Anda di halaman 1dari 77

ETIOLOGI IMPAKSI

Erdananda H
Evolusi homo sapien → penciutan rahang →
diet & kebiasaan hidup ≈ stimulus
fungsional → salah satu stimulus primer
dalam perkembangan rahang.

Peter Tetsch-Wilfried Wagner


Kapan mulai timbul gejala?
• Biasanya gigi geraham ketiga ini tumbuh
pada usia 16 – 25 tahun.

16-25 tahun
IMPAKSI
• Gigi impaksi : gigi yang tidak dapat erupsi sempurna karena terhalang.
Menurut Mc. GRAW HILL (1969) :
Impaksi adalah : pengurungan gigi-gigi dalam rahang pertumbuhan
gigi tertahan.
Embeded ialah : keadaan dimana gigi impacted tertanam jauh dalam
tulang rahang.

Menurut G.W PEDERSEN (1988) :


Impaksi adalah : gigi yang jalan erupsi normalnya terhalang atau
terblokir, biasanya oleh gigi di dekatnya atau jaringan patologis

• PENGHALANG ERUPSI:
• GIGI SEBELAHNYA
• JARINGAN LUNAK
• JARINGAN TULANG
• TUMOR/NEOPLASMA
Etiologi impaksi

FAKTOR LOKAL: FAKTOR SISTEMIK:


 OBSTRUKSI MEKANIK  GANGGUAN ENDOKRIN
 KURANG RUANG PD LENGKUNG
RAHANG
 GENETIK
 RADIASI
 PREMATUR LOSS PD GIGI DECIDUI
 UKURAN LENGKUNG GIGI
MENGALAMI DISCREPANCY

(YAVUZ DKK., 2008)


PREVALENSI
• Urutan – urutan gigi berdasar frekuensi banyaknya
kejadian impacted :
- molar tiga bawah
- molar tiga atas
- caninus atas
- premolar bawah
- caninus bawah
- premolar atas
- incisivus satu atas
- incisivus dua atas
• M3 bawah merupakan yang paling sering impaksi
Apa saja masalah yang disebabkan oleh gigi yang impaksi?
• Pericoronitis – 27% to 34% (Swed Den J1987)
• Caries (gigi berlubang) – 3% to 15% (IJOMS
1988)
• Root resorption – 5% (Swed Den J 1987)
• Formation of follicular cyst – 1 to 5%(J Oral Pathol
1998)
• Tumors arising in the follicular (Dentigerous cysts)
– 0.1 to 0.2% (JOMS 1991)
• Gigi depan berjejal
KLASIFIKASI IMPAKSI
KLASIFIKASI GIGI IMPAKSI
MOLAR 3 BAWAH
Menurut PELL & GEORGY (1969):
Berdasarkan hubungan molar ketiga bawah dengan ramus dan molar
kedua bawah
• Klas I : cukup ruang antara bagian distal
dari molar dua dengan ramus mandibula untuk
erupsi molar tiga (ruang distal molar dua ke ramus =
mesio distal atau lebih besar dari molar tiga)

• Klas II : ruang antara bagian distal molar dua


dengan ramus lebih kecil dari ukuran mesio
distal molar tiga

• Klas III : Hampir seluruh molar tiga berada dalam


ramus
Menurut PELL & GEORGY (1969):
Berdasarkan kedalaman relatif dari gigi molar ketiga bawah dalam
tulang terhadap molar kedua bawah

• Posisi A : bagian tertinggi molar ketiga


setinggi atau lebih tinggi dari molar kedua

• Posisi B : bagian tertinggi gigi impaksi diantara


bidang oklusal dan servikal molar kedua

• Posisi C : bagian tertinggi gigi impaksi ada di


bawah garis servikal
PELL & GEORGY (1969):
Menurut WINTER (1982):
berdasarkan aksis panjang gigi impaksi molar tiga dengan aksis panjang
gig molar kedua

1. Vertikal
2. Horisontal
3. Mesio angular
4. Disto angular
1. Impacted Vertical
2. Impacted Horizontal
3. Mesio Angular Impacted
4. Disto Angular Impacted
KLASIFIKASI GIGI IMPAKSI MOLAR 3
ATAS
Berdasar kan letak antara gigi impacted molar tiga atas dengan sinus
• Sinus Approximation : (S.A)
maxilaris

Tidak adanya tulang atau adanya dinding pemisah


tulang yang sangat tipis antara gigi impacted molar
tiga atas dengan sinus maxilaris

• No Sinus Approximation : (N.S.A)


Ada 2mm atau lebih jarak antara gigi impacted
molar tiga atas dengan sinus maxillaris
FUNGSI KLASIFIKASI
Pederson

Skala Index kesulitan Klasifikasi Indeks kesulitan

Klas I 1
Klas II 2
Klas III 3

Posisi A 1
Posisi B 2
Posisi C 3

Mesioangular 1
Horizontal 2
Vertical 3
Distoangular 4
• Dengan skala tsb, ditentukan tingkat kesulitan sbb :

Tingkat kesulitan Skor


Ringan 3–4
Sedang 5–7
Sulit 8 – 10
Principles of Management of Impacted
teeth
INDICATIONS FOR REMOVAL OF IMPACTED TEETH
• Prevention of Periodontal Disease
• Prevention of Dental Caries
• Prevention of Pericoronitis
• Prevention of Root Resorption
• Impacted Teeth under a Dental Prosthesis
• Prevention of Odontogenic Cysts and Tumors
• Treatment of Pain of Unexplained Origin
• Prevention of Fracture of the Jaw
• Facilitation of Orthodontic Treatment
• Optimal Periodontal Healing
CONTRAINDICATIONS FOR REMOVAL OF IMPACTED
TEETH
• Extremes of Age
• Compromised Medical Status
• Probable Excessive Damage to Adjacent Structures
• Penatalaksanaan operasi
• Persiapan operasi
• Menentukan teknik operasi
• Prediksi kemungkinan komplikasi
PENDAHULUAN

• Oral dan maxillofacial merupakan area sulit


• Pemeriksaan Radiographic
• Alat diagnostik yang sangat penting dan berharga bagi oral
surgeons
• Penentuan diagnosis dan terapi
• Didahului dengan pemeriksaan yang teliti pada pasien,
history dan pemeriksaan klinis pasien
INDIKASI PEMERIKSAAN
RADIOGRAPHIC

• Mengetahui hubungan antara lesi pathologic dengan struktur


normal anatomis i.e sinus maxilla, mandibular canal, nasal
fossa, mental foramen, etc
• Mengetahui gigi impaksi, supernumerary teeth, sisa akar
• Identifikasi lesi  ukuran, bentuk, dan batas
• Perkembangan lesi
• Pengaruh lesi terhadap korteks tulang dan gigi sebelahnya
TEKHNIK RADIOGRAPHIC YANG
DIGUNAKAN DI ORAL SURGERY

• Panoramic radiograph
• Intraoral dental radiograph
Periapical Radiographs, Bitewing Radiographs,
Occlusal Radiographs, Shift Scath
• Conventional Skull Films and Radiographic Anatomy
Posteroanterior Skull, Lateral Skull, Axial Skull, Waters
Projection Posteroanterior Mandibular, Mandibular
Radiograph (Eisler), Lateral Cephalometric Radiograph,
Temporomandibular Joint
• Computed Tomography ( CT Scan )
• Magnetic Resonance Imaging ( MRI )
PANORAMIC RADIOGRAPH

Multiple unerupted regular permanent and supernumerary teeth in a patient having cleidocrania dysplasia
Intraoral dental radiograph

Periapical Radiographs
Bitewing radiographs
Occlusal Radiographs
SHIFT SCAT
IMPAKSI C
Shift Scath
Conventional Skull Films and Radiographic Anatomy

Posteroanterior Skull, Lateral Skull, Axial Skull, Waters Projection


Posteroanterior Mandibular, Mandibular Radiograph (Eisler), Lateral
Cephalometric Radiograph, Temporomandibular Joint

Indikasi klinis yang membutuhkan radiography dari skull (tengkorak)


dan maxillofacial skeleton yaitu:
• Fractur tulang maxillofacial
• Fractur tengkorak (skull)
• Pengamatan terhadap sinus
• Penyakit yang berkaitan dengan dasar tengkorak
• TMJ disorders
Posteroanterior Skull
Lateral Skull Projection
Axial Skull Projection
Waters Projection Posteroanterior Mandibular
Temporomandibular Joint, Open and Closed Mouth
Computed Tomographi (CT-Scan)
Magnetic Resonance Imaging (MRI)

• Prosedur  gambaran dari struktur internal tubuh


• Metode yang biasanya dipakai untuk menentukan
posisi diskus artikularis dan pemeriksaan jar lunak
intraartikular bilamana perawatan secara
konservatif tidak berhasil dan sebagai klarifikasi
indikasi terapi invasif (surgery)
PERSIAPAN OPERASI GIGI IMPAKSI
- indikasi pengambilan M3
√ gejala simtomatik & infeksi
√ karies
√ penyakit periodontal
√ oral pathology
√ resorpsi tulang
√ anomali ortodontik
√ keperluan orthognatic
surgery
kontraindikasi :
√ prediksi ruang cukup
√ tidak ada riwayat patologi gigi
√ resiko riwayat penyakit medis
√ resiko komplikasi ↑
- diagnosa
- profilaksis (antibiotik, antiradang)
- informed consent pasien
Pre Operative

• Anamnesis
- riwayat medis
√ riwayat penyakit
√ terapi obat
- riwayat dental
√ rasa sakit
√ riwayat pencabutan yg sulit
- pemeriksaan klinis
√ derajat erupsi
√ adanya karies/restorasi
√ status periodontal
√ problem TMJ
√ perikoronitis
√ EO : lympadenophaty, trismus, bengkak
- pemeriksaan radiografis
√ orientasi
√ kedalaman
√ morfologi akar
√ hubungan dg canalis mand
Tujuan tindakan bedah

Asepsis Prinsip bedah

Mencegah mikroba
patogenik

Persiapan
Pre op-du-post op
• Sterilisasi instrumen
• Persiapan pada pasien (kontrol rasa sakit &
kecemasan)
• Persiapan pada operator
- prosedur desinfektan
- pemakaian baju operasi,
gloves, masker, kacamata
Durante Operative

• Tipe impaksi
• Desain flap
• Jalan erupsi/pengambilan gigi
• Kesulitan pengambilan
• Metode untuk mengatasi kesulitan tersebut
• Posisi instrumen
• Posisi pengurangan tulang
• Debridement luka
• Suture
Post Operative

• Instruksi post op
• Pemberian obat (antibiotik, analgesik, antiradang)
• Problem post op (komplikasi)
• Kontrol
Antibiotic prophylaxis to prevent local infection in
oral surgery : use or abuse ?

Profilaksis antibiotik

Ya Tidak

Medically compromised
patients
Tujuan profilaksis :
Utk mencegah perluasan infeksi pada pasien yang
berisiko

Indikasi profilaksis :
- jika ada infeksi lokal
- klinis resiko rendah tapi ada penyakit penyerta

Profilaksis yg digunakan :
- Penisilin
- Amox /amox clavulanic
- Clindamicin

Kapan dipakai? pre operasi


DESIGN FLAP

 Flap Envelop
Clinical photograph
• Insisi envelope dibuka ke arah lateral sehingga tulang
yang menutupi gigi impaksi terbuka.
Clinical photograph
flap tiga-sudut
Clinical photograph and b diagrammatic
illustration showing incision
Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan
diperoleh lapangan pandang yang lebih luas, terutama
pada aspek apikal daerah pembedahan.
Clinical photograph
Flap segiempat
KOMPLIKASI
PENGAMBILAN GIGI
IMPAKSI
KOMPLIKASI POSTOPERASI
TRISMUS
Perawatannya:
 Terapi panas seperti compress
panas pada extraoral selama 20
menit setiap jam sampai
Terbatasnya pembukaan mulut akibat trismus symptom reda.
(kekakuan atau kejang otot-otot
pengunyahan)
 Lakukan pemijatan yang lembut
pada TMJ.

 Berikan obat analgesik


antiinflamasi dan muskel
relaksan.

 Fisioterapi selama 3-5 menit


selama 3-4 hari terdiri dari
gerakan membuka dan menutup
mulut juga gerakan ke arah
lateral(samping), tujuannya
meningkatkan luasnya
pembukaan mulut.

 Berikan obat sedative


(bromazepam (lexotanil): 1,5-3
mg, dua kali sehari, untuk
perawatan stress yang terjadi bila
trismus berlangsung, yang mana
terjadi peningkatan spasmus otot
pada daerah yang terlibat.
Hematoma
Perawatannya:

• penempatan pembalut • Beberapa klinisi


dingin (kompres dingin) merekomendasikan
selama 24 jam pertama, antibiotik untuk
dan menghindari supurasi dari
• kemudian terapi panas hematoma,
untuk meredakan lebih • dan analgesik untuk
cepat. meredakan rasa sakit
ECCHYMOSIS
-Muncul pada , pemb kapiler
-Kerusakan disebabkan refraktor
EDEMA
- 48-72 h

Edema of the lower eyelidwith a skinhue ranging


from very red to cyanotic, as a result of the surgical removal
of an ankylosed maxillary canine. Manipulations and pressure
exerted by retractors often lead to such clinical images
POSTEXTACTION GRANULOMA
-4 s.d 5 hari
- akibat benda
asing di alveolus
PAINFUL POSTEXTACTION SOCKET
-Kompl yg umum setelah efek anestesi habis
-Karena tulang2 yg tajam
Fibrinolytic alveolitis (dry soket)

• Perawatannya:
• irigasi soket dengan
larutan salin yang
hangat, lalu
tempatkan kasa yang
telah diberi eugenol
yang diganti setiap
24 jam, sampai rasa
sakit hilang.
fibrinolytic alveolitis (dry soket)pada daerah molar dua maksila .
 
INFECTION OF WOUND
-Instrumen
- bahan
-Penyakit sistemik
GANGGUAN PENYEMBUHAN
-Faktor lokal maupun general
PENATALAKSANAAN PASIEN
DENGAN COMPROMISED PADA GIGI
IMPAKSI
SURGERY (ODONTEKTOMY)
• Resiko pada pasien dengan immunocompromised
• Ditunda jika : perdarahan spontan, pasien dengan pengobatan
antikoagulan (ASA, Plavix, Coumadin, dll), Trombocytopenia
• Tindakan Non-Bedah  perawatan awal :
• Systemic antibiotic (sepsis), obat kumur kumur air garam (saline)
hangat
Penicilin  kombinasi dengan metronidazole
Resisten penicilin  antibiotik dengan laktamase inhibitor 
Amoxicillin dengan clavulanat potasium
Clindamycin  oral bacteroides species seperti prevotella dan
porphyromonas. Bactericidal antibiotics are necessary

• In this case  managemen infeksi dengan antibiotik sistemik


instruksi oral hygiene, rujukan
SURGICAL VS NON-SURGICAL

• Diperdebatkan
• Tergantung dari kondisi hematologic pasien dan
tingkat keparahan penyakit di rongga mulut
• Ketika tindakan bedah benar2 dibutuhkan 
Rumah Sakit dengan dukungan medis yang cukup
(transfusi darah)

Anda mungkin juga menyukai