PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,
sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan
kepadanya.Perkembangan jumlah rumah sakit di Indonesia, yang diikuti pula dengan
pola perkembangan penyakit, perkembangan teknologi kedokteran dan kesehatan serta
perkembangan harapan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit menjadikan
dibutuhkannya sistem manajemen rumah sakit yang handal.
Teknologi yang semakin maju serta pengetahuan masyarakat yang semakin
meningkat tentang kesehatan akan mendorong tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, baik rumah sakit
pemerintah maupun swasta. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan
laboratorium sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya
kesehatan, dan dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian
pengobatan dan evaluasi hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.
Unit Laboratorium klinik adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan dari manusia untuk menentukan
jenis penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kondisi
kesehatan perorangan dan masyarakat. Pengukuran dan pemeriksaan laboratorium akan
menghasilkan data ilmiah yang penting dalam menghadapi masalah yang diidentifikasi
melalui pemeriksaan klinis yang merupakan bagian esensial dari data pokok pasien.
Unit Laboratorium klinik Rumah Sakit memberikan kontribusi dalam penegakan
diagnosis penyakit dengan memberikan informasi obyektif dari status kesehatan seorang
penderita dimana produk yang dihasilkan adalah analisis dan hasil pemeriksaan sampel
penderita sebagai informasi medis yang obyektif.
Rumah Sakit Pura Raharja Medika adalah rumah sakit yang memiliki Unit
Laboratorium. Jenis pelayanan pemeriksaan di laboratorium ini antara lain Hematologi.
Kimia Klinik, Immunologi, Bakteriologi, urin rutin dan feses rutin.
Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan rumah sakit, Unit laboratorium
RSU Pura Raharja Medika juga dituntut untuk memberikan pelayanan dalam
pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan baik untuk keperluan penegakan
diagnosis, pemberian pengobatan, evaluasi dan pemantauan terapi dan menentukan
prognosis serta pengambilan keputusan klinik lainnya.
1
Para klinisi maupun pasien mengharapkan hasil pemeriksaan yang benar-benar
terjamin mutunya. Mutu pemeriksaan merupakan target dari setiap proses dalam
prosedur kontrol kualitas. Proses yang dilalui dapat dibagi menjadi tahap pra analitik,
analitik dan pasca analitik. Hal ini dipengaruhi oleh bahan, alat, metode, sumber daya
manusia, pasien, dan sarana prasarana lain yang terkait.
B. Tujuan Pedoman
1. Untuk mengantisipasi perkembangan pelayanan dan teknologi laboratorium yang
terus meningkat
2. Untuk mengimbangi peningkatan permintaan masyarakat akan pelayanan yang
labih bermutu, canggih dan nyaman
3. Agar berbagai proses kerja di laboratorium terlaksana dengan efektif, efisien,
aman, bermutu dan bisa dipertanggungjawabkan
4. Sebagai pedoman bagi tenaga laboratorium di dalam melaksanakan pekerjaan
sehari-hari
5. Untuk memenuhi standar pelayanan dan syarat akreditasi rumah sakit sesuai
dengan jenjang rumah sakit
2
D. Batasan Operasional
Laboratorium Rumah sakit Pura Raharja Medika adalah laboratorium kesehatan
yang melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik,
urinalisa, mikrobiologi klinik, imunologi klinik dan atau bidang lain yang berkaitan
dengan kepentingan kesehatan perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis
penyakit, penyembulan penyakit dan pemulihan kesehatan.
E. Landasan Hukum
1. UU No 36 tentang kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. KMK No 346 tahun 2003 tentang laboratorium kesehatan
4. Permenkes No. 411/MENKES/PER/III/2010 tentang Standar Nasional Pelayanan
Kesehatan
5. KMK No. 370 tahun 2009 tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium
kesehatan
6. KMK No. 432 tahun 2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit
7. KMK No. 298 tahun 2008 tentang Pedoman Akreditasi Laboratorium Kesehatan
8. KMK No. 1087 tahun 2010 tentang K3 di Rumah Sakit
3
BAB II. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
Rumah Sakit Pura Raharja Medika adalah Rumah Sakit Umum tipe D dengan 38
TT.Sesuai dengan status dan kelas RS Pura Raharja Medika maka tipe kelas D ini akan menjadi
jejaring antara pelayanan medik dasar atau pratama dan menjadi perpanjangan dari RS tipe
atasnya. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah yang akan memberlakukan sistem rujukan
berjenjang, maka RS Pura Raharja Medika menyediakan layanan :
1 Unit Gawat Darurat 7 Poliklinik Gigi
2 Poliklinik Umum 8 Poliklinik Gizi
3 Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam 9 Rawat Inap
4 Poliklinik Spesialis Bedah 10 Laboratorium
5 Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan 11 Kamar Operasi
6 Poliklinik Spesialis Syaraf 12 Ruang Perawatan Intermediate (IMC)
Oleh karena itu, melihat dan menyesuaikan jenis dan jumlah layanan kami RS Pura Raharja
Medika menyediakan ruang-ruang sebagai berikut ;
1. Ruang Perawatan
Kelas 3 (Cempaka) : 8 ruang
Kelas 2 (Angsana) : 7 ruang
Kelas 1 (Kusuma & Wijaya) : 9 ruang
VIP (Kusuma & Wijaya) : 8 ruang
Unit Stroke : 4 ruang
Unit Kebidanan (Cendana) : 2 ruang
HCU/ IMC : 3 TT
2 6 Ruang Poliklinik 14 Gudang
3 1 Ruang UGD : 7 TT 15 TPS
4 1 Ruang Tindakan 16 Ruang Parkir
5 1 Ruangan OK 17 Publik Area
6 1 Ruangan Apotek 18 5 Ruang Nurse Station
7 1 Ruang Unit Gizi 19 1 Ruang Rekam Medis
8 1 Ruang Dokter Jaga 20 1 Ruang Administrasi & Pendaftaran
9 1 Ruang Radiologi 21 1 Ruang Jenazah
10 1 Ruang Fisioterapi 22 1 Ruang Oksigen
11 1 Ruang Terapi TMS 23 Ruang Cuci dan Jemur
12 1 Ruang USG 24 1 Ruang Genset
13 1 Musholla 25
4
BAB III. Visi, Misi, Falsafah, Nilai, dan Tujuan RS
Terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi pilihan utama masyarakat.
Misi RS Pura Raharja Medika
1. Memberikan pelayanan kesehatan dengan mutu terbaik
2. Berusaha memberikan kepuasan kepada konsumen
3. Menjaga komitmen, kepuasan karyawan, dan kesejahteraan setiap pegawai
4. Mengedepankan efisiensi dalam bidang keuangan dan berusaha meningkatkan
pendapatan
Tujuan RS Pura Raharja Medika
5
BAB IV. STRUKTUR ORGANISASI RS
Lampiran
6
BAB V. STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
7
BAB VI. URAIAN JABATAN
I. IDENTITAS JABATAN
NamaJabatan : Koordinator Unit Laboratorium
AtasanLangsung : Direktur
BawahanLangsung : Pelaksana Unit Laboratorium
8
f. Menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan kerja, serta menjaga keutuhan dan
kelestarian seluruh fasilitas yang ada.
g. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan seluruh staf sesuai dengan
perkembangan ilmu Laboratorium klinik dan tehnologi kedokteran.
h. Menyusun dan melaporkan hasil kegiatan secara periodik sesuai dengan ketentuan
dan prosedur yang berlaku.
i. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan unit-unit kerja lainnya
j. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan terkait dengan bidangnya.
3. Melaksanakan fungsi pengawasan, pengendalian dan penilaian, meliputi :
a. Mengendalikan serta mengevaluasi pola kerja dan pelaksanaan kegiatan dalam
pelayanan laboratorium di rumah sakit.
b. Melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap penggunaan seluruh fasilitas serta
kemampuan SDM di Unit Laboratorium yang ada dan mengupayakan optimalisasi
pemanfaatan asset dan SDM yang tersedia
c. Melaksanakan penilaian hasil kerja staf di Unit Laboratorium untuk meningkatkan
dan mempertahankan mutu pelayanan laboratorium
d. Menjaga rahasia jabatan dan rahasia Rumah Sakit
I. IDENTITAS JABATAN
NamaJabatan : Analis PelaksanaLaboratorium
AtasanLangsung : Koordinator Unit Laboratorium
BawahanLangsung :-
10
VI. INDIKATOR KEBERHASILAN
1) Mutu pelayanan terjaga sesuai standar.
2) Terlaksananya Pelayanan laboratorium secara cepat, tepat, efektif dan efisien.
3) Terlaksananya Program INOS, Patient Safety dan K3
4) Kepuasan pasien/ keluarga pasien mencapai maksimal.
11
BAB VII. POLA KETENAGAAN & KUALIFIKASI PERSONIL
A. KUALIFIKASI KETENAGAAN
Laboratorium Rumah Sakit Pura Raharja Medika memiliki 3 pelaksana teknis yang
masing-masing memiliki kualifikasi pendidikan D3 Analis Kesehatan.Salah satu
pelaksana teknis juga berperan sebagai koordinator Unit Laboratorium yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan di laboratorium.
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Unit Laboratorium memberikan pelayanan 24 jam dengan pengaturan jaga dibagi 3 sift
dengan pembagian sebagai berikut :
1. Jaga Pagi (jam : 07.00 – 15.00)
2. Jaga Siang (jam : 13.00 – 21.00)
3. Jaga Malam (jam : 15.00 – 23.00)
4. On call (jam : 23.00 – 07.00)
Masing-masing shift dengan 1 analis.
C. PENGATURAN JAGA
P A A C C B B A
07.00 – 15.00
13.00 – 21.00
C B A C
S B B A A C C B
15.00 – 23.00
LIBUR C B A
Senin (C), Rabu (B), Jum’at (A), Sabtu (C) = jam 13.00-21.00
SDM Laboran :
No Nama Telp No SIK Ket
1 Ari Kristyaningsih, A.MAK
12
BAB VIII. STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
Keterangan :
1. Ruang Pendaftaran dan Ruang Sampling
2. Ruang Pemeriksaan Sampel
B. STANDAR FASILITAS
1. Tata ruang dan alat penunjang pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
a. Seluruh ruangan laboratorium mudah dibersihkan dan tahan terhadap reaksi
disinfektan
b. Dinding atau tembok harus diporselin setinggi 1,5 meter dari lantai dasar
c. Lebar pintu depan setiap ruangan minimal 1,20 meter
d. Pada tempat yang rawan kecelakaan diberi tanda peringatan
e. Koridor atau gang harus bebas halangan
f. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin
g. Sistem ventilasi harus cukup dan udara dalam ruangan dibuat mengalir searah
13
h. AC/pendingin ruangan harus cukup, bisa menstabilkan suhu ruangan antara
200C-250C
i. Penerangan cukup
j. Tersedianya APAR yang sesuai dengan kebutuhan dan diletakkan pada tempat
yang strategis
k. Penempatan alat-alat laboratorium harus sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan petugas leboratorium
l. Udara di dalam ruangan dibuat mengalir searah
2. Inventaris Laboratorium
a. Inventaris Medis
SATUA JUMLA
NO NAMA BARANG
N H
1 Kulkas buah 1
2 Meja buah 3
3 Kursi buah 2
14
4 Ups buah 1
5 Tempat sampah buah 3
6 File ing kabinet buah 3
7 Ember buah 2
8 Jam dinding buah 1
9 Telepon buah 1
10 AC buah 1
11 Stabiliser buah 1
12 Rak Buku buah 1
13 Cermin buah 1
14 Botol sabun cuci tangan buah 1
15 Sapu buah 1
16 Alat pel buah 1
17 Botol antiseptis buah 1
15
BAB IX. TATA LAKSANA PELAYANAN
Pasien
Pendaftaran
Ditulis dibuku
Hasil
Register
16
B. Pendaftaran dan Pemeriksaan
Dalam melakukan pemeriksaan laboratorium Rumah Sakit Pura Raharja Medika
selalu berdasarkan atas permintaan tertulis dari : Dokter Umum dan Dokter Spesialis
maupun Sub-Spesialis dari dalam rumah sakit maupun dari luar rumah sakit. Bagi pasien
yang periksa laboratorium atas permintaan sendiri juga diperbolehkan langsung
mendaftar di laboratorium.
Setelah membawa surat pemintaan pemeriksaan dari dokter, pasien mendaftar di
laboratorium. Untuk pasien rawat inap, petugas laboratorium mengambil sampel di
bangsal sesuai dengan permintaan pemeriksaan dari bangsal.Sedangkan untuk pasien
UGD, petugas laboratorium juga mengambil di UGD sesuai dengan permintaan.
Pencatatan pelaksanaan kegiatan laboratorium tersebut meliputi :
1. Pencatatan identitas pasien yang meliputi : nama pasien, umur, alamat dan asal
pasien (poli, UGD, bangsal atau mandiri)
2. permintaan pemeriksaan
3. Hasil pemeriksaan
17
Hampir semua pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit Pura Raharja Medika
dikerjakan dengan alat otomatik, meskipun masih ada beberapa pemeriksaan masih semi
otomatik dan manual.
Pemeriksaan darah lengkap dikerjakan dengan alat Analyser Hematologi Mindray
Bc 2800. Pemeriksaan kimia klinik menggunakan alat Photometer Minitecno.
Pemeriksaan HbsAg dan tes kehamilan menggunakan strip test. Pemeriksaan urinalisa
juga menggunakan strip test dan pemeriksaan sedimen secara manual tanpa
pengecatan.Pengecatan BTA juga dilakukan secara manual. Pemeriksaan-pemeriksaan
yang tidak bisa dikerjakan di laboratorium Rumah Sakit Pura Raharja Medika akan
dikirim ke laboratorium rujukan, dalam hal ini adalah Laboratorium RS
HidayatullahYogyakarta atau Laboratorium Cito.
E. Kriteria PemeriksaanLaboratorium
Waktu tunggu hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari jenis danjumlah
pemeriksaan yang dilakukan dan permintaan pemeriksaan seperti permintaan cito dan
permintaan biasa.Adapun kriteria pemeriksaanlaboratorium berdasarkan permintaan,
jenis pemeriksaan danwaktu tunggu hasil laboratorium sebagai berikut:
b. Widal 15 menit
c. GDS 5 menit
b. Widal 20 menit
c. GDS 5 menit
18
Keterangan : Hal tersebut diatas berlaku jika semua alat laboratoriumberada
dalamkondisi baik.
F. Pengelolaan Spesimen
1. Persiapan Pasien :
a. Pemeriksaan gula darah puasa dan 2 jam post prondial.
1) Sebelum pemeriksaan pasien harus berpuasa selama 10 - 12 jam. Pagi hari
pasien diambil darah untuk pemeriksaan glukosa puasa, kemudian pasien
makan dan minum seperti biasa, selesai makan pasien puasa lagi selama 2
jam.
2) Pasien diambil darah dan urine yang kedua untuk pemeriksaanglukosa 2 jam
pp
b. Pemeriksaan Profil Lipid.
Pasien diharuskan puasa selama 10 - 12 jam.
2. Persiapan Alat :
a. Spuit 3 cc
b. Tourniquet
c. Pot urine
d. Objek glass, cover glass
3. Persiapan Bahan :
a. Kapas alkohol
b. Anti koagulan
4. Teknik Pengambilan Spesimen :
a. Darah Vena
1) Catat nama pasien pada tabung
2) Gunakan sarung tangan sebelum pengambilan darah.
3) Pasang tourniquet pada daerah yang akan diambil darahnya.
4) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
5) Tusuk vena dengan jarum spuit atau vacutainer sampai terlihat darah keluar.
6) Pemeriksaan Hematologi lengkap : Darah EDTA 3 ml
7) Pemeriksaan Kimia Klinik : Darah beku 3 ml.
8) Pemeriksaan Immunologi : Darah beku 3 ml.
9) Pemeriksaan Hematologi+Kimia+Imunologi : Darah EDTA+beku 10 ml.
19
10) Asumsi pengambilan darah diatas sesuai dengan jumlah item pemeriksaan
laboratrorium.
11) Tourniquet dilepaskan
12) Cabut jarum dengan menempelkan kapas kering diatasnya.
13) Rekatkan plester hypavix
b. Darah Kapiler
1) Lokasi pengambilan 2/3 ujung jari pada orang dewasa, daun telinga pada
anak, tumit kaki pada bayi.
2) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
3) Tusuk dengan lancet secepat mungkin.
4) Buang tetes darah pertama dengan kapas kering, tetes darah selanjutnya
diambil.
5) Rekatkan lokasi tusukan dengan plester hypavix
c. Darah Arteri
1) Lokasi pengambilan arteri radialis, arteri brachialis, arteri femoralis.
2) Gunakan spuit 1 cc atau 3 cc ambil heparin secara aseptis dan basahi bagian
dalam spuit.
3) Desinfeksi bagian yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
4) Tusuk arteri dengan posisi jarum tegak lurus atau pada sudut 90 derajat.
5) Tarik jarum dari pembuluh darah setelah didapat darah yang dibutuhkan
kemudian ujung jarum ditusuk ke gabus atau karet.
6) Rekatkan plester hypavix.
7) Bolak – balik spuit agar darah tercampur homogen.
d. Urine
1) Urine sewaktu : Untuk urine lengkap, tes kehamilan.
a) Urine yang dikeluarkan pada saat akan diperiksa (sewaktusewaktu)
b) Urine ditampung ke dalam pot urine bersih dan tertutup.
c) Beri label identitas pasien.
2) Urine pagi : Untuk urine lengkap
d) Urine yang pertama dikeluarkan pada pagi hari setelah bangun tidur.
e) Urine ditampung ke dalam pot urine bersih dan tertutup
f) Beri label identitas pasien.
e. Faeces
20
1) Ambil sedikit faeces ke dalam wadah bersih dan bertutup, jangan bercampur
dengan urine.
2) Ambil bagian yang ada darah dan lendirnya.
f. Sputum
1) Ambil sputum dengan metode PS ( pagi baru bangun tidur, sewaktu)
2) Tampung pada wadah bersih, kering dan bermulut besar dan tertutup.
g. Pleura dan cairan tubuh lain
Tampung semua sample/bahan pada wadah bersih, kering, dan bermulut lebar.
h. Sekret / swab
Bahan diambil dari swab vagina, uretra, tenggorok, telinga, hidung sesuai dengan
permintaan dokter.
i. Kultur
Pada pemeriksaan kultur, sample ditampung pada wadah bersih dan steril.
G. Pengolahan Spesimen
H. Penyimpanan Spesimen
Simpan semua specimen sesuai dengan nomor urut, tanggal, dan hariserta
bulanpenyimpanan.
3. Serum
21
Disimpan di freezer selama 10 hari pada suhu -200C, setelah disimpan selama 1
bulan, sisa serum dibuang
4. Darah EDTA
Sisa sample darah EDTA disimpan selama 24 jam pada suhu 80C, setelah itu
dibuang
5. Darah Beku
Sisa sample darah beku disimpan selama 24 jam pada suhu ruangan, (15-300C),
setelah itu dibuang .
6. Urine
Sisa sample urine di simpan pada suhu kamar (15-300C), sampai dengan pergantian
shift kerja, setelah itu dibuang.
7. Faeces
Sisa sample faeces di simpan pada suhu kamar (15-300C), sampai dengan
pergantian shift kerja, setelah itu dibuang.
8. Cairan Tubuh
Sisa sample cairan tubuh di simpan pada suhu 80C selama 1 minggu, setelah itu
dibuang.
LEMAK :
1. Trigliserida Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
2. Kolestrol total Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
3. Kolestrol HDL Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
4. Kolestrol LDL Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
FUNGSI GINJAL :
1. Ureum Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
2. Kreatinin Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
3. Asam Urat Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
BAKTERIOLOGI :
Sputum BTA langsung Sputum Setiap hari ≤ 120 menit
FUNGSI HATI :
1. Protein total Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
2. Albumin Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
3. Globulin Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
4. Bilirubin total Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
5. Bilirubin direk Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
6. Bilirubin indirek Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
7. SGOT Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
8. SGPT Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 60 menit
ELEKTROLIT :
1. Natrium Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
2. Kalium Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
3. Chlorida Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
SEROLOGI :
1. Widal Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 20 menit
2. Dengue IgG danIgM Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 30 menit
3. Anti HIV Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
4. HbsAg Serum 0,5 ml Setiap hari ≤ 30 menit
5. Anti HBs Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
6. Anti HCV Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
7.NS1 Serum 0,5 ml Dirujuk ≤ 3 hari
23
J. Penyampaian Hasil Kritis
Hasil kritis (Critical Value) adalah hasil pemeriksaan laboratorium pada beberapa
parameter dengan hasil diluar rentang normal yang ditetapkan ( terlalu tinggi atau terlalu
rendah), yang harus segera dilaporkan kepada dokter penanggung jawab
pelayanan(DPJP) agar dapat diambil tindakan segera guna mengatasi keadaan /
penyakitnya.
Hasilpemeriksaanlaboratoriumcriticalvaluesegeradikirimkeruanganatau ke unit
pengirim oleh petugas laboratorium sesuai prosedur.Hasil yang belum diambil setelah
diinformasikan lebih dari tiga puluh menit ( 30 menit ), petugas laboratorium wajib
mengingatkan kembali ke ruangan / unit perawatan pasien.Daftar hasil laboratorium
dengan hasil kritis:
24
≥ 50.0
Glukosa Wanita dan anak-anak < 40 mg/dL ≤ 150
Laki – laki < 50
< 30 hari *) > 200
> 30 hari dan < 17 tahun *) > 300
> 17 tahun *) > 450
*) : Laki dan wanita
Ureum Semua umur > 100 mg/dl 11-45
Kreatinin Pasien non hemodialisis ≥ 10 mg/dl 0.7-1.4
Protein Urin Semua umur ≥ +3 Negatif
Sumber :
Fishbach FT. & Dunning MB. A Manual of Laboratory and Diagnostic Test, 8th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
25
4) Sisa spesimen
b. Limbah padat
1) Alat suntik
2) Sarung tangan
3) Kapas
4) Wadah spesimen
5) Kemasan reagen
6) Sisa spesimen
c. Limbah Gas
5. Limbah Berbahaya dan Beracun
Bahan kimia yang digunakan di laboratorium umumnya dalam jumlah sedikit
namun mencakup jenis yang sangat beragam.Pada dasarnya banyak bahan kimia yang
berbahaya karena dapat menimbulkan kebakaran (F-flamabily hazard), ledakan (R-
reactivity/stability hazard), atau gangguan kesehatan (H-healt hazard) bagi petugas
laboratorium. Karena itu mutlak perlu diketahui penggolongan bahan kimia berbahaya
untuk memudahkan pengenalan, cara penanganan dan pengirimannya. Klasifikasi
label derajat bahaya bahan kimia :
a. H-healt hazard
Adalah bahaya terhadap kesehatan.Tingkat bahaya terhadap kesehatan dari bahan
kimia dapat dilihat dari angka yang tertulis pada bagian lebel kemasan berwarna
BIRU. Rinciannya adalah sebagai berikut :
- Angka 4 : dapat menyebabkan kematian atau luka parah meskipun telah
mendapat pengobatan
- Angka 3 : menyebabkan luka serius meskipun telah mendapatkan pertolongan
- Angka 2 : dapat menyebabkan luka dan membutuhkan pengobatan segera
- Angka 1 : dapat menyebabkan iritasi jika tidak diobati
- Angka 0 : tidak menimbulkan bahaya
b. F-flammability hazard
Adalah bahaya mudah terbakar. Kategori ini ditandai dengan warna MERAH, dan
dibagi dalam 5 derajat yang dinyatakan dengan angka yaitu :
- Angka 4 : gas yang sangat mudah terbakar atau cairan yang sangat mudah
terbakar
- Angka 3 : dapat terbakar pada temperatur biasa
- Angka 2 : terbakar jika dipanaskan
26
- Angka 1 : terbakar jika dipanaskan cukup lama
- Angka 0 : tidak akan terbakar
c. R-reactivity/stability hazard
Adalah bahaya karena sifatnya yang tidak stabil atau mudah meledak.Tingkat
stabilitas dan kemungkinan meledaknya bahan kimia tersebut dapat dilihat dari
angka yang tertutup pada bagian label kemasan berwarna KUNING.
- Angka 4 : segera meledak
- Angka 3 : dpat meledak jika dipanaskan dalam ruang tertutup atau ada
pencetus yang kuat
- Angka 2 : umumnya tidak stabil tapi tidak akan meledak
- Angka 1 : umumnya stabil, bersifat tidak stabil pada suhu tinggi dan jika ada
tekanan bereaksi dengan air
- Angka 0 : umumnya stabil dan tidak bereaksi dengan air
d. S/N-specisl notice
Adalah sifat-sifat khusus bahan kimia yang perlu diperhatikan.Sifat tersebut dapat
dilihat dari huruf yang tertulis pada bagian label kemasan berwarna PUTIH. Sifat
yang tertera adalah :
- W : reaktif terhadap air
- ACID : asam
- COR : korosif
- OX : oksodator
- ALK : alkali/biasa
- RAD : radioaktif
Setiap jenis limbah di Rumah Sakit Pura Raharja Medika dibuang dalam wadah
tersendiri yang diberi label sesuai dengan peraturan yang ada.
Bentuk limbah yang dihasilkan dapat berupa :
1. Limbah cair
Pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian, air bekas pencucian alat, sisa
spesimen (darah dan urin)
2. Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sarung tangan, kapas, botol spesimen,
kemasan reagen.
Semua bahan-bahan limbah tersebut dikumpulkan dalam wadah yang sudah
disiapkan dan setiap hari diambil oleh petugas cleaning service untuk disimpan
27
sementara di TPS RSU Pura Raharja Medika untuk selanjutnya diambil dan
dimusnahkan oleh pihak ke – 3 yang telah bekerjasama dengan Rumah Sakit. (PT. Arah)
28
3) Pisahkan dari masing-masing jenis buku, kumpulkan sesuai dengan urutan
bulan dan tahun.
4) Berkas yang telah melewati masa simpan,dimusnahkan dan di buat berita acara
pemusnahan berkas.
f. Laporan bulanan dan tahunan
1) Laporan bulanan dan tahunan di kumpulkan sesuai dengan bulan dantahun
secara berurutan.
2) Simpan dalam box file.
3) Laporan bulanan dan tahunan di simpan oleh ADM laboratoriumselama 3
tahun.
4) Berkas yang telah melewati masa simpan,dimusnahkan dan di buatberita acara
pemusnahan berkas.
29
h. Untuk perawatan setiap 6 bulansekali.
i. Catat suhu lemari es setiap hari.
2. Centrifus
a. Letakkan centrifus pada tempat yangdatar.
b. Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai tiap centrifus.
Bebanharusdibuatseimbangsebelumcentrifusdijalankan,kecualipada sentrifus
mikrohematokrit karena tabung kapiler sangat kecil.
c. Pastikanbahwa penutup telah tertutup dengan baik dan kencangsebelum centrifus
di jalankan.
d. Bersihkandindingbagiandalamdenganlarutanantisepticsetiapminggu atau bila
terjadi tumpahan atau tabung pecah.
e. Pada pengguna sentrifuge mikro hematokrit,tabung kapiler harusditutup pada
salah satu ujungnya untuk menghindari keluar darahnya.
f. Periksa bantalan pada wadah tabung, bila bantalan tidak ada maka
tabungmudahpecahwaktudicentrifuskarenaadanyagayasentrifugal yang kuat
menekan tabung kaca ke dasar wadah,bantalanharus sesuai dengan ukuran dan
bentuk tabung.
g. Putartombolkecepatanpelan-pelansesuaikecepatanyangdiperlukan.
h. Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suaraaneh.
i. Jangan mengoperasikan sentrifuge dengan tutupterbuka.
j. Janganmenggunakansentrifugedengankecepatanyanglebihtinggidari keperluan.
k. Jangan membuka tutup sentrifuge sebelum sentrifugebenar-benartelah berhenti.
l. Perawatan setiaptahun.
3. Mikroskop
a. Mikroskop di letakkan di tempat yangdatar.
b. Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa objektif 10x dulu, bila saranan
jelas, perbesar dengan objektif 40x, dan bila perlu
dengan100x.Untukpembesaran100xgunakandenganminyakimersi.
c. Bersihkan lensa dengan kertas lensa yang di basahi dengan xylol
setiapharisetelahselesaibekerja,terutamabilaterkenaminyakimersi.
d. Janganmembersihkan/merendamlensadenganalcoholatausejenisnya karena akan
melarutkan perekatnya sehingga lensa dapat lepas dari rumahnya.
e. Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atauobjektif,karenakotoran
akan mudah masuk.
30
f. Saat mikroskop di simpan, lensa objektif 10x atau 100x tidak boleh berada pada
satu garis dengan kondensor, karena dapat
mengakibatkanlensapecahbilaulirmakrometerdanmikrometernyasudah rusak.
g. Membersihkan dan melumasi peyangga setiapminggu.
h. Mikroskop di simpan di tempat yang kelembapannya rendah,janganmenyentuh
lensa dengan jari.
i. Periksa kelurusan sumbu kondensor setiapbulan.
4. Fotometer /spectrometer
a. Gunakan lampu yang sesuai dengan masing- masing jenisfotometer.
b. Tegangan listrik harusstabil.
c. Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5 – 30 menit ( tergantungjenis / merek alat),
supaya cahaya lampu menjadi stabil.
d. Monokromator atau filter harus bersih, tidak lembab, tidakberjamur.
e. Kuvet ( tergantung jenisnya ) harus tepat meletakkannya,sisi yang dilalui cahaya
harus menghadap ke arah cahaya, bagian tersebut
harusbersih,tidakadabekastangan,goresanataupunembun. Untuk menghindari hal
tersebut pegang kuvet di ujung dekat permukaan.
f. Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapat melalui isikuvet.
g. Tidak boleh ada gelembung udara dalamkuvet.
h. Untuk pemeriksaan enzimatik, kuvet harus di inkubasi pada suhuyang sesuai
dengan suhu pemeriksaan.
i. Amplifer / pengolah signal harus berfungsi denganbaik.
j. Jangan menyentuh lampu dengan tangan, karena lemak dari tangan yang melekat
pada permukaan lampu akan menimbulkan bekas yang
sulitdihilangkan,bilatersentuhtanganwaktumenggantilampu, segera bersihkan
dengan alcohol.
5. Pipet
a. Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukan yaitu : pipet transfer yang
dipakai untuk memindahkan sejumlah volume cairan yang tetap dengan teliti,
serta pipet ukur yang dipakaiuntuk memindahkan berbagai volume tertentu yang
diinginkan.
b. Gunakanpipetyangbersihdankeringsertaujungnyamasihutuhdan tidak retak.
c. Cara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenispipet.
d. Pemipetan cairan tidak boleh menggunakanmulut
31
e. Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan dengan
caramenempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan dahulu bagian luarnya
dengan kertas tissue pada dinding wadah / bejanadalam posisi tegak lurus dan
cairan di biarkan mengalir sendiri.
f. Pipetvolumetrik tidak bolehditiup.
g. Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian atas, setelah semua cairan
dialirkan maka sisa cairan diujung pipet dikeluarkan dengan ditiup memakai alat
bantupipet.
h. Pipet ukur yang tidak memiliki cincintidak bolehditiup.
i. Pipetdenganvolumekecil(1–500ul),harusdibilasuntuk mengeluarkan sisa cairan
yang menempel pada dinding bagian dalam.
j. Pipetyangsudahdipakaiharusdirendamdalamlarutanantiseptic, kemudian baru
dicuci.
6. Pipetsemiotomatik
a. Pada pipet semiotomatik, tip pipet tidak boleh dipakai ulang, karena pencucian tip
pipet akan mempengaruhi kelembapan plastik tip pipet, juga pengeringan
seringkali menyebabkan tip meramping danberubah bentuk saat pemanasan.
b. Penggunaan tidak boleh melewati batas skala tip danpipetnya.
c. Tip yang digunakan harus terpasangerat.
d. Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik di dalam rak
pipet.
7. Alat gelas
b. Untuk pemakaian ulang, cuci gelas dengan detergen (sedapatnya netral ) dan
oksidan (hipoklorit), kemudian bilas dengan aquades. Pencucian alat
laboratorium:
1) Cairanpencuci: larutan netral 2%
2) Cairanpelarut: extran netral 20ml
3) Airsampai: 1liter
Cara pencucian :
1) Rendam alat yang di cuci dalam air sampai bersih, kemudian rendam dalam
larutan extran netral 2 % selama 2 – 24 jam, bila alat terlalu kotor rendam
lebihlama.
32
2) Setelahitubilasdenganairsampaisisa–sisalarutanextran tidak tertinggal pada alat
yang dicuci.
3) Alat kaca dimasukkan dalam incubator dengan suhu 50 – 60 °C dan alat plastic
di keringkan dengan suhu kamar 15 -25°C
N. Troubleshooting
Dalam melakukan pemeriksaan leboratorium, seringkali terjadi suatu
ketidakcocokan hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita inginkan yang
mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan pada peralatan.Untuk itu perlu
adanya pemecahan masalah (troubleshooting). Troubleshooting adalah proses atau
kegiatan untuk mencari penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan dan
memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya. Semakin canggih suatu alat
akan semakin kompleks permasalahan yang mungkin terjadi.
Biasanya masing-masing alat dilengkapi dengan buku panduan penggunaan alat,
termasuk troubleshooting jika ada suatu gangguan pada alat. Dalam kondisi dimana
troubleshootingtidak mampu dilakukan sendiri, maka pihak laboratorium akan
menghubungi teknisi untuk memecahkan masalah. Adanya lebih dari 1 alat juga bisa
menjadi solusi, jika alat yang 1 sedang tidak bisa dipakai maka bisa dipakai alat lain
sehingga pelayanan tidak terganggu.
O. Pelayanan Rujukan
Beberapa parameter pemeriksaan belum bisa dikerjakan di laboratorium Rumah
Sakit Pura Raharja Medika seperti pemeriksaan bilirubin, elektrolit, beberapa jenis
pemeriksaan hormon, protein, tumor marker dan beberapa jenis pemeriksaan canggih
lainnya. Dalam hal ini sampel akan dikirim ke laboratorium rujukan yang sudah ditunjuk
secara resmi oleh rumah sakit karena beberapa pertimbangan. Dalam hal ini, yang
ditunjuk oleh rumah sakit adalah laboratorium Rumah sakit Islam Hidayatullah dan
laboratorium Cito.
Petugas laboratorium mengisi formulir rujukan pemeriksaan laboratorium yang
akan dikirim meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin dan jenis pemeriksaan serta
ditujukan kepada laboratorium mana sampel tersebut harus dirujuk. Petugas
laboratorium mencatat dibuku rujukan meliputi tanggal pengiriman sampel, identitas
pasien, permintaan pemeriksaan laboratorium dan tempat rujukan. Petugas laboratorium
menyiapkan sampel yang akan dikirim, khusus sampel serum dimasukkan pada cup
sampel lalu ditutup parafin untuk mencegah kebocoran. Petugas laboratorium menelpon
33
tempat rujukan yang dituju untuk mengambil sampel yang akan dirujuk. Petugas
laboratorium menyerahkan sampel pada kurir, setelah kurir dari tempat rujukan datang,
untuk tempat rujukan yang belum ada kerjasama sampel diantar oleh kurir rumah sakit.
Petugas pengirim sampel memeriksa kelengkapan data dan sampel. Petugas pengirim
sampel memasukkan sampel dalam plastik yang disertai dengan blanko rujukan.
34
BAB X. LOGISTIK
A. Pengertian Umum
Logistik merupakan suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai
perencanaan dan penentuan kebutuhan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan
serta penghapusan material/alat. Dalam pelaksanaan pembangunan pengelolaan logistik
merupakan salah satu unsur penunjang utama sistem administrasi yang berhubungan erat
dengan unsur sistem administrasi lainnya.
Logistik adalah bagian dari instansi yang tugasnya adalah menyediakan
bahan/barang yang dibutuhkan untuk kegiatan operasional instansi tersebut dalam
jumlah, kualitas, dan pada waktu yang tepat dengan harga serendah mungkin.
Kegiatan logistik secara umum mempunyai tiga tujuan :
1. Tujuan operasional adalah agar tersedia barang, serta bahan dalam jumlah yang tepat
dan mutu yang memadai.
2. Tujuan keuangan meliputi pengertian bahwa upaya tujuan operasional dapat
terlaksana dengan biaya serendah-rendahnya.
3. Sementara itu tujuan pengamanan bermaksud agar persediaan tidak terganggu oleh
kerusakan, pemborosan, penggunaan tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang
tidak wajar lainnya, serta nilai persediaan yang sesungguhnya dapat tercermin di
dalam sistem akuntansi.
Perencanaan pengadaan barang logistik harus sedemikian rupa sehingga akan
siap tersedia pada saat dibutuhkan, tetapi tidak terlalu banyak. Ini berarti bahwa harus
ada perencanaan yang baik dalam menentukan kebutuhan, baik mengenai saatnya
maupun jumlah suatu barang atau bahan yang diperlukan untuk tersedia.Barang yang
sudah ada dalam persediaan harus pula dijaga agar tetap baik mutunya maupun
kecukupan jumlahnya, serta keamanan penyimpannya.Untuk itu diperlukan suatu
perencanaan dan pengaturan yang baik untuk memberikan tempat yang sesuai bagi setiap
barang atau bahan yang disimpan, baik dari segi pengamanan, penyimpanan, maupun
dari segi pemeliharaannya.
35
komunikasi, pengurusan dan penyimpanan) telah dilaksanakan sejak awal spesialisasi
komersial. Fungsi manajemen logistik merupakan suatu proses yang terdiri dari :
1. Fungsi perencanaan dan penentuan kebutuhan
2. Fungsi penganggaran
3. Fungsi pengadaan
4. Fungsi penyimpanan dan penyaluran
5. Fungsi pemeliharaan
6. Fungsi penghapusan
7. Fungsi pengendalian
36
logistik yang efektif adalah mengembangkan usaha yang seimbang antara prestasi
pelayanan yang diberikan dengan biaya yang dikeluarkan.
Logistik di Unit Labortorium Rumah Sakit Umum Pura Raharja Medika meliputi :
1. Logistikumum (alat Tulis)
Logistik umum meliputi alat-alat tulis seperti buku, bulpen, penggaris, tip-x, lem,
staples, amplop, tissu, nota lab, dan form hasil pemeriksaan laboratorium. Form hasil
pemeriksaan laboratorium meliputi hematologi/darah rutin, urin, feses, serologi, dan
kimia klinik. Permintaan logistik umum tersebut dilakukan dengan cara mencatat
kebutuhan yang diminta pada buku permintaan logistik umum yang sudah disediakan
dan kemudian nanti akan diantar ke laboratorium oleh petugas logistik.
37
g. Pemasok/vendor
h. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan
i. Terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Ditjen Yanfar dan
alkes depkes
3. Perencanaan/Pengadaan
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Tingkat persediaan
b. Perkiraan jumlah kebutuhan
c. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan
Pengadaan bahan medis habis pakai untuk kebutuhan seluruh unit di RSU Pura
Raharja Medika dilakukan oleh unit farmasi, dan laboratorium hanya
merencanakan kebutuhan di laboratorium sendiri. Proses pengadaan reagen
laboratorium secara umum dibedakan menjadi pengadaan KSO (kerjasana
operasioanal) dan non KSO.
a. Pengadaan Reagen/ Logistik Laboratorium Non KSO
dilakukan oleh unit farmasi, laboratorium hanya merencanakan kebutuhan di
unit laboratorium kemudian mengajukan permintaan ke unit farmasi dengan
persetujuan direktur
b. Pengadaan reagen KSO
1) Perusahaan yang melakukan KSO di unit laboratorium RS wajib
menyediakan reagen dan bahan penunjang lainnya sesuai MOU dan tidak
boleh kosong selama masa kontrak.
2) Pengiriman reagen dapat dilakukan secara berkala atau untuk kebutuhan
satu bulan sekaligus.
3) Memonitoring ketersediaan reagen dilakukan setiap hari oleh koordinator
pelayanan atau analis yang ditunjuk secara berkala.
4) Permintaan reagen dapat dilakukan setiap saat oleh koordinator
pelayanan/analis yang ditunjuk melalui telepon saat atau komunikasi
langsung di bawah koordinasi koordinator pelayanan.
5) Pengiriman reagen dengan menggunakan tanda terima minimal 2 lembar,
1 lembar untuk unit laboratorium RS, 1 lembar untuk bagian
pengadaan/Farmasi.
38
6) Penerimaan reagen dapat dilakukan oleh koordinator pelayanan/analis
yang ditunjuk dengan menandatangani tanda terima tersebut kepada
koordinator pelayanan.
39
BAB XI. KESELAMATAN PASIEN
A. Pendahuluan
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah
sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : assesment resiko,
identifikasi dan pengelolaan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi meminimalkan resiko.
Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
Laboratorium klinik adalah bagian dari rumah sakit dengan lingkungan yang memiliki
resiko terhadap keselamatan pasien.Untuk itu masalah patient safety ini harus senantiasa
diperhatikan. Beberapa kondisi yang termasuk dalam area patient safety :
1. Kejadian tidak diharapkan (KTD) / adverse Event : suatu kejadian yang tidak diharapkan
sehingga mengakibatkan pasien cedera akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien.
2. Kejadian nyaris cedera (KNC) / Near miss : suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan tindakan yang seharusnya diambil yang dapat
mencederai pasiem, tetapi cedera serius tidak terjadi karena faktor keberuntungan.
3. Kejadian tidak cedera (KTC) No harm event : suatu kejadian akibat melaksanakan suatu
tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil tapi tidak mencederai
pasien.
4. Kejadian potensial cedera (KPC) : suatu kejadian yang memungkinkan mencederai
pasien karena suatu tindakan tapi belum terjadi.
5. Kejadian sentinel / Sentinal event : suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau
cedera yang serius, seperti operasi pada bagian tubuh yang salah.
40
1. Tahap Pra-Analitik
Pada tahap pra analitik ini, ada beberapa faktor yang tidak bisa dikendalikan oleh
laboratorium sehingga diperlukan kerjasama yang baik antara petugas, pasien dan dokter
karena tanpa kerjasama yang baik, maka akan mempengaruhi hasil pemeriksaan
laboratorium. Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan keselamatan
pasien pada tahap ini adalah :
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir laboratorium
Pada tahap ini perlu diperhatikan apa yang diinstruksikan dokter untuk
dipindahkan ke dalam formulir permintaan pemeriksaan laboratorium, hal ini
penting untuk menghindari pengulangan pemeriksaan yang dapat merugikan
pasien maupun laboratorium. Formulir pemeriksaan harus ditulis secara lengkap,
meliputi identitas pasien (nama, no. Rekam Medis, umur, jenis kelamin,
alamat/ruangan), data klinis/diagnosa, dokter pengirim, riwayat pengobatan yang
diberikan dan tanggal permintaan pemeriksaan.
b. Persiapan penderita
1) Makanan dan minuman
Pada beberapa pemeriksaan laboratorium, makanan dan minuman sangat
berpengaruh terhadap interpretasi hasil pemeriksaan baik secara langsung
maupun tidak langsung.Contoh : pada pemeriksaan gula darah puasa dan
trigliserida, pasien dianjurkan puasa sekurang-kurangnya 10 jam agar
menghasilkan pemeriksaan yang akurat.
2) Perokok
Perokok yang sudah lama akan mengakibatkan penurunan Hb dan jumlah
eritrosit, penurunan MCV, penurunan jumlah lekosit, dan penurunan hormon
insulin.
3) Stress
Baik stres fisik maupun mental akan mempengaruhi produksi CHT, kortisol,
kathekolamin, penurunan HDL, dan totral kolesterol
4) Variasi harian
Pada tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dalam tubuh dari
waktu ke waktu yang disebabkan oleh fluktuasi harian (variasi diurnal)
c. Persiapan alat
Peralatan secara umum harus memenuhi syarat : bersih, kering, tidak
mengandung bahan kimia atau detergen, terbuat dari bahan-bahan yang tidak
41
mengubah zat-zat yang ada pada spesimen, tidak merembes atau bocor, besar wadah
sesuai dengan volume spesimen. Untuk sputum, urin dan feses sebaiknya dengan
wadah yang bermulut lebar. Khusus untuk pengambilan darah sebaiknya dipakai :
kapas alkohol 70%, spuit 3 cc sekali pakai dan penampung yang berlabel baik yang
mengandung antikoagulan ataupun tidak.
d. Pengambilan sampel
Pada setiap pengambilan sampel perlu diperhatikan mengenai kelengkapan alat
yang digunakan.Pastikan alat sudah lengkap dan steril. Lakukan pendekatan terhadap
pasien dan keluarganya dan jelaskan apa yang mau dilakukan supaya pasien tidak
takut dan merasa nyaman. Periksa kembali identitas pasien dan teliti kembali formulir
permintaan pemeriksaan untuk menghindari kesalahan dan pengulangan dalam
pengambilan sampel.Pada pengambilan darah vena hindari pemasangan torniquet yang
terlalu lama, dan untuk darah kapiler jangan melakukan pemencetan dengan jari.
e. Penanganan awal dan transportasi sampel
Pada tahap ini ada beberapa hal yang sering menjadi sumber kesalahan :
1) Kesalahan dalam mengidentifikasi pasien
2) Kesalahan dalam pemberian label spesimen
3) Kesalahan dalam pencampuran
4) Pemakaian antikoagulan
5) Terjadinya hemolisis / hemokonsentrasi
6) Penundaan pengiriman sampel ke laboratorium
7) Sampel terpapar suhu yang ekstrim
8) Kesalahan dalam proses separasi sampel/preparasi
9) Kesalahan dalam penyimpanan sampel sebelum analisa pemeriksaan
2. Tahap analitik
Tahap analitik merupakan tahap pemeriksaan sampel dalam laboratorium, dimana hasil
pemeriksaan laboratorium tergantung dari beberapa hal :
a. Peralatan laboratorium
Persiapan alat laboratorium merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan, untuk itu pengecekan alat perlu dilakukan diantaranya :
1) Kalibrasi alat
2) Suhu sesuai dengan yang telah ditetapkan
42
b. Metode pemeriksaan
Perlu dipahami betapa pentingnya pemahaman ulang terhadap prosedur kerja
pemeriksaan misalnya :
1) Masa inkubasi
2) Preparasi reagensia
3) Aplikasi pipeting
c. Pemilihan reagensia
Pemakaian reagensia di laboratorium memerlukan perhatian diantaranya :
1) Penanganan, persiapan dan penyimpanan reagensia
2) Perimbangan kebutuhan reagensia
3) Pemakaian reagensia
4) Batas kadaluarsa
d. Sumber daya manusia
Perekrutan dan pelatihan pegawai laboratorium yang baik akan menghasilkan
tenaga leboratorium yang handal. Penempatan pegawai yang sesuai dengan bidang
keahliannya juga akan berdampak pada mutu laboratorium itu sendiri.
3. Tahap pasca analitik
Pada tahap pasca analitik keselamatan pasien lebih ditekankan pada :
a. Penulisan hasil pemeriksaan
Penulisan hasil pemeriksaan laboratorium harus dapat dibaca, tanpa kesalahan dalam
tulisan. Laporan hasil laboratorium setidaknya harus memuat :
1) Identifikasi dari pemeriksaan yang jelas dan tidak meragukan
2) Identifikasi laboratorium yang mengeluarkan hasil
3) Identifikasi khas dan bila mungkin lokasi pasien serta tujuan pelaporan
4) Nama dan identitas pemohon
5) Tanggal dan waktu pengumpulan sampel primer
6) Tanggal dan penerbitan laporan
7) Interpretasi hasil
8) Tanda tangan atau otorisasi petugas yang memeriksa atau mengeluarkan hasil
pemeriksaan
4. Pelaporan insiden keselamatan pasien
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi resiko, salah satu
caranya adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan insiden keselamatan pasien
(IKP) dan sistem analisis. Sistem pelaporan tersebut dapat dipastikan akan mengajak
43
semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang terjadi
pasa pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya pencegahan
terjadinya error sehingga diharapkan dapat mendorong dilakukannya investigasi lebih
lanjut. Di laboratorium klinik terdapat beberapa hal yang termasuk dalam kategori
insiden diantaranya adalah : salah pemeriksaan/interpretasi hasil, sampel hilang, sampel
tertukar, sampel tidak dapat diperiksa karena salah pengambilannya, sampel rusak
karena salah penyimpanan dan pemeriksaan yang tidak sesuai indikasi/berlebihan.
5. Tujuh langkah menuju keselamatan pasien
a. Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
b. Pimpin dan dukung staf anda
c. Integrasikan aktivitas pengelolaan resiko
d. Kembangkan sistem pelaporan
e. Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien
f. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
g. Cegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
6. Lima saat untuk cuci tangan
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum tindakan aseptis
c. Setelah terkena cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
44
BAB XII. KESELAMATAN KERJA
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan sumber daya yang paling penting diantara
sumber daya-sumber daya yang dimiliki oleh sebuah perusahaan atau organisasi.SDM yang
berkualitas adalah asset yang sangat berharga, oleh karena itu pengelolaan SDM yang baik
sangat perlu dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi yang telah ditentukan.
Visi RS Pura Raharja Medika adalah terwujudnya rumah sakit yang unggul dan menjadi
pilihan utama masyarakat.Untuk mencapai hal itu diperlukan SDM yang berkualitas yang hanya
dapat dicapai dengan pengembangan SDM (pendidikan berkelanjutan, pelatihan kursus, dll),
pemberian kompensasi yang wajar dan pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja.
Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan dewasa ini sudah menjadi
keharusan bagi setiap perusahaan atau organisasi.Upaya ini dilakukan untuk memperoleh
kualitas kesehatan yang baik serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi karyawan dalam
bekerja. Adanya jaminan pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan di
Instansi laboratorium Klinik maka diharapkan visi RS Pura Raharja Medika akan terwujud.
46
f. Lantai laboratorium harus bersih, kering dan tidak licin
g. Sistem ventilasi harus cukup dan udara dalam ruangan dibuat mengalir searah
h. AC/pendingin ruangan harus cukup, bisa menstabilkan suhu ruangan antara 200C-
250C
i. Penerangan cukup
j. Tersedianya APAR yang sesuai dengan kebutuhan dan diletakkan pada tempat
yang strategis
k. Penempatan alat-alat laboratorium harus sedemikian rupa sehingga tidak
membahayakan petugas leboratorium
l. Udara di dalam ruangan dibuat mengalir searah
2. Penanganan dan penyimpanan bahan-bahan kimia
Syarat-syarat penyimpanan :
a. Bahan beracun
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar
3) Jauhkan dari bahan yang mungkin mudah bereaksi
4) Beri tanda bahan beracun
b. Bahan korosif
1) Tempatkan pada ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari bahan beracun
3) Beri tanda bahan korosif
c. Bahan mudah terbakar
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari panas dan api
3) Jauhkan dari bahan oksidator
4) Beri tanda bahan mudah terbakar
d. Bahan mudah meledak
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari panas dan api
3) Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar
4) Hindarkan dari gesekan / tumbukan mekanik
e. Bahan oksidator
1) Ruangan dingin dan berventilasi
2) Jauhkan dari sumber api dan panas
47
3) Jauhkan dari bahan mudah terbakar atau zat reduktor
f. Gas bertekanan
1) Disimpan dalam keadaan tegak dan terikat
2) Ruangan dingin dan tidak terkena sinar matahari langsung
3) Jauhkan dari api dan panas
4) Jauhkan dari bahan korosif yang dapat merusak kran dan katup
g. Lain-lain
1) Untuk bahan kimia yang mempunyai efek toksik, kersinogenik, teratogenik
atau yang bersifatasam kuat / basa kuat, jika akan menggunakan harus
dilakukan di almari asam dan petugas harus menggunakan alat pengaman,
sarung tangan, masker, kacamata pelindung.
2) Penempatan bahan-bahan kimia harus dipisah-pisahkan sesuai dengan
golongan dan sifatnya
3) Dalam melarutkan antara golongan bahan kimia yang satu dengan yang lain
harus sesuai denan protap, jangan melakukan dengan cara coba-coba.
4) Limbah reaksi bahan kimia harus dibuang pada saluran limbah khusus
dengan air yang mengalir
5) Hindari memipet dengan menggunakan mulut, sebaiknya menggunakan alat
bantu memipet, klinipette, dispenser, feeling pipet.
3. Pencegahan infeksi bagi petugas laboratorium
a. Melakukan 6 langkah cuci tangan menggunakan sabun /desinfektan pada 5 saat
b. Gunakan sarung tangan dan masker jika melakukan penanganan sampel
c. Jangan menyentuh mulut, mata, lubang hidung atau menggaruk-garuk bagian
tubuh manapun.
d. Selama melakukan pekerjaan diusahakan sedikit mungkin untuk berbicara
e. Tutup spuit sesudah dipakai untuk mengambil sampel darah
f. Hindari memipet dengan mulut, seharusnya menggunakan alat bantu memipet,
klinipette, dispenser, feeling pipet.
4. Sarana dan prasarana K3 laboratorium yang perlu disiapkan
a. Jas laboratorium lengan panjang
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki / sepatu tertutup
e. Wastafel yang dilengkapi dengan sabun (skin desinfektan) dan air mengalir
48
f. Pipeting
g. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum dan lancet
5. Penanganan pada keadaan darurat
a. Sistem tanda bahaya
b. Sistem evakuasi
c. Perlengkapan P3K
d. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau luar laboratorium
e. Sistem informasi darurat
f. Alat pemadam kebakaran, masker, dan sumber air terletak pada lokasi yang
mudah dicapai
C. Keselamatan dan kesehatan kerja di Laboratorium RS Pura Raharja Medika
Laboratorium RS Pura Raharja Medika merupakan bagian dari rumah sakit yang
berkaitan erat dengan masalah K3 karena pekerjaan yang berhubungan denan berbagai
bahan dan bahan infeksius. Beberapa hal yang sudah dilakukan dalam rangka menjamin
keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium adalah :
1. Pembuatan program pemeliharaan dan keselamatan kerja karyawan
a. Pemeriksaan general chek-up untuk karyawan setahun sekali
b. Pemeriksaan skrining HbsAg untuk karyawan setahun sekali
c. Pendidikan dan pelatihan K3 untuk karyawan
2. Menggelorakan budaya cuci tangan dengan program “lima saat untuk cuci tangan” :
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum tindakan aseptis
c. Sebelum terkena cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
3. Membuat Protap (Prosedur tetap) yang berkaitan dengan K3 sebagai pedoman kerja
bagi karyawan :
a. Protap tentang pencegahan bahaya/kecelakaan fisik, kimia dan biologis di
laboratorium
b. Protap tentang pemeliharaan kesehatan bagi petugas di laboratorium
c. Protap tentang penanggulangan kecelakaan kerja di laboratorium
d. Protap tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di labortorium
e. Protap tentang penanganan spesimen di laboratorium
49
BAB XIII. PENGENDALIAN MUTU
A. Pendahuluan
Semakin pesatnya kemajuan teknologi serta meningkatnya pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan akan tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan termasuk pelayanan kesehatan di rumah sakit, baik rumah sakit pemerintah
maupun swasta. Sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, pelayanan laboratorium
sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan berbagai program dan upaya kesehatan, dan
dimanfaatkan untuk keperluan penegakan diagnosis, pemberian pengobatan, dan evaluasi
hasil pengobatan serta pengambilan keputusan lainnya.Tanggung jawab laboratorium
sebagai penunjang pelayanan medis di rumah sakit terhadap klinisi maupun pasien cukup
berat.Mereka pasti berharap, hasil pemeriksaan yang diminta adalah hasil yang benar-benar
valid dan terjamin mutunya.
Tuntutan akan mutu hasil pemeriksaan laboratorium yang baik, tidak hanya datang
dari para dokter klinisi tetapi juga langsung dari masyarakat. Hal ini merupakan tantangan
yang cukup berat bagi personil laboratorium.Upaya yang nyata untuk menjawab tantangan-
tantangan ini adalah pelaksanaan program pemantapan mutu laboratorium yang sering
dinamakan kontrol kualitas (quality control/QC).Kontrol kualitas merupakan suatu
rangkaian pemeriksaan analitik yang ditujukan untuk menilai kualitas data analitik. Dengan
melakukan control kualitas, kita akan mampu mendeteksi kesalahan analitik, terutama
kesalahan-kesalahan yang dapat mempengaruhi kemanfaatan klinis hasil pemeriksaan
laboratorium. Kontrol kualitas ini merupakan bagian dari proses yang lebih besar yaitu
penjaminan mutu (quality assurance/QA).
50
2. Manfaat Pemantapan Mutu Laboratorium
a. Manfaat Pemantapan Mutu Internal (PMI)
1) Mutu hasil pemeriksaan laboratorium meningkat (presisi dan akurasi baik)
2) Kepersayaan dokter terhadap hasil leboratorium meningkat sehingga bisa
menekan biaya perawatan kesehatan
3) Kepercayaan yang tinggi terhadap hasil laboratorium akan membawa pengaruh
pada moral personil laboratorium, meningkatkan kepercayaan diri yang pada
akhirnya akan meningkatkan disiplin kerja.
b. Manfaat Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
1) Personil laboratorium akan mengetahui akurasi setiap metode pemeriksaan
laboratorium yang dikerjakan (perbandingandengan nilai target)
2) Personil laboratorium dapat membandingkan mutu laboratoriumnbya dengan
laboratorium lain
3) Variasi hasil pemeriksaan antara satu laboratorium dengan laboratorium lain
menjadi semakin kecil
4) Dengan program PME dapat diketahui macam alat, reagen atau metoda yang
mutunya baik (presisi dan akurasinya baik)
51
dan komputerisasi maupun sistem informasi dapat mengurangi kesalahan pasca-analitik
ini.Program pemantapan mutu harus sampai dengan keputusan harian yang tidak hanya
berdasarkan makna analitik, tetapi juga mempertimbangkan makna klinik dari data
pemantapan mutu.
a) Carapengambilan
b) Jumlah bahan yang dibutuhkan
c) Waktu pengambilan
d) Tempat pengambilan
e) Wadah
3) Pemberianidentitas
52
Pemberian identitas ini adalah hal yang sangat penting di laboratorium dalam
menerima sampel baik darah, urin, feses, maupun dahak harus memuat data
minimal 2 tanda pengenal yaitu :
a) Nama
b) No. Rekam Medis
Dan akan lebih lengkap apabila disertakan Pengirim, Tanggal specimen diterima,
Diagnosa, Nama petugas penerimas pesimen, Tanggal spesiman selesai diperiksa, dan
Nama pemeriksa
4) Pengiriman sampel
a) Bahan darah, urin dan dahak harus secepatnya dikirimke laboratorium.
b) Untuk pengiriman bahan (serum darah) yang
jauhharusmemakai pendingin/esbatu
5) Penyimpansampel
a) Bahan urin bisa ditambahkan pengawet
b) Serum beku bisa disimpan tiga hari sampai satu bulan
didalam freezermaksimal
c) Disimpan dalam suhu 2 – 8 derajat celciusdengan batas
simpan 7hari
d) Suhu kamar dengan batas simpan 24 jam,kecuali untuk
pemeriksaan glukosa, creatinin danbilirubin.
6) Persiapan pemeriksaansampel
a) Sampel untuk pemeriksaan kimia darah supaya
didiamkan setengah jam sebelumdicentrifuge.
b) Setelah dicentrifuge serum harus segera
dipisahkan(menjaga stabilitas)
7) Pengujian kwalitas aquadest dan reagensia yang digunakan:
a) Pengujian mutu aquadest harus sesuai dengan spesifikasiaquades yang dimuat
dalam buku referensi Farmakope Indonesia dan buku standar lain.
b) Pengujian mutu reagen dapat berupa : pemeriksaa label,tanggal kadaluarsa.
Uji fisik meliputi wujud, warna, kejernihan, larutan, konsistensi dan lain-
lain
b. Tahap analitik
1) Pengolahan sampel:
a. Sampel darah, urin, feses harus segera sampai dilaboratorium.
b. darah segeradisentrifus
c. Bahan yang lain sesuai dengan permintaanpemeriksaan.
53
2) Kalibrasi Peralatan:
a. Kalibrasi pipet dengan cara : mengisi larutan dan ditimbangpada
timbangananalitik.
b. Kalibrasi alat kimia klinik dengan blangko dankalibrator
c. 1000/2000 jam lampu harus sudah diganti sesuai dengan jenisalat.
3) Uji Ketelitian danKetepatan
Uji ketelitian dan ketepatan dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
control yang telah diketahui nilainya. Pemeriksaan bahan control dilakukan tiap
hari. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui ketepatan dan mengetahui
ketelitian dari sampel.
c. Tahap PascaAnalitik
Pencatatan, interpretasi dan pelaporan hasil pemeriksaan :Kegiatan pencatatan dan
pelaporan harus dilaksanakan dengan cermat danteliti karena dapat mempengaruhi
hasil pemeriksaan dan dapat mengakibatkan kesalahan dalam intepretasi hasil.
2. Pemantapan Mutu Eksternal
Pemantapan Mutu Ekternal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak lain diluar
laboratorium secara periodik untuk memantau dan menilai penampilan laboratorium
dalam bidang pemeriksaan yang ditentukan.Tujuannya untuk membandingkan hasil
pemeriksaan dari laboratorium lain yang mempunyai metode pemeriksaan yang sama
atauberbeda. Prosedur tetap pemantapan mutu external sebagai pedoman bekerja di
laboratorium dan harus dipatuhi oleh semua petugas.
Pelaksanaan Pemantapan Mutu Eksternal
a) Persiapan
1) Setiap tahun dilaksanakan 2siklus
2) Calon peserta mengirim suratpendaftaran
3) Calon peserta mengirim kembali dan mendaftar denganmembayarbiaya PME
4) Calon peserta diseleksi, bila OK diberi nomerpeserta
5) Peserta dikirim bahan control ( serum control)
b) Pengiriman serum control
1) Serum control dikirim sekaligus kepadapeserta
2) Dokumen lengkap: Formulirhasil, petunjukpelaksana, daftar alat danreagen,
daftar pemeriksa
3) Dikirim kepada kepala laboratorium atau Direktur RumahSakit
Bahan control dapat dibedakan berdasarkan:
1) Sumber bahancontrol
54
Bahan kontrol dapat berasal dari manusia, binatang atau merupakan
bahankimiamurni. Apabila bahan yang diperiksa adalah dari manusia maka
lebih baikmenggunakan bahan control darimanusia.
2) Bentuk bahan control
Menurut bentuknya bahan control ada bermacam – macam, yaitu : bentuk air,
padat bubuk ( liofilisat ) dan bentuk strip. Pada umumnya bentuk padat lebih
stabil dan lebih tahan lama daripada bentuk cair.Bentuk strip merupakan bentuk
pada bubuk yang dikemas pada strip, sehingga memudahkan transportasi.
Penggunaan bentuk padat bubuk atau strip harus dilarutkan terlebih dahulu
dengan aquabidest. Pada umumnya pemeriksaan dibidang kimia klinik dan
imunoserologi menggunakan bentuk padat bubuk ( liofilisat ) atau bentuk cair
(pooled sera). Dibidang hematologi digunakan bentuk cair, padat bubuk
ataustrip.
c) Pemeriksaan serum control
1) Serum control diperiksa sesuai dengan tanggal yangditetapkan
2) Sifat pemeriksaan:
1) Hasil laboratoriumsendiri
2) Menggunakan alat dan reagenrutin
3) Dikerjakan oleh tenaga yang biasamemeriksa
3) Hasil dikirim secepatnya setelah ditanda tangani penanggungjawabatau
kepalalaboratorium.
d) Hasil pemantapan mutu eksternal
1) Hasil yangditerimadiInstalasiLaboratoriumdicatattanggalterimauntuk masing –
masing siklus
2) Olehpetugasdimasukkandi dalam arsip hasil pemantapanmutueksternal laboratorium.
3) Sifat pengolahan data berdasarkan:
(a) Metodepemeriksaan
(b) Alat yang digunakan
(c) Jumlah data yangada
e) Evaluasicomputer
1) Data dibandingkan terhadap nilaitarget
2) Nilai target adalah kumulatif peserta dengan metode dan alatyangsama dan jumlah
peserta > 20
3) Dinilai dengan system Variance Index Score ( VIS)
4) Setiap peserta akan mendapat nilai:
55
(a) VIS setiappemeriksaan
(b) OveralVIS
(c) Mean RunningVIS
f) Evaluasi pemantapan mutueksternal
1) Variance Index Score ( VIS)
Nilai VIS yang dibatasi maksimum 400
2) OveralVIS
Nilai rata – rata VIS untuk seluruh parameter
3) Mean RunningVIS
101–200 :Cukup
201–300 :Kurang
301–400 :Buruk
Definisi Operasional Waktu lapor hasil tes kritis laboratorium adalah waktu
pelaporan hasil pemeriksaan laboratorium yang memerlukan
penanganan segera dan harus segera dilaporkan kepada
perawat (untuk segera disampaikan ke dokter jaga) selama ≤
30 menit.
Dasar pemikiran / literatur Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit th 2008, SNARS
edisi 1, Permenkes no. 43 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan laboratorium yang baik
56
Denumerator Jumlah seluruh hasil tes kritis laboratorium dalam 1 bulan
Standar 100 %
57
Numerator Jumlah spesimen yang dikirim menggunakan minimal 2
identitas
Eksklusi :
Standar 100 %
58
BAB XIV. PELAPORAN
59
BAB XV. PENUTUP
60
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, TJ. 2007. Manajemen Administrasi Rumah sakit. Universitas Indonesia Edisi kedua
Dep. Kes. RI. 2004, Pedoman Pelaksanaan Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan.
Jakarta
Dep. Kes. RI. 2004. Pedoman Praktek Laboratorium yang Benar (Good Laboratory Practice).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Palayanan Medik. Direktorat
Laboratorium Kesehatan.
Hadi, A. 2000. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium, P. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
61