Abstrak
Tujuan: Laporan kasus ini akan membahas penggunaan pasak fiber reinforced
composite (FRC) dalam memberikan adaptasi yang baik antara pasak dan saluran akar
bentuk oval distal pada molar mandibula pasca perawatan saluran akar, sehingga
menghasilkan restorasi yang monoblok.
Laporan Kasus: Seorang pasien perempuan, 21 tahun, datang dengan keluhan utama
gigi molar kiri bawah berlubang dan terasa nyeri saat kemasukan makanan sejak 2
minggu yang lalu. Karies menggaung ditemukan pada gigi vital 36 dan 37, perkusi
positif, dan tes palpasi negatif. Diagnosis Pulpitis Ireversibel Asimtomatik dengan
Periodontitis Apikal Asimtomatik. Setelah perawatan saluran akar selesai dan tidak ada
keluhan, dilakukan persiapan ruang pasak untuk fabrikasi dan pengukuran pasak FRC, ,
kemudian dicobakan ke dalam saluran akar oval di akar distal gigi 3.6 dan 3.7. Setelah
pasak FRC dibuat dan dievaluasi dengan radiograf, pasak disementasi dengan self-
adhesive resin cement. Fabrikasi inti dilakukan dengan menggunakan resin komposit
bulk-fill. Kemudian, pasak dan inti serta gigi di preparasi untuk disiapkan pembuatan
crown zirkonia monolitik sebagai restorasi akhir.
Diskusi: Penggunaan pasak FRC menerapkan prinsip minimal invasif, karena
dilakukan tanpa preparasi saluran akar
Kesimpulan: Penggunaan pasak FRC menguntungkan untuk saluran akar berbentuk
oval, menciptakan sistem monoblok yang baik dari dalam saluran akar sampai mahkota
tiruan.
Kata kunci: Restorasi monoblok, pasak, fiber-reinforced composite, saluran akar
bentuk oval, molar
Pendahuluan
Prognosis gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar (PSA) tidak hanya
bergantung pada keberhasilan PSA tetapi juga pada jumlah jaringan dentin yang tersisa,
dan restorasi akhir.1 Gigi yang telah dilakukan perawatan saluran akar, dapat hilang
atau di ekstraksi karena adanya karies yang tidak dapat direstorasi, kegagalan restoratif,
fraktur cusp atau mahkota yang tidak dapat diperbaiki, fraktur akar vertikal, penyakit
periodontal, atau penyebab lainnya. Adapun komplikasi restoratif adalah alasan paling
umum untuk pencabutan gigi.2 Gigi yang dirawat endodontik dengan baik, ketika
dikombinasikan dengan restorasi yang baik secara teknis, ini memberikan tingkat
keberhasilan tertinggi (81%). Namun, restorasi koronal yang baik tidak dapat
mengompensasi endodontik yang buruk, sehingga tingkat keberhasilannya hanya 56%.
Studi menggunakan metodologi dan ukuran kohort yang serupa, menemukan bahwa
kualitas teknik perawatan endodontik yang baik dikombinasikan dengan restorasi pasak
dan inti, diamati lebih berhasil daripada gigi yang tidak dirawat dengan pasak dan inti
(70,7% vs 63,6%).3
Konsep monoblok digunakan untuk saluran akar yang diisi dengan bahan
pengisi yang hermetis sehingga kedap udara. Bahan pengisi padat tersebut dapat berupa
bahan obturasi saluran akar atau sistem pasak dan inti. Filosofi ini pertama kali
dipopulerkan pada tahun 1996 dengan bonding berbasis resin epoksi, pasak yang
diperkuat fiber ke dentin akar sebagai monoblok yang homogen secara mekanis.
Monoblok yang diciptakan oleh adhesive sealer dan sistem pasak ini memiliki potensi
untuk meningkatkan kualitas seal pada akar dan memperkuat gigi.4,5
Anatomi saluran akar menjadi pertimbangan penting bagi klinisi untuk
menentukan setiap desain pasak. Prevalensi saluran akar oval dan long oval telah
dilaporkan, menurut Wu et al. (2000), kanal long oval terjadi di bagian apikal pada
sekitar 25% kasus. Namun, pada beberapa kelompok gigi seperti gigi seri rahang bawah
dan gigi premolar kedua rahang atas, prevalensinya lebih dari 50%. Pada akar distal
molar mandibula, prevalensinya adalah 25-30%.6 Pasak fiber prefabrikasi pada dasarnya
tidak beradaptasi di kanal oval, sehingga kurang retensi dan mendukung peningkatan
ketebalan semen luting untuk mengisi rongga yang tergabung antara pasak yang longgar
dan dinding kanal.7 Untuk mengatasi kesulitan ini, pasak Fiber Reinforced Composite
(FRC) diperkenalkan. Pasak FRC adalah pasak fiber glass yang fleksibel, mengandung
resin, yakni memiliki matriks resin Interpenetrating polymer network (IPN) yang dapat
di-curing sesuai bentuk anatomi mahkota.8 Keistimewaan dari teknik pasak ini adalah
pasak fiber glass yang tidak terpolimerisasi dengan resin dapat beradaptasi dengan
sangat baik pada morfologi saluran akar dan mencapai kekuatan lentur yang tinggi
setelah light curing.
Penggunaan pasak yang tepat dalam membentuk restorasi monoblok dan sebagai
penambah retensi bagi mahkota akhir pasca PSA sangat diperlukan. Oleh karena itu,
laporan kasus ini akan memaparkan keberhasilan penggunaan restorasi monoblok
dengan pasak fiber reinforced composite pasca perawatan saluran akar pada saluran
akar berbentuk oval pada gigi molar kiri rahang bawah.
Case Report
Seorang pasien wanita berusia 21 tahun datang ke Klinik Konservasi RSKGM FKG UI
dengan keluhan utama gigi molar kiri bawahnya berlubang dan terasa nyeri saat
kemasukan makanan sejak 2 minggu yang lalu. Karies menggaung ditemukan pada gigi
vital 36 dan 37, perkusi positif, dan tes palpasi negatif. Terdapat pelebaran ligamen
periodontal pada ujung apikal akar distal gigi 37. Pasien mengaku tidak memiliki
Riwayat penyakit medis. Pada riwayat lebih lanjut, dia menjalani perawatan saluran
akar (PSA) yang dilakukan untuk gigi 3.6 dan 3.7. Kedua gigi tersebut memiliki
berkontak dengan gigi antagonis dengan tekanan kunyah normal. Radiografi periapikal
pada gigi 36 dan gigi 37 menunjukkan dinding distal akan diambil serta dinding bukal
dan lingual tipis kira-kira sekitar 0,5 mm (Gambar 1). Karena jumlah sisa dentin pada
dinding bukal dan lingual tipis, untuk mengakomodir gaya pengunyahan kea rah bukal
dan lingual, perawatan pasca PSA yang dipilih adalah menggunakan restorasi
monoblok dengan pasak fiber reinforced composite (FRC), dengan inti menggunakan
komposit bulkfill dan pembuatan mahkota tiruan zirkonia monolitik.
A B
Gambar 1. Gigi 3.6 dan 3.7 A, Foto klinis awal. B, Foto radiograf awal.
Gigi 3.6 dan 3.7 tidak ada keluhan, perkusi negatif, dan palpasi negatif.
Kemudian tambalan sementara zink fosfat dibongkar sebagian dengan menggunakan
scaler ultrasonic, menyisakan area mesial. Dikarenakan dinding distal sebagian hilang
karena pecah saat mengunyah akibat tersisa dinding tipis, kemudian dinding bukodistal
dan linguodistal menyisakan dinding yang tipis, maka direncanakan akan dilakukan
penguatan dengan pasak dan core FRC, dan mahkota tiruan zirkonia agar preparasi gigi
dalam dilakukan minimal. Persiapan ruang pasak yang telah dilakukan perawatan
saluran akar dengan membuang gutaperca dengan menggunakan GGD, heated plugger
dan tip ultrasonic ET25 (Satelec), menyisakan gutaperca 5 mm di 1/3 apikal akar,
sehingga panjang kerja pasak gigi 3.6 adalah 14 mm dan gigi 3.7 adalah 15 mm.
Dinding saluran akar dibersihkan dan dihaluskan dengan tip ultrasonic ET25 (Satelec),
lalu dirigasi dengan NaOCl 2,5%, agitasi, flushing, EDTA 17%, agitasi, kemudian
diakhiri dengan aquadest dan dikeringkan dengan paper point. (Gambar 2)
Gambar 2. Foto klinis persiapan ruang pasak saluran akar bentuk oval gigi 3.6 dan 3.6.
A B
Gambar 3. A. Pasak FRC ukuran 0.9 dan GC modelling liquid, B. Pasak FRC yang
sudah terbentuk sesuai anatomis (oval), C. Foto roentgen percobaan pasak FRC
A B
Gambar 4. A. Pasak FRC dan FRC built up, B. Preparasi mahkota gigi 3.6 dan 3.7
A B
Diskusi
Beberapa peneliti telah merekomendasikan penggunaan pasak pada restorasi
pasca PSA untuk mempertahankan core pada gigi yang telah mengalami kehilangan
struktur gigi koronal yang luas.9 Setelah klinisi memutuskan untuk menggunakan pasak,
maka panjang pasak, diameter dan anatomi radikuler dari gigi yang terlibat juga harus
dipertimbangkan. Trope et.al10 telah menunjukkan pasak atau preparasi pasak dapat
melemahkan integritas saluran akar gigi. Standlee et al. menunjukkan bahwa retensi
pasak dipengaruhi diameter daripada panjang. Para peneliti ini juga ingin menunjukkan
bahwa pasak berdiameter kecil memberikan retensi yang memadai dan memerlukan
lebih sedikit penghilangan dentin, sehingga menghasilkan gigi yang lebih kuat. Adapun
Saran untuk panjang pasak yang optimal bervariasi, tetapi panjang pasak sama atau
lebih besar dari panjang mahkota klinis (seperti yang direkomendasikan oleh Weine dan
ditunjukkan oleh Sorensen dan Martinoff ) sambil mempertahankan penutupan apikal
minimal 5 milimeter gutta-percha adalah sebuah dukungan yang baik. Anatomi akar
harus memainkan peran utama dalam setiap desain pasak. Tilk et al. mengukur dimensi
luar dari 125 akar distal gigi molar pertama mandibula dengan pengukur Boley untuk
menetapkan rekomendasi diameter pasak yang optimal. Rekomendasi mereka tentang
diameter pasak 0,9 mm (0,035 inci) pada akar distal molar pertama mandibula
dipengaruhi oleh pendapat Johnson et al. bahwa diameter pasak sama dengan sepertiga
lebar akar. 9, 10, 11
Pada saluran akar oval, Coniglio et al.12 menunjukkan bahwa penggunaan pasak
sirkular dan oval menghasilkan kekuatan retentif yang mirip pada saluran akar
berbentuk oval, sementara Muñoz et al.13 mengungkapkan bahwa keduanya tidak
menunjukkan perbedaan dalam adaptasi terhadap kanal. Namun, studi terakhir
menunjukkan bahwa ketebalan semen di sekitar pasak oval jauh lebih rendah daripada
di sekitar pasak sirkular. Scotti et al. 14 dalam studi ex vivo mengevaluasi kekuatan
ikatan dan adaptasi pasak fiber (dengan potongan melintang oval dan sirkular) yang
dipasangkan di ruang pasak yang telah disiapkan di kanal oval. Mereka menyimpulkan
pada kanal berbentuk oval, kekuatan ikatan pasak oval secara signifikan lebih tinggi
pada bagian koronal daripada pasak sirkular. Er et al. 15 mengungkapkan bahwa pasak
fiber sirkular menciptakan lebih banyak tekanan pada kanal berbentuk oval
dibandingkan dengan pasak fiber oval. Teknik pasak juga secara signifikan
mempengaruhi bond strength (BS), penelitian membandingkan antara glass fiber posts
(GFP) yang di luting pada saluran akar berbentuk oval dan sirkular dengan 3 teknik
yang berbeda, yaitu 1) GFP tunggal; 2) GFP berlapis resin; 3) GFP utama yang terkait
dengan pasak aksesori, menunjukkan GFP berlapis resin memberikan nilai BS tertinggi
baik pada kanal oval maupun berbentuk sirkular.16
Sistem pasak yang dibuat khusus maupun prefabrikasi menghadirkan kesulitan
tertentu seperti lebih banyak penghilangan dentin selama persiapan ruang pasak,
kurangnya fleksibilitas pasak yang menyebabkan adaptasi yang buruk dengan saluran
akar dan kurangnya reversibilitas struktur inti setelah proses curing selesai. Untuk
mengatasi kesulitan ini, pasak FRC diperkenalkan. Pasak FRC adalah pasak fiber glass
yang fleksibel, mengandung resin, yakni memiliki matriks resin Interpenetrating
polymer network (IPN) yang dapat dicuring sesuai bentuk anatomi mahkota. 8
Keistimewaan dari teknik pasak ini adalah pasak fiber glass yang tidak terpolimerisasi
dengan resin dapat beradaptasi dengan sangat baik pada morfologi saluran akar dan
mencapai kekuatan lentur yang tinggi setelah light curing. Fiber glass dapat diaktifkan
kembali bahkan setelah polimerisasi, menghasilkan bentuk inti yang diinginkan. Selain
itu, memberikan dukungan maksimal pada struktur mahkota dengan mengisi ruang
saluran akar sepenuhnya dengan fiber. Setelah pemadatan, pasak FRC ini menunjukkan
kekuatan tarik tinggi dan modulus elastisitas yang mirip dengan elastisitas dentin,
sehingga menyebabkan lebih sedikit fraktur akar. Hal ini memungkinkan tekanan oklusi
didistribusikan secara merata ke seluruh struktur akar.17
Preparasi ruang pasak yang diperlukan untuk pasak FRC lebih sedikit
dibandingkan dengan logam tuang dan pasak logam/fiber prefabrikasi. Hal ini
memungkinkan dentin akar dipertahankan dan mengurangi kemungkinan perforasi akar.
Disarankan bahwa ketebalan dentin yang tersisa merupakan faktor penting dalam
menahan fraktur.18 Untuk alasan ini, saluran akar distal yang berbentuk oval pada kasus
ini, di pertahankan dan hanya diambil gutta-percha menggunakan GGD, heated plugger
dan tip ultrasonic serta pernghalusan dinding saluran dengan tip ultarsonik dan irigasi
agitasi.
Pasak dengan matriks resin IPN ini dirancang sebagai upaya untuk memperkuat
ikatan antara pasak dan resin sehingga kegagalan adhesivet dan kebocoran mikro dapat
dicegah. Ikatan pasak FRC dengan matriks resin IPN ke resin komposit dan semen self-
adhesive ditingkatkan dengan mekanisme ikatan interdifusi yang menghasilkan restorasi
tipe monoblok.19 selain itu, Banyak peneliti melaporkan bahwa sementasi pasak FRC
dengan semen resin yang diasosiasikan dengan etch-rinse adhesive dapat menghasilkan
potensi ikatan yang lebih besar daripada self-etch adhesives . Hasil ini dapat dijelaskan
oleh fakta bahwa monomer asam yang bertanggung jawab untuk pengkondisian substrat
dalam self-etch adhesives kurang efektif dalam mengetsa struktur gigi dibandingkan
dengan asam fosfat yang digunakan dalam pendekatan etsa-dan-bilas. Namun, strategi
etsa-dan-bilas memerlukan substrat dentin yang basah untuk ikatan yang optimal, dan
mengontrol kelembapan di dalam saluran akar sangat sulit, oleh karena itu pendekatan
self-etch adhesif yang tidak memerlukan kontrol kelembaban setelah etsa digunakan
dalam kasus ini.
Dalam menerapkan konsep restorasi monoblok dari saluran akar sampai mahkota,
maka pilihan restorasi bagian mahkota yang dipilih pada kasus ini adalah mahkota
keramik Adapun keramik terkuat yang tersedia untuk aplikasi gigi adalah bahan
keramik zirkonia, yang diluncurkan pada awal 1990-an.20 Mahkota zikonia monolitik
diperkenalkan sebagai alternatif mahkota metal keramik yang menjanjikan karena sifat
mekaniknya baik, biokompatibilitas, estetik dan fracture strength yang baik tanpa
resiko chipping. Pemasangan pasak FRC pada gigi yang telah dirawat saluran akar
disertai dengan restorasi monolitik zirkonia, merupakan strategi restorasi monoblok
pada gigi molar mandibula untuk mengakomodir tekanan dari pengunyahan.21
Kesimpulan
Penggunaan pasak fiber reinforced composite membantu memulihkan gigi yang
telah dirawat endodontik dengan preparasi jaringan gigi untuk ruang pasak dapat
minimal. Pasak FRC memungkinkan area saluran akar oval dapat maksimum untuk diisi
dengan material pasak fiber dan meningkatkan adaptasi pasak terhadap saluran akar
sehingga dapat menciptakan sistem monoblok dengan yang baik dari dalam saluran
akar, core hingga mahkota tiruan.
Acknowledgment
Penulisan laporan kasus ini dibantu dan dibimbing oleh drg. Citra Kusumasari,
Sp..K.G.(K),Ph.D., serta dalam pengerjaan kasus, disupervisi oleh dosen Departemen
Konservasi Gigi, Universitas Indonesia.
Konflik Kepentingan
Penulis menyatakan bahwa tidak ada konflik kepentingan.
Referensi