak Ada
36 Klem/pemegang jarum jahit, 18 cm (Mayo- 3 buah Ada
Hegar)
37 Palu reflex 1 buah Ada
64
38 Pinset alat, bengkok 1 buah Tidak Ada
39 Nebulizer 1 buah Ada
40 Otoskop 1 buah Tidak Ada
41 Pinset anatomis, 14,5 cm 3 buah Ada
42 Pinset anatomis, 18 cm 3 buah Tidak Ada
43 Pinset bedah, 14,5 cm 3 buah Ada
44 Pinset bedah, 18 cm 3 buah Tidak Ada
45 Pinset epilasi 3 buah Tidak Ada
46 Pinset telinga 1 buah Tidak Ada
47 Pinset insisi Hordeolum/ Chalazion 1 buah Tidak Ada
48 Resusitator anak-anak & sungkup 1 buah Tidak Ada
49 Resusitator dewasa & sungkup 1 buah Ada
50 Resusitator neonatus & sungkup 1 buah Ada
51 Retraktor, pembuka kelopak mata 1 buah Tidak ada
52 Semprit gliserin 1 buah Tidak ada
53 Silinder korentang steril 1 buah Tidak ada
54 Skalpel, tangkai pisau operasi 3 buah Tidak ada
55 Spalk 1 buah Tidak ada
56 Spekulum hidung 1 buah Tidak ada
57 Spekulum mata 1 buah Tidak ada
58 Sphygmomanometer untuk anak 1 buah Tidak ada
59 Sphygmomanometer untuk dewasa 1 buah Tidak ada
60 Stand lamp untuk tindakan 1 buah Tidak ada
61 Standar infus 1 buah Ada
62 Steteskop anak 1 buah Tidak ada
63 Steteskop dewasa 1 buah Ada
64 Steteskop janin/Laenac 1 buah Ada
65 Suction pump (alat penghisap) 1 buah Tidak ada
66 Sudip lidah logam/Spatula lidah logam panjang 12 4 buah Tidak ada
cm
67 Sudip lidah logam/Spatula lidah logam panjang 4 buah Tidak ada
16,5 cm
68 Tabung oksigen dan regulator 1 buah Ada
69 Tempat tidur periksa dan perlengkapannya 1 buah Ada
70 Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam 2 buah Ada
panjang 16,5 cm
71 Tampon Tang 1 buah Tidak ada
72 Tempat Tidur Periksa 1 buah Ada
73 Termometer Dewasa 1 buah Ada
74 Timbangan Dewasa 1 buah Ada
75 Torniket Karet 1 buah Ada
76Ruangan Kesehatan Ibu, Anak (KIA)/ KB
1 1/2 Klem Korcher 1 buah Ada
2 Spekulum Vagina (Sims) 1 buah Tidak ada
3 Sphygmomanometer Dewasa 1 buah Ada
4 Stand Lamp untuk tindakan 1 buah Ada
5 Stetoskop Dewasa 1 buah Ada
65
6 Stetoskop Janin / Fetoscope 1 buah Ada
7 Sudip lidah logam / Spatula Lidah Logam panjang 2 buah Ada
12 cm
8 Alat Pengukur Panjang Bayi 1 buah Ada
9 Flowmeter anak (high flow) 1 buah Tidak ada
10 Flowmeter neonatus (low flow) 1 buah Tidak ada
11 Lampu periksa 1 buah Ada
12 Pengukur tinggi badan anak 1 buah Ada
13 Sphygmomanometer dan manset anak 1 buah Ada
14 Stetoskop pediatric 1 buah Tidak ada
15 Termometer Anak 1 buah ada
Ruangan Persalinan
1 Bak instrumen tertutup besar (Obgin) 3 buah ada
2 Bak instrumen tertutup kecil 3 buah Ada
3 Bak instrumen tertutup Medium 3 buah Ada
4 Doppler 1 buah Ada
5 Doyeri Probe Lengkung 1 buah Tidak ada
6 Endotracheal Tube Dewasa 2,5 3 buah Tidak ada
7 Endotracheal Tube Dewasa 3 3 buah Tidak ada
8 Endotracheal Tube Dewasa 4 3 buah Tidak ada
9 Gunting Benang 3 buah Ada
10 Gunting Episiotomi 3 buah Ada
11 Gunting Iris Lengkung 3 buah Tidak ada
12 Gunting Operasi Lurus 3 buah Tidak ada
13 Gunting Tali Pusat 3 buah Tidak ada
14 Klem Fenster/Klem Ovum 3 buah Tidak ada
15 Klem Kasa (Korentang) 3 buah Ada
16 Klem Kelly/Klem Kocher Lurus 3 buah Tidak ada
17 Klem Linen Backhauss 3 buah Tidak ada
18 Klem Mosquito Halsted Lengkung 3 buah Tidak ada
19 Klem Mosquito Halsted Lurus 3 buah Tidak ada
20 Klem Pemasang Klip Hegenbart 3 buah Tidak ada
21 Lampu Periksa Halogen 1 buah Tidak ada
22 Masker Oksigen + Kanula Nasal Dewasa 2 buah Ada
23 Meja Instrumen 2 buah Ada
24 Needle Holder Matheiu 3 buah Tidak ada
25 Pelvimeter Obstetrik 1 buah Tidak ada
26 Pinset Jaringan (Sirurgis) 3 buah Ada
27 Pinset Jaringan Semken 3 buah Tidak ada
28 Pinset Kasa (Anatomis) 3 buah Ada
29 Resusitator Dewasa 1 set Ada
30 Retraktor Finsen Tajam 1 buah Ada
31 Setengah Kocher 1 buah Ada
32 Spekulum (Sims) Besar 5 buah Ada
33 Spekulum (Sims) Kecil 5 buah Ada
34 Spekulum (Sims) Medium 5 buah Ada
35 Spekulum Cocor Bebek Grave Besar 5 buah Ada
36 Spekulum Cocor Bebek Grave Kecil 5 buah Ada
37 Spekulum Cocor Bebek Grave Medium 5 buah Ada
66
38 Standar infus 1 buah Ada
39 Stetoskop Dewasa 1 buah Ada
40 Stetoskop Janin/ Fetoscope 1 buah Ada
41 Stilet untuk Pemasangan ETT 1 buah Tidak ada
42 Tabung Oksigen dan Regulator 1 buah Ada
43 Tempat Klem Kasa (Korentang) 2 buah Ada
44 Tempat Tidur Periksa (examination bed) 1 buah Ada
45 Tempat Tidur untuk Persalinan 1 buah Ada
46 Tensimeter dewasa 1 buah Ada
47 Termometer Dewasa 1 buah Ada
48 Baby Suction Pump portable 1 set Ada
49 Endotracheal Tube 2,5 1 buah Tidak ada
50 Endotracheal Tube 3 1 buah Tidak ada
51 Endotracheal Tube 3,5 1 buah Tidak ada
52 Endotracheal Tube 4 1 buah Tidak ada
53 Infant T piece resuscitator dengan PEEP 1 buah Tidak ada
54 Infant T piece System 1 buah Tidak ada
55 Laringoskop Neonatus Bilah Lurus (3 ukuran) 1 set Tidak ada
56 Meja Resusitasi dengan Pemanas (Infant 1 set Tidak ada
Radiant Warmer)
57 Oxygen Concentrator 1 buah Ada
59 Penghisap Lendir DeLee (neonatus) 1 buah Ada
60 Pompa Penghisap Lendir Elektrik 1 buah Ada
61 Stetoskop Duplex Neonatus 1 buah Tidak ada
Ruangan Kesehatan Gigi dan Mulut
1 Set Kursi Gigi Elektrik 1 set Ada
2 Alat exodontia dewasa 1 set Ada
33 Alat exodontia anak 1 set Ada
67
BAB VII
PANDUAN TERTULIS UNTUK EVALUASI REAGENSIA
Evaluasi reagensia di Puskesmas Perawatan Mampu Poned memiliki tujuan yang dijabarkan
sebagai berikut :
A. Tujuan Umum
Untuk mengawasi operasional laboratorium agar mendapatkan hasil yang
optimal dan berkualitas.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengevaluasi penerimaan reagensia
2. Untuk mengevaluasi penyimpanan reagensia
3. Untuk mengevaluasi kontrol kadaluwarsa reagen
4. Untuk mengevaluasi pemesanan reagensia
1. Ruang Lingkup
a. Penerimaan reagensia
b. Penyimpanan reagensia
c. Kontrol kadaluwarsa reagen
d. Pemesanan reagensia
e. Uji Kualitas Reagen
68
2. Tata Laksana
No. Proses Uraian
1. Petugas Laboratorium memeriksa daftar reagen yang datang.
2. Memeriksa keadaan pembungkus reagen. Pembungkus reagen
1. Penerimaan Reagen dalam keadan tersegel, tidak terbuka dan tidak rusak maupun
robek.
3. Reagen yang datang diperiksa tanggal kadaluarsa.
1. Reagen yang datang di periksa tanggal kadaluarsa dan disimpan
sesuai dengan prosedur penyimpanan yang tertera dalam
kemasan reagen.
2. Kulkas tempat penyimpanan reagen harus selalu di periksa
suhunya agar sesuai dengan syarat penyimpanan reagen dengan
cara :
a. Letakkan termometer dalam kulkas.
b. Atur suhu kulkas sesuai dengan syarat suhu dalam penyimpanan
Penyimpanan reagen.
2
Reagen c. Usahakan agar kulkas selalu dalam keadaan hidup.
d. Catat suhu setiap pergantian shift dalam Check List Pemantauan
Suhu.
e. Bersihkan kulkas setiap dua bulan.
3. Reagen yang sudah di buka bisa bertahan sampai masa
kadaluarsa habis bila di simpan pada suhu (2-8)0C.
4. Jika suhu penyimpanan di lemari pendingin di luar (2- 8)0C,
maka reagen yang belum terbuka dapat bertahan 1 minggu,
sedangkan reagen yang sudah di buka dapat bertahan 3 hari.
1. Reagen yang baru datang di periksa masa kadaluarsanya.
Kontrol Kadaluarsa
3. 2. Bila mendekati masa kadaluarsanya (tiga bulan) maka segera
Reagen
dilaporkan ke bagian pengadaan dinas kesehatan.
1. Petugas laboratorium mengecek persediaan yang akan habis
(tinggal 1 box atau 20 test).
2. Reagen yang akan habis di catat dan dilaporkan kepada kepala
laboratorium.
4. Pemesanan Reagen
3. Kepala laboratorium memeriksa kembali laporan yang
diberikan. Kemudian mengajukan pemesanan reagen ke bagian
pengadaan
C. Uji Ketelitian
Hasil laboratorium digunakan untuk menentukan diagnosis, pemantauan pengobatan
dan meramalkan prognosis, maka amatlah perlu untuk selalu menjaga mutu hasil
pemeriksaan, dalam arti mempunyai tingkat akurasi dan presisi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini dapat digunakan bahan kontrol assayed atau
unassayed.
2. Periode Kontrol
Merupakan periode untuk menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari tersebut.
Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari bidang pemeriksaannya. Untuk
pemeriksaan kimia klinik, hematologi dan kimia adalah sebagai berikut :
a. Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari parameter yang
bersangkutan diperiksa.
b. Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir periode kontrol.
c. Hitung penyimpangannya terhadap nilai rujukan dalam satuan S (Standar
Deviasi Index) dengan rumus:
Xi mean
Satuan SD =...........Sd
d. Satuan S yang diperoleh di plot pada grafik kontrol. Sumbu X dalam grafik
kontrol menunjukkan hari/tanggal pemeriksaan sedang sumu Y menunjukkan
satuan S
70
3. Evaluasi Hasil
1 3S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of
control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x+- 3 S
2 2S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x+2 S
atau x-2S.
R 4S : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-turut melebihi 4 S (satu kontrol
diatas +2 S, lainnya dibawah -2 S
4 1 S: Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol apabila 4
kontrol berturut-turut keluar dari batas yang sama baik x+S maupun x-S.
10 X : Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila
10 kontrol berturut-turut berada pada pihak yang sama dari nilai tengah.
Aturan ini mendeteksi gangguan ketelitian (kesalahan acak) yaitu 1 3S, R 4S atau
gangguan ketepatan (kesalahan sistematik) yaitu 2 2S, 4 1S, 10x, 1 3S.
4. Uji Ketepatan
Pada uji ketepatan ini dipakai serum kontrol yang telah diketahui rentang nilai
kontrolnya (assayed). Hasil pemeriksaan uji ketepatan ini dinilai apakah terletak di
dalam atau di luar rentang nilai kontrol menurut periode pemeriksaan yang sama.
Bila terletak di dalam rentang nilai kontrol,maka dianggap hasil pemeriksaan
terhadap spesimen juga tepat. Bila terletak di luar rentang nilai kontrol, dianggap
hasil pemeriksaan bahan kontrol tidak tepat sehingga hasil pemeriksaan terhadap
spesimen juga dianggap tidak tepat
4. Dokumentasi
Lampiran Laporan pemakaian dan kadaluarsa reagen
71
LAPORAN PEMAKAIAN DAN KADALUARSA REAGEN
72
BAB VIII
PANDUAN PROGRAM KESELAMATAN PASIEN
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai Pedoman kerja bagi semua petugas di Puskesmas dalam upaya
Keselamatan pasien di Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai Pedoman dalam Program Keselamatan pasien di Puskesmas.
b. Meningkatkan Mutu Pelayanan.
c. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja bagi petugas, pasien maupun keluarga.
1. Hak Pasien
Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden,
sehingga dokter sebagai penanggung jawab layanan klinis wajib membuat rencana
layanan klinik bagi pasien yang di rawat di Puskesmas Perawatan Mampu Poned
Kibang Budi Jaya dan dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan
penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana
dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk
kemungkinan terjadinya insiden yang tidak di harapkan selama pasien di rawat di
Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
73
2. Mendidik Pasien Dan Keluarganya
Petugas Pelayanan klinis harus mendidik pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Keselamatan dalam
pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan pasien yang
merupakan partner dalam proses pelayanan. Karena itu, di puskesmas harus ada
sistem dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien. Dengan pendidikan tersebut
diharapkan pasien dan keluarga dapat :
a. Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.
b. Mengetahui kewajiban dan tanggung jawab pasien dan keluarga.
c. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti.
d. Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.
e. Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan Puskesmas Perawatan
Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
f. Memperlihatkan sikap menghormati dan tenggang rasa.
g. Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.
74
4. Penggunaan Metode-Metode Peningkatan Kinerja Untuk Melakukan
Evaluasi dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien :
a. Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya harus mendesain
proses baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi
kinerja melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif insiden, dan
melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta keselamatan pasien.
b. Puskesmas harus melakukan proses perancangan (desain) yang baik, mengacu
pada visi, misi, dan tujuan Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi
Jaya kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini, dan
faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien sesuai dengan kegiatan
Keselamatan pasien di Puskesmas.
c. Puskesmas harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait
dengan: pelaporan insiden, manajemen risiko, mutu pelayanan, keuangan. Dan
harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua insiden, dan secara
proaktif melakukan evaluasi satu proses kasus risiko tinggi.
d. Puskesmas harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk
menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan
pasien terjamin.
75
1) Pimpinan mengukur dan mengkaji efektifitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi
Jaya dan keselamatan pasien:
2) Terdapat tim antar disiplin untuk mengelola program keselamatan pasien.
3) Tersedia program proaktif untuk identifikasi risiko keselamatan dan
program meminimalkan insiden.
4) Tersedia mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua komponen dari
Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya terintegrasi dan
berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.
5) Tersedia prosedur cepat-tanggap terhadap insiden, termasuk asuhan
kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain
dan penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.
6) Tersedia mekanisme pelaporan internal dan eksternal berkaitan dengan
insiden termasuk penyediaan informasi yang benar dan jelas tentang
Analisis Akar Masalah Kejadian Nyaris Cidera dan kejadian pada saat
program keselamatan pasien mulai dilaksanakan.
7) Tersedia mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya
menangani Kejadian Sentinel atau kegiatan proaktif untuk memperkecil
risiko, termasuk mekanisme untuk mendukung staf dalam kaitan dengan
Kejadian Sentinel.
8) Terdapat kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antarunit dan
antar pengelola pelayanan di Puskesmas denganpendekatan antar disiplin.
9) Tersedia sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan dalam
kegiatan perbaikan kinerja puskesmas dan perbaikan keselamatan pasien,
termasuk evaluasi berkala terhadap kecukupan sumber daya tersebut.
10) Tersedia sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan
kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja
Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya dan keselamatan
pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasinya.
76
b. Puskesmas menyelenggarakan pertemuan yang berkelanjutan untuk
meningkatkan dan memelihara kompetensi stafserta mendukung pendekatan
interdisipliner dan kolaborasi dalam pelayanan pasien.
77
tanggal lahir, lain-lain. Nomor kamar pasien atau lokasi tidak bisa digunakan
untuk identifikasi. Kebijakan dan/atau prosedur juga menjelaskan penggunaan
dua identitas berbeda di lokasi yang berbeda di puskesmas - puskesmas, seperti
di pelayanan rawat jalan, unit gawat darurat, atau ruang rawat inap termasuk
identifikasi pada pasien koma tanpa identitas.
Suatu proses kolaboratif digunakan untuk mengembangkan kebijakan
dan/atau prosedur agar dapat memastikan semua kemungkinan situasiuntuk
dapat diidentifikasi.
Penilaian Sasaran I :
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh
menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien.
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan spesimen lain untuk
pemeriksaan laboratorium klinis.
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan/prosedur.
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan identifikasi yang konsisten
pada semua situasi dan lokasi.
78
perintah yang lengkap atau hasil pemeriksaan oleh penerima perintah;
kemudian penerima perintah membacakan kembali (read back) perintah atau
hasil pemeriksaan; dan mengkonfirmasi bahwa apa yang sudah dituliskan dan
dibaca ulang adalah akurat.
Kebijakan dan/atau prosedur pengidentifikasian juga menjelaskan
bahwa diperbolehkan tidak melakukan pembacaan kembali (read back) bila
tidak seperti situasi gawat darurat di UGD atau kamar Bersalin.
Penilaian Sasaran II :
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah.
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau
yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan
komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten.
79
atau pada keadaan gawat darurat. Cara yang paling efektif untuk mengurangi atau
mengeliminasi kejadian tersebut adalah dengan meningkatkan proses pengelolaan
obat - obat yang perlu diwaspadai termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari
unit pelayanan pasien ke farmasi.
Puskesmas secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur untuk membuat daftar obat - obatan yang perlu diwaspadai berdasarkan
data yang ada di puskesmas. Kebijakan dan/atau prosedur juga mengidentifikasi
area mana saja yang membutuhkan elektrolit konsentrat, seperti di UGD atau kamar
bersalin, serta pemberian label secara benar pada elektrolit dan bagaimana
penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses, untuk mencegah
pemberian yang tidak sengaja/kurang hati-hati.
Penilaian Sasaran III :
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi,
menetapkan lokasi, pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur.
3. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan pada unit pelayanan pasien harus diberi
label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
80
handwritting) dan pemakaian singkatan adalah faktor-faktor kontribusi yang sering
terjadi.
Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya perlu untuk secara
kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau prosedur yang efektif di
dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Untuk menghindari
terjadinya kekeliruan dalam penanganan bedah minor di puskesmas maka perlu di
lakukan :
1. Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya menggunakan suatu
tanda yang jelas dan dimengerti untuk identifikasi lokasi bedah minor dan
melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya menggunakan suatu
checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat prebedah minor tepat lokasi,
tepat prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang
diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur sebelum insisi/time-out
tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/tindakan bedah minor.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung proses yang seragam
untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk
prosedur medis dan dental yang dilaksanakan di luar ruang tindakan.
81
mempunyai proses kolaboratif untuk mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
yang menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk mencuci tangan yang benar dan
wajib dilakukan semua staff.
Elemen Penilaian Sasaran V
1. Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya mengadopsi atau
mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang diterbitkan dan sudah
diterima secara umum (al.dari WHO Patient Safety).
2. Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya menerapkan program
mencuci tangan yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
secara berkelanjutan risiko dari infeksi yang terkait pelayanan kesehatan.
82
3. Langkah - langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera
akibat jatuh dan dampak dari kejadian tidak diharapkan.
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk mengarahkan pengurangan
berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di ruang perawatan.
83
2) Tumbuhkan budaya pelaporan dan belajar dari insiden yang terjadi di
Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
3) Lakukan assesmen dengan menggunakan survei penilaian keselamatan
pasien.
b. Bagi Unit/Tim:
1) Pastikan rekan kerja anda merasa mampu untuk berbicara mengenai
kepedulian mereka dan berani melaporkan bilamana ada insiden.
2) Petugas Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya wajib
memastikan semua laporan dibuat secara terbuka dan terjadi proses
pembelajaran serta pelaksanaan tindakan/solusi yang tepat.
84
3. Mengintegrasikan Aktivitas Pengelolaan Risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikasi
dan assesmen hal yang potensial bermasalah.
Langkah penerapan:
a. Untuk Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya:
1) Menyusun struktur-struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko
klinis dan nonklinis, serta pastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi
dengan keselamatan pasien dan staff.
2) Kembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang
dapat dimonitor oleh direksi/pimpinan Puskesmas Perawatan Mampu Poned
Kibang Budi Jaya.
3) Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan
insiden dan assesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan
kepedulian terhadap pasien.
b. Untuk Unit/Tim:
1) Kegiatan rapat di Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya untuk
mendiskusikan isu-isu keselamatan pasien guna memberikan umpan balik
kepada manajemen yang terkait.
2) Pastikan ada penilaian risiko pada individu pasien dalam proses assesmen risiko
Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
3) Lakukan proses assesmen risiko secara teratur, untuk menentukan akseptabilitas
setiap risiko, dan ambillah langkah-langkah yang tepat untuk memperkecil risiko
tersebut.
4) Pastikan penilaian risiko tersebut disampaikan sebagai masukkan ke proses
assesmen dan pencatatan risiko Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang
Budi Jaya.
85
Lengkapi rencana implementasi sistem pelaporan insiden ke dalam maupun ke
luar, yang harus dilaporkan ke komite nasional keselamatan pasien Puskesmas
Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya.
b. Untuk Unit/Tim:
Berikan semangat kepada rekan sekerja anda untuk secara aktif melaporkan
setiap insiden yang terjadi dan insiden yang telah dicegah tetapi tetap terjadi
juga, karena mengandung bahan pelajaran yang penting.
86
a. Untuk Puskesmas Perawatan Mampu Poned Kibang Budi Jaya:
1) Pastikan staff yang terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara
tepat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyebab.
2) Kembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan
Analisis Akar Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden yang
terjadi dan minimum satu kali per tahun melakukan Failure Modes and Effects
Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
b. Untuk Unit/Tim:
87
Penangung jawab ruang perawatan berkewajiban memeriksa dokumen
perawatan yang di buat staff.
2) Pastikan bahwa penanggug jawab keselamatan pasien menerima umpan balik
atas setiap tindak lanjut
3) tentang insiden yang dilaporkan.
88
BAB IX
PENUTUP
89
Referensi :
90
91