Anda di halaman 1dari 61

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,
sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan
kepadanya.Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia, yang diikuti pula dengan
pola perkembangan penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta
perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit menjadikan
dibutuhkannya sistem manajemen rumah sakit yang handal.
Teknologi yang semakin maju serta pengetahuan masyarakat yang semakin
meningkat tentang kesehatan akan mendorong tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, baik rumah sakit
pemerintah maupun swasta. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan
laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya
kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian
pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.
Unit Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan dari manusia untuk menentukan
jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kondisi
kesehatan perorangan dan masyarakat. Pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan
menghasilkan data ilmiah yang penting dalam menghadapi masalah yang diidentifikasi
melalui pemeriksaan klinis yang merupakan bagian esensial dari data pokok pasien.
Unit Laboratorium klinik Rumah Sakit memberikan kontribusi dalam penegakan
diagnosis penyakit dengan memberikan informasi obyektif dari status kesehatan seorang
penderita dimana produk yang dihasilkan adalah analisis dan hasil pemeriksaan sampel
penderita sebagai informasi medis yang obyektif.
Rumah Sakit Pura Raharja Medika adalah rumah sakit yang memiliki Unit
Laboratorium. Jenis pelayanan pemeriksaan di laboratorium ini antara lain Hematologi.
Kimia Klinik, Immunologi, Bakteriologi, urin rutin dan feses rutin.
Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan rumah sakit, Unit laboratorium
RSU Pura Raharja Medika juga dituntut untuk memberikan pelayanan dalam
pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan baik untuk keperluan penegakan
diagnosis, pemberian pengobatan, evaluasi dan pemantauan terapi dan menentukan
prognosis serta pengambilan keputusan klinik lainnya.

1
Para klinisi maupun pasien mengharapkan hasil pemeriksaan yang benar-benar
terjamin mutunya. Mutu pemeriksaan merupakan target dari setiap proses dalam
prosedur kontrol kualitas. Proses yang dilalui dapat dibagi menjadi tahap pra analitik,
analitik dan pasca analitik. Hal ini dipengaruhi oleh bahan, alat, metode, sumber daya
manusia, pasien, dan sarana prasarana lain yang terkait.

B. Tujuan Pedoman
1. Untuk mengantisipasi perkembangan pelayanan dan teknologi laboratorium yang
terus meningkat
2. Untuk mengimbangi peningkatan permintaan masyarakat akan pelayanan yang
labih bermutu, canggih dan nyaman
3. Agar berbagai proses kerja di laboratorium terlaksana dengan efektif, efisien,
aman, bermutu dan bisa dipertanggungjawabkan
4. Sebagai pedoman bagi tenaga laboratorium di dalam melaksanakan pekerjaan
sehari-hari
5. Untuk memenuhi standar pelayanan dan syarat akreditasi rumah sakit sesuai
dengan jenjang rumah sakit

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Pelayanan laboratorium kesehatan dalam penyelenggaraannya memiliki beberapa
kewajiban. Kewajiban-kewajiban yang harus dimiliki meliputi :
1. Menyelenggarakan pelayanan laboratorium sesuai dengan standar pelayanan dan
pedoman yang berlaku
2. Menghormati hak pengguna jasa
3. Menyediakan pelayanan laboratorium secara profesional dan menjaga mutu
pelayanan laboratorium
4. Menyelenggarakan pemantapan mutu internal dan mengikuti kegiatan pemantapan
mutu eksternal yang diakui oleh pemerintah bekerjasama dengan organisasi profesi.
5. Menyelenggarakan upaya kesehatan dan keselamatan kerja.
6. Membantu program pemerintah di bidang pelayanan kepada masyarakat.
7. Menjamin kerahasiaan identitas dan hasil pemeriksaan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2
D. Batasan Operasional
Laboratorium Rumah sakit Pura Raharja Medika adalah laboratorium kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik,
urinalisa, mikrobiologi klinik, imunologi klinik dan atau bidang lain yang berkaitan
dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembulan penyakit dan pemulihan kesehatan.

E. Landasan Hukum
1. UU No 36 tentang kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. KMK No 346 tahun 2003 tentang laboratorium kesehatan
4. Permenkes No. 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Standar Nasional Pelayanan
Kesehatan
5. KMK No. 370 tahun 2009 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
kesehatan
6. KMK No. 432 tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit
7. KMK No. 298 tahun 2008 tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan
8. KMK No. 1087 tahun 2010 tentang K3 di Rumah Sakit

3
BAB II. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

Rumah Sakit Pura Raharja Medika adalah Rumah Sakit Umum tipe D dengan 38
TT.Sesuai dengan status dan kelas RS Pura Raharja Medika maka tipe kelas D ini akan menjadi
jejaring antara pelayanan medik dasar atau pratama dan menjadi perpanjangan dari RS tipe
atasnya. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan sistem rujukan
berjenjang, maka RS Pura Raharja Medika menyediakan layanan :
1 Unit Gawat Darurat 7 Poliklinik Gigi
2 Poliklinik Umum 8 Poliklinik Gizi
3 Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam 9 Rawat Inap
4 Poliklinik Spesialis Bedah 10 Laboratorium
5 Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan 11 Kamar Operasi
6 Poliklinik Spesialis Syaraf 12 Ruang Perawatan Intermediate (IMC)

Oleh karena itu, melihat dan menyesuaikan jenis dan jumlah layanan kami RS Pura Raharja
Medika menyediakan ruang-ruang sebagai berikut ;
1. Ruang Perawatan
 Kelas 3 (Cempaka) : 8 ruang
 Kelas 2 (Angsana) : 7 ruang
 Kelas 1 (Kusuma & Wijaya) : 9 ruang
 VIP (Kusuma & Wijaya) : 8 ruang
 Unit Stroke : 4 ruang
 Unit Kebidanan (Cendana) : 2 ruang
 HCU/ IMC : 3 TT
2 6 Ruang Poliklinik 14 Gudang
3 1 Ruang UGD : 7 TT 15 TPS
4 1 Ruang Tindakan 16 Ruang Parkir
5 1 Ruangan OK 17 Publik Area
6 1 Ruangan Apotek 18 5 Ruang Nurse Station
7 1 Ruang Unit Gizi 19 1 Ruang Rekam Medis
8 1 Ruang Dokter Jaga 20 1 Ruang Administrasi & Pendaftaran
9 1 Ruang Radiologi 21 1 Ruang Jenazah
10 1 Ruang Fisioterapi 22 1 Ruang Oksigen
11 1 Ruang Terapi TMS 23 Ruang Cuci dan Jemur
12 1 Ruang USG 24 1 Ruang Genset
13 1 Musholla 25
4
BAB III. Visi, Misi, Falsafah, Nilai, dan Tujuan RS

 Visi RS Pura Raharja Medika

Terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat.
 Misi RS Pura Raharja Medika
1. Memberikan pelayanan kesehatan dengan mutu terbaik
2. Berusaha memberikan kepuasan kepada konsumen
3. Menjaga komitmen, kepuasan karyawan, dan kesejahteraan setiap pegawai
4. Mengedepankan efisiensi dalam bidang keuangan dan berusaha meningkatkan
pendapatan
 Tujuan RS Pura Raharja Medika

Tujuan didirikannya Rumah Sakit Pura Raharja Medika adalah:


1. Mewujudkan masyarakat kecamatan Lendah khususnya dan umat pada umumnya yang
sehat jasmani dan rohani, sehingga mereka mampu melaksanakan pekerjaan secara
optimal
2. Melaksanakan salah satu tujuan yayasan pura raharja yaitu amar makruf nahi munkar
didalam seluruh segi kehidupan kemasyarakatan, khususnya dibidang kesehatan
3. Membantu program-program pemerintah daerah di dalam melaksanakan pembangunan
disegala bidang kehidupan, termasuk didalamnya pembangunan di bidang kesehatan.
 Moto

Solusi Smart & Tepat Untuk Sehat

5
BAB IV. STRUKTUR ORGANISASI RS
Lampiran

6
BAB V. STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA

STRUKTUR ORGANISASI UNIT LABORATORIUM


RSU PURA RAHARJA MEDIKA

Direktur RSU Pura Raharja Medika


DR. RITA IVANA ARIYANI, MMR

Dokter Penanggungjawab Laboratorium


DR. BIMA KUSUMA JATI

Koordinator Unit Laboratorium Koordinator-


ARI KRISTYANINGSIH, Amd.A.Kes Koordinator Unit
Lain

Pelaksana Laboratorium Pelaksana Laboratorium Pelaksana Laboratorium


Ari Kristyaningsih, Amd.A.Kes Dwi Kurnianto, Amd.AK Sartyandari, AMAK

7
BAB VI. URAIAN JABATAN

KOORDINATOR UNIT LABORATORIUM

I. IDENTITAS JABATAN
NamaJabatan : Koordinator Unit Laboratorium
AtasanLangsung : Direktur
BawahanLangsung : Pelaksana Unit Laboratorium

II. PENGERTIAN JABATAN


Seorang analis kesehatan yang mempunyai kemampuan dan memenuhi syarat dalam tugas
pelayanan laboratorium, administrasi, dan etika dalam rangka menunjang tercapainya visi
dan misi Rumah Sakit Pura Raharja Medika.

III. TUJUAN JABATAN


Menggerakkan fungsi operasional manajemen laboratorium meliputi penyelenggaraan,
pengadaan, pengelolaan bahan laboratorium dan pemeriksaan kimia, mikrobiologi,
immunologi dan hematology sehingga menghasillkan pelayanan cepat dan tepat serta hasil
akurat.

IV. TANGGUNG JAWAB


1. Menyusun dan mengevaluasi regulasi
2. Melaksanakan pelayanan laboratorium sesuai regulasi
3. Mengawasi pelaksanaan admnstrasi
4. Melaksanakan program kendali mutu (PMI dan PME)
5. Monitoring dan mengevaluasi semua jenis pelayanan laboratorium

V. TUGAS DAN WEWENANG


1. Melaksanakan fungsi perencanaan, meliputi :
a. Mengusulkan program kerja dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) tahunan
bidanglaboratorium.
b. Merencanakan jumlah dan kualifikasi tenaga laboratorium sesuai dengan kebutuhan
dan
kemampuan RSU Pura Raharja Medika
2. Melaksanakan fungsi penggerakan dan pelaksanaan, meliputi :
a. Menyusun mekanisme kerja dengan memperhatikan efektifitas dan efisiensi sumber
daya yang ada.
b. Membina hubungan kerjasama dengan unit pelayanan intern dan atau ekstern
dalamrangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja laboratorium.
c. Melaksanakan kegiatan pemeriksaan Laboratorium sesuai dengan standar profesi
dan prosedur yang berlaku.
d. Menjaga rahasia terkait pasien dan penyakit pasien
e. Menjaga keselamatan sarana/ peralatan Laboratorium agar dapat didayagunakan
seoptimal mungkin.

8
f. Menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan kerja, serta menjaga keutuhan dan
kelestarian seluruh fasilitas yang ada.
g. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan seluruh staf sesuai dengan
perkembangan ilmu Laboratorium klinik dan tehnologi kedokteran.
h. Menyusun dan melaporkan hasil kegiatan secara periodik sesuai dengan ketentuan
dan prosedur yang berlaku.
i. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan unit-unit kerja lainnya
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan bidangnya.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi :
a. Mengendalikan serta mengevaluasi pola kerja dan pelaksanaan kegiatan dalam
pelayanan laboratorium di rumah sakit.
b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan seluruh fasilitas serta
kemampuan SDM di Unit Laboratorium yang ada dan mengupayakan optimalisasi
pemanfaatan asset dan SDM yang tersedia
c. Melaksanakan penilaian hasil kerja staf di Unit Laboratorium untuk meningkatkan
dan mempertahankan mutu pelayanan laboratorium
d. Menjaga rahasia jabatan dan rahasia Rumah Sakit

VI. INDIKATOR KEBERHASILAN


1. Mutu pelayanan terjaga sesuai standar.
2. Terlaksananya Pelayanan laboratorium secara cepat, tepat, efektif dan efisien.
3. Terlaksananya Program INOS, Patient Safety dan K3
4. Kepuasan pasien/keluarga pasien mencapai maksimal.

VII. HUBUNGAN KERJA


1. Internal
Seluruh unit kerja di lingkungan Rumah Sakit.
2. Eksternal
1. Perorangan
2. Instansi pemerintah
3.Instansi lain terkait
VIII. KUALIFIKASI JABATAN
1. D3 Analis Kesehatan.
2. Pelatihan dibidang Laboratorium oleh Depkes RI dengan pengalaman dibidangnya
minimal 3 tahun
3. Berstatus sebagai karyawan tetap
4. Memiliki STR dan SIK yang berlaku
5. Mampu mengoperasionalkan komputer minimal microsoft office (Word dan Excel).
6. Pengalaman sebagai Analis Kesehatan minimal 2 tahun
7. Berkepribadian dan berakhlakul karimah
8. Sehat jasmani dan rohani
9. Memiliki jiwa kepemimpinan
10. Mampu berpikir analitis
11. Pemahaman interpersonal yang baik
12. Bisa bekerjasama dalam tim
9
ANALIS PELAKSANA LABORATORIUM

I. IDENTITAS JABATAN
NamaJabatan : Analis PelaksanaLaboratorium
AtasanLangsung : Koordinator Unit Laboratorium
BawahanLangsung :-

II. PENGERTIAN JABATAN


Seorang tenaga laboratorium yang diberi tanggung jawab untuk melakukan pelayanan
pemeriksaan laboratorium.

III. TUJUAN JABATAN


Sebagai tenaga pelaksana laboratorium di RS Pura Raharja Medika

IV. TANGGUNG JAWAB


1. Menganalisa dan melakukan pemeriksaan terhadap suatu spesimen di laboratorium.
2. Menyelesaikan urusan administrasi dan mengarsip semua data di laboratorium.

V. TUGAS DAN WEWENANG


1. Melaksanakan persiapan sarana dan prasarana maupun tindakan guna memperlancar
proses analisa dan teknik kerja laboratorium.
2. Melaksanakan analisa pemeriksaan laboratorium secara cepat, tepat dan akurat.
3. Memberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dikerjakan kepada pasien.
4. Menjaga dan melaksanakan perawatan terhadap peralatan medis/ non medis di
laboratorium.
5. Membina kerja sama dan saling membantu terhadap rekan kerja dalam proses analisa.
6. Memberi pelayanan analisa terhadap semua permintaan pemeriksaan laboratorium
sesuai lekemampuan dan kapasitas laboratorium.
7. Menjaga rahasia terkait pasien dan penyakit pasien.
8. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan dan pemeliharaan sanitasi dan kebersihan di
unit laboratorium.
9. Menyelesaikan urusan administrasi bagi pasien baik rawat inap maupun rawat jalan.
10. Menyerahkan dan mendistribusikan hasil pemeriksaan.
11. Mengarsip semua data hasil pemeriksaan.
12. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pemeliharaan sanitasi dan kebersihan
seluruh Unit Laboratorium.
13. Mendata administrasi laboratorium
14. Menjaga rahasia jabatan dan rahasia Rumah Sakit
15. Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasanterkait dengan bidangnya.

10
VI. INDIKATOR KEBERHASILAN
1) Mutu pelayanan terjaga sesuai standar.
2) Terlaksananya Pelayanan laboratorium secara cepat, tepat, efektif dan efisien.
3) Terlaksananya Program INOS, Patient Safety dan K3
4) Kepuasan pasien/ keluarga pasien mencapai maksimal.

VII. HUBUNGAN KERJA


1. Internal
Seluruh unit kerja di lingkungan Rumah Sakit.
2. Eksternal
a) Perorangan
b) Instansi pemerintah
c) Instansi lain terkait

VIII. KUALIFIKASI JABATAN


1. D4 Analis Kesehatan.
2. D3 Analis Kesehatan.
3. Berperilaku dan berpenampilan baik.
4. Mampu bekerjasama dalam tim
5. Sehat jasmani dan rohani

11
BAB VII. POLA KETENAGAAN & KUALIFIKASI PERSONIL

A. KUALIFIKASI KETENAGAAN
Laboratorium Rumah Sakit Pura Raharja Medika memiliki 3 pelaksana teknis yang
masing-masing memiliki kualifikasi pendidikan D3 Analis Kesehatan.Salah satu
pelaksana teknis juga berperan sebagai koordinator Unit Laboratorium yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan di laboratorium.

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Unit Laboratorium memberikan pelayanan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi 3 sift
dengan pembagian sebagai berikut :
1. Jaga Pagi (jam : 07.00 – 15.00)
2. Jaga Siang (jam : 13.00 – 21.00)
3. Jaga Malam (jam : 15.00 – 23.00)
4. On call (jam : 23.00 – 07.00)
Masing-masing shift dengan 1 analis.

C. PENGATURAN JAGA

MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU

P A A C C B B A
07.00 – 15.00

13.00 – 21.00
C B A C

S B B A A C C B
15.00 – 23.00
LIBUR C B A
Senin (C), Rabu (B), Jum’at (A), Sabtu (C) = jam 13.00-21.00

SDM Laboran :
No Nama Telp No SIK Ket
1 Ari Kristyaningsih, A.MAK

2 Sartyandari, A.MAK 08174115233

3 Dwi Kurnianto, A.Md.AK

12
BAB VIII. STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG

Keterangan :
1. Ruang Pendaftaran dan Ruang Sampling
2. Ruang Pemeriksaan Sampel

B. STANDAR FASILITAS
1. Tata ruang dan alat penunjang pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
a. Seluruh ruangan laboratorium mudah dibersihkan dan tahan terhadap reaksi
disinfektan
b. Dinding atau tembok harus diporselin setinggi 1,5 meter dari lantai dasar
c. Lebar pintu depan setiap ruangan minimal 1,20 meter
d. Pada tempat yang rawan kecelakaan diberi tanda peringatan
e. Koridor atau gang harus bebas halangan
f. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin
g. Sistem ventilasi harus cukup dan udara dalam ruangan dibuat mengalir searah

13
h. AC/pendingin ruangan harus cukup, bisa menstabilkan suhu ruangan antara
200C-250C
i. Penerangan cukup
j. Tersedianya APAR yang sesuai dengan kebutuhan dan diletakkan pada tempat
yang strategis
k. Penempatan alat-alat laboratorium harus sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan petugas leboratorium
l. Udara di dalam ruangan dibuat mengalir searah

2. Inventaris Laboratorium
a. Inventaris Medis

NO NAMA BARANG SATUAN JUMLAH


1 Hematologi Analyser buah 1
2 Fotometer buah 1
3 Mikroskop buah 1
4 Centrifuge buah 3
5 Mikro pipet 500 ul buah 1
6 Mikro pipet 50 ul buah 1
7 Mikro pipet 20 ul buah 1
8 Mikro pipet 10 ul buah 1
9 Mikro pipet 5 ul buah 1
10 Mikro pipet 20-200 ul buah 1
11 Pipet 10 ml buah 1
12 Pipet 5ml buah 1
13 Pipet LED buah 3
14 Accu Cek / GDS buah 1
15 Tormiquet buah 3
16 Bilik hitung buah 1
17 Rak KED buah 1
18 Rak tabung reaksi kecil buah 1
19 Tabung Reaksi Kecil box 1
20 Tabung reaksi besar box 1
21 Lampu Spritus buah 1

b. Inventaris Non Medis

SATUA JUMLA
NO NAMA BARANG
N H
1 Kulkas buah 1
2 Meja buah 3
3 Kursi buah 2

14
4 Ups buah 1
5 Tempat sampah buah 3
6 File ing kabinet buah 3
7 Ember buah 2
8 Jam dinding buah 1
9 Telepon buah 1
10 AC buah 1
11 Stabiliser buah 1
12 Rak Buku buah 1
13 Cermin buah 1
14 Botol sabun cuci tangan buah 1
15 Sapu buah 1
16 Alat pel buah 1
17 Botol antiseptis buah 1

15
BAB IX. TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Pasien Laboratorium

Pasien

Pendaftaran

Pasien UGD Rawat inap Poli


membawa
pengantar dari
luar
Pengantar
pemeriksaan
laboratorium

Laboratorium Dibuatkan nota


kemudian membayar
di kasir untuk pasien
rawat jalan

Ditulis dibuku
Hasil
Register

UGD Rawat inap Poli

Perawat UGD Perawat Pasien

Dokter UGD Bangsal Poli

16
B. Pendaftaran dan Pemeriksaan
Dalam melakukan pemeriksaan laboratorium Rumah Sakit Pura Raharja Medika
selalu berdasarkan atas permintaan tertulis dari : Dokter Umum dan Dokter Spesialis
maupun Sub-Spesialis dari dalam rumah sakit maupun dari luar rumah sakit. Bagi pasien
yang periksa laboratorium atas permintaan sendiri juga diperbolehkan langsung
mendaftar di laboratorium.
Setelah membawa surat pemintaan pemeriksaan dari dokter, pasien mendaftar di
laboratorium. Untuk pasien rawat inap, petugas laboratorium mengambil sampel di
bangsal sesuai dengan permintaan pemeriksaan dari bangsal.Sedangkan untuk pasien
UGD, petugas laboratorium juga mengambil di UGD sesuai dengan permintaan.
Pencatatan pelaksanaan kegiatan laboratorium tersebut meliputi :
1. Pencatatan identitas pasien yang meliputi : nama pasien, umur, alamat dan asal
pasien (poli, UGD, bangsal atau mandiri)
2. permintaan pemeriksaan
3. Hasil pemeriksaan

C. Pengambilan sampel dan permintaan pemeriksaan


Bagi pasien rawat jalan, sampel diambil oleh analis yang bertugas di
laboratorium.Pasien yang diperiksa di UGD, perawat menelepon analis yang bertugas
dan pengambilan sampel dilakukan oleh analis tersebut.Untuk pasien rawat inap, sampel
diambil oleh analis saat analis keliling di bangsal-bangsal sesuai dengan permintaan
pemeriksaan.Sedangkan untuk jenis pemeriksaan yang dirujuk, pengambilan sampel
dilakukan oleh perawat jaga.
Sampel dikelola sesuai dengan jenis pemeriksaan.Untuk pemeriksaan hematologi,
darah diberi anti koagulan EDTA.Untuk pemeriksaan imunologi dan kimia klinik sampel
darah tidak diberi anti koagulan.Pemeriksaan urinalisis menggunakan penampung
bermulut lebar yang ada tutupnya. Masing-masing tabung diberi label : nama pasien,
nomor sampel atau kamar rawat inap pasien untuk menghindari kekeliruan sampel.
Semua spesimen sebagai bahan pemeriksaan harus diperlakukan dengan hati-hati
dan dianggap infeksius.Untuk spesimen tertentu, misalnya yang diduga HIV/AIDS atau
Hepatitis B diinformasikan secara khusus untuk menjaga keselamatan pekerja.

D. Pemeriksaan/ Analisa Laboratorium

17
Hampir semua pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit Pura Raharja Medika
dikerjakan dengan alat otomatik, meskipun masih ada beberapa pemeriksaan masih semi
otomatik dan manual.
Pemeriksaan darah lengkap dikerjakan dengan alat Analyser Hematologi Mindray
Bc 2800. Pemeriksaan kimia klinik menggunakan alat Photometer Minitecno.
Pemeriksaan HbsAg dan tes kehamilan menggunakan strip test. Pemeriksaan urinalisa
juga menggunakan strip test dan pemeriksaan sedimen secara manual tanpa
pengecatan.Pengecatan BTA juga dilakukan secara manual. Pemeriksaan-pemeriksaan
yang tidak bisa dikerjakan di laboratorium Rumah Sakit Pura Raharja Medika akan
dikirim ke laboratorium rujukan, dalam hal ini adalah Laboratorium RS
HidayatullahYogyakarta atau Laboratorium Cito.
E. Kriteria PemeriksaanLaboratorium
Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari jenis danjumlah
pemeriksaan yang dilakukan dan permintaan pemeriksaan seperti permintaan cito dan
permintaan biasa.Adapun kriteria pemeriksaanlaboratorium berdasarkan permintaan,
jenis pemeriksaan danwaktu tunggu hasil laboratorium sebagai berikut:

Jenis permintaan Jenis pemeriksaan Waktu tunggu hasil

Cito a. Darah Rutin 10 menit

b. Widal 15 menit

c. GDS 5 menit

d. Urin Rutin / Feses Rutin 15 menit

e.Kimia(kolesterol, trigliserida, 30 menit


asam urat, SGOT, SGPT,
ureum, kreatinin )

Biasa a. Darah Rutin 20 menit

b. Widal 20 menit

c. GDS 5 menit

d. Urin Rutin / Feses Rutin 30 menit

e.Kimia(kolesterol, trigliserida, 60 menit


asam urat, SGOT, SGPT,
ureum, kreatinin )

18
Keterangan : Hal tersebut diatas berlaku jika semua alat laboratoriumberada
dalamkondisi baik.

F. Pengelolaan Spesimen

Tata laksana pelayanan teknik pengambilan dan penanganan spesimen:

1. Persiapan Pasien :
a. Pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam post prondial.
1) Sebelum pemeriksaan pasien harus berpuasa selama 10 - 12 jam. Pagi hari
pasien diambil darah untuk pemeriksaan glukosa puasa, kemudian pasien
makan dan minum seperti biasa, selesai makan pasien puasa lagi selama 2
jam.
2) Pasien diambil darah dan urine yang kedua untuk pemeriksaanglukosa 2 jam
pp
b. Pemeriksaan Profil Lipid.
Pasien diharuskan puasa selama 10 - 12 jam.
2. Persiapan Alat :
a. Spuit 3 cc
b. Tourniquet
c. Pot urine
d. Objek glass, cover glass
3. Persiapan Bahan :
a. Kapas alkohol
b. Anti koagulan
4. Teknik Pengambilan Spesimen :
a. Darah Vena
1) Catat nama pasien pada tabung
2) Gunakan sarung tangan sebelum pengambilan darah.
3) Pasang tourniquet pada daerah yang akan diambil darahnya.
4) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
5) Tusuk vena dengan jarum spuit atau vacutainer sampai terlihat darah keluar.
6) Pemeriksaan Hematologi lengkap : Darah EDTA 3 ml
7) Pemeriksaan Kimia Klinik : Darah beku 3 ml.
8) Pemeriksaan Immunologi : Darah beku 3 ml.
9) Pemeriksaan Hematologi+Kimia+Imunologi : Darah EDTA+beku 10 ml.

19
10) Asumsi pengambilan darah diatas sesuai dengan jumlah item pemeriksaan
laboratrorium.
11) Tourniquet dilepaskan
12) Cabut jarum dengan menempelkan kapas kering diatasnya.
13) Rekatkan plester hypavix
b. Darah Kapiler
1) Lokasi pengambilan 2/3 ujung jari pada orang dewasa, daun telinga pada
anak, tumit kaki pada bayi.
2) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
3) Tusuk dengan lancet secepat mungkin.
4) Buang tetes darah pertama dengan kapas kering, tetes darah selanjutnya
diambil.
5) Rekatkan lokasi tusukan dengan plester hypavix
c. Darah Arteri
1) Lokasi pengambilan arteri radialis, arteri brachialis, arteri femoralis.
2) Gunakan spuit 1 cc atau 3 cc ambil heparin secara aseptis dan basahi bagian
dalam spuit.
3) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
4) Tusuk arteri dengan posisi jarum tegak lurus atau pada sudut 90 derajat.
5) Tarik jarum dari pembuluh darah setelah didapat darah yang dibutuhkan
kemudian ujung jarum ditusuk ke gabus atau karet.
6) Rekatkan plester hypavix.
7) Bolak – balik spuit agar darah tercampur homogen.
d. Urine
1) Urine sewaktu : Untuk urine lengkap, tes kehamilan.
a) Urine yang dikeluarkan pada saat akan diperiksa (sewaktusewaktu)
b) Urine ditampung ke dalam pot urine bersih dan tertutup.
c) Beri label identitas pasien.
2) Urine pagi : Untuk urine lengkap
d) Urine yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.
e) Urine ditampung ke dalam pot urine bersih dan tertutup
f) Beri label identitas pasien.

e. Faeces

20
1) Ambil sedikit faeces ke dalam wadah bersih dan bertutup, jangan bercampur
dengan urine.
2) Ambil bagian yang ada darah dan lendirnya.
f. Sputum
1) Ambil sputum dengan metode PS ( pagi baru bangun tidur, sewaktu)
2) Tampung pada wadah bersih, kering dan bermulut besar dan tertutup.
g. Pleura dan cairan tubuh lain
Tampung semua sample/bahan pada wadah bersih, kering, dan bermulut lebar.
h. Sekret / swab
Bahan diambil dari swab vagina, uretra, tenggorok, telinga, hidung sesuai dengan
permintaan dokter.
i. Kultur
Pada pemeriksaan kultur, sample ditampung pada wadah bersih dan steril.

G. Pengolahan Spesimen

Jenis Spesimen Perlakuan pada Bentuk yang


Spesimen untuk dianalisa
Darah EDTA Homogenisasi Darah tidak boleh
Beku
Darah Beku Centrifuger 3000 rpm, 5 Serum
menit

Darah Citrat Centrifuger 1000 rpm Plasma


Darah tanpa anti Segera dianalisa Darah segar
koagulan (masa
pembekuan)

Urine (urinalisa) Centrifuger 2000 rpm, 5 Endapan urine


menit

Urine (tes kehamilan) Segera dianalisa Urine segar


Darah segar (Gall Masukkan ke dalam botol Darah dalam botol
kultur / MO darah) bactec

H. Penyimpanan Spesimen
Simpan semua specimen sesuai dengan nomor urut, tanggal, dan hariserta
bulanpenyimpanan.
3. Serum

21
Disimpan di freezer selama 10 hari pada suhu -200C, setelah disimpan selama 1
bulan, sisa serum dibuang
4. Darah EDTA
Sisa sample darah EDTA disimpan selama 24 jam pada suhu 80C, setelah itu
dibuang
5. Darah Beku
Sisa sample darah beku disimpan selama 24 jam pada suhu ruangan, (15-300C),
setelah itu dibuang .
6. Urine
Sisa sample urine di simpan pada suhu kamar (15-300C), sampai dengan pergantian
shift kerja, setelah itu dibuang.
7. Faeces
Sisa sample faeces di simpan pada suhu kamar (15-300C), sampai dengan
pergantian shift kerja, setelah itu dibuang.
8. Cairan Tubuh
Sisa sample cairan tubuh di simpan pada suhu 80C selama 1 minggu, setelah itu
dibuang.

I. Janji Hasil Pemeriksaan Laboratorium

PEMERIKSAAN BAHAN HARI JANJI


KERJA HASIL
HEMATOLOGI :
1. Darah rutin Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
2. Darah lengkap Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 60 menit
3. Golongan darah Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
4. Hemoglobin Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
5. Hematokrit Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
6. Hitung leukosit Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
7. Hitung Trombosit Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
8. Hitung Eosinofil Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
9. IT Ratio Darah EDTA 2 ml Dirujuk ≤ 3 hari
10.Hitung Eritrosit Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
11.Hitung Darah EDTA 2 ml Dirujuk ≤ 3 hari
JenisLeukosit Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 20 menit
12.LED Darah EDTA 3 ml Setiap hari ≤ 60 menit
13.Gambaran Darah EDTA 2 ml Dirujuk ≤ 3 hari
darah tepi
14.Malaria Darah EDTA 2 ml Setiap hari ≤ 60 menit
HEMOSTASIS :
1. Waktu pendarahan Darah kapiler Setiap hari ≤ 30 menit
2. Waktu pembekuan Darah vena Setiap hari ≤ 30 menit
22
URINALISIS :
1. Urin rutin Urin segar ±10ml Setiap hari ≤ 30 menit
2. Urin lengkap Urin segar ±10ml Setiap hari ≤ 30 menit
3. Tes kehamilan Urin segar ±10ml Setiap hari ≤ 30 menit
4. Glukosa urin Urin segar ±10ml Setiap hari ≤ 10 menit
FAECES :
1. Faeces rutin Faeces Setiap hari ≤ 30 menit
2. Faeces lengkap Faeces Setiap hari ≤ 30 menit
3. Darah samar Faeces Setiap hari ≤ 30 menit
Kimia
KARBOHIDRAT :
1. Glukosa puasa Darah kapiler Setiap hari ≤ 15 menit
2. Glukosa 2 jamPP Darah kapiler Setiap hari ≤ 15 menit
3. Glukosa sewaktu Darah kapiler Setiap hari ≤ 15 menit

LEMAK :
1. Trigliserida Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
2. Kolestrol total Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
3. Kolestrol HDL Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
4. Kolestrol LDL Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
FUNGSI GINJAL :
1. Ureum Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
2. Kreatinin Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
3. Asam Urat Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
BAKTERIOLOGI :
Sputum BTA langsung Sputum Setiap hari ≤ 120 menit
FUNGSI HATI :
1. Protein total Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
2. Albumin Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
3. Globulin Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
4. Bilirubin total Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
5. Bilirubin direk Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
6. Bilirubin indirek Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
7. SGOT Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
8. SGPT Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit

ELEKTROLIT :
1. Natrium Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
2. Kalium Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
3. Chlorida Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari

SEROLOGI :
1. Widal Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 20 menit
2. Dengue IgG danIgM Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 30 menit
3. Anti HIV Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
4. HbsAg Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 30 menit
5. Anti HBs Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
6. Anti HCV Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
7.NS1 Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari

23
J. Penyampaian Hasil Kritis
Hasil kritis (Critical Value) adalah hasil pemeriksaan laboratorium pada beberapa
parameter dengan hasil diluar rentang normal yang ditetapkan ( terlalu tinggi atau terlalu
rendah), yang harus segera dilaporkan kepada dokter penanggung jawab
pelayanan(DPJP) agar dapat diambil tindakan segera guna mengatasi keadaan /
penyakitnya.

Setiap hasil kritis yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium di Unit


Laboratorium, harus segera dilaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan(DPJP)/ Dokter pengirim, atau perawat penanggung jawab sebelum hasil
dicetak dikertas.Dokter / analis penanggung jawab laboratorium segera menghubungi
DPJP atau perawat penanggung jawab ruangan melalui telepon bila hasil pemeriksaan
pasien menunjukkan nilai kritis ( critical value
).Petugaslaboratoriumyangmelaporhasilkritismencatatpadabukupelaporan hasil kritis
(critical value).Dokter yang menerima laporan mendokumentasikan di rekam medis
pasien kemudian melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kondisi pasien. Perawat
yang menerima laporan mendokumentasikan di rekam medis pasien, segera
mengkomunikasikan ke dokter penanggungjawab pelayanan melalui telepon dan segera
melaksanakan advis dari dokter penanggungjawab pelayanan.

Hasilpemeriksaanlaboratoriumcriticalvaluesegeradikirimkeruanganatau ke unit
pengirim oleh petugas laboratorium sesuai prosedur.Hasil yang belum diambil setelah
diinformasikan lebih dari tiga puluh menit ( 30 menit ), petugas laboratorium wajib
mengingatkan kembali ke ruangan / unit perawatan pasien.Daftar hasil laboratorium
dengan hasil kritis:

Jenis Pemeriksaan Usia Nilai Kritis Satuan Nilai Normal


Hb Semua umur ≤ 8.0 gr% Laki-laki: 13-
18 g/dl
Wanita: 12-16
g/dl
Trombosit (PLT) Semua umur ≤ 10 103 / µL 150-440 / µL
Hematokrit (HCT) Semua umur ≤ 21.0 % Laki-laki: 40-
≥ 65.0 52 %
Wanita: 35-47
%
Lekosit (WBC) Semua umur ≤ 0.5 103 / µL 4.0-10.0 / µL

24
≥ 50.0
Glukosa Wanita dan anak-anak < 40 mg/dL ≤ 150
Laki – laki < 50
< 30 hari *) > 200
> 30 hari dan < 17 tahun *) > 300
> 17 tahun *) > 450
*) : Laki dan wanita 
Ureum Semua umur > 100 mg/dl 11-45
Kreatinin Pasien non hemodialisis ≥ 10 mg/dl 0.7-1.4
Protein Urin Semua umur ≥ +3 Negatif

Sumber :
Fishbach FT. & Dunning MB. A Manual of Laboratory and Diagnostic Test, 8th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

K. Pengelolaan Limbah dan bahan Berbahaya


1. Definisi Limbah
Limbah laboratorium adalah bahan bekas pakai dalam pekerjaan di laboratorium yang
dapat berupa limbah cair, padat dan gas.Limbah dapat berbahaya bila limbah tersebut
tidak ditangani dengan benar.
2. Sumber Limbah
a. Bahan baku kadaluarsa
b. Bahan habis pakai, alat suntik, bahan kimia yang dipakai analisa
c. Sisa spesimen
d. Bahan proses analisis
3. Sifat Limbah
a. Buangan berbahaya dan beracun (B3)
b. Limbah infektif
c. Limbah radioaktif
d. Limbah umum
4. Bentuk Limbah
a. Limbah Cair
1) Pelarut organik
2) Bahan kimia untuk pengujian
3) Air bekas pencucian alat

25
4) Sisa spesimen
b. Limbah padat
1) Alat suntik
2) Sarung tangan
3) Kapas
4) Wadah spesimen
5) Kemasan reagen
6) Sisa spesimen
c. Limbah Gas
5. Limbah Berbahaya dan Beracun
Bahan kimia yang digunakan di laboratorium umumnya dalam jumlah sedikit
namun mencakup jenis yang sangat beragam.Pada dasarnya banyak bahan kimia yang
berbahaya karena dapat menimbulkan kebakaran (F-flamabily hazard), ledakan (R-
reactivity/stability hazard), atau gangguan kesehatan (H-healt hazard) bagi petugas
laboratorium. Karena itu mutlak perlu diketahui penggolongan bahan kimia berbahaya
untuk memudahkan pengenalan, cara penanganan dan pengirimannya. Klasifikasi
label derajat bahaya bahan kimia :
a. H-healt hazard
Adalah bahaya terhadap kesehatan.Tingkat bahaya terhadap kesehatan dari bahan
kimia dapat dilihat dari angka yang tertulis pada bagian lebel kemasan berwarna
BIRU. Rinciannya adalah sebagai berikut :
- Angka 4 : dapat menyebabkan kematian atau luka parah meskipun telah
mendapat pengobatan
- Angka 3 : menyebabkan luka serius meskipun telah mendapatkan pertolongan
- Angka 2 : dapat menyebabkan luka dan membutuhkan pengobatan segera
- Angka 1 : dapat menyebabkan iritasi jika tidak diobati
- Angka 0 : tidak menimbulkan bahaya
b. F-flammability hazard
Adalah bahaya mudah terbakar. Kategori ini ditandai dengan warna MERAH, dan
dibagi dalam 5 derajat yang dinyatakan dengan angka yaitu :
- Angka 4 : gas yang sangat mudah terbakar atau cairan yang sangat mudah
terbakar
- Angka 3 : dapat terbakar pada temperatur biasa
- Angka 2 : terbakar jika dipanaskan

26
- Angka 1 : terbakar jika dipanaskan cukup lama
- Angka 0 : tidak akan terbakar
c. R-reactivity/stability hazard
Adalah bahaya karena sifatnya yang tidak stabil atau mudah meledak.Tingkat
stabilitas dan kemungkinan meledaknya bahan kimia tersebut dapat dilihat dari
angka yang tertutup pada bagian label kemasan berwarna KUNING.
- Angka 4 : segera meledak
- Angka 3 : dpat meledak jika dipanaskan dalam ruang tertutup atau ada
pencetus yang kuat
- Angka 2 : umumnya tidak stabil tapi tidak akan meledak
- Angka 1 : umumnya stabil, bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan jika ada
tekanan bereaksi dengan air
- Angka 0 : umumnya stabil dan tidak bereaksi dengan air
d. S/N-specisl notice
Adalah sifat-sifat khusus bahan kimia yang perlu diperhatikan.Sifat tersebut dapat
dilihat dari huruf yang tertulis pada bagian label kemasan berwarna PUTIH. Sifat
yang tertera adalah :
- W : reaktif terhadap air
- ACID : asam
- COR : korosif
- OX : oksodator
- ALK : alkali/biasa
- RAD : radioaktif
Setiap jenis limbah di Rumah Sakit Pura Raharja Medika dibuang dalam wadah
tersendiri yang diberi label sesuai dengan peraturan yang ada.
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa :
1. Limbah cair
Pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian, air bekas pencucian alat, sisa
spesimen (darah dan urin)
2. Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol spesimen,
kemasan reagen.
Semua bahan-bahan limbah tersebut dikumpulkan dalam wadah yang sudah
disiapkan dan setiap hari diambil oleh petugas cleaning service untuk disimpan

27
sementara di TPS RSU Pura Raharja Medika untuk selanjutnya diambil dan
dimusnahkan oleh pihak ke – 3 yang telah bekerjasama dengan Rumah Sakit. (PT. Arah)

L. Laporan Hasil dan Arsip


1. Pelaporan kegiatan laboratorium meliputi :
a. Penulisan di buku register laboratorium
Tulis nama, umur, jenis kelamin, nomor registerasi, poli, jenis dan jumlah sampel,
jenis pemeriksan dan hasil pemeriksaan pada buku register laboratorium
b. Penulisan hasil pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan dan rawat inap di tulis
tangan dan di tandatangani oleh dokter penanggungjawab unit laboratorium.
2. Pengarsipan Berkas
Berkas yang harus diarsipkan :
a. Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium
1) Setiap hari formulir permintaan pemeriksaan laboratorium dan kwitansi
pembayaran dikumpulkan dan dipisahkan yang berasal dari rawat inap / rawat
jalan dengan formulir laboratorium dari dokter kerja-sama.
2) Bundel formulir dan di catat tanggal, bulan, dan tahun pengiriman.
3) Simpan selama satu bulan di laci penyimpanan ruang kerja.
4) Setelah satu bulan, dapat di simpan di gudang, berkas di simpan selama 1 tahun.
5) Berkas yang telah melewati masa simpan di musnahkan dan di buat berita acara
pemusnahan berkas.
b. Kwitansi pembayaran
c. Kertas kerja yang terdiri dari :
1) Kertas kerja Hematologi.
2) Kertas kerja Kimia Klinik
3) Kertas kerja Urine/Faeces
4) Kertas kerja Serologi/Imunologi.
d. Buku kerja QC yang terdiri dari
1) Buku kerja QC Hematologi
2) Buku kerja QC Kimia Klinik
e. Buku arsip hasil laboratorium
1) Buku arsip hasil laboratorium adalah laporan hasil laboratorium,buku register
laboratorium pasien rawat inap / rawat jalan.
2) Tulis pada buku periode pencatatan hasil pemeriksaan.

28
3) Pisahkan dari masing-masing jenis buku, kumpulkan sesuai dengan urutan
bulan dan tahun.
4) Berkas yang telah melewati masa simpan,dimusnahkan dan di buat berita acara
pemusnahan berkas.
f. Laporan bulanan dan tahunan
1) Laporan bulanan dan tahunan di kumpulkan sesuai dengan bulan dantahun
secara berurutan.
2) Simpan dalam box file.
3) Laporan bulanan dan tahunan di simpan oleh ADM laboratoriumselama 3
tahun.
4) Berkas yang telah melewati masa simpan,dimusnahkan dan di buatberita acara
pemusnahan berkas.

M. Pemeliharaan dan Kalibrasi Alat


Pemeliharaan san kalibrasi dilakukan untuk memperoleh kondisi alat yang optimal
dalam pemakaiannya, sehingga diperoleh kualitas produksi pemeliharaan yang
terpercaya serta adanya keamanan dalam bekerja.
Sebagian besar alat laboratorium diadakan dengan sistem KSO (kerjasama
Operasional) maka maintenanceyang dilakukan setiap sebulan sekalidan kalibrasi alat
setiap tahun sekalimenjadi tanggungjawab pemilik alat.Pemeliharaan alat secara harian
menjadi tanggungjawab personil laboratorium, terutama yang sedang bertugas.Frekuensi
pemeliharaan alat tergantung keadaan dan kebutuhan alat, yang dapat dilakukan setiap
hari, setiap minggu sekali maupun setiap bulan sekali.
Tata Laksana Pemeliharaan Alat-Alat Laboratorium :

1. Lemari es (refrigerator) danfrezer


a. Menggunakan lemari es dan frezer khusus untuklaboratorium.
b. Tempatkan lemari es sedemikian rupa,sehingga bagian belakang
lemariesmasihlonggaruntukaliranudaradanfasilitaskebersihankondensor.
c. Pintulemariesharustertutupbaikuntukmencegahkeluarnyaudaradingin daribagian
pendingin.
d. Membersihkansetiap2bulansekali
e. Pemantauandilakukan,pencatatansuhusetiapharipadapermulaankerja ( 2 – 8 ° C )
f. Freezeerdilakukanhalyangsama,sesuaisuhuyangdigunakan(-15– 20 ° C )
g. Lemari es dan frezer harus selalu dalam keadaanhidup.

29
h. Untuk perawatan setiap 6 bulansekali.
i. Catat suhu lemari es setiap hari.
2. Centrifus
a. Letakkan centrifus pada tempat yangdatar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai tiap centrifus.
Bebanharusdibuatseimbangsebelumcentrifusdijalankan,kecualipada sentrifus
mikrohematokrit karena tabung kapiler sangat kecil.
c. Pastikanbahwa penutup telah tertutup dengan baik dan kencangsebelum centrifus
di jalankan.
d. Bersihkandindingbagiandalamdenganlarutanantisepticsetiapminggu atau bila
terjadi tumpahan atau tabung pecah.
e. Pada pengguna sentrifuge mikro hematokrit,tabung kapiler harusditutup pada
salah satu ujungnya untuk menghindari keluar darahnya.
f. Periksa bantalan pada wadah tabung, bila bantalan tidak ada maka
tabungmudahpecahwaktudicentrifuskarenaadanyagayasentrifugal yang kuat
menekan tabung kaca ke dasar wadah,bantalanharus sesuai dengan ukuran dan
bentuk tabung.
g. Putartombolkecepatanpelan-pelansesuaikecepatanyangdiperlukan.
h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suaraaneh.
i. Jangan mengoperasikan sentrifuge dengan tutupterbuka.
j. Janganmenggunakansentrifugedengankecepatanyanglebihtinggidari keperluan.
k. Jangan membuka tutup sentrifuge sebelum sentrifugebenar-benartelah berhenti.
l. Perawatan setiaptahun.
3. Mikroskop
a. Mikroskop di letakkan di tempat yangdatar.
b. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa objektif 10x dulu, bila saranan
jelas, perbesar dengan objektif 40x, dan bila perlu
dengan100x.Untukpembesaran100xgunakandenganminyakimersi.
c. Bersihkan lensa dengan kertas lensa yang di basahi dengan xylol
setiapharisetelahselesaibekerja,terutamabilaterkenaminyakimersi.
d. Janganmembersihkan/merendamlensadenganalcoholatausejenisnya karena akan
melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas dari rumahnya.
e. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atauobjektif,karenakotoran
akan mudah masuk.

30
f. Saat mikroskop di simpan, lensa objektif 10x atau 100x tidak boleh berada pada
satu garis dengan kondensor, karena dapat
mengakibatkanlensapecahbilaulirmakrometerdanmikrometernyasudah rusak.
g. Membersihkan dan melumasi peyangga setiapminggu.
h. Mikroskop di simpan di tempat yang kelembapannya rendah,janganmenyentuh
lensa dengan jari.
i. Periksa kelurusan sumbu kondensor setiapbulan.
4. Fotometer /spectrometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing- masing jenisfotometer.
b. Tegangan listrik harusstabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5 – 30 menit ( tergantungjenis / merek alat),
supaya cahaya lampu menjadi stabil.
d. Monokromator atau filter harus bersih, tidak lembab, tidakberjamur.
e. Kuvet ( tergantung jenisnya ) harus tepat meletakkannya,sisi yang dilalui cahaya
harus menghadap ke arah cahaya, bagian tersebut
harusbersih,tidakadabekastangan,goresanataupunembun. Untuk menghindari hal
tersebut pegang kuvet di ujung dekat permukaan.
f. Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapat melalui isikuvet.
g. Tidak boleh ada gelembung udara dalamkuvet.
h. Untuk pemeriksaan enzimatik, kuvet harus di inkubasi pada suhuyang sesuai
dengan suhu pemeriksaan.
i. Amplifer / pengolah signal harus berfungsi denganbaik.
j. Jangan menyentuh lampu dengan tangan, karena lemak dari tangan yang melekat
pada permukaan lampu akan menimbulkan bekas yang
sulitdihilangkan,bilatersentuhtanganwaktumenggantilampu, segera bersihkan
dengan alcohol.
5. Pipet
a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukan yaitu : pipet transfer yang
dipakai untuk memindahkan sejumlah volume cairan yang tetap dengan teliti,
serta pipet ukur yang dipakaiuntuk memindahkan berbagai volume tertentu yang
diinginkan.
b. Gunakanpipetyangbersihdankeringsertaujungnyamasihutuhdan tidak retak.
c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenispipet.
d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakanmulut

31
e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan
caramenempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan dahulu bagian luarnya
dengan kertas tissue pada dinding wadah / bejanadalam posisi tegak lurus dan
cairan di biarkan mengalir sendiri.
f. Pipetvolumetrik tidak bolehditiup.
g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua cairan
dialirkan maka sisa cairan diujung pipet dikeluarkan dengan ditiup memakai alat
bantupipet.
h. Pipet ukur yang tidak memiliki cincintidak bolehditiup.
i. Pipetdenganvolumekecil(1–500ul),harusdibilasuntuk mengeluarkan sisa cairan
yang menempel pada dinding bagian dalam.
j. Pipetyangsudahdipakaiharusdirendamdalamlarutanantiseptic, kemudian baru
dicuci.
6. Pipetsemiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang, karena pencucian tip
pipet akan mempengaruhi kelembapan plastik tip pipet, juga pengeringan
seringkali menyebabkan tip meramping danberubah bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas skala tip danpipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasangerat.
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam rak
pipet.

7. Alat gelas

a. Tabung yang dipakai harus selalubersih.

b. Untuk pemakaian ulang, cuci gelas dengan detergen (sedapatnya netral ) dan
oksidan (hipoklorit), kemudian bilas dengan aquades. Pencucian alat
laboratorium:
1) Cairanpencuci: larutan netral 2%
2) Cairanpelarut: extran netral 20ml
3) Airsampai: 1liter
Cara pencucian :

1) Rendam alat yang di cuci dalam air sampai bersih, kemudian rendam dalam
larutan extran netral 2 % selama 2 – 24 jam, bila alat terlalu kotor rendam
lebihlama.

32
2) Setelahitubilasdenganairsampaisisa–sisalarutanextran tidak tertinggal pada alat
yang dicuci.
3) Alat kaca dimasukkan dalam incubator dengan suhu 50 – 60 °C dan alat plastic
di keringkan dengan suhu kamar 15 -25°C
N. Troubleshooting
Dalam melakukan pemeriksaan leboratorium, seringkali terjadi suatu
ketidakcocokan hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang
mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan pada peralatan.Untuk itu perlu
adanya pemecahan masalah (troubleshooting). Troubleshooting adalah proses atau
kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan dan
memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya. Semakin canggih suatu alat
akan semakin kompleks permasalahan yang mungkin terjadi.
Biasanya masing-masing alat dilengkapi dengan buku panduan penggunaan alat,
termasuk troubleshooting jika ada suatu gangguan pada alat. Dalam kondisi dimana
troubleshootingtidak mampu dilakukan sendiri, maka pihak laboratorium akan
menghubungi teknisi untuk memecahkan masalah. Adanya lebih dari 1 alat juga bisa
menjadi solusi, jika alat yang 1 sedang tidak bisa dipakai maka bisa dipakai alat lain
sehingga pelayanan tidak terganggu.

O. Pelayanan Rujukan
Beberapa parameter pemeriksaan belum bisa dikerjakan di laboratorium Rumah
Sakit Pura Raharja Medika seperti pemeriksaan bilirubin, elektrolit, beberapa jenis
pemeriksaan hormon, protein, tumor marker dan beberapa jenis pemeriksaan canggih
lainnya. Dalam hal ini sampel akan dikirim ke laboratorium rujukan yang sudah ditunjuk
secara resmi oleh rumah sakit karena beberapa pertimbangan. Dalam hal ini, yang
ditunjuk oleh rumah sakit adalah laboratorium Rumah sakit Islam Hidayatullah dan
laboratorium Cito.
Petugas laboratorium mengisi formulir rujukan pemeriksaan laboratorium yang
akan dikirim meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin dan jenis pemeriksaan serta
ditujukan kepada laboratorium mana sampel tersebut harus dirujuk. Petugas
laboratorium mencatat dibuku rujukan meliputi tanggal pengiriman sampel, identitas
pasien, permintaan pemeriksaan laboratorium dan tempat rujukan. Petugas laboratorium
menyiapkan sampel yang akan dikirim, khusus sampel serum dimasukkan pada cup
sampel lalu ditutup parafin untuk mencegah kebocoran. Petugas laboratorium menelpon

33
tempat rujukan yang dituju untuk mengambil sampel yang akan dirujuk. Petugas
laboratorium menyerahkan sampel pada kurir, setelah kurir dari tempat rujukan datang,
untuk tempat rujukan yang belum ada kerjasama sampel diantar oleh kurir rumah sakit.
Petugas pengirim sampel memeriksa kelengkapan data dan sampel. Petugas pengirim
sampel memasukkan sampel dalam plastik yang disertai dengan blanko rujukan.

34
BAB X. LOGISTIK

A. Pengertian Umum
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan
serta penghapusan material/alat. Dalam pelaksanaan pembangunan pengelolaan logistik
merupakan salah satu unsur penunjang utama sistem administrasi yang berhubungan erat
dengan unsur sistem administrasi lainnya.
Logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan
bahan/barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut dalam
jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat dengan harga serendah mungkin.
Kegiatan logistik secara umum mempunyai tiga tujuan :
1. Tujuan operasional adalah agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat
dan mutu yang memadai.
2. Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat
terlaksana dengan biaya serendah-rendahnya.
3. Sementara itu tujuan pengamanan bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang
tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat tercermin di
dalam sistem akuntansi.
Perencanaan pengadaan barang logistik harus sedemikian rupa sehingga akan
siap tersedia pada saat dibutuhkan, tetapi tidak terlalu banyak. Ini berarti bahwa harus
ada perencanaan yang baik dalam menentukan kebutuhan, baik mengenai saatnya
maupun jumlah suatu barang atau bahan yang diperlukan untuk tersedia.Barang yang
sudah ada dalam persediaan harus pula dijaga agar tetap baik mutunya maupun
kecukupan jumlahnya, serta keamanan penyimpannya.Untuk itu diperlukan suatu
perencanaan dan pengaturan yang baik untuk memberikan tempat yang sesuai bagi setiap
barang atau bahan yang disimpan, baik dari segi pengamanan, penyimpanan, maupun
dari segi pemeliharaannya.

B. Fungsi Menajemen Logistik


Manajemen logistik adalah merupakan salah satu aktivitas perusahaan yang
tertua tetapi juga termuda.Aktivitas logistik (lokasi fasilitas, transportasi, inventarisasi,

35
komunikasi, pengurusan dan penyimpanan) telah dilaksanakan sejak awal spesialisasi
komersial. Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari :
1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
2. Fungsi penganggaran
3. Fungsi pengadaan
4. Fungsi penyimpanan dan penyaluran
5. Fungsi pemeliharaan
6. Fungsi penghapusan
7. Fungsi pengendalian

C. Peran Logistik di Rumah Sakit


Rumah sakit merupakan suatu satuan usaha yang melakukan kegiatan
produksi.Kegiatan produksi rumah sakit adalah produksi jasa tersebut sehingga yang
dimaksudkan kegiatan logistik disini hanya menyangkut manajemen persediaan bahan
barang serta peralatan yang dibutuhkan dalam rangka produksi jasa tersebut dan bukan
manajemen pendistribusian barang jadi. Dari segi manajemen modern maka tanggung
jawab bagian logistik lebih diperluas yaitu :
1. Manajemen kegiatan yang dapat memasok material dan jasa secara tidak terputus
2. Mengadakan pembelian inventarisasi secara bersaing
3. Menjadwal inventarisasi barang pada tingkat serendah mungkin
4. Mengembangkan sumber pasokan yang dapat dipercaya dan alternatif pasokan lain
5. Mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan bagian-bagian lain
6. Menetapkan integrasi yang maksimal dengan bagian-bagian lain
7. Melatih dan membina pegawai yang kompeten dan termotivasi dengan baik
Menurut bidang pemanfaatannya, barang dan bahan yang harus disediakan di rumah
sakit dapat dikelompokkan menjadi persediaan farmasi, persediaan makanan, persediaan
logistik umum dan persediaan teknik.

D. Penilaian Mutu Logistik Rumah Sakit


Mutu pelayanan logistik sendiri diukur dari total biaya yang dikeluarkan dari
prestasi yang dicapai. Pengukuran prestasi menyangkut tersedianya barang, kemampuan,
dilihat dari waktu pengantaran dan konsistensi, serta mutu dari usaha.Biaya logistik
mempunyai hubungan langsung dengan kebijakan prestasi.Makin tinggi dari masing-
masing prestasi ini maka makin tinggi pula total biaya logistiknya.Kunci bagi prestasi

36
logistik yang efektif adalah mengembangkan usaha yang seimbang antara prestasi
pelayanan yang diberikan dengan biaya yang dikeluarkan.

Logistik di Unit Labortorium Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika meliputi :
1. Logistikumum (alat Tulis)
Logistik umum meliputi alat-alat tulis seperti buku, bulpen, penggaris, tip-x, lem,
staples, amplop, tissu, nota lab, dan form hasil pemeriksaan laboratorium. Form hasil
pemeriksaan laboratorium meliputi hematologi/darah rutin, urin, feses, serologi, dan
kimia klinik. Permintaan logistik umum tersebut dilakukan dengan cara mencatat
kebutuhan yang diminta pada buku permintaan logistik umum yang sudah disediakan
dan kemudian nanti akan diantar ke laboratorium oleh petugas logistik.

2. Logistik khusus (medis : reagen, BHP, dll)


Logistik laboratorium terdiri dari reagen, standar, bahan kontrol, air, dan bahan medis
habis pakai.
1. Jenis
a. Jenis reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan untuk mendeteksi, mengukur,
memeriksa dan menghasilkan zat lain.
b. Jenis bahan medis habis pakai
Bahan medis habis pakai terdiri dri bahan medis yang digunakan sebagai
penunjang keperluan laboratorium, baik dalam pengambilan sampel,
pengelolaan/analitik, maupun untuk keperluan lain sebagai penunjang kegiatan di
laboratorium.
2. Pemilihan
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan digunakan harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Kebutuhan
b. Produksi pabrik yang sudah dikenal dan mempunyai sinsitifitas dan spesifisitas
yang baik
c. Deskripsi lengkap dari bahan atau produk
d. Masa kadaluarsa yang cukup panjang
e. Mudah diperoleh di pasaran
f. Nilai ekonomis

37
g. Pemasok/vendor
h. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan
i. Terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Ditjen Yanfar dan
alkes depkes
3. Perencanaan/Pengadaan
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tingkat persediaan
b. Perkiraan jumlah kebutuhan
c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan
Pengadaan bahan medis habis pakai untuk kebutuhan seluruh unit di RSU Pura
Raharja Medika dilakukan oleh unit farmasi, dan laboratorium hanya
merencanakan kebutuhan di laboratorium sendiri. Proses pengadaan reagen
laboratorium secara umum dibedakan menjadi pengadaan KSO (kerjasana
operasioanal) dan non KSO.
a. Pengadaan Reagen/ Logistik Laboratorium Non KSO
dilakukan oleh unit farmasi, laboratorium hanya merencanakan kebutuhan di
unit laboratorium kemudian mengajukan permintaan ke unit farmasi dengan
persetujuan direktur
b. Pengadaan reagen KSO
1) Perusahaan yang melakukan KSO di unit laboratorium RS wajib
menyediakan reagen dan bahan penunjang lainnya sesuai MOU dan tidak
boleh kosong selama masa kontrak.
2) Pengiriman reagen dapat dilakukan secara berkala atau untuk kebutuhan
satu bulan sekaligus.
3) Memonitoring ketersediaan reagen dilakukan setiap hari oleh koordinator
pelayanan atau analis yang ditunjuk secara berkala.
4) Permintaan reagen dapat dilakukan setiap saat oleh koordinator
pelayanan/analis yang ditunjuk melalui telepon saat atau komunikasi
langsung di bawah koordinasi koordinator pelayanan.
5) Pengiriman reagen dengan menggunakan tanda terima minimal 2 lembar,
1 lembar untuk unit laboratorium RS, 1 lembar untuk bagian
pengadaan/Farmasi.

38
6) Penerimaan reagen dapat dilakukan oleh koordinator pelayanan/analis
yang ditunjuk dengan menandatangani tanda terima tersebut kepada
koordinator pelayanan.

39
BAB XI. KESELAMATAN PASIEN

A. Pendahuluan
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi meminimalkan resiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Laboratorium klinik adalah bagian dari rumah sakit dengan lingkungan yang memiliki
resiko terhadap keselamatan pasien.Untuk itu masalah patient safety ini harus senantiasa
diperhatikan. Beberapa kondisi yang termasuk dalam area patient safety :
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD) / adverse Event : suatu kejadian yang tidak diharapkan
sehingga mengakibatkan pasien cedera akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien.
2. Kejadian nyaris cedera (KNC) / Near miss : suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan tindakan yang seharusnya diambil yang dapat
mencederai pasiem, tetapi cedera serius tidak terjadi karena faktor keberuntungan.
3. Kejadian tidak cedera (KTC) No harm event : suatu kejadian akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil tapi tidak mencederai
pasien.
4. Kejadian potensial cedera (KPC) : suatu kejadian yang memungkinkan mencederai
pasien karena suatu tindakan tapi belum terjadi.
5. Kejadian sentinel / Sentinal event : suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius, seperti operasi pada bagian tubuh yang salah.

B. Patient safety di Laboratorium


Hasil pemeriksaan laboratorium akan ditentukan oleh berbagai tahap, mulai dari tahap
pra analitik, analitik sampai pasca analitik. Untuki itu keselamatan pasien dari setiap tahap
tersebut harus diperhatikan.

40
1. Tahap Pra-Analitik
Pada tahap pra analitik ini, ada beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh
laboratorium sehingga diperlukan kerjasama yang baik antara petugas, pasien dan dokter
karena tanpa kerjasama yang baik, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium. Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan keselamatan
pasien pada tahap ini adalah :
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium
Pada tahap ini perlu diperhatikan apa yang diinstruksikan dokter untuk
dipindahkan ke dalam formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, hal ini
penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang dapat merugikan
pasien maupun laboratorium. Formulir pemeriksaan harus ditulis secara lengkap,
meliputi identitas pasien (nama, no. Rekam Medis, umur, jenis kelamin,
alamat/ruangan), data klinis/diagnosa, dokter pengirim, riwayat pengobatan yang
diberikan dan tanggal permintaan pemeriksaan.
b. Persiapan penderita
1) Makanan dan minuman
Pada beberapa pemeriksaan laboratorium, makanan dan minuman sangat
berpengaruh terhadap interpretasi hasil pemeriksaan baik secara langsung
maupun tidak langsung.Contoh : pada pemeriksaan gula darah puasa dan
trigliserida, pasien dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 10 jam agar
menghasilkan pemeriksaan yang akurat.
2) Perokok
Perokok yang sudah lama akan mengakibatkan penurunan Hb dan jumlah
eritrosit, penurunan MCV, penurunan jumlah lekosit, dan penurunan hormon
insulin.
3) Stress
Baik stres fisik maupun mental akan mempengaruhi produksi CHT, kortisol,
kathekolamin, penurunan HDL, dan totral kolesterol
4) Variasi harian
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari
waktu ke waktu yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal)
c. Persiapan alat
Peralatan secara umum harus memenuhi syarat : bersih, kering, tidak
mengandung bahan kimia atau detergen, terbuat dari bahan-bahan yang tidak

41
mengubah zat-zat yang ada pada spesimen, tidak merembes atau bocor, besar wadah
sesuai dengan volume spesimen. Untuk sputum, urin dan feses sebaiknya dengan
wadah yang bermulut lebar. Khusus untuk pengambilan darah sebaiknya dipakai :
kapas alkohol 70%, spuit 3 cc sekali pakai dan penampung yang berlabel baik yang
mengandung antikoagulan ataupun tidak.
d. Pengambilan sampel
Pada setiap pengambilan sampel perlu diperhatikan mengenai kelengkapan alat
yang digunakan.Pastikan alat sudah lengkap dan steril. Lakukan pendekatan terhadap
pasien dan keluarganya dan jelaskan apa yang mau dilakukan supaya pasien tidak
takut dan merasa nyaman. Periksa kembali identitas pasien dan teliti kembali formulir
permintaan pemeriksaan untuk menghindari kesalahan dan pengulangan dalam
pengambilan sampel.Pada pengambilan darah vena hindari pemasangan torniquet yang
terlalu lama, dan untuk darah kapiler jangan melakukan pemencetan dengan jari.
e. Penanganan awal dan transportasi sampel
Pada tahap ini ada beberapa hal yang sering menjadi sumber kesalahan :
1) Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
2) Kesalahan dalam pemberian label spesimen
3) Kesalahan dalam pencampuran
4) Pemakaian antikoagulan
5) Terjadinya hemolisis / hemokonsentrasi
6) Penundaan pengiriman sampel ke laboratorium
7) Sampel terpapar suhu yang ekstrim
8) Kesalahan dalam proses separasi sampel/preparasi
9) Kesalahan dalam penyimpanan sampel sebelum analisa pemeriksaan
2. Tahap analitik
Tahap analitik merupakan tahap pemeriksaan sampel dalam laboratorium, dimana hasil
pemeriksaan laboratorium tergantung dari beberapa hal :
a. Peralatan laboratorium
Persiapan alat laboratorium merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan, untuk itu pengecekan alat perlu dilakukan diantaranya :
1) Kalibrasi alat
2) Suhu sesuai dengan yang telah ditetapkan

42
b. Metode pemeriksaan
Perlu dipahami betapa pentingnya pemahaman ulang terhadap prosedur kerja
pemeriksaan misalnya :
1) Masa inkubasi
2) Preparasi reagensia
3) Aplikasi pipeting
c. Pemilihan reagensia
Pemakaian reagensia di laboratorium memerlukan perhatian diantaranya :
1) Penanganan, persiapan dan penyimpanan reagensia
2) Perimbangan kebutuhan reagensia
3) Pemakaian reagensia
4) Batas kadaluarsa
d. Sumber daya manusia
Perekrutan dan pelatihan pegawai laboratorium yang baik akan menghasilkan
tenaga leboratorium yang handal. Penempatan pegawai yang sesuai dengan bidang
keahliannya juga akan berdampak pada mutu laboratorium itu sendiri.
3. Tahap pasca analitik
Pada tahap pasca analitik keselamatan pasien lebih ditekankan pada :
a. Penulisan hasil pemeriksaan
Penulisan hasil pemeriksaan laboratorium harus dapat dibaca, tanpa kesalahan dalam
tulisan. Laporan hasil laboratorium setidaknya harus memuat :
1) Identifikasi dari pemeriksaan yang jelas dan tidak meragukan
2) Identifikasi laboratorium yang mengeluarkan hasil
3) Identifikasi khas dan bila mungkin lokasi pasien serta tujuan pelaporan
4) Nama dan identitas pemohon
5) Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer
6) Tanggal dan penerbitan laporan
7) Interpretasi hasil
8) Tanda tangan atau otorisasi petugas yang memeriksa atau mengeluarkan hasil
pemeriksaan
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko, salah satu
caranya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
(IKP) dan sistem analisis. Sistem pelaporan tersebut dapat dipastikan akan mengajak

43
semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang terjadi
pasa pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya pencegahan
terjadinya error sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi lebih
lanjut. Di laboratorium klinik terdapat beberapa hal yang termasuk dalam kategori
insiden diantaranya adalah : salah pemeriksaan/interpretasi hasil, sampel hilang, sampel
tertukar, sampel tidak dapat diperiksa karena salah pengambilannya, sampel rusak
karena salah penyimpanan dan pemeriksaan yang tidak sesuai indikasi/berlebihan.
5. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Pimpin dan dukung staf anda
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
d. Kembangkan sistem pelaporan
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
6. Lima saat untuk cuci tangan
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum tindakan aseptis
c. Setelah terkena cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

44
BAB XII. KESELAMATAN KERJA

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya yang paling penting diantara
sumber daya-sumber daya yang dimiliki oleh sebuah perusahaan atau organisasi.SDM yang
berkualitas adalah asset yang sangat berharga, oleh karena itu pengelolaan SDM yang baik
sangat perlu dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi yang telah ditentukan.
Visi RS Pura Raharja Medika adalah terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi
pilihan utama masyarakat.Untuk mencapai hal itu diperlukan SDM yang berkualitas yang hanya
dapat dicapai dengan pengembangan SDM (pendidikan berkelanjutan, pelatihan kursus, dll),
pemberian kompensasi yang wajar dan pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja.
Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan dewasa ini sudah menjadi
keharusan bagi setiap perusahaan atau organisasi.Upaya ini dilakukan untuk memperoleh
kualitas kesehatan yang baik serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi karyawan dalam
bekerja. Adanya jaminan pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan di
Instansi laboratorium Klinik maka diharapkan visi RS Pura Raharja Medika akan terwujud.

A. Keamanan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Laboratorium


Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk mewujudkan keamanan, keselamatan dan
kesehatan kerja di laboratorium adalah :
1. Keamanan pasien dan pengunjung
a. Ruang tunggu sebaiknya terpisah dengan laboratorium
b. Lantai ruangan dibuat rata, kering dan tidak licin
c. Sirkulasi udara di ruangan harus lancar
d. Ruang plebotomi dibuat nyaman dan adanya kursi khusus plebotomi
e. Ada ruang tindakan darurat
2. Keamanan petugas laboratorium
a. Seluruh ruangan laboratorium harus mudah dibersihkan
b. Pertemuan antara dua dinding harus melengkung
c. Permukaan meja rata, dan tahan terhadap bahan yang bersifat asam dan korosif
d. Penerangan di dalam ruangan harus cukup terang, adanya pemisahan tempat sampah
antara bahan dari kaca, botol, sarung tangan
e. Pakaian petugas laboratorium harus mampu melindungi dari bahan kimia dan bahan
infeksius
f. Cuci tangan merupakan tindakan yang efektif dalam mengurangi paparan
3. Limbah laboratorium
45
Limbah laboratorium adalah bahan bekas dalam pekerjaan di laboratorium yang dapat
berbentuk cair, padat dan gas, dimana hal tersebut dapat berbahaya jika tidak ditangani
dengan benar.Karena itu pengelolaan limbah perlu dilakukan untuk mencegah adanya
infeksi nosokomial yang mungkin terjadi serta penyebaran penyakit di masyarakat.
4. Penanganan limbah laboratorium
Untuk penanganan limbah laboratorium agar aman dan bagi petugas dan lingkungan
sekitarnya maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Disediakan wadah pengumpul
1) Untuk bendas tajam disediakan wadah yang kuat dan tidak mudah robek
2) Kantong plastik sebagai pembungkus
3) Tempat/bak sampah
4) Tempat pengumpulan sampah sementara apabila jumlahnya besar
b. Limbah sebaiknya dipisahkan berdasarkan kategori/jenis limbah dan dimasukkan ke
dalam tempat/kantong sampah
c. Limbah yang bersifat infeksius dilakukan penanganan limbah secara khusus
d. Limbah kimia yang bukan termasuk dalam bahan berbahaya dapat dibuang bersama-
sama limbah domestik bila dalam bentuk padat dan ke saluran air limbah bila bentuk
cair. Tetapi bila berasal dari bahan beracun, berbahaya (B3) perlu ditampung dalam
wadah khusus dan dimasukkan ke dalam UPAL.
e. Limbah redioaktif ditangani dengan persyaratan khusus yang telah ditetapkan
(BATAN)
f. Sampah umum/domestik
1) Dimasukkan dalam kantong plastik warna tertentu
2) Dibawa ke TPS (tempat pembuangan sampah sementara) oleh petugas
kebersihan untuk selanjutnya di buang ke TPA (tempat pembuangan akhir)

B. Pencegahan Bahaya/Kecelakaan Fisik, Kimia dan Biologis


1. Tata ruang dan alat penunjang pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
a. Seluruh ruangan laboratorium mudah dibersihkan dan tahan terhadap reaksi
disinfektan
b. Dinding atau tembok harus diporselin setinggi 1,5 meter dari lantai dasar
c. Lebar pintu depan setiap ruangan minimal 1,20 meter
d. Pada tempat yang rawan kecelakaan diberi tanda peringatan
e. Koridor atau gang harus bebas halangan

46
f. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin
g. Sistem ventilasi harus cukup dan udara dalam ruangan dibuat mengalir searah
h. AC/pendingin ruangan harus cukup, bisa menstabilkan suhu ruangan antara 200C-
250C
i. Penerangan cukup
j. Tersedianya APAR yang sesuai dengan kebutuhan dan diletakkan pada tempat
yang strategis
k. Penempatan alat-alat laboratorium harus sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan petugas leboratorium
l. Udara di dalam ruangan dibuat mengalir searah
2. Penanganan dan penyimpanan bahan-bahan kimia
Syarat-syarat penyimpanan :
a. Bahan beracun
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar
3) Jauhkan dari bahan yang mungkin mudah bereaksi
4) Beri tanda bahan beracun
b. Bahan korosif
1) Tempatkan pada ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari bahan beracun
3) Beri tanda bahan korosif
c. Bahan mudah terbakar
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari panas dan api
3) Jauhkan dari bahan oksidator
4) Beri tanda bahan mudah terbakar
d. Bahan mudah meledak
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari panas dan api
3) Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar
4) Hindarkan dari gesekan / tumbukan mekanik
e. Bahan oksidator
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari sumber api dan panas

47
3) Jauhkan dari bahan mudah terbakar atau zat reduktor
f. Gas bertekanan
1) Disimpan dalam keadaan tegak dan terikat
2) Ruangan dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung
3) Jauhkan dari api dan panas
4) Jauhkan dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup
g. Lain-lain
1) Untuk bahan kimia yang mempunyai efek toksik, kersinogenik, teratogenik
atau yang bersifatasam kuat / basa kuat, jika akan menggunakan harus
dilakukan di almari asam dan petugas harus menggunakan alat pengaman,
sarung tangan, masker, kacamata pelindung.
2) Penempatan bahan-bahan kimia harus dipisah-pisahkan sesuai dengan
golongan dan sifatnya
3) Dalam melarutkan antara golongan bahan kimia yang satu dengan yang lain
harus sesuai denan protap, jangan melakukan dengan cara coba-coba.
4) Limbah reaksi bahan kimia harus dibuang pada saluran limbah khusus
dengan air yang mengalir
5) Hindari memipet dengan menggunakan mulut, sebaiknya menggunakan alat
bantu memipet, klinipette, dispenser, feeling pipet.
3. Pencegahan infeksi bagi petugas laboratorium
a. Melakukan 6 langkah cuci tangan menggunakan sabun /desinfektan pada 5 saat
b. Gunakan sarung tangan dan masker jika melakukan penanganan sampel
c. Jangan menyentuh mulut, mata, lubang hidung atau menggaruk-garuk bagian
tubuh manapun.
d. Selama melakukan pekerjaan diusahakan sedikit mungkin untuk berbicara
e. Tutup spuit sesudah dipakai untuk mengambil sampel darah
f. Hindari memipet dengan mulut, seharusnya menggunakan alat bantu memipet,
klinipette, dispenser, feeling pipet.
4. Sarana dan prasarana K3 laboratorium yang perlu disiapkan
a. Jas laboratorium lengan panjang
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki / sepatu tertutup
e. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin desinfektan) dan air mengalir

48
f. Pipeting
g. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum dan lancet
5. Penanganan pada keadaan darurat
a. Sistem tanda bahaya
b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan P3K
d. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau luar laboratorium
e. Sistem informasi darurat
f. Alat pemadam kebakaran, masker, dan sumber air terletak pada lokasi yang
mudah dicapai
C. Keselamatan dan kesehatan kerja di Laboratorium RS Pura Raharja Medika
Laboratorium RS Pura Raharja Medika merupakan bagian dari rumah sakit yang
berkaitan erat dengan masalah K3 karena pekerjaan yang berhubungan denan berbagai
bahan dan bahan infeksius. Beberapa hal yang sudah dilakukan dalam rangka menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium adalah :
1. Pembuatan program pemeliharaan dan keselamatan kerja karyawan
a. Pemeriksaan general chek-up untuk karyawan setahun sekali
b. Pemeriksaan skrining HbsAg untuk karyawan setahun sekali
c. Pendidikan dan pelatihan K3 untuk karyawan
2. Menggelorakan budaya cuci tangan dengan program “lima saat untuk cuci tangan” :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum tindakan aseptis
c. Sebelum terkena cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
3. Membuat Protap (Prosedur tetap) yang berkaitan dengan K3 sebagai pedoman kerja
bagi karyawan :
a. Protap tentang pencegahan bahaya/kecelakaan fisik, kimia dan biologis di
laboratorium
b. Protap tentang pemeliharaan kesehatan bagi petugas di laboratorium
c. Protap tentang penanggulangan kecelakaan kerja di laboratorium
d. Protap tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di labortorium
e. Protap tentang penanganan spesimen di laboratorium

49
BAB XIII. PENGENDALIAN MUTU

A. Pendahuluan
Semakin pesatnya kemajuan teknologi serta meningkatnya pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan akan tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan termasuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah
maupun swasta. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium
sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan, dan
dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan, dan evaluasi
hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.Tanggung jawab laboratorium
sebagai penunjang pelayanan medis di rumah sakit terhadap klinisi maupun pasien cukup
berat.Mereka pasti berharap, hasil pemeriksaan yang diminta adalah hasil yang benar-benar
valid dan terjamin mutunya.
Tuntutan akan mutu hasil pemeriksaan laboratorium yang baik, tidak hanya datang
dari para dokter klinisi tetapi juga langsung dari masyarakat. Hal ini merupakan tantangan
yang cukup berat bagi personil laboratorium.Upaya yang nyata untuk menjawab tantangan-
tantangan ini adalah pelaksanaan program pemantapan mutu laboratorium yang sering
dinamakan kontrol kualitas (quality control/QC).Kontrol kualitas merupakan suatu
rangkaian pemeriksaan analitik yang ditujukan untuk menilai kualitas data analitik. Dengan
melakukan control kualitas, kita akan mampu mendeteksi kesalahan analitik, terutama
kesalahan-kesalahan yang dapat mempengaruhi kemanfaatan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Kontrol kualitas ini merupakan bagian dari proses yang lebih besar yaitu
penjaminan mutu (quality assurance/QA).

B. Pemantapan mutu (Kontrol kualitas/quality assurance)


1. Pengertian Pemantapan Mutu
Pemantapan mutu adalah upaya sistematik yang dilakukan suatu laboratorium
klinik untuk menjamin bahwa hasil pemeriksaan laboratorium valid sehingga dapat
dipakai oleh klinisi untuk mengambil keputusan klinis.
Pada dasarnya pemantapan mutu dibedakan menjadi 2 yaitu Pemantapan Mutu
Internal (PMI) dan Pemantapan Mutu Eksternal (PME).Tujuan PMI adalah untuk
memantau presisi dan akurasi dari kinerja metode pemeriksaan atau metode analitik di
dalam laboratorium.Sedangkan tujuan PME adalah memantau presisi antar
laboratorium dan akurasi dari kinerja metoda analitik.

50
2. Manfaat Pemantapan Mutu Laboratorium
a. Manfaat Pemantapan Mutu Internal (PMI)
1) Mutu hasil pemeriksaan laboratorium meningkat (presisi dan akurasi baik)
2) Kepersayaan dokter terhadap hasil leboratorium meningkat sehingga bisa
menekan biaya perawatan kesehatan
3) Kepercayaan yang tinggi terhadap hasil laboratorium akan membawa pengaruh
pada moral personil laboratorium, meningkatkan kepercayaan diri yang pada
akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja.
b. Manfaat Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
1) Personil laboratorium akan mengetahui akurasi setiap metode pemeriksaan
laboratorium yang dikerjakan (perbandingandengan nilai target)
2) Personil laboratorium dapat membandingkan mutu laboratoriumnbya dengan
laboratorium lain
3) Variasi hasil pemeriksaan antara satu laboratorium dengan laboratorium lain
menjadi semakin kecil
4) Dengan program PME dapat diketahui macam alat, reagen atau metoda yang
mutunya baik (presisi dan akurasinya baik)

C. Prinsip Dasar Pemantapan Mutu


Program pemantapan mutu merupakan suatu sistem laboratorium klinik untuk
mengetahui adanya kesalahan atau meminimalisir kesalahan analitik.Program pemantapan
mutu merupakan bagian dari Sistem Jaminan Mutu (Quality Assurance/QA) yang
merupakan suatu tindakan secara sistematik yang diperlukan untuk menjamin kepuasan
pemakai jasa laboratorium.Jaminan mutu ini meliputi faktor pra-analitik, analitik dan pasca
analitik.
Faktor pra-analitik yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium antara
lain : persiapan penderita, pengumpulan sampel, penanganan dan penyimpanan sampel.
Faktor ini sulit dipantau dikendalikan karena terjadi di luar laboratorium.Dokter dan
perawat harus menyadari hal ini dan perlu diberikan penjelasan oleh personil laboratorium
dengan jelas.Petugas laboratorium lebih mudah mengendalikan faktor analitik yang
umumnya sangat dipengaruhi oleh alat, reagen dan personilnya sendiri.
Program pemantapan mutu sagat berperan di sini untuk meminimalkan kesalahan-
kesalahan yang ada.Faktor pasca-analitik meliputi penulisan dan pengiriman hasil
pemeriksaan kepada dokter yang meminta pada waktu yang ditemukan.Adanya otomatisasi

51
dan komputerisasi maupun sistem informasi dapat mengurangi kesalahan pasca-analitik
ini.Program pemantapan mutu harus sampai dengan keputusan harian yang tidak hanya
berdasarkan makna analitik, tetapi juga mempertimbangkan makna klinik dari data
pemantapan mutu.

D. Pelaksanaan Pemantapan Mutu


1. Pemantapan Mutu Internal
Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan pencegahan dan pengawasan yang
dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium secara terus menerus setiap hari untuk
mencegah dan mendeteksi suatu kesalahan serta memperbaikinya sehingga diperoleh
hasil pemeriksaan yang tepat dan teliti.Kegiatan tersebut dilaksanakan sejak tahap
preanalitik, tahap analitik sampai dengan tahap pasca analitik.
a. Tahap pra analitik
1) Persiapan pengambilansampel.
Pengambilan bahan pemeriksaan hendaknya memenuhi beberapa syarat,yaitu :
a) Bahan diambil sebelum penderita minum obat anti mikrobia, bilasudah terlanjur
minum obat. Sebaiknya diberikan informasi tentang takaranserta lama
pemberianobat.
b) Pengambilan bahan dilakukan dengan alat yang steril secaraaseptic
c) Bahan pemeriksaan diambil pada saat dan tempat yang tepat yang dipilih dengan
mempertimbangkan kemungkinan terbesarterkontaminasi dengan kuman-kuman
penyebabpenyakit.
d) Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium hendaknya diisidengan lengkap
e) Bahan permintaan seharusnya dikirim kelaboratorium.
f) Wadah bahan pemeriksaan harus diberi label identitas yang jelas dan sesuai.
2) Pengambilansampel
Dalam petunjuk khusus akan dirinci menurut jenis bahan pemeriksaan. Tidak
semua kegiatan pengambilan bahan pemeriksaan dapat diambil sembarangan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan :

a) Carapengambilan
b) Jumlah bahan yang dibutuhkan
c) Waktu pengambilan
d) Tempat pengambilan
e) Wadah
3) Pemberianidentitas
52
Pemberian identitas ini adalah hal yang sangat penting di laboratorium dalam
menerima sampel baik darah, urin, feses, maupun dahak harus memuat data
minimal 2 tanda pengenal yaitu :
a) Nama
b) No. Rekam Medis
Dan akan lebih lengkap apabila disertakan Pengirim, Tanggal specimen diterima,
Diagnosa, Nama petugas penerimas pesimen, Tanggal spesiman selesai diperiksa, dan
Nama pemeriksa
4) Pengiriman sampel
a) Bahan darah, urin dan dahak harus secepatnya dikirimke laboratorium.
b) Untuk pengiriman bahan (serum darah) yang
jauhharusmemakai pendingin/esbatu
5) Penyimpansampel
a) Bahan urin bisa ditambahkan pengawet
b) Serum beku bisa disimpan tiga hari sampai satu bulan
didalam freezermaksimal
c) Disimpan dalam suhu 2 – 8 derajat celciusdengan batas
simpan 7hari
d) Suhu kamar dengan batas simpan 24 jam,kecuali untuk
pemeriksaan glukosa, creatinin danbilirubin.
6) Persiapan pemeriksaansampel
a) Sampel untuk pemeriksaan kimia darah supaya
didiamkan setengah jam sebelumdicentrifuge.
b) Setelah dicentrifuge serum harus segera
dipisahkan(menjaga stabilitas)
7) Pengujian kwalitas aquadest dan reagensia yang digunakan:
a) Pengujian mutu aquadest harus sesuai dengan spesifikasiaquades yang dimuat
dalam buku referensi Farmakope Indonesia dan buku standar lain.
b) Pengujian mutu reagen dapat berupa : pemeriksaa label,tanggal kadaluarsa.
Uji fisik meliputi wujud, warna, kejernihan, larutan, konsistensi dan lain-
lain
b. Tahap analitik
1) Pengolahan sampel:
a. Sampel darah, urin, feses harus segera sampai dilaboratorium.
b. darah segeradisentrifus
c. Bahan yang lain sesuai dengan permintaanpemeriksaan.
53
2) Kalibrasi Peralatan:
a. Kalibrasi pipet dengan cara : mengisi larutan dan ditimbangpada
timbangananalitik.
b. Kalibrasi alat kimia klinik dengan blangko dankalibrator
c. 1000/2000 jam lampu harus sudah diganti sesuai dengan jenisalat.
3) Uji Ketelitian danKetepatan
Uji ketelitian dan ketepatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
control yang telah diketahui nilainya. Pemeriksaan bahan control dilakukan tiap
hari. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan dan mengetahui
ketelitian dari sampel.
c. Tahap PascaAnalitik
Pencatatan, interpretasi dan pelaporan hasil pemeriksaan :Kegiatan pencatatan dan
pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat danteliti karena dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam intepretasi hasil.
2. Pemantapan Mutu Eksternal
Pemantapan Mutu Ekternal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain diluar
laboratorium secara periodik untuk memantau dan menilai penampilan laboratorium
dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.Tujuannya untuk membandingkan hasil
pemeriksaan dari laboratorium lain yang mempunyai metode pemeriksaan yang sama
atauberbeda. Prosedur tetap pemantapan mutu external sebagai pedoman bekerja di
laboratorium dan harus dipatuhi oleh semua petugas.
Pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal
a) Persiapan
1) Setiap tahun dilaksanakan 2siklus
2) Calon peserta mengirim suratpendaftaran
3) Calon peserta mengirim kembali dan mendaftar denganmembayarbiaya PME
4) Calon peserta diseleksi, bila OK diberi nomerpeserta
5) Peserta dikirim bahan control ( serum control)
b) Pengiriman serum control
1) Serum control dikirim sekaligus kepadapeserta
2) Dokumen lengkap: Formulirhasil, petunjukpelaksana, daftar alat danreagen,
daftar pemeriksa
3) Dikirim kepada kepala laboratorium atau Direktur RumahSakit
Bahan control dapat dibedakan berdasarkan:
1) Sumber bahancontrol
54
Bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau merupakan
bahankimiamurni. Apabila bahan yang diperiksa adalah dari manusia maka
lebih baikmenggunakan bahan control darimanusia.
2) Bentuk bahan control
Menurut bentuknya bahan control ada bermacam – macam, yaitu : bentuk air,
padat bubuk ( liofilisat ) dan bentuk strip. Pada umumnya bentuk padat lebih
stabil dan lebih tahan lama daripada bentuk cair.Bentuk strip merupakan bentuk
pada bubuk yang dikemas pada strip, sehingga memudahkan transportasi.
Penggunaan bentuk padat bubuk atau strip harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan aquabidest. Pada umumnya pemeriksaan dibidang kimia klinik dan
imunoserologi menggunakan bentuk padat bubuk ( liofilisat ) atau bentuk cair
(pooled sera). Dibidang hematologi digunakan bentuk cair, padat bubuk
ataustrip.
c) Pemeriksaan serum control
1) Serum control diperiksa sesuai dengan tanggal yangditetapkan
2) Sifat pemeriksaan:
1) Hasil laboratoriumsendiri
2) Menggunakan alat dan reagenrutin
3) Dikerjakan oleh tenaga yang biasamemeriksa
3) Hasil dikirim secepatnya setelah ditanda tangani penanggungjawabatau
kepalalaboratorium.
d) Hasil pemantapan mutu eksternal
1) Hasil yangditerimadiInstalasiLaboratoriumdicatattanggalterimauntuk masing –
masing siklus
2) Olehpetugasdimasukkandi dalam arsip hasil pemantapanmutueksternal laboratorium.
3) Sifat pengolahan data berdasarkan:
(a) Metodepemeriksaan
(b) Alat yang digunakan
(c) Jumlah data yangada
e) Evaluasicomputer
1) Data dibandingkan terhadap nilaitarget
2) Nilai target adalah kumulatif peserta dengan metode dan alatyangsama dan jumlah
peserta > 20
3) Dinilai dengan system Variance Index Score ( VIS)
4) Setiap peserta akan mendapat nilai:

55
(a) VIS setiappemeriksaan
(b) OveralVIS
(c) Mean RunningVIS
f) Evaluasi pemantapan mutueksternal
1) Variance Index Score ( VIS)
Nilai VIS yang dibatasi maksimum 400
2) OveralVIS
Nilai rata – rata VIS untuk seluruh parameter
3) Mean RunningVIS

Nilai rata – rata 6 VIS terakhir untuk parameter tertentu

g) Kriteria penilaian VIS,OVIS, MRVIS


0–50 : Sangat baik
51 – 100 : Baik

101–200 :Cukup

201–300 :Kurang

301–400 :Buruk

E. Indikator Mutu Pelayanan Laboratorium RSU Pura Raharja Medika

1. Waktu Lapor Hasil Tes Kritis


Nama Indikator Waktu Lapor Hasil Tes Kritis Laboratorium ≤ 30 menit

Definisi Operasional Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium adalah waktu
pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang memerlukan
penanganan segera dan harus segera dilaporkan kepada
perawat (untuk segera disampaikan ke dokter jaga) selama ≤
30 menit.

Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien di laboratorium

Dimensi mutu Safety

Tujuan Tergambarnya ketelitian pelayanan laboratorium

Dasar pemikiran / literatur Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit th 2008, SNARS
edisi 1, Permenkes no. 43 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan laboratorium yang baik

Numerator Jumlah seluruh hasil tes kritis laboratorium yang dilaporkan ≤


30 menit dalam 1 bulan

56
Denumerator Jumlah seluruh hasil tes kritis laboratorium dalam 1 bulan

Formula Jumlah seluruh hasil tes kritis laboratorium yang dilaporkan ≤


30 menit dalam 1 bulan : Jumlah seluruh hasil tes kritis
laboratorium dalam 1 bulan × 100 %

Metodologi pengumpulan data Sensus harian

Cakupan data Data laboratorium

Frekuensi pengumpulan data 1 minggu sekali

Frekuensi analisa data 2 minggu sekali

Metodelogi analisa data Analisis prosentase dan trend kejadian

Sumber data Sensus harian/buku pantau. Pengumpulan data dilakukan


dengan mencatat setiap hasil tes kritis laboratorium.

Wilayah pengamatan Laboratorium

Penanggungjawab pengumpul data Koordinator unit laboratorium

Publikasi data Rapat koordinasi bulanan Direktur dengan Koordinator unit

Standar 100 %

2. Kepatuhan Identifikasi Pasien


SKP 1. Speimen diberi label dengan 2 tanda pengenal
Nama Indikator Spesimen diberi label dengan 2 tanda pengenal

Definisi Operasional Pemeriksaan di laboratorium baik itu berupa darah, feses,


urin, maupun sputum harus diberi label dengan 2 tanda
pengenal (Nama dan No. Rekam Medis)

Program Keselamatan pasien

Dimensi mutu Responsiveness / daya tanggap yaitu kesediaan para staf


untuk memberikan pelayanan yang tepat dan cepat

Tujuan Untuk memperoleh angka kepatuhan petugas dalam


menerapkan identifikasi pasien pada spesimen yang akan
dilakukan pemeriksaan

Dasar pemikiran / literatur SNARS edisi 1

57
Numerator Jumlah spesimen yang dikirim menggunakan minimal 2
identitas

Denumerator Jumlah semua spesimen yang diperiksa

Formula Jumlah spesimen yang dikirim menggunakan minimal 2


identitas pasien : Jumlah semua spesimen yang diperiksa x
100 %

Metodologi pengumpulan data Sensus harian

Cakupan data Spesimen laboratorium

Frekuensi pengumpulan data 1 minggu sekali

Frekuensi analisa data 2 minggu sekali

Metodelogi analisa data Analisis prosentase dan trend kejadian

Sumber data Data survei

Inklusi : Semua spesimen untuk pemeriksan laboratorium

Eksklusi :

Wilayah pengamatan Laboratorium

Penanggungjawab pengumpul data Koordinator unit laboratorium

Publikasi data Rapat koordinasi bulanan Direktur dengan koordinator unit


laboratorium

Standar 100 %

58
BAB XIV. PELAPORAN

Pelaporan kegiatan laboratorium meliputi :


1. Register permintaan pemeriksaan laboratorium
2. Register hasil pemeriksaan laboratorium pasien rawat jalan dan rawat inap

59
BAB XV. PENUTUP

Pada prinsipnya, pelayanan laboratorium di rumah sakit harus dilaksanakan sesuai


dengan standar nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku. Pemantapan mutu hasil
laboratorium dan keselamatan petugas maupun keselamatan pasien (patient safety) harus selalu
menjadi perhatian utama dalam semua proses pekerjaan bahwa hasil-hasil pemeriksaan
laboratorium dapat dipakai sebagai dasar bagi klinisi di dalam penegakan diagnosis, pemberian
pengobatan, evaluasi dan pemantauan terapi dan menentukan prognosis serta pengambilan
keputusan klinik lainnya.
Akhir kata, semoga pedoman sederhana yang kami buat ini dapat memberikan sedikit
kontribusi bagi RSU Pura Raharja Medika pada umumnya dan Instalasi Laboratorium RS pada
khususnya.

60
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, TJ. 2007. Manajemen Administrasi Rumah sakit. Universitas Indonesia Edisi kedua

Dep. Kes. RI. 2004, Pedoman Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan.
Jakarta

Dep. Kes. RI. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Palayanan Medik. Direktorat
Laboratorium Kesehatan.

Hadi, A. 2000. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium, P. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Men.Kes. RI. 2003. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor. 364/MENKES/SK/III/2003 tentang


laboratorium kesehatan. Jakarta.

Sukorini, U dkk.2010. Pemantapan Mutu internal Laboratorium Klinik, Alfamedia, Yogyakarta

61

Anda mungkin juga menyukai