PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Sendi temporomandibula merupakan struktur anatomis yang rumit karena berhubungan
dengan pengunyahan, penelanan, bicara dan postur kepala. Sendi ini terdiri dari
prosesus kondilus yang merupakan bagian bergerak dan berartikulasi dengan eminensia
artikularis yang membentuk aspek anterior dari fossa glenoidalis. Diantara struktur
tulang tersebut terdapat meniscus artikularis (diskus artikularis) yang terbentuk
dari jaringan ikat fibrous yang avaskuler dan tanpa persyarafan. Sendi terbagi
menjadi dua kavitas yang yaitu kavitas superior yanf terletak antara fossa
mandibula dan permukaan superior diskus, dan kavitas inferior yang terletak antara
kondilus mandibula dan permukaan inferior diskus. Permukaan dalam kavitas
dikelilingi lapisan synovial yang menghasilkan cairan sinovial dan mengisi kedua
kavitas sendi. Secara lebih jelas anatomi sendi temporomandibula dapat dilihat pada
gambar 1 di bawah ini.
Pergerakan Translasi
Translasi dapat didefinisikan sebagai pergerakan dimana setiap titik dari objek
yang bergerak secara simultan mempunyai kecepatan dan arah yang sama. Pada sistem
mastikasi, translasi terjadi ketika mandibula bergerak maju seperti pada protrusi.
Baik gigi, kondiulus dan ramus semuanya bergerak pada arah yang sama ke derajat
yang sama.
Translasi terjadi pada kavitas superior dari sendi, di antara permukaan superior
diskus artikularis dan permukaan inferior dari fosa artikularis. (antara kompleks
diskus kondilus dan fosa artikularis)
Selama pergerakan normal dari mandibula, baik rotasi dan translasi terjadi secara
simultan. Dengan kata lain, ketika mandibula berotasi pada satu atau lebih aksis,
setiap aksis bertranslasi (berubah orientasinya)
Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko dislokasi TMJ, antara lain:
Fossa mandibularis yang dangkal
Condylus yang kurang berkembang sempurna
Ligamen TMJ yang longgar
Penyakit jaringan ikat, misalnya sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos
Epidemiologi
Dislokasi mandibular merupakan keluhan yang jarang pada bagian gawat darurat.
Sebuah penelitian melaporkan dislokasi TMJ terjadi sebanyak 37 kasus pada periode 7
tahun, pada sebuah rumah sakit dengan 100.000 kasus emergensi per tahun. Dislokasi
mandibula anterior merupakan yang paling sering terjadi dan biasanya akibat
penyebab nontraumatik.
Pada sebuah penelitian terhadap 96 kasus dislokasi TMJ, didapatkan
bahwa dislokasi akut merupakan yang paling sering terjadi (47,9%), diikuti oleh
dislokasi kronik (30,2%), dan dislokasi kronik rekuren (21,9%). Penyebab dislokasi
yang tersering ialah menguap terlalu lebar (45,8%), diikuti oleh kecelakaan lalu
lintas (13,5%). Jenis dislokasi yang paling sering terjadi adalah dislokasi
anterior bilateral (89,6%).
Diagnosis
Anamnesis
Anamnesis kronologis dan komprehensif dan pemeriksaan fisik pasien, meliputi
anamnesis dan pemeriksaan gigi, penting untuk mendiagnosis kondisi kondisi spesifik
untuk menentukan pemeriksaan lebih lanjut, jika ada, dan untuk memberikan terapi
spesifik.
Pasien mungkin memiliki riwayat penggunaan komputer berlebihan (dihubungkan dengan
terjadinya gangguan TMJ)
Satu pertiga pasien memiliki riwayat masalah psikiatri
Pasien mungkin memiliki riwayat trauma fasial, perawatan gigi yang buruk, dan atau
stress emosional.
Pasien dengan gangguan makan kronik menyebabkan prevalensi tinggi gangguan TMJ.
Banyak pasien dengan gangguan TMJ juga mengalami nyeri leher dan bahu.
Dokter sebaiknya menanyakan tentang �clenching� di siang hari atau malam hari.
�Clenching� di siang hari memiliki asosiasi yang kuat dengan dislokasi TMJ
dibandingkan dengan bruksisme malam hari.
Pasien akan mengeluhkan gejala berikut:
Nyeri: nyeri biasanya periaurikuler, dihubungkan dengan mengunyah, dan menyebar ke
kepala tetapi tidak seperti sakit kepala. Mungkin unilateral pada sisi dislokasi
TMJ, kecuali pada rheumatoid arthritis. Nyeri: biasanya sering dideskripsikan
sebagai nyeri yang dalam disertai dengan nyeri tajam yang intermiten seiring dengan
gerakan rahang
�Klik�, �pop� dan �snap�: Suara ini biasanya dihubungkan dengan nyeri pada
dislokasi TMJ. �Klik� dengan nyeri pada dislokasi disk anterior disebabkan oleh
reduksi mendadak dari pita posterior ke posisi normal. Klik terisolasi sangat umum
pada populasi umum dan bukan faktor risiko terjadinya kelainan TMJ.
Episode �terkunci� dan pembukaan rahang yang terbatas; �Keadaan terkunci� dapat
terbuka atau tertutup, �open lock� adalah ketidakmampuan untuk menutup mulut dan
terlihat saat dislokasi anterior kondilus mandibular di depan tonjolan artikuler.
Jika tidak dikurangi segera maka sangat menyakitkan. �Closed lock� adalah
ketidakmampuan untuk membuka mulut karena nyeri atau perubahan lokasi sendi.
Nyeri kepala: Nyeri dislokasi tidak seperti nyeri kepala biasa. Dislokasi TMJ
mungkin menjadi pencetus pada pasien untuk mengalami sakit kepala, dan saat
berkaitan dengan dislokasi TMJ akan cenderung untuk menjadi berat secara alamiah.
Beberapa pasien mungkin memiliki riwayat nyeri kepala yang tidak berrespon terhadap
pengobatan. Pencetus dari kelainan TMJ tidak boleh disingkirkan pada pasien
tersebut karena diagnosis penting dalam pengobatan nyeri kepala ini.
Pemeriksaan Fisik
a. Observasi
Postur kepala saat menghadap ke depan (dapat menunjukkan dislokasi kondilus
posterior)
Maloklusi rahang, gigi abnormal, dan gigi yang copot
Ketegangan otot atau spasme otot leher ipsilateral
b. Pemeriksaan
Rentang gerakan sendi. Pemeriksa memeriksa pembukaan dan penutupan rahang serta
deviasi lateral bilateral. Rentang normal gerakan untuk pembukaan mulut adalah 5 cm
dan gerakan lateral mandibula adalah 1 cm. Pasien sering mengurangi pembukaan
mulut.
Palpasi: Palpasi terbaik TMJ adalah lateral sebagai lekukan tepat di bawah sudut
zigomatikum, 1-2 cm di depan tragus. Aspek posterior sendi dipalpasi melalui kanal
auditori eksternal. Sendi sebaiknya dipalpasi baik pada posisi terbuka maupun
tertutup dan baik lateral maupun posterior. Saat palpasi, pemeriksa sebaiknya
merasakan spasme otot, konsistensi otot atau sendi, dan bunti sendi. Otot yang
dipalpasi sebagai bagian dari pemeriksaan TMJ lengkap yaitu masseter, temporalis,
pterygoid medial, pterygoid lateral, dan sternokleidomastoid. Pada disfungsi dan
nyeri miofasial terisolasi, �klik� dan �kelembutan� sendi bisanya tidak ditemukan.2
Pemeriksaan Penunjang
Sinar X
Secara umum, sinar x pada daerah gigi dan mulut dapat dibagi menjadi dua golongan:
Sinar X intraoral
Sinar X intraoral merupakan sinar X dental yang paling umum digunakan. Alat ini
memberikan detail dan gambaran kavitas, memeriksa kesehatan akar gigi dan tulang di
sekitar gigi, memeriksa status perkembangan gigi dan memantau kesehatan umum dari
tulang dan rahang.
Bitewing
Pada pemeriksaan ini pasien menggigit suatu paper tab dan menunjukkan bagian
mahkota pada gigi atas dan gigi bawah bersama
Periapikal
Periapikal menunjukkan satu atau dua gigi yang lengkap mulai dari mahkota hingga
akar.
Palatal (disebut juga oklusal)
Sinar x palatal atau oklusal menangkap keseluruhan gigi atas dan bawah pada satu
tembakan sementara film diletakkan pada permukaan gigitan dari gigi.
Sinar X ekstraoral
Sinar X ekstraoral menunjukkan gigi, tetapi fokus utamanya adalah rahang dan
tengkorak. Alat yang termasuk golongan ini tidak menyediakan detail yang ditemukan
pada sinar X intraoral sehingga tidak digunakan untuk mendeteksi kavitas atau
mengidentifikasi masalah gigi per gigi. Alat ini digunakan untuk melihat gigi
impaksi, memantau tumbuh-kembang rahang dalam hubungannya dengan gigi-geligi dan
mengidentifikasi masalah potensial antara gigi dan rahang beserta TMJ.
Panoramik
Sinar x panoramik membutuhkan suatu alat khusus untuk berotasi mengelilingi kepala.
Sinar x menangkap keseluruhan rahang dan gigi-geligi dalam satu tembakan. Alat ini
digunakan untuk merencanakan terapi bagi implan gigi, memeriksa gigi geraham
bungsu, dan mendeteksi masalah rahang. Panoramik tidak bagus dalam mendeteksi
kavitas, kecuali kerusakannya sangat parah dan dalam.
Tomogram
Tomogram menunjukkan lapisan khusus atau potongan dari mulut sementara yang lain
dibuat buram. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa struktur yang sulit
dilihat secara jelas, misalnya karena struktur lainnya sangat dengan dengan
struktur yang akan dilihat.
Proyeksi Sefalometri
Menunjukkan keseluruhan sisi kepala. Jenis sinar X ini bermanfaat untuk memeriksa
gigi-geligi dengan hubungan terhadap rahang dan profil individu. Ahli ortodonti
menggunakan jenis sinar X ini untuk mengembangkan rencana terapi ini.
Sialografi
Sialografi melibatkan visualisasi kelenjar saliva setelah injeksi pewarnaan.
Pewarnaannya disebut agen kontras radioopak yang diinjeksikan menuju kelenjar
saliva sehingga organ tersebut dapat dilihat melalui film sinar X.
Computed Tomography
Disebut juga CT-scan. menunjukkan struktur interior tubuh sebagai gambaran tiga
dimensi. Jenis sinar x ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah pada tulang
wajah, seperti tumor atau fraktur.
Penatalaksanaan
Dislokasi harus direduksi secepat mungkin sebelum terjadi spasme yang berat
dari otot masseter dan pterygoid . Reduksi dapat dilakukan secara manual dengan
jari pada gigi molar bawah yang menekan mandibula ke bawah untuk menarik otot
levator dan selanjutnya ke belakang untuk meletakkan kembali kondilus di dalam fosa
(Gambar 3). Pada umumnya prosedur ini dapat dilakukan tanpa membutuhkan anestesi
jika dilakukan secepatnya. Pada kasus dimana telah terdapat spasme otot yang berat
karena keterlambatan mereduksi, prosedur ini sebaiknya dilakukan dengan bantuan
anestesi lokal yang disuntik kedalam sendi dan otot pterigoid lateral, atau dengan
pemberian diazepam intravena untuk menghilangkan spasme otot dan mengurangi nyeri,
(Gambar 4). Apabila cara tersebut tidak efektif, dapat menggunakan anestesi umum
untuk mendapatkan relaksasi yang memadai.
Gambar 4. Anestesi blok 0,5 cc, menggunakan jarum kecil ( 25 - 30 gauge ) 0,75 inci
di bawah kulit
Berbagai prosedur bedah telah digunakan untuk perawatan dislokasi mandibula yang
berulang. Pada umumnya teknik bedah ini didesain untuk membatasi pergerakan kaput
kondilus ke anterior, seperti dengan meletakkan posisi diskus di anterior kondilus,
menambah ketinggian (augmentasi) eminensia artikularis dengan graft tulang
autogenous, osteotomi arkus zigomatikus dan selanjutnya difiksasi di medial
tuberkulum artikular (down-fracturing), memasang bahan implant didalam eminensia
artikular, capsular placation, memotong tendon temporalis, menyusun kembali tendon
temporalis, miotomi pterigoideus lateralis dan pendalaman fosa gelenoidalis dengan
pemotongan diskus. Alternatif lain meliputi eminektomi dan kondilotomi.
Eminektomi
Pada tahun 1951, Hilmar Myrhaug memperkenalkan eminektomi untuk perawatan dislokasi
mandibula berulang. Metode perawatan yang digambarkan sebelumnya didesain untuk
membatasi pergerakan kaput kondilus ke anterior, jadi mencegah kondilus dari
keadaan �terkunci� di anterior eminensia artikularis dan terfiksasi karena spasme
otot-otot pengunyahan. Menurut Myrhaug bahwa dislokasi madibula berulang terutama
terjadi pada penderita dengan deep overbite disertai dengan kondisi tuberkulum
artikularis yang tinggi/curam. Myrhaug mengusulkan untuk mengurangi eminensia
artikularis sehingga menyebabkan kondilus dapat bergerak bebas.
Insisi aurikular digunakan untuk pendekatan aminensia artikularis. Insisi vertikal
dibuat kedalam fascia temporal di atas arkus zigomatikus di regio fosa glenoidalis
dan tuberkulum artikularis dibuka dengan diseksi subfasial dan subperiosteal. Ruang
sendi superior dibuka dan dengan memanipulasi mandibula, mekanik sendi meliputi
posisi diskus dicari. Tuberkulum artikularis dan eminensia dibuang dengan bantuan
pahat meliputi bagian paling medial dari eminensia. Tempat reseksi dicari dengan
elevator kecil dan semua tepi yang kasar dibuang dengan bor. Ligamen
temporomandibula dan kapsul sendi dijahit ke arkus zigomatikus dengan 3-4 lubang
pengeboran dan jaringan lunak di atasnya ditutup lapis demi lapis. Drain dipasang
dan diletakkan di atas kapsul sendi dan fascia temporalis yang dilepas pada hari
pertama atau kedua pasca bedah. Pasien diinstruksi diet makanan lunak selama 2
minggu. Mobilisasi sendi dapat dimulai pada minggu kedua setelah pembedahan.
Prosedur Blocking
Prosedur blocking untuk menghalangi translasi didesain untuk membuat suatu
penghambat terhadap kondilus dalam jalur pembukaannya. Pembedahan dalam prosedur
ini dapat dengan menambah ketinggian eminensia artikularis dengan osteotomi (down-
fracturing), graft tulang dan pemasangan implant metal 4,19. Dari banyak prosedur
yang saat ini digunakan oleh ahli bedah, down-fracturing arkus zigomatikus dan
graft tulang untuk menambah ketinggian eminensia merupakan metode yang paling
populer dan sangat sering digunakan.
Pada tahun 1943, Leclerc dan Girard melakukan osteotomi vertikal pada arkus
zigomatikus di anterior tuberkulum artikularis dan menurunkan bagian dorsalnya
untuk menghambat atau menahan gerakan kondilus ke anterior yang berlebih. Prosedur
blocking Leclerc dan Girard telah dimodifikasi oleh Gosserez dan Dautrey dengan
membuat osteotomi oblik pada arkus zigomatikus mulai dari arah kranial posterior ke
kaudal anterior di regio tuberkulum artikularis. Arkus zigomatikus selanjutnya
digerakkan di sutura zigomatikotemporalis dengan gerakan berulang perlahan-lahan
sambil menambah tekanan sehingga dapat dicegah terjadinya fraktur arkus zigomatikus
di bagian posterior sutura. Arkus ditekan dan diletakkan di sebelah medial
tuberkulum. Elastisitas arkus pada eminensia menahan daya arkus ke atas. Karena
menggunakan potongan oblik, oleh sebab itu tidak diperlukan lagi memasang bony
wedge untuk menstabilisasi fragmen seperti yang digambarkan oleh Boudreau dan
Tidemann atau Sailer dan Antonini.
Kegagalan prosedur Dautrey sangat mungkin disebabkan oleh dua faktor. Pertama,
tidak adanya pertemuan arkus zigomatikus yang dipatahkan ke bawah dengan kaput
kondilus yang terletak medial. Kedua, terjadi resorpsi pada eminensia yang
dipatahkan ke bawah.
Gambar 6. Osteotomi oblik arkus zigomatikus menurut Gosserez
dan Dautrey. Segmen tulang yang diturunkan ditahan
medial dengan tuberkulum artikular
Augmentasi Kombinasi
Prosedur augmentasi kombinasi (�combined augmentation�) memberikan dua
mekanisme untuk mencegah dislokasi terjadi kembali. Pertama, graft tulang untuk
menambah ketinggian eminensia dan kedua, pelat kecil yang berfungsi sebagai
penghambat mekanis untuk gerakan kondilus ke anterior, khususnya jika graft tulang
mengalami resorpsi.
Menurut Smith, satu-satunya kekurangan dalam prosedur ini adalah tempat pembedahan
tetapi, morbiditas yang dihasilkan terjadi minimal jika pembukaan krista iliaka
diupayakan minimal dan hanya potongan kecil korteks krista yang diambil. Prosedur
augmentasi kombinasi digunakan untuk kasus prosedur Dautrey yang gagal dan harus
dipertimbangkan untuk kasus yang menunjukan arkus zigomatikus yang terletak terlalu
ke lateral dengan kaput kondilus dalam pemeriksaan radiografi pra bedah karena
penggunaan prosedur Dautrey pada kasus ini tidak efektif.
DISUSUN OLEH:
RAJA RIJAL EFENDI NASUTION
( 09310188 )
DOKTER PEMBIMBING
dr.David Tambun,Sp.B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga referat
ini yang berjudul �DISLOKASI MANDIBULA� dapat diselesaikan.
Tujuan dari penulisan referat ini adalah sebagai salah satu syarat dalam kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior dibagian Ilmu Bedah RSUD Dr.RM.Djoelham Binjai.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dr.David Tambun,Sp.B selaku
pembimbing dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan referat
ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan referat ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran guna menyempurnakan
penulisan ini. Semoga penulisan referat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Binjai, Desember 2014
Penulis