Anda di halaman 1dari 14

NAMA : HEPY EZRA VIORENTIKA PUTRI

NIM : 10617046

INSTRUKTUR : drg. Iqma Dea Cendekia

RESUME KGK V SKENARIO 3

1. Komponen Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL)


a. Basis
Merupakan bagian GTSL yang mendukung elemen gigi tiruan dan
berfungsi untuk menggantikan tulang alveolar yang hilang. Selain itu, basis
berfungsi untuk meneruskan tekanan oklusal ke jaringan periodontal dan gigi
penyangga, faktor kosmetik, menstimulasi jaringan di bawah dasar gigi tiruan
atau jaringan sub basal, serta sebagai retensi dan stabilisasi gigi tiruan. Basis
gigi tiruan dapat berupa basis dukungan gigi (bounded saddle) dan basis
dukungan jaringan atau kombinasi ujung bebas (free end). Berdasarkan
bahannya, basis dapat dibedakan menjadi basis metal dan non metal.
1. Metal
Basis berbahan metal memiliki beberapa keuntungan diantaranya, dapat
menghantarkan termis, ketepatan dimensional, kekuatan maksimal dengan
ketebalan minimum, sedangkan kekurangannya basis metal tidak dapat
direkatkan kembali, warna basis tidak harmonis, relatif lebih berat,serta teknik
pembuatan yang lebih rumit dan mahal. Indikasi pemakaian basis metal pada
pasien dengan hipersensitivitas terhadap resin akrilik, gaya kunyah abnormal,
ruang intermaksiler kecil, kasus basis dukungan gigi dengan desain unilateral.
2.     Non metal
Basis berbahan non metal salah satunya yaitu resin akrilik. Resin akrilik
memiliki beberapa keuntungan diantaranya, ringan, murah, mudah, dapat
dicekatkan kembali, dan warnanya harmonis dengan jaringan sekitar.
Kekurangan resin akrilik sebagai bahan basis diantaranya, merupakan
penghantar termis yang buruk, dimensi tidak stabil, mudah mengalami abrasi,
kalkulus mudah melekat, serta stabilitas warna yang kurang
b. Konektor
1. Konektor mayor
Konektor mayor atau konektor utama merupakan komponen GTSL yang
menghubungkan bagian protesa yang terletak pada satu sisi rahang dengan satu
sisi lainnya. Terdapat empat syarat konektor mayor, yaitu rigid, sehingga gaya
yang bekerja pada protesa dapat disalurkan ke seluruh bagian, lokasi konektor
tidak mengganggu jaringan, serta tepi konektor tidak menekan dan harus
membulat tidak tajam. Konektor mayor dapat dibedakan menjadi konektor mayor
maksila dan mandibular.

 Konektor mayor maksila


a) Batang palatal tunggal (single palatal bar),
Terletak pada bagian tengah palatum, indikasi pada kasus
kehilangan satu atau dua gigi pada setiap sisi rahang, daerah tak bergigi
berujung tertutup, dan kebutuhan dukungan palatum minimal.

b) Plat palatal bentuk U


Disebut juga dengan konektor palatum tapal kuda. Indikasi
pemakaian pada kasus kehilangan satu atau lebih gigi anterior atau
posterior atas, adanya torus palatinus luas, dan perlunya splint gigi
anterior.
c) Batang palatal ganda (double palatal bar)
Indikasi pemakaian pada semua kelas Kennedy, terutama kelas II
dan IV, pada gigi penyangga anterior dan posterior yang terpisah jauh.
d) Plat palatal penuh (full palatal coverage)
Memiliki fungsi memberikan dukungan maksimal bagi gigi tiruan.
Indikasi pemakaian pada kasus kelas I dan II Kennedy dan pada kasus
tanpa adanya torus palatinus.
 Konektor mayor mandibula
a) Batang lingual
Konektor mandibula paling sederhana. Tepi inferior batang lingual
tidak boleh mengganggu jaringan sekitar.

b) Batang lingual ganda


Indikasi pemakaian pada kasus gigi depan bebas perawatan
periodontal dan pada kasus dengan celah interproksimal besar.
c) Plat lingual
Memiliki kekurangan dapat menghalangi stimulasi fisiologik
jaringan gingiva bagian lingual dan self cleansing menjadi terganggu.
Indikasi pemakaian pada kasus dengan frenulum lingualis tinggi, torus
mandibular besar, pasien dengan indirect retainer, pasien perlu stabilisasi
gigi anterior.
d) Batang labial
Indikasi pemakaian apabila terdapat gigi yang terlalu miring ke
lingual, torus mandibula tidak dapat dikoreksi dan pada kasus dengan
banyak undercut jaringan lunak sisi lingual.

2. Konektor minor
Konektor minor merupakan komponen GTSL yang menghubungkan
antara konektor mayor dengan basis atau klamer atau indirect retainer atau
sandaran oklusal. Konektor minor dapat berfungsi untuk menyalurkan tekanan
fungsional ke gigi penyangga. Syarat konektor minor harus rigid, biasanya
diletakkan pada daerah embrasur gigi dan berbentuk lancip ke arah gigi
penyangga.

c. Anasir gigi
Anasir gigi merupakan bagian GTSL yang berfungsi untuk menggantikan
gigi asli yang hilang. Pemilihan anasir gigi perlu memperhatikan beberapa
faktor tertentu, diantaranya.
1.     Ukuran, meliputi panjang gigi dan lebar gigi. Panjang gigi dapat
diketahui dari bertambahnya usia yang menyebabkan permukaan insisal aus
sehingga mahkota klinis menjadi lebih pendek, panjang bibir atas yang pendek
sehingga gigi depan terlihat sampai setengahnya, kedalaman overbite yang
dalam cenderung menyebabkan gigi anterior terlihat, dan garis tertawa yang
dapat memperlihatkan 2/3 panjang gigi. Lebar gigi menurut John H. Lee bahwa
jarak antara kedua ujung tonjol kaninus atas sesuai dengan lebar hidung,
menurut Sears, ukuran enam gigi anterior atas sama dengan 1/3 jarak bi-
zigomatikus, sedangkan lebar gigi insisif sentral seperdelapan belasnya.
2.     Bentuk, meliputi bentuk permukaan labial gigi depan, garis luar distal
gigi, dan garis luar mesial gigi. Permukaan labial yang konveks gigi akan
tampak lebih kecil, gigi dengan sudut distal besar akan tampak lebih kecil, dan
garis mesial konkaf akan membuat gigi lebih kecil. Selain itu, bentuk gigi perlu
memperhatikan bentuk muka agar harmonis
3.     Jenis kelamin, pria memiliki garis luar gigi depan atas bersudut lebih
tajam disebut kuboidal, sedangkan wanita garis luar gigi berbentuk kurve
disebut spheroidal.
4.     Tekstur permukaan, memperhatikan estetik, meliputi garis retak,
daerah hipoplasia, groove, dan sebagainya.
5.     Warna, dapat mempengaruhi posisi, bentuk, dan kesan hidupnya gigi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan warna anasir gigi
diantaranya, lingkungan kamar praktek meliputi sifat sinar, sumber cahaya,
pakaian dan warna kamar, serta perhatian kondisi pasien.
6.      Bahan elemen, biasanya terbuat dari bahan porselen atau plastic.

d. Retainer
Retainer merupakan bagian GTSL yang berfungsi memberikan retensi dan
menahan protesa tetap pada tempatnya. Retainer dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu direct retainer dan indirect retainer.

1. Direct retainer
Direct retainer merupakan bagian yang berkontak langsung dengan gigi
penyangga dan dapat berupa clasp atau cengkeram.

2. Indirect retainer
Merupakan bagian yang berfungsi untuk mengimbangi gerakan rotasi
dan pemindahan gigi tiruan. Gerakan rotasi apabila basis berotasi pada
sandaran yang tetap pada tempatnya, sedangkan gerakan pemindahan apabila
sandaran oklusal bergerak dan terangkat sehingga protesa terlepas. Penggunaan
indirect retainer berfungsi untuk mencegah pergerakan basis berujung bebas
menjauhi lingir sisa, mengurangi gaya torsional dalam arah antero-posterior
pada gigi penyangga, menambah stabilisasi, membantu splinting gigi anterior,
dan mencegah konektor utama tertekan pada jaringan

e. Sandaran (rest)
Sandaran merupakan bagian geligi tiruan yang bersandar pada
permukaan gigi penyangga dan dibuat dengan tujuan memberikan dukungan
vertikal pada protesa. Sandaran dapat ditempatkan pada permukaan oklusal
gigi posterior atau pada permukaan lingual gigi anterior (Wahjuni, dan
Mandanie, 2017).
2. Prosedur Pemeriksaan kasus GTSL
Prosedur diagnostik perlu diaplikasikan pada pasien yang akan

membuat gigitiruan penuh untuk membantu dalam menetapkan diagnosa

dan rencana perawatan, meliputi:

1. Pemeriksaan Subyektif

a. Informasi Sosial

Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat,

nomor telepon dan pekerjaan pasien. Informasi ini diperlukan bila akan

menghubungi pasien lebih lanjut dan dapat memberikan petunjuk tentang

keadaan sosial-ekonomi pasien.

b. Riwayat Kesehatan Umum

Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya

kondisi yang mungkin berpengaruh terhadap perawatan gigi tiruan.

Informasi kesehatan umum meliputi penyakit sistemik yang diderita pasien

seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit

kronis lainnya serta obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat

diketahui dengan jelas karena akan mempengaruhi keberhasilan perawatan

yang akan dilakukan.

c. Riwayat Kesehatan Gigi Mulut

Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan gigi pasien

dengan mengajukan beberapa pertanyaan, misalnya Waktu dan gigi

dibagian mana yang dicabut terakhir perlu diketahui. Lama jangka waktu
antara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya pembuatan gigitiruan

akan mempengaruhi hasil perawatan. Informasi lain seperti prosedur

kebersihan rongga mulut pasien, kebiasaan pasien misalnya mengunyah di

satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan rongga mulut

yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien.

Pada pasien yang pernah memakai gigitiruan, harus diberi kesempatan

untuk menyampaikan keluhan tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini

penting untuk dijadikan petunjuk bagi dokter gigi agar dapat mengetahui

permasalahan utama yang diinginkan oleh pasien sehingga dapat

diperbaiki pada gigitiruannya yang baru.

2. Pemeriksaan Obyektif

a. Pemeriksaan ekstra oral

Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur

bibir saat istirahat dan selama berfungsi, sendi temporomandibular dan

kemungkinan kebiasaan terkait dengan pemakaian gigitiruan seperti

mengangkat gigitiruan rahang bawah dengan lidah.

b. Pemeriksaan Intra oral

Pemeriksaan intra oral meliputi screening seluruh jaringan rongga

mulut terhadap kelainan patologis yang dilakukan secara visual dan

palpasi pada mukosa rongga mulut, linggir alveolar, palatum, lidah dan

relasi rahang. Pemeriksaan terhadap jumlah serta konsistensi saliva perlu

dilakukan karena berpengaruh pada retensi, stabilisasi serta kenyamanan

pemakaian gigitiruan. Bila terdapat jaringan flabby, ridge tajam (knife


edge), protuberensia tulang seperti torus, eksostosis dan jaringan

hiperplasia perlu dilakukan pertimbangan tindakan pembedahan atau

membuat desain khusus. Dokter gigi memegang peranan penting dalam

deteksi dini oral neoplasia, khususnya karsinoma. Prosedur pembuatan

gigitiruan harus ditunda bila terdapat kelainan patologis sampai seluruh

jaringan rongga mulut dalam keadaan sehat.

c. Pemeriksaan Gigi Tiruan

Tujuan dari pemeriksaan gigitiruan adalah untuk menentukan

kualitas gigitiruan yang berhubungan dengan keluhan pasien mengenai

gigitiruannya sehingga dapat dilakukan perbaikan pada gigitiruan yang

baru. Pemeriksaan yang dilakukan pada saat gigitiruan dikeluarkan dari

rongga mulut meliputi kebersihan gigitiruan, bentuk umum, posisi gigi,

oklusi, dan keausan gigitiruan. Kemudian dilakukan pemeriksaan

gigitiruan di dalam rongga mulut meliputi adaptasi gigitiruan, border

extension, freeway space, dimensi vertikal, oklusi sentrik, estetik, serta

posisi gigi dan hubungannya terhadap lidah, pipi dan bibir, sebelum

melakukan penilaian stabilitas dan retensi.

3. Pemeriksaan Radiografik

Pemeriksaan radiografik juga dapat melihat keadaan jaringan

periodontal gigi yang masih ada serta vitalitasnya, tebal submukosa yang

menutupi tulang, lokasi kanalis mandibula, foramen mentale serta

adanya tulang yang tajam. Pemeriksaan radiografik panoramik dari

kedua lengkung rahang ditambah dengan foto periapikal atau oklusal


bila diperlukan sangat membantu didalam menegakkan diagnosa, namun

perlu dipertimbangkan pemaparan radiasi pada pasien harus seminimal

mungkin. Karena itu disarankan untuk melakukan pemeriksaan

radiografik dengan menggunakan foto panoramik, sedangkan foto

periapikal atau oklusal hanya bila diperlukan untuk pemeriksaan

tambahan. (Rachman, 2007)

3. Desain GTSL
Pembuatan desain GTSL dilakukan melalui empat tahapan, yaitu.
a. Tahap I, menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi
Daerah tak bergigi pada setiap rahang dapat bervariasi, baik panjang,
jumlah, macam, dan letaknya. Klasifikasi edentulous sesuai dengan
klasifikasi Applegate Kennedy.

b. Tahap II, menentukan macam dukungan dari setiap sadel


Penentuan macam dukungan GTSL dilakukan dengan memperhatikan
beberapa hal berikut.
1) Keadaan jaringan pendukung
Apabila jaringan gigi sehat, dukungan sebaiknya berasal dari gigi,
tetapi apabila keadaan gigi meragukan, sebaiknya dukungan dipilih
dari mukosa. Dukungan pada sadel berujung bebas (free end)
sebaiknya berasal dari mukosa untuk mencegah penerimaan beban
kunyah tidak seimbang.
2) Panjang sadel
Dukungan gigi dapat dipilih untuk sadel yang pendek dengan gigi
tetangga kuat, namun apabil sadel panjang dengan gigi asli kurang
kuat sebaiknya dipilih dukungan dari mukosa.
3) Jumlah sadel
Untuk rahang dengan jumlah sadel multipel perlu diperhatikan
keadaan gigi-gigi yang masih ada serta jaringan mukosanya.
4) Keadaan rahang
Sadel tertutup pada rahang bawah dipilih dukungan berasal dari
gigi.
c. Tahap III, menentukan macam penahan
Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan macam penahan, yaitu.
1) Dukungan dari sadel, berkaitan dengan indikasi dari macam
cengkeram.
2) Stabilisasi gigi tiruan, berhubungan dengan jumlah dan macam
gigi pendukung yang ada dan yang akan dipakai.
3) Estetika, berhubungan dengan bentuk atau tipe cengkeram
serta lokasi dari gigi penyangga.
d. Tahap IV, menentukan macam konektor
Pada protesa resin, konektor yang digunakan biasanya berbentuk pelat,
sedangkan pada kerangka logam bentuk konektor bervariasi dipilih sesuai
dengan kondisi pasien (Gunadi dkk., 2012).

4. Indikasi dan Kontraindikasi gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL)


A. Indikasi GTSL
a. Pasien Kooperatif
b. Adanya kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih
mempunyai beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi yang
tidak mungkin diperbaiki
c. Keadaan  processus alveolaris masih baik
d. Kondisi mulut pasien baik
e. Keadaan umum pasien baik
f. Pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap
B. Kontraindikasi GTSL
a. Kurangnya gigi yang tepat sebagai dukungan ,retensi , stabilitas gigi tiruan
sebagian lepasan.
b. Rampan karies / kondisi periodontal yang tidak sehat.
c. Kelainan mental/fisikal yang menyebabkan gangguan kemampuan pasien
untuk kooperatif selama pembuatan gigi tiruan dan selama penggunaan
gigi tiruan
d. Pasien hipersensitif terhadap material gigi tiruan (Phoenix & Cagna, 2003).

5. Prinsip Desain gigi tiruan jembatan Sebagian


1) Klasifikasi Kennedy Klas I (Dengan/Tanpa Modifikasi)
a. Mengurangi beban:
b. Membagi beban antara gigi dan ridge
c. Membagi beban seluas-luasnya:
2) Klasifikasi Kennedy Klas II (Dengan/Tanpa Modifikasi)
a. Dasar terapi sama dengan klasifikasi gigi tiruan sebagian lepasan kennedy
klas I
b. Retainer indirect diletakkan di sisi yang bukan free-end
c. Saddle panjang harus menggunakan cetakan mukokompresi
3) Klasifikasi Kennedy Klas III (Dengan/Tanpa Modifikasi)
a) Unilateral denture
b) Bilateral denture
4) Klasifikasi Kennedy Klas IV
a. Kasus kehilangan gigi-gigi anterior (edentulous area dibatasi sisi mesial
gigi)
b. Tanpa modifikasi
c. Membutuhkan retainer indirect
d. Daerah edentulous
a. Short span (1-4 gigi)
b. Long span (lebih dari 4 gigi)

 Macam desain gigi tiruan sebagian lepasan Kennedy Klas IV


a. Horse shoe tanpa sayap labial/open face design: bila defek kecil
b. Horse shoe dengan sayap labial
c. Skeleton denture
d. Spoon denture/bifid spoon denture
e. Every denture (Carr & McGivney. 2005).
6. Tahapan Pembuatan GTSL
Pembuatan GTSL dapat dilakukan setelah pemeriksaan dan penegakan
diagnosa pada pasien. Pemeriksaan diagnostik mulut pada sebagian gigi
yang hilang perlu dilakukan untuk mempertahankan gigi-gigi yang ada,
memelihara jaringan pendukung, serta menciptakan efek estetik yang
harmonis. Pada pembuatan gigi tiruan pasien perlu untuk mengetahui
tujuan perawatan, sehingga konstruksi gigi tiruan disesuaikan dengan
kebutuhan pasien. Pembuatan GTSL dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu sebagai berikut.

1. Pencetakan pendahuluan
Pencetakan pendahuluan merupakan pencetakan rahang untuk
menghasilkan model diagnostik. Pencetakan pendahuluan dilakukan untuk
merencanakan preparasi mulut yang harus dilakukan sebelum nantinya
menggunakan protesa. Pencetakan dilakukan dengan menggunakan
sendok cetak perforasi dengan nomor sesuai ukuran rahang pasien. Posisi
pasien duduk tegak dengan bidang oklusal sejajar lantai. Pencetakan
pendahuluan dilakukan dengan menggunakan bahan cetak alginat untuk
membuat cetakan negatif. Cetakan yang baik meliputi beberapa bagian
berikut.
a. Semua detail gigi terlihat, batas gingiva dengan gigi, serta
preparasi sandaran.
b. Daerah lingir, semua bagian lingir dan jaringan lunak
tercetak.
c. Perlekatan otot, hingga mukosa bergerak dan tidak
bergerak.
d. Batas cetakan untuk rahang atas bagian posterior meliputi
fovea palatini dan Ah line, pada bagian lateral meliputi
hamular notch, sedangkan pada rahang bawah bagian
posterior meliputi retromolar pad, lateral berupa ridge
oblique externa dan frenulum bukalis, lingual meliputi
seluruh lingir sampai dasar mulut.
e. Detail lain, cetakan tidak terdapat gelembung udara,
lipatan, atau robekan, serta tidak boleh lepas dari sendok
cetak (Gunadi dkk., 2012).
Hasil pencetakan pendahuluan selanjutnya dilakukan pengisian dengan
menggunakan gipsum tipe III dental stone.

2. Preparasi mulut
Preparasi mulut terbagi menjadi dua tahapan, yaitu.

a. Tahap pendahuluan, bertujuan untuk menciptakan lingkungan mulut


yang sehat. Langkah pendahuluan yang dilakukan seperti tindakan bedah
pre prostetik, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontik,
bahkan ortodontik apabila diperlukan.
b. Tahap pengubahan kontur gigi, bertujuan untuk mempersiapkan
rongga mulut sebelum pemasangan gigi tiruan yang akan dibuat. Pada
tahap ini dilakukan pengubahan kontur untuk mengurangi hambatan pada
bagian proksimal gigi atau permukaan gigi yang malposisi, mencari
bidang bimbing (guiding plane), penempatan lengan cengkeran pada
permukaan gigi di mana tidak terdapat undercut yang diharapkan,
membuat preparasi untuk sandaran oklusal cengkeram, dan pengubahan
bidang oklusal.

3. Pencetakan utama
Pencetakan utama dilakukan setelah semua tindakan preparasi
mulut telah selesai dan pasien telah siap untuk perawatan gigi tiruan.
Pencetakan utama dilakukan untuk menghasilkan model kerja dengan
menggunakan gips tipe III dental stone.
4. Survei model rahang
Survei model rahang merupakan prosedur untuk menentukan lokasi dan
garis luar dari kontur dan posisi gigi dan jaringan sekitarnya pada model
rahang. Survei model rahang dilakukan sebelum pembuatan desain gigi
tiruan dengan menggunakan alat survei yang disebut dengan surveyor.
Bagian-bagian pada surveyor gigi terdiri dari basis datar (horizontal base),
tiang tegak (upright column), lengan datar (horizontal arm), gelendong
tegak (vertical spindle), dan meja basis (table base). Survei dilakukan
untuk dapat menganalisis hubungan dimensi antara jaringan lunak dan
jaringan keras dalam mulut, membantu dalam menentukan gigi yang akan
dijadikan penyangga, dan juga penentuan letak cengkeram. Berikut tujuan
dilakukan survei model rahang.
a. Menentukan arah pemasangan terbaik,
b. Menemukan permukaan proksimal yang bisa disejajarkan,
sehingga bisa digunakan sebagai bidang bimbing,
c. Menetapkan apakah daerah-daerah hambatan pada tulang
maupun gigi perlu dibuang atau cukup dengan pemilihan
arah pemasangan lain saja,
d. Menentukan dan mengukur daerah yang dapat
dimanfaatkan sebagai retensi,
e. Menggambar garis kontur terbesar pada gigi penyangga
dan menentukan undercut yang tidak diharapkan yang
perlu dihindari atau dihilangkan (Gunadi dkk., 2012).

7. Syarat Pembuatan GTSL


a. Mempunyai artikulasi dan oklusi
b. Cengkram harus pasif
c. Stabil ketika berfungsi
d. Estetika baik
e. Mudah dibersihkan (Gunadi, 2012).
DAFTAR PUSTAKA

Phoenix RD, Cagna DR.2003. Stewart’s Clinical Remivable Partial


Prosthodontics. 3rd Edition. Chicago : Quintessence.
Carr AB, McGivney GP. 2005. McCracken’s Removable Padtial Prostodontics.
12th Ed. St. Louis : Elsevier Mosby.
Gunadi, dkk., 2012. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid I.
Jakarta, Hipokrates, pp 14.

Rachman A, Prosiding, 2007, Disain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Frame:

Kasus Berujung Bebas, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas

Padjadjaran, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai