Anda di halaman 1dari 53

Kelainan Sendi Temporomandibula

(Temporomandibular Joint Disorders)


Oleh : drg. Triyandani Ganefiyanti
Sendi Temporomandibula
(Temporomandibular Joint/ TMJ)

TMJ merupakan suatu persendian yang


paling kompleks. Selain melakukan gerakan
membuka dan menutup mulut, juga meluncur
dan rotasi pada saat mandibula berfungsi.
Temporomandibular Joint atau TMJ adalah
persendian yang menghubungkan condylus dari
mandibula, dengan bagian-bagian squamous
dari tulang temporal (tengkorak).

Kondilus mandibula terletak masuk ke dalam


fosa glenoidalis pada tulang temporal di depan
Sendi pada tulang terbentuk pada
kartilago yang membesar. Kartilago ini di
bagian ujungnya akan diliputi jaringan
ikat dan selaput sendi (membrane
synovial). Jaringan ikat berfungsi untuk
menguatkan hubungan antartulang
sedangkan selaput sendi menghasilkan
cairan synovial yang berfungsi sebagai
minyak pelumas sendi.
Selama pengunyahan sendi
Temporomandibula menopang tekanan
yang cukup besar. Oleh karena itu
mempunyai diskus artikularis untuk
menjaga agar kranium tidak
bergesekan dengan mandibula. Sendi
ini berperan pada pergerakan membuka
dan menutup rahang, mengunyah dan
menelan, serta berbicara. Sendi
temporomandibula merupakan satu-
satunya sendi di kepala yang terletak
bilateral (kanan dan kiri). Posisi TMJ
Anatomi TMJ

TMJ merupakan artikulasi sinovial


antara mandibula dan cranium,
dengan komponen-komponen artikulasi
adalah :
1) prosesus kondiloideus;
2) fosa glenoidalis;
3) ligamentum kapsular;
4) cairan sinovial dan
5) diskus artikularis.
4
Prosesus Kondiloideus
Prosesus ini berbentuk oval dengan
aksis panjang ke arah media-lateral
dan lebih konveks pada arah aksis
antero-posterior daripada media-lateral.
Permukaan artikulasi pada kondilus
mengarah ke atas dan ke depan
sehingga dipandang dari arah lateral
leher kondilus berputar (membengkok)
ke anterior. Panjang kondilus dari aksis
media-lateral ± 20 mm dan tebal dari
aksis antero-posterior 8 – 10 mm.
Permukaan artikulasi ditutupi oleh
Fosa Glenoidalis

Fosa glenoidalis merupakan cekungan


pada basis cranium (tulang temporal)
yang mempunyai bentuk lonjong. Letaknya di
depan meatus auditorius. Batas bagian
anterior dari fosa ini adalah eminensia
artikularis, sedang batas fosa bagian
posterior adalah tulang tipis yang merupakan
dinding dari tulang temporal. Tulang tipis dari
cekung sendi ini adalah radik media dari
tulang zigomatikus. Fosa ini dilapisi oleh
jaringan ikat fibrous berwarna putih.
7
Ligamen
Fungsi dari ligamen yang membentuk sendi
temporomandibula
adalah sebagai alat untuk menghubungkan tulang
temporal dengan
prosesus kondilodeus dari tulang mandibula
serta membatasi
gerak mandibula membuka, menutup mulut,
pergerakan ke samping, dan gerakan lain.
Ligamen yang menyusun sendi temporomandibula
terdiri dari :
•Ligamen Temporomandibular
•Ligamen Sphenomandibular
•Ligamen Stilomandibular
8
Di bagian dalam dari kapsula artikularis melekat
suatu selaput tipis yang disebut selaput sinovial.
Selaput ini mengeluarkan cairan sendi yang disebut
dengan sinovial.
Cairan sinovial terdiri dari asam hialuronik dengan
viskositas tinggi; alkalin fosfat yang diproduksi oleh
kondrosit; plasma protein dan leukosit yang berperan
pada proses fagositosis.

Cairan sendi ini bekerja sebagai lubricant


(pelumas) yang memungkinkan meniskus dan
prosesus kondiloideus bergerak dengan halus.
Fungsi lain dari cairan sinovia adalah nourishment of
cartilago, yaitu menjaga dan memelihara keutuhan
tulang rawan hialin pada permukaan artikulasi.
Volume cairan tersibut pada TMJ adalah kurang dari
Diskus Artikularis/Meniskus/Cakram
sendi
Rongga sendi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
rongga sendi bagian atas dan bagian bawah yang
disekat oleh tulang pipih yang dinamakan diskus
artikularis atau meniskus.
Meniskus ini mempunyai permukaan yang cekung
di bagian bawah, sedangkan permukaan atas
berbentuk sebagian cekung dan sebagian cembung
(konveks-konkaf). Bentuk meniskus yang demikian ini
sesuai dengan keperluannya, yaitu mengisi
ruangan sendi yang terdapat antara permukaan
prosesus kondilideus dan fosa glenoidalis.
Permukaan bawah yang cekung sesuai dengan
permukaan prosesus kondilideus, sedangkan
permukaan atas yang cembung-cekung sesuai
Bagian paling tipis terdapat pada tengah dan
menebal pada bagian tepi. Ada tonjolan besar
terdapat pada perlekatan posterior, yaitu zona
bilaminar. Zona ini sangat menonjol karena
terdiri dari 2 lapisan serabut yang dipisahkan
oleh jaringan ikat renggang alveolar, yaitu
bagian superior terbentuk terutama dari serabut
elastik dan bagian inferior terbentuk oleh
jaringan fibrous.
Jaringan pelekat bagian posterior mendapat
banyak persyarafan dari nervus
aurikulotemporalis. Pada bagian anterior
diskus bersambung dengan fasial pterigoid
eksternus dan kapsul sendi. Di sebelah
Diskus banyak mengandung pembuluh
darah, sehingga disebut tonjolan pembuluh
darah (vascular knee). Diskus artikularis terdiri
dari sel-sel fibroblast, sel tulang rawan dan
kondrosit. Diskus ini dapat menahan tekanan
yang mengenai sendi tanpa mengurangi
elastisitasnya.

12
Pergerakan normal TMJ
Sendi temporo mandibula merupakan
sendi yang kompleks. Pergerakan normal
dari sendi ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu
gerak rotasi dan gerak translasi (meluncur).
Dalam sistem mastikasi rotasi terjadi
ketika mulut membuka dan menutup pada
titik atau sumbu yang tetap dalam kondilus.
Dengan kata lain gigi terpisah dan dapat
teroklusi kembali tanpa adanya perubahan
posisi dari kondilus.
Pergerakan Rotasi adalah pergerakan
anatara permukaan superior kondilus dengan
permukaan inferior dari diskus artikularis.
Pergerakan rotasi dari mandibula dapat terjadi
pada tiga bidang yaitu horizontal, frontal, dan
sagital. Pada setiap bidang hal ini terjadi pada
sebuah sumbu yang akan dijelaskan pada
masing-masing pembahasan.

14
Aksis horizontal dari rotasi
Pergerakan mandibula di sekitar aksis
horizontal adalah pergerakan membuka dan
menutup mulut. Pergerakan ini disebut sebagai
hinge movement dan merupakan satu-satunya
yang masih dianggap sebagai pergerakan
rotasi murni.
Aksis vertikal dari rotasi
Pergerakan mandibula di sekitar aksis frontal terjadi
ketika satu kondilus bergerak ke anterior.

16
Aksis sagital dari rotasi
Pergerakan mandibula dalam aksis sagital
terjadi ketika satu kondilus bergerak kearah
inferior.

17
Translasi dapat didefinisikan sebagai pergerakan dimana
setiap titik dari objek yang bergerak secara simultan
mempunyai kecepatan dan arah yang sama. Pada sistem
mastikasi, translasi terjadi ketika mandibula bergerak maju
seperti pada protrusi. Baik gigi, kondilus dan ramus
semuanya bergerak pada arah yang sama ke derajat yang
sama.
Translasi terjadi pada kavitas superior dari sendi, di
antara permukaan superior diskus artikularis dan
permukaan inferior dari fosa artikularis. (antara kompleks
diskus kondilus dan fosa artikularis). Selama pergerakan
normal dari mandibula, baik rotasi dan translasi terjadi
secara simultan. Dengan kata lain, ketika mandibula
berotasi pada satu atau lebih aksis, setiap aksis
bertranslasi (berubah orientasinya).
Semua otot dalam keadaan kontraksi.
Gerak rotasi sendi pada individu dewasa yang
normal mempunyai kisaran 20 – 25 mm
antara gigi-gigi anterior atas dan bawah. Bila
dikombinasikan dengan gerak meluncur, maka kisaran
gerak membuka mulut yang normal akan meningkat
menjadi 35 – 55 mm.

19
Contoh ini menggambarkan selama pergerakan lateral
yang sederhana, gerak terjadi pada setiap aksis, (sagital,
horizontal, vertical) dan secara simultan setiap aksis
mengubah kemiringan untuk mengakomodasi pergerakan
aksis lainnya. Semua ini terjadi dalam envelope of motion
dan dikontrol oleh sistem neuromuskulatur untuk
mencegah perlukaan pada struktur oral.

20
Gangguan Sendi Rahang dan
Penyebab-Penyebabnya

Gangguan sendi rahang atau


temporomandibular joint disorders (TMJ
Disorders) dapat mengakibatkan kekakuan
(stiffness), sakit kepala, sakit telinga, persoalan
menggigit (malocclusion), bunyi-bunyi clicking
atau rahang yang terkunci.

21
Berikut adalah perilaku-perilaku dan kondisi-
kondisi yang dapat menjurus ke gangguan sendi
rahang :
1. Mengertakkan gigi (teeth grinding) dan
mengepalkan gigi (bruxism), meningkatkan keausan
pada lapisan tulang rawan dari sendi rahang.
Pasien-pasien mungkin tidak sadar atas perilaku ini
sampai mereka diberitahu oleh seseorang yang
mengamati pola ini ketika sedang tidur atau oleh
dokter gigi yang mendapatkan tanda-tanda yang
menunjukan kerusakan gigi. Banyak pasien
bangun pagi dengan sakit rahang atau sakit
telinga.

22
Penyebab bruxism adalah :
 Faktor lokal, yaitu karena adanya ketidak sesuaian
gigitan akibat tambalan gigi yang terlalu tinggi
(overhanging).
 Faktor sistemik, misal karena penyakit epilepsi,
meningitis dan gangguan pada lambung.
 Faktor psikologis, disebabkan karena kondisi cemas
dan stress. Faktor inilah yang dianggap oleh banyak ahli
merupakan penyebab paling mendasar dari terjadinya
bruxism. Pada anak-anak kondisi fisik dan psikisnya
masih sangat labil sehingga mudah mengalami
perubahan karena pengaruh lingkungan. Saat
keinginan anak tidak terwujud muncul rasa frustasi dan
marah. Perasaan ini harus disalurkan agar anak merasa
nyaman.
23
Pada masa bayi rongga mulut merupakan sumber
pertama
untuk mencari kepuasan, sehingga dalam
keadaan marah anak akan melampiaskan dengan
menggigit sesuatu. Bruxism merupakan
kebiasaan buruk yang merupakan mekanisme
untuk mendapatkan kepuasan tersebut. Bruxism
sering terjadi pada anak-anak yang mudah marah
dan biasanya diikuti dengan kebiasaan buruk lain
seperti menghisap ibu jari, menggigit kuku.

24
Beberapa akibat yang timbul dari
kebiasaan bruxism yang dilakukan dalam
waktu lama adalah :
 Gigi geligi aus yang berakibat gigi sering linu
 Gigi retak akibat tekanan yang kuat pada
bruxism
 Jaringan penyangga gigi rusak, akibatnya
gigi dapat terlepas
 Sakit kepala
 Nyeri pada otot-otot pipi
Tulang rahang membesar / menonjol karena
fungsi yang berlebihan

25
 Posisi gigi yang tidak normal, disebabkan
posisi menutup mulut untuk menghindari rasa
nyeri akibat kontak dengan gigi yang aus.
Tarikan otot yang cenderung pada satu sisi
rahang sehingga gigitan silang sering terjadi.
Gangguan pada sendi rahang akibat
penyimpangan aktifitas otot-otot penggerak
rahang.

26
Perawatan yang dapat dilakukan pada penderita
kebiasaan ini
adalah :

 Psikoterapi, yang bertujuan untuk menghilangkan


emosi anak yang tidak stabil. Memberitahu
orangtua anak bahwa salah satu penyebab dasar
bruxism adalah faktor psikologis dan bersama mereka
mencermati hal-hal yang mungkin menjadi penyebab
ketegangan psikis tersebut.
 Menghilangkan ketidaksesuaian gigitan dengan
menghilangkan tonjol-tonjol gigi yang menyebabkan hal
tersebut.

27
 Membuatkan alat yang dapat melindungi gigi
dari keausan. Alat tersebut menutupi permukaan
gigi pada rahang atas.
 Pada gigi yang terlanjur aus dilakukan
penambalan, pembuatan jaket atau selubung
logam.

Karena kebiasaan buruk ini disebabkan oleh


multifaktor, maka dalam perawatan dan
penanggulangannya dibutuhkan kerjasama antara
dokter gigi spesialis kedokteran gigi anak,
psikoterapis, dokter keluarga dan orangtua,
yang tidak dilupakan adalah memberikan rasa
aman dan nyaman pada anak selama menjalani
perawatan ini.
2. Kebiasaan mengunyah permen karet atau
menggigit kuku.

3. Persoalan-persoalan dengan gigi dan


misalignment dari gigi (malocclusion). Pasien
mungkin mengeluh tentang kesukaran menemukan
gigitan yang nyaman atau tentang cara gigi-giginya
mencocokan diri bersama-sama telah berubah.
Mengunyah hanya pada satu sisi rahang dapat
menjurus ke persoalan TMJ atau adalah hasil dari
persoalan TMJ.

4. Trauma pada rahang-rahang. Sejarah


sebelumnya dari rahang yang patah atau tulang-
tulang muka yang patah.
5. Stres seringkali menjurus ke nervous
energy yang tidak dilepaskan. Adalah sangat
umum untuk orang-orang dibawah stres
untuk melepaskan nervous energy ini dengan
secara sadar atau tidak sadar mengertak dan
mengepal gigi-gigi mereka.

6. Tugas-tugas pekerjaan seperti memegang


telepon antara kepala dan pundak.

30
Gejala-Gejala Umum Kelainan Sendi Rahang
Berikut adalah gejala-gejala yang umum:
a. Sakit Kepala: Hampir 80% pasien dengan
gangguan sendi rahang mengeluh tentang sakit
kepala, dan 40% melaporkan sakit muka. Sakitnya
seringkali menjadi lebih ketika membuka dan
menutup rahang. Paparan kepada udara dingin
atau udara AC dapat meningkatkan kontraksi otot
dan sakit muka.
b. Sakit Telinga: Kira-kira 50% pasien dengan
gangguan sendi
rahang merasakan sakit telinga namun tidak ada
tanda-tanda
infeksi. Sakit telinganya umumnya digambarkan
sepertinya
berada di muka atau bawah telinga.
Seringkali, pasien-pasien dirawat berulangkali
untuk
penyakit yang dikirakan infeksi telinga, yang
seringkali
dapat dibedakan dari TMJ oleh suatu yang
berhubungan
dengan kehilangan pendengaran (hearing loss)
atau
drainase telinga (yang dapat diharapkan jika
memang
ada infeksi telinga). Karena sakit telinga terjadi
begitu
umum, spesialis - spesialis kuping sering
diminta
bantuannya untuk membuat diagnosis dari
gangguan
terjadi pada saat membuka dan menutup mulut.
Bunyi lain
adalah crepitus, adalah bersifat difus yang biasanya
berupa
suara yang dirasakan menyeluruh pada saat
membuka dan
menutup mulut. Clicking dan crepitus menandakan
perubahan
dari kontur tulang yang berartikulasi.

d. Pusing: Dari pasien-pasien dengan gangguan


sendi rahang,
40% melaporkan pusing yang samar atau
ketidakseimbangan
(umumnya bukan suatu spinning type vertigo).
Penyebab dari
tipe pusing ini tidak diketahui.
sendi rahang menggambarkan telinga-telinga yang
teredam
(muffled), tersumbat (clogged) atau penuh (full).
Mereka dapat
merasakan kepenuhan telinga dan sakit sewaktu
pesawat
terbang berangkat (takeoffs) dan mendarat
(landings). Gejala-
gejala ini umumnya disebabkan oleh kelainan fungsi
dari
tabung Eustachian (Eustachian tube), struktur yang
bertanggung jawab untuk pengaturan tekanan
ditelinga tengah.
Diperkirakan pasien dengan gangguan sendi rahang
mempunyai aktivitas hiper (spasme) dari otot-otot
yang
bertanggung jawab untuk pengaturan pembukaan dan
f. Dengung Dalam Telinga (Tinnitus): Untuk penyebab
-
penyebab yang tidak diketahui, 33% pasien dengan
gangguan
sendi rahang mengalami suara bising (noise) atau
dengung
(tinnitus). Dari pasien-pasien itu, separuhnya akan
hilang
tinnitusnya setelah perawatan TMJnya yang sukses.

g. Nyeri otot: nyeri otot di sekitar rahang terutama


disebabkan
oleh penggunaan otot mastikasi / pengunyahan
yang
berlebihan, yang seringkali bersumber dari stres
psikis yang
Gangguan Internal TMJ
Gangguan internal TMJ dapat berupa :
 Artritis : artritis bisa terjadi pada TMJ
seperti halnya sendi lainnya.

Osteoartritis (penyakit sendi degeneratif)


merupakan sejenis artritis dimana kartilago sendi
mengalami pengeroposan, hal ini lebih sering terjadi
pada orang tua. Kartilago pada TMJ tidak sekuat
kartilago pada sendi lainnya. Osteoartritis terutama
terjadi jika articular disc hilang atau telah membentuk
lubang, sehingga penderita merasakan sakit pada
saat membuka dan menutup mulut, ataupun
pergerakan ke lateral.

36
Hal tersebut dikarenakan terjadi gesekan langsung
antara prosesus kondiloidalis dengan fosa glenoidalis,
sehingga menimbulkan bunyi (crepitus).
Osteoartritis dapat menyebabkan maloklusi. Jika
kerusakannya parah, tulang rahang pada akhirnya akan
melebur dengan basis cranium (ankilosis), sehingga
sangat membatasi kemampuan membuka mulut.
Radang sendi atau arthritis reumatoid
(Rheumatoid Arthritis/ RA) merupakan penyakit
autoimun (penyakit yang terjadi pada saat tubuh
diserang oleh sistem kekebalan tubuhnya sendiri) yang
mengakibatkan peradangan dalam waktu lama
pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian,
biasanya mengenai banyak sendi, yang ditandai
dengan radang pada membran sinovial dan struktur-
struktur sendi serta atrofi otot dan penipisan tulang.
37
Ankilosis : ankilosis adalah hilangnya pergerakan
sendi sebagai akibat dari peleburan tulang di dalam
sendi atau pengapuran ligamen di sekitar sendi.
Pengapuran ligamen di sekitar sendi tidak menimbulkan
nyeri, tetapi mulut hanya dapat membuka selebar 2,5
cm atau kurang. Peleburan tulang-tulang di dalam
sendi menyebabkan nyeri dan gerakan sendi menjadi
amat sangat terbatas. Kadang-kadang latihan
peregangan dapat menolong penderita yang
mengalami pengapuran, tetapi biasanya pengapuran
atau peleburan tulang memerlukan tindakan
pembedahan untuk mengembalikan pergerakan
rahang.

38
Hipermobilitas : hipermobilitas (melonggarnya
rahang) terjadi jika ligamen yang menahan sendi
menjadi teregang. Pada hipermobilitas rahang
bergeser seluruhnya kedepan, keluar pada
tempatnya (dislokasi), menyebabkan nyeri dan tidak
dapat menutup mulut. Hal tersebut terjadi secara
berulang-ulang. Jika sering terjadi dislokasi, mungkin
diperlukan pembedahan untuk mengembalikan posisi
normal atau untuk memperpendek ligamen dan
mempererat sendi.

39
Etiologi kelainan sendi temporomandibular
1. Makro trauma : Tekanan yang terjadi secara
langsung pada bagian yang mengalami
kerusakan yang menyebabkan perubahan
pada bagian diskus dan kondilaris secara
langsung. Makro trauma dapat juga terjadi
ketika gigi bersamaan atau dapat juga
menyebabkan perubahan pada kondilus
dengan fossa ketika mulut di buka.
Trauma besar yang tiba-tiba dapat
mengakibatkan perubahan struktural, seperti
pukulan pada wajah atau kecelakaan.

40
posisi diskus dan kondilus secara perlahan-
lahan. Trauma ringan tapi berulang dalam
jangka waktu yang lama, seperti bruxism dan
clenching. Kedua hal tersebut dapat
menyebabkan mikro trauma pada jaringan
yang terlibat seperti gigi, sendi rahang, atau
otot.
3. Kondisi oklusi : Kondisi hubungan antara
gigi-gigi atas dan bawah (teeth to teeth
relation) senantiasa berubah sepanjang hidup
manusia, hal tersebut dapat menyebabkan
TMD.

41
4. Stress emosional : Keadaan sistemik yang dapat
mempengaruhi fungsi pengunyahan adalah peningkatan
stres emosional. Pusat emosi dari otak mempengaruhi
fungsi otot. Hipotalamus, sistem retikula, dan sistem limbik
adalah yang paling bertanggung jawab terhadap tingkat
emosional individu. Stres sering memiliki peran yang
sangat penting pada TMD. Stres adalah suatu tipe energi.
Bila terjadi stres, energi yang timbul akan disalurkan ke
seluruh tubuh. Pelepasansecara internal dapat
mengakibatkan terjadinya gangguan psikotropik seperti
hipertensi, asma, sakit jantung, dan/atau peningkatan
tonus otot kepala dan leher. Dapat juga terjadi peningkatan
aktivitas otot nonfungsional seperti bruxism atau clenching
yang merupakan salah satu etiologi TMD.

42
5. Deep pain input : Aktivitas parafungsional
adalah semua aktivitas di luar fungsi normal
(seperti mengunyah, bicara, dan
menelan),dan tidak mempunyai tujuan
fungsional. Contohnya adalah bruxism, dan
kebiasaan-kebiasaan lain seperti menggigit-
gigit kuku, pensil, bibir, mengunyah satu sisi,
tongue thrust, dan bertopang dagu.
Aktivitas yang paling berat dan sering
menimbulkan masalah adalah bruxism,
termasuk clenching dan grinding.

43
Bruxism adalah mengerat gigi atau grinding
terutama pada malam hari, sedangkan clenching
adalah mempertemukan gigi atas dan bawah
dengan keras yang dapat dilakukan pada siang
ataupun malam hari. Pasien yang melakukan
clenching atau grinding pada saat tidur sering
melaporkan adanya rasa nyeri pada sendirahang
dan kelelahan pada otot-otot wajah saat bangun
tidur. Pada anak bruxism yang juga disertai keluhan
nyeri kepala, perlu dilakukan pemeriksaan fungsi
mastikasi dan TMD - nya untuk mengetahui apakah
ada hubungan antara keduanya. Bila ternyata tidak
ada hubungan, anak tersebut harus dirujuk ke
spesialis lain.

44
Gejala - gejala tersebut lokasinya berada di
daerah orofasial, namun karena tidak berada
dalam rongga mulut seperti sakit gigi, maka
pasien tidak mencari pengobatan ke dokter
gigi melainkan ke dokter umum atau
spesialis lain seperti THT, saraf dan
rehabilitasi medik. TMD banyak
berhubungan dengan mastikasi, maka
dokter gigilah yang merupakan tenaga
medis pertama yang harus dapat
mendiagnosa dan merawat pasien dengan
tanda dan gejala TMD.
Pemeriksaan Pada TMJ
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan terhadap rentang
pergerakan, bunyi sendi, rasa nyeri dan
sakit, pemeriksaan radiografik (panoramic,
MRI, CT scan) dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi detail gambaran
rontgenologis TMJ dan pemeriksaan intra
oral.

46
Pemeriksaan intra oral yang perlu diperhatikan
adalah :
 Hubungan oklusi
 Free way space/inter occlusal space/inter
occlusal gap/inter occlusal clearance, merupakan
ruang bebas /celah antara gigi-gigi atas dan gigi-
gigi bawah pada saat posisi istirahat fisiologis
(physiological rest position) yang besarnya relatif
konstan (2-4 mm).
 Overjet dan overbite
 Gigi yang hilang
 Restorasi dan protesa
Atrisi dan abrasi pada gigi

47
Perawatan dan Terapi TMD
1. Jaw rest (istirahat rahang), pasien
dianjurkan untuk lebih banyak mengistirahatkan
rahang dengan menghindari makan makanan
yang keras, kenyal (chewy), kering (crunchy),
makanan yang memerlukan pembukaan mulut
lebar seperti hamburger dan hot dog.
2. Terapi panas dan dingin : terapi panas
dimaksudkan untuk melancarkan
vaskularisasi (peredaran darah), sedangkan
terapi dingin (cold pack) dimaksudkan untuk
meringankan rasa sakit.

48
3. Obat-obatan : untuk mengontrol rasa sakit
digunakan analgetika, adanya keradangan
dapat menggunakan anti inflamasi, untuk
mengurangi spasme pada otot dapat
menggunakan anti spasmodik, sedangkan
adanya infeksi dapat diatasi dengan
antibiotika.
4. Terapi fisik : dapat dilakukan dengan
massage dengan tujuan untuk
meningkatkan pergerakan rahang dan juga
untuk melancarkan peredaran darah.

49
5. Terapi oklusal : dengan menggunakan bite
guard atau splint yang umumnya dipasangkan
pada malam hari di antara gigi-gigi atas dan
bawah, tujuannya adalah untuk mengimbangi
kekuatan gigitan dan mengurangi atau
mengeliminasi aktivitas grinding, clenching
ataupun bruxism.
6. Koreksi kelainan gigitan : terapi koreksi gigi,
seperti ortodontik mungkin diperlukan untuk
mengkoreksi gigitan abnormal. Restorasi gigi
(tumpatan, gigi tiruan) membantu menciptakan
suatu gigitan yang stabil.

50
7. Operasi : operasi diindikasikan pada kasus-
kasus dimana terapi medis gagal. Ini dilakukan
sebagai jalan terakhir. TMJ anthroscopy,
ligament tightening, restrukturisasi rahang
(joint restructuring), dan penggantian rahang
(joint replacement) dipertimbangkan pada
kebanyakan kasus yang berat dari kerusakan
rahang. Kerusakan rahang yang paling sering
diakibatkan oleh trauma karena kecelakaan
atau karena penyakit kanker (yang paling
sering adalah ameloblastoma.

51

Anda mungkin juga menyukai