Anda di halaman 1dari 5

berdasarkan American society of clinical oncology kegunaan dari bisphosponat secara

intravena adalah untuk mengurangi rasa sakit pada tulang, malignan hiperkalsemia,
komplikasi skeletal disertai myeloma multiple, paru-paru, buah dada, dan perawatan
keganasan lainnya. 2 jenis obat lain yang berkaitan dengan perawatan ini antara lain adalah
pamidronate(aredia) dan oledronic(ometa)
!edangkan bisphosponate oral digunakan untuk perawatan osteoporosis, paget disease, dan
osteogenesis imperfecta. !ecara umum di amerika obat ini digunakan untuk perawatan
osteoporosis. "etapi terdapat hubungan penggunaan obat bisphosponat secara intravena
dan oral dengan nekrosis tulang, dimana penggunaan bisphosponat meningkatkan resiko
nekrosis tulang rahang atau memperlambat penyembuhan kerusakan tulang.
#esiko nekrosis tulang rahang meningkat pada penggunaan bisphosponat intravena
dibandingkan dengan bisphosponat intra oral ($,%&-'2&).
Relasi antara penggunaan bisphosponat dengan nekrosis tulang rahang belum dapat dipastikan, tetapi dimungkinkan
terdapat hubungan apabila dilihat dari kasus yang terjadi. Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain adalah
potensi obat, durasi penggunaan obat, ras, usia, periodontitis kronis, pengobatan kortikosteroid, diabetes, rokok,
alcohol.
Sangat penting untuk membedakan antara osteonekrosis tulang rahang akibat bisphosponat intraoral dan intravena.
Pemakaian bisphosponat secara intraoral menyebabkan osteonekrosis tulang rahang dengan frekuensi yang lebih
rendah dan lebih ringan dibandingkan dengan biosphosponat secara intravena. Menurut Marx osteonekrosis akibat
bisphosponat intraoral sangat berbeda dengan osteonekrosis bisphosponat intravena, yaitu aktu yang lebih lama,
simtom dan kerusakan tulang lebih ringan, terdapat kemungkinan regenerasi tulang bila pemakaian obat dihentikan.
hasil kesimpulan dari perkumpulan dokter bedah mulut ( maksilofasial Amerika adalah harus
sangat berhati-hati pada pemasangan dental implan dan pencabutan pada pasien yang
mengkonsumsi obat bisphosponat baik secara oral maupun intravena.
)ada pasien yang mengkonsumsi obat bisphosponat disarankan untuk tidak melakukan
perawatan melalui jalur pembedahan dan perawatan yang bersifat invasive. )ada
pemasangan dentasl implan secara e*tensive( dipasangkan pada beberapa se*tan)
dianjurkan untuk pemsangan dental implan pada ' se*tan terlebih dahulu, dan perlu
dilakukan asepsis oral dengan penggunaan obat kumur dan pemeriksaan keadaan sistemik
selama 2 bulan sebelum pemasangan se*tan lain dilakukan.
)ada pasien yang mengkonsumsi bisphosponate disarankan untuk diinformasikan tentang
dampak dan efek samping dari obat bisphosponate, dan perlu diinformasikan juga bahwa
persentase penyembuhan tulang lebih rendah pada pasien yang mengkonsumsi
bisphosponate. )ada pasien yang sudah mengkonsumsi bisphosponate lebih dari + tahun
disarankan untuk menghentikan konsumsi obat bisphosponate + bulan sebelum tindakan
bedah dan dalam waktu yang bersamaan harus mengkonsumsi obat kortikosteroid.
)ada pasien yang sudah melakukan pemasangan dental implan disarankan untuk terus
menginformasikan keadaan mulutnya kepada dokter operator karena berhubungan dengan
penggunaan dosis obat bisphosponate, pemberhentian konsumsi obat atau alternative lain
perawatan bisphosponate.
)ada umumnya pemasangan dental implan pada pasien yang ,mengkonsumsi
bisphosponate dilakukan dengan cara standar, sedangkan perawaan bedah implan
merupakan perawatan yang umum dan sering dilakukan di dunia kedokteran gigi maka
perlu dilakukan penelitian tambahan untuk menemukan cara pemasangan dental implan
yang lebih efektif dibandingkan dengan cara standar.
)asien dan metode
,umlah total pasien terdiri dari -.% pasien wanita dengan kisaran umur rata-rata -$ tahun
yang melakukan pemsangan dental implan, dan ''. pasien mengkonsumsi bisphosponate
intraoral sebelum dan sesudah pemasangan dental implan. "idak ada pasien yang
mengkonsumsi bisphosponate secara intravena pada penelitian ini. /ilaporkan -0% dental
implan sudah dipasangkan pada ''. pasien tersebut.
1mur dan jumlah pemasangan dental implan dari pasien responden yang memiliki riwayat
konsumsi obat bisphosponate dibandingkan dengan pasien non responden memiliki hasil
yang tidak signi2kan. )erbedaan signi2kan hanya pada jumlah dental implan pada kedua
grup.
3asil
''. pasien yang mengkonsumsi bisphosponate sudah diinformasikan tentang dampak dari
obat bisphosponate dengan osteonekrosis tulang rahang. )emasangan dental implan pada
semua pasien responden dilakukan dengan teknik konvensional tanpa teknik modi2kasi.
0+& pasien dari seluruh pasien (42) yang dilakukan pemasangan dental implan dilakukan
observasi klinis dan radiogra2.
#ata-rata durasi terapi bisphosponate pada pasien responden adalah +% bulan. 20 pasien
memulai perawatan bisphosponate intraoral setelah tindakan bedah implan dan terjadi
penyembuhan. /an sisa %5 pasien memulai perawatan bisphosponate sebelum tindakan
bedah implan. 00 pasien melaporkan mengkonsumsi fosama* sebelum pemasangan dental
implan, 2' pasien mengkonsumsi actonel, dan 2 pasien mengonsumsi boniva.
/ari -0% dental implan yang dipasang terjadi kegagalan pada 2 kasus, kasus pertama pada
pasien yang dipasang 2 dental implan pada tulang ma*illa, untuk mengganti gigi 20 dan 24
dengan dilakukan sinus lifting, dan ' tahun setelah dilakukan penambahan kembali 2 dental
implan untuk merestorasi daerah biscuspid pada rahang atas kiri, dan terjadi kegagalan
oseointegrasi pada dental implan 24. /an hal ini diketahui sebelum dilakukan pemasangan
crown. )enatalaksanaannya dental implan yang mengalami kegagalan dilepas dan
dipasangkan kembali setelah beberapa bulan, dan pemasangan dental implan ini berhasil
mengalami osteointegrasi 0 bulan setelah pemasangan, pasien tersebut mengaku telah
mengkonsumsi oral bisphosponate + tahun sebelum tindakan bedah implan dan pasien tidak
mengkonsumsi bisphosponate saat pemasangan dan setelah pemasangan dental implan.
!emua dental implan yang dipasang berhasil secara sempurna setelah - tahun
pemasangan.
)ada kasus kedua pasien mengkonsumsi bisphosponate selama - tahun sebelum
pemasangan dental implan. )asien sudah melakukan pemasangan 0 dental implan pada
daerah ma*illa. 2 bulan kemudian 4 dental implan dipasang pada tulang mandibula. )ada
pemasangan dental implan paling belakang daerah gigi +4 tidak mengalami integrasi tulang
dan dilepaskan ' bulan setelahnya. /ental implan tersebut tidak dipasangakan kembali dan
area pemasangan tersebut tidak sembuh secara total. !emua dental implan yang dipasang
berhasil mengalami integrasi tulang.
)ada penelitian ini dari semua pasien yang mengkonsumsi oral bisphosponate tidak ada
yang mengalami komplikasi ostenekrosis tulang rahang, sehingga dalam penelitian ini tidak
dapat dikatakan adanya hubungan oral bisphosponate dengan nekrosis. "etapi pada
penelitian ini hanya terjadi kasus lepasnya dental implan dan pembesaran lesi oral.
)ada penelitian ini diinformasikan tentang faktor risiko seperti pasien yang berumur
lebihdari 0. tahun,diabetes atau konsumsi bebarengan antara prednisone dan
bisphosponate. /iketahui juga pada penelitian ini terdapat .' pasien berumur lebih dari 0.
tahun, + pasien mengkonsumsi prednisone bersamaan dengan bisphosponate dan 2 pasien
mengidap diabetes.
tindakan bedah yang invasive meningkatkan faktor risiko terjadinya nekrosis jaringan, pada
''. pasien, diantaranya +2 pasien terdapat 0 pasien yang mengkonsumsi bisphosponate +
tahun sebelum augmentasi dilakukan.
A/A merekomendasikan perawatan bedah terbatas pada ' se*tan dan sebelum dilanjutkan
perawatan pada se*tan lainnya perlu diberikan interval waktu penyembuhan terlebih
dahulu.
hal menarik pada penelitian ini terdapat pasien wanita berumur 04 tahun dengan riwayat
perawatan bisphosponate selama . tahun sebelum pemasangan dan dilanjutkan setelah
pemasangan dental imnplan, dan dilakukan pemasangan 4 dental implan, 2 implan pada
maksila dan . implan pada mandibula, tidak dilaporkan adanya komplikasi yang terjadi pada
pasien tersebut.
#uggerio6s study that included 4 patients taking
oral bisphosphonates for treatment of osteoporosis
contains the single most compelling evidence of a link
between oral bisphosphonate treatment and osteonecrosis.
' 7one of the 4 patients had a history of malignant
disease or chemotherapy. 3e did not report on
the duration of the bisphosphonate therapy. "he re-maining .0 patients in the study were all
taking intravenous
bisphosphonate in conjunction with treatment
for multiple myeloma, breast cancer, or some
other form of malignant disease
penelitian ruggerio 4 pasien mengkonsumsi bisphosponate untuk perawatan osteoporosis,
pada penelitian te tidak ditemukan adanya riwayat penyakit keganasan atau menjalani
perawatan kemoterapi. "idak dilaporkan iueas
/espite the widespread use of oral bisphosphonates,
a review of the literature found only ' case of
dental implant failure associated speci2cally with oral
bisphosphonate use. A case report from '55. suggested
that failure of . implants was caused by
bisphosphonate therapy.2$ "he drug discussed in this
case report was etidronate disodium (/idronel8 )rocter
and 9amble), a non-nitrogen containing bisphosphonate
that is not the drug of choice for treatment of
osteoporosis. /idronel is ',$$$ times less potent than
alendronate (:osama*) and is used to treat 2brous
dysplasia and )aget6s disease.2' /idronel does not
contain nitrogen. ;ther than this report, only nitrogen
containing bisphosphonates have been found to
produce bisphosphonate-associated osteonecrosis of
the jaw. <ar* speculates that /idronel does not cause
osteonecrosis because it contains no nitrogen and
therapy is not constant8 patients are treated with a
cycle of on-o= doses
bisphosponate yang tidak mengandung nitrogen adalah bgolongan bisphosponate yang
tigunakan untuk perawatan osteoporosis dan diperkirakan tidak ada hubungan dengan
osteonekrosis tulang rahang(hanya golongan bisphosponate mengandung nitrogen yang
diperkirakan menyebabkan osteonekrosis tulang rahang)
"erdapat satu kasus dimana pasien berhasil dipasang dental implan dan sudah terjadi
osteointegrasi dengan tulang rahang tetapi setelah melakukan perawatan bisphosponate
terjadi osteolisis pada daerah gigi yang diimplan, pertama-tama diperkirakan akibat
parafungsi yang dialami pasien tetapi setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut penyebab
osteolisis tersebut adalah dari bispohosponate sehingga disimpulkan pada pasien dengan
perawatan bisphosponate tidak dianjurkan untuk dilakukan pemasangan implan.
>n 2$$0, ,e=coat reported the results of a singleblind
controlled study of .$ postmenopausal female
dental implant patients, all of whom had bone mineral
density scores indicative of osteoporosis.22 "wenty2ve
patients had taken oral bisphosphonates (alendronate
or risendronate) for ' to - years prior to inclusion
in the study. "he mean duration of bisphosphonate
therapy prior to the study was + years. "he
other 2. patients did not take oral bisphosphonates
prior to or during the study. ;ne patient in each
group smoked. A total of '$2 implants were placed in
the group taking bisphosphonates8 '$% dental implants
were placed in the nonbisphosphonate group.
After + years, there was a '$$& success rate with no
clinical evidence of infection, pain, or necrosis in the
patients who received oral bisphosphonates. "here
was a 55.2& success rate in the group who did not
receive oral bisphosphonates.
)ada tahun 2$$0 je=coat melaporkan hasil penelitian bahwa tidak ada komplikasi yang
terjadi pada pasien dengan perawatan oral bisphosponate pada perawatan dental implan
?e found similar results in our study. ;f the ''.
patients taking oral bisphosphonates, none show evidence
or have symptoms of necrosis. All have had
successful implant restorations. 3ad recommendations
of the A/A and AA;<! panels been followed,
treatment for at least +$ of these patients would have
been modi2ed. )ossible treatment modi2cations include
a drug holiday, obtaining a @-terminal crosslinking
telopeptide serum test, treating individual
Auadrants separately, or even use of nonimplant-supported
prostheses.4,%,2+ <anagement of patients receiving
oral bisphosphonates should be separated and
distinguished from the management of patients receiving
intravenous bisphosphonates. All patients
considering surgical treatments should be asked
about bisphosphonate use and should be advised of
possible risks. /ental records should be revised to
include this information. Additional research is reAuired
to guide the management of patients taking oral
bisphosphonates. !ome evidence suggests that duration
of oral bisphosphonate therapy correlates with the development
and severity of osteonecrosis. <ore data are
needed to determine at what point invasive dental treatment
should be routinely modi2ed. >n addition, more
data is needed to determine whether the serum @-terminal
cross-linking telopeptide serum test is valid for
assessing risk.4 "here is insuBcient evidence to suggest
that implant placement, tooth e*traction, and other surgical
treatments should be routinely avoided for patients
receiving oral bisphosphonate therapy. >nstead, evidence
suggests that freAuent clinical and radiological
e*aminations with prompt treatment of problems will
minimie potential risks.

Anda mungkin juga menyukai