Anda di halaman 1dari 16

DENTAL SITE TEACHING

RESTORASI COMPOSITE CROWN DENGAN PREFABRICATED


FIBER REINFORCED POST PADA GIGI 21 PASCA
PERAWATAN SALURAN AKAR

Oleh :
Lala Viodita
1411411023

Pembimbing :
Drg. Reni Nofika, Sp.KG

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019
Nama : Lala Viodita
BP : 1411411023
Preseptor : drg. Reni Nofika, Sp.KG
Tanda Tangan :

A. Data Perorangan
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
No. Rekam Medis : 3839
Elemen Gigi : 21

UE UE

UE UE

Gambar 1. Odontogram.
Keterangan gambar

: RCT

: Cof

2
B. Pemeriksaan Subjektif
Chief Complain` :
Pasien datang dengan ingin melakukan tambalan permanen pada gigi depan yang
sudah dilakukan perawatan saluran akar
Present Illness:
Gigi tersebut telah dilakukan perawatan saluran akar sejak 1 bulan yang lalu. Saat
ini, gigi tersebut tidak ada keluhan sakit atau keluhan lainnya.
Past Dental History
Pasien pernah melakukan penambalan gigi depan ke dokter gigi sekitar 8 tahun
yang lalu. Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 1-2x sehari dan mengunyah di satu
sisi sebelah kanan hanya karena kebiasaan.

Past Medical History


Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik. Tidak pernah konsumsi obat rutin
jangka panjang.
Family History
Ayah dan Ibu tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik.
Social History
Pasien merupkan seorang wiraswasta. Pasien jarang makan buah dan sayur. Pasien
suka makan makanan yang manis, seperti : cokelat, permen, dll.

C. Pemeriksaan Objektif

Gambar 2. Foto klinis gigi 21 setelah perawatan.


Gigi 21 mengalami fraktur pada bagian insisal yang telah melibatkan pulpa disertai
dengan diskolorasi di 1/3 servikal mahkota. Klasifikasi fraktur Ellis kelas IV. Terdapat
tumpatan sementara di bagian palatal.

3
Pemeriksaan setelah dilakukan perawatan saluran akar :
Palpasi : (-) Mobility : (-)
Perkusi : (-) Tekan : (-)
Fistula : (-) Termal : (-)
OHI : Baik Oklusi : Kelas 1 Angle
D. Pemeriksaan Radiografis

Gambar 3. Radiografi periapikal gigi 21.


Dari gambaran radiografis, terlihat hasil obturasi gigi 21 berupa gambaran
radioopak sesuai dengan panjang saluran akar dan hermetis.

E. Diagnosis
Gigi 21 non vital pasca perawatan saluran akar disertai diskolorasi di 1/3 servikal
mahkota

F. Rencana Perawatan
Restorasi composite crown dengan prefabricated fiber reinforced post.

G. Prognosis
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa prognosa baik
karena :
 Dari gambaran radiografi, obturasi sesuai dengan panjang saluran akar
 Struktur pendukung gigi masih baik
 Mahkota gigi yang tersisa masih cukup untuk mendukung crown yang akan
dipasangkan
 Pasien kooperatif.

4
H. Post core crown sebagai restorasi pasca perawatan saluran akar
Pasak merupakan bahan restorasi kaku yang ditempatkan di dalam saluran
akar gigi nonvital. Pasak berfungsi untuk menambah retensi restorasi dan meneruskan
tekanan yang diterima gigi merata ke sepanjang akar. Daya retensi pasak dipengaruhi
oleh panjang, diameter, bentuk dan konfigurasi permukaan pasak. Beberapa panduan
untuk menentukan panjang pasak yaitu : panjang pasak sama dengan panjang
mahkota klinis, panjang pasak sama dengan setengah atau dua per tiga panjang akar
yang ada, dan panjang pasak lebih dari setengah panjang akar dan didukung tulang
alveolar.1,2
Pasak digunakan pada gigi yang telah dirawat endodontik, dimana struktur
mahkota gigi yang tersisa kurang dari setengah atau hanya struktur akarnya saja yang
tersisa, dan diperkirakan akan menerima beban yang besar. Pasak dapat dibedakan
menjadi beberapa macam. Berdasarkan cara pembuatannya pasak dapat dibedakan
menjadi dua yaitu pasak prefabricated dan custom-fabricated, sedangkan berdasarkan
bahan pembuatannya yaitu pasak logam dan non logam. Penggunaan pasak pada gigi
pasca perawatan saluran akar berdasarkan struktur gigi yang tersisa dan sebagai
pendukung restorasi akhir. Berikut adalah jenis restorasi untuk gigi anterior yang telah
dirawat endodontik.1,2,3

Gambar 4. Jenis restorasi pasca perawatan endodontik

5
Pengenalan pasak fiber dalam kedokteran gigi restoratif memiliki dampak
yang baik dalam merestorasi gigi pasca PSA. Pasak fiber memiliki modulus elastisitas
yang sama dengan dentin, mudah diambil kembali jika dibutuhkan retreatment, dan
bersifat estetik. Pasak fiber tidak hanya berperan dalam meminimalkan resiko fraktur
akar, tetapi juga meningkatkan hasil yang estetik pada restorasi koronal. Pasak fiber
dipercaya dapat mendistribusikan tekanan lebih merata pada gigi, dibandingkan
dengan pasak logam yang membuat gigi rentan terhadap fraktur. Pasak fiber
prefabricated memiliki adaptasi yang optimal pada gigi dengan saluran akar yang
kecil dan sirkular. Pada saluran akar yang lebar dan ireguler, pasak ini tidak
diindikasikan karena adaptasinya kurang baik dan membutuhkan semen resin yang
cukup tebal. Adaptasi pasak dalam saluran akar merupakan elemen penting dalam
biomechanical performance pada restorasi prostetik. Retensi dan adaptasi pasak fiber
dapat meningkat secara signifikan apabila dibuat customized, sehingga didapatkan
pasak fiber yang menyesuaikan morfologi saluran akar.4
Penggunaan inti dibutuhkan jika jaringan gigi yang tersisa sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan retensi pada restorasi korona. Menurut Morgano
dan Brackett, menyebutkan beberapa sifat yang diinginkan dari suatu inti adalah
mempunyai kekuatan yang cukup, daya lentur yang cukup, bersifat biokompatibel,
dapat menahan kebocoran dari cairan mulut, mudah pengerjaannya, kemampuan
melekat pada jaringan gigi yang tersisa, koefisien termalnya sama dengan struktur
gigi, dimensinya relatif stabil, absorpsi air minimal, dan menghambat karies.3
Bahan inti yang banyak digunakan sekarang ini adalah bahan emas tuang,
amalgam, resin-based composite dan reinforced glass ionomer. Bahan inti dari bahan
resin-based composite memberikan tampilan yang estetik terutama dengan
penggunaan mahkota porselen. Selain itu bahan resin-based composite mempunyai
kekuatan yang cukup memadai tapi kekuatannya kurang dibandingkan amalgam dan
solubilitas yang rendah, pengerjaannya relatif lebih mudah dan cepat. Akan tetapi,
kekurangan bahan adalah shrinkage, hydroscopic expansion karena adanya
penyerapan air dan adanya ruang-ruang kosong karena resin komposit tidak dapat
dikondensasi seperti halnya amalgam dan bahan ini tidak cocok dengan ZOE sebagai
semen saluran akar, jadi pembersihan semen di dinding saluran akar yang akan di
semenkan post harus bersih dari sisa semen guttapercha. Pada penelitian yang
6
membandingkan bahan inti dari bahan amalgam, resin komposit dan semen ionomer
kaca yang dikombinasi dengan penggunaan pasak prefabricated, ditemukan bahwa
amalgam memiliki rata-rata kegagalan yang paling rendah, sedangkan bahan inti dari
semen ionomer kaca menyebabkan kegagalan yang paling banyak.3
Saat ini penggunaan Fiber Reinforced Composite (FRC) diperkenalkan
sebagai alternatif menggantikan sistem pasak metal. Sistem pasak ini digunakan pada
gigi yang dirawat endodonti karena memiliki sifat fisik yang lebih baik dibandingkan
cast metal post dan dapat mencegah fraktur vertikal ketika ada beban pengunyahan.
Fiber reinforced composite disemenkan ke saluran akar dengan menggunakan resin
semen kemudian dilakukan build-up inti dengan menggunakan resin komposit.
Banyak literatur yang melaporkan bahwa sifat biomekanik dari fiber reinforced
composite adalah mendekati dentin.
Fiber reinforced composite memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan
dengan pasak metal konvensional yaitu memiliki estetik yang baik, berikatan baik
dengan struktur gigi, memiliki modulus elastisitas yang hampir sama dengan dentin,
dan memiliki resiko yang lebih kecil terhadap fraktur. Berdasarkan pembuatannya
restorasi pasak fiber secara garis besar dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu :
prefabricated fiber reinforced composite post (pasak buatan pabrik) dan customized
fiber reinforced post (pasak buatan).
Pada kasus ini akan digunakan restorasi pasca perawatan saluran akar berupa
composite crown dengan prefabricated fiber reinforced post.

I. Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan pembuatan restorasi pasca endodontik, ada beberapa hal yang
harus dievaluasi, diantaranya :
1. Tidak ada keluhan pada pasien pasca obturasi
2. Pengisian saluran akar yang hermetis
3. Tes perkusi (-)
4. Tidak ada eksudat
5. Tidak ada fistula
6. Tidak ada inflamasi

Tahapan mengerjakan restorasi indirect post core dan crown :


7
1. Persiapan alat dan bahan yang digunakan

Alat Bahan
Diagnostic set Cement Adhesive Resin
Peeso reamer Fiber-Prefabricated
Sonde lurus Composit crown
Lentulo Paper point
Benang retraksi Resin komposit packable P60
Sendok cetak full dan partial Light cure
Cylindrical diamond bur Cotton pellet dan cotton roll
Fissure diamond bur Alginat
Flame diamond bur Gips stone
Round end tapered cylindrical Wax atau malam
diamond bur
High speed hand piece + remover Selfcure acrylic
Scaller ZOE
Dappen glass CMS
Dental floss Elastomer
Articulating paper Etsa
Semen spatel Bonding
Shade guide
Low speed hand piece

2. Tahap pembuatan mahkota sementara


- Lakukan pencetakan dengan bahan cetak alginat pada gigi yang akan dipreparasi
beserta gigi tetangganya dengan sendok cetak sebagian. Hasil cetakan negatif, di
cor dengan menggunakan gips stone. Cetakan dicor sebanyak 2 buah untuk di
wax up dan dipreparasi.
- Lakukan wax up pada model studi pertama untuk mengembalikan bentuk
anatomis, posisi, inklinasi, dan oklusi gigi 22.
- Lakukan preparasi pada model studi kedua sesuai dengan bentuk preparasi pada
gigi asli nantinya.
- Cetak model yang sudah di wax up dengan alginat dan lapisi dengan tisu lembab

8
(cetakan negatif)
- Buat adonan cold curing acrylic yang homogen dengan jumlah yang cukup pada
dappen glass. Olesi bagian gigi yang dipreparasi (pada model) dengan CMS
untuk memudahkan pelepasan cold curing acrylic.
- Masukan adonan akrilik secukupnya ke dalam cetakan negatif model  posisikan
kembali sendok cetak pada model cetakan gigi yang telah dipreparasi  fiksasi
dengan jari tangan sampai adonan akrilik di dappen glass mendekati keras.
- Lepaskan cetakan negatif
- Buang kelebihan akrilik dengan pisau ukir (proksimal, labial, palatal)  lepaskan
mahkota sementara dengan pinset atau sonde.
- Batas restorasi di servikal dirapikan.
- Simpan mahkota sementara pada tempat yang aman.

3. Pengeluaran bahan pengisi saluran akar


a. Bongkar tumpatan sementara
b. Bongkar lining dengan scaller
c. Buat akses untuk mengeluarkan gutta percha dengan sonde lurus yang
dipanaskan
d. Keluarkan gutta percha dengan peeso reamer
e. Hitung panjang post. Panjang post sebanding dengan panjang mahkota atau 2/3
panjang akar. Pada kasus ini dipakai yang 2/3 panjang akar.

Panjang post = (2/3 x panjang akar) + (2/3 x panjang mahkota sebenarnya)


= (2/3 x 13) mm + (2/3 x 9) mm
= 8,6 mm +6 mm
= 14,6 mm
Panjang kerja saluran pasak = (2/3 x panjang akar) + (panjang mahkota sisa)
= 2/3 x 13 mm + 9 mm
= 8,6 mm + 9 mm
= 15,6 mm
Sisa gutta-percha = Panjang kerja – panjang kerja saluran pasak
= 21 mm – 15,6 mm
= 5,4 mm
9
= 5 mm
Keterangan :
Panjang kerja : 21 mm

f. Pengambilan gutta percha menggunakan peeso reamer menyisakan 5 mm gutta


percha atau sesuai dengan panjang kerja saluran pasak. Ukuran peeso reamer
ditentukan melalui tracing foto rontgen.
g. Saat mengeluarkan gutta percha mulai dengan peeso reamer ukuran yang lebih
kecil sampai ukuran yang sesuai dengan hasil tracing.
h. Saluran akar dibersihkan dengan aquadest dan keringkan dengan paper point
steril
i. Tutup dengan tumpatan sementara
j. Lakukan foto rontgen

4. Preparasi Mahkota Gigi


1. Lakukan retraksi gingival dengan benang retraksi untuk mendapatkan akses
akhiran preparasi.
2. Lakukan preparasi

 Pengurangan bagian proksimal


Tahapan :
a. Buat garis pedoman pengasahan berupa garis dengan pensil yang runcing pada
permukaan labial berjarak 1-1,5 mm dari titik kontak dan sejajar sumbu panjang
gigi
b. Fissure diamond bur diletakkan antara titik kontak dan garis pedoman di
permukaan labial dengan posisi bur sejajar sumbu gigi atau garis pedoman
dengan ujung bur setinggi gingival crest. Arah gerakan bur dari labial ke palatal
c. Lakukan pengasahan sampai titik kontak hilang
d. Bentuk bidang mesial distal sedikit mengerucut ke arah insisal.
e. Setelah selesai lakukan pengecekan dengan sonde lengkung, dengan
menjalankan lengan sonde dari servikal ke insisal untuk merasakan adanya
undercut atau kecembungan. Periksa apakah preparasi proksimal masih
berkontak atau tidak dengan gigi tetangga.
10
 Pengurangan permukaan insisal
Tahapan :
a. Pengurangan dengan cylindrical diamond bur.
b. Pengurangan sebanyak 1,5-2 mm dan membuat sudut 450 ke arah palatal
c. Ratakan hasil preparasinya.
 Pengurangan permukaan labial
Tahapan :
a. Membuat 3 groove di labial dengan kedalaman 1-1,5 mm di bagian mesiolabial,
distolabial, dan bagian tengah gigi menggunakan bur intan silindris.
b. Gerakan mata bur dari groove mesial ke distal sesuai dengan bentuk anatomi
sampai dasar groove
c. Pengurangan permukaan labial 0,8-1 mm
d. Cek apakah permukaan gigi yang dipreparasi sudah lebih rendah dari gigi
tetangga dan lihat dengan kaca mulut lengkung permukaan labial yang telah
dipreparasi sesuai dengan lengkung permukaan anatomis sebelumnya atau
permukaan labial gigi sebelahnya
 Pengurangan bagian palatal
a. Preparasi bagian palatal dilakukan mengikuti kontur gigi dan mengikuti bentuk
anatomis dengan flame diamond bur
b. Lakukan pengecekan besarnya ruang saat beroklusi dan berartikulasi ke anterior
 Pembentukan pinggiran servikal
Tahapan :
a. Mahkota yang akan digunakan adalah composite crown dengan bentuk akhiran
proksimal chamfer dengan menggunakan round end tapered cylindrical
diamond bur untuk membentuk akhiran chamfer.
b. Pengasahan dilakukan dengan posisi bur sejajar sumbu gigi dan terletak sejajar
dengan marginal gingiva (equi gingiva) untuk bagian labial dan palatal.
 Pembulatan sudut-sudut (Finishing)
Tahapan :
a. Pembulatan sudut-sudut bulat pertemuan bidang-bidang yang telah dipreparasi
bertujuan untuk memudahkan adaptasi permukaan dalam restorasi
b. Penghalusan dilakukan dengan bur berpermukaan halus (fine bur) yaitu bur pita
kuning
11
 Pengecekan hasil preparasi
Periksa kehalusan dari hasil preparasi yang dilakukan dengan
menggunakan sonde, dimana tidak ada sangkutan ketika sonde dilalukan pada
preparasi yang telah dilakukan. Periksa keadaan jaringan lunak sekitarnya, apabila
sehat dan bebas dari radang yang ditandai dengan tidak adanya tanda-tanda
peradangan (rubor, dolor, colour, tumor) berarti tepi preparasi sudah baik.

5. Try in post
a. Lihat hasil rontgen, jika sisa gutta percha sudah tepat dan pembersihan saluran akar
benar maka dapat dilakukan try in.
b. Ukuran post sudah ditentukan sebelumnya dengan tracing menggunakan foto
rontgen.
c. Gunakan precision drill dengan ukuran yang sama dengan post yang akan digunakan
masukkan ke dalam saluran akar tapi hanya sekali saja.
d. Sebelum try in pastikan saluran akar sudah dalam keadaan bersih dan kering dengan
menggunakan paper point.
e. Lakukan try in post ke dalam saluran akar, apakah post sudah masuk ke dalam
saluran akar dengan sempurna atau belum.
f. Jika sudah, lakukan cementing, ulaskan silane pada post.
g. Email dan dentin di mahkota di etsa dan bonding. Etsa seluruh bagian gigi 22
(enamel dan dentin) selama 30 detik, lalu bilas dengan air, keringkan, lalu
aplikasikan bonding dengan microbrush lalu lightcure 20 detik.
h. Ulasi saluran akar dengan semen resin menggunakan lentulo.
i. Ulasi juga post dengan semen resin.
j. Fibre post di insersikan ke dalam saluran akar, kemudian tarik sedikit untuk
memastikan saluran akar sudah terisi
k. Kelebihan semen resin dibersihkan dengan cotton pellet
l. Lightcure selama 40 detik
m. Pasak yang sudah diinsersikan dipotong menggunakan cylindrical diamond bur.
Lakukan core-build-up pada bagian palatal dengan komposit yang ditempatkan pada
post. Komposit di light cure selama 40 detik.

 Pencetakan hasil preparasi


12
a. Lakukan retraksi gingival dengan benang retraksi untuk mendapatkan bentuk
akhiran preparasi yang akurat.
b. Lakukan pencetakan dengan bahan cetak elastomer pada rahang atas.
c. Lakukan pengecoran dengan menggunakan gips stone.
d. Buat catatan interoklusal gigi pasien.
Tujuannya untuk mendapatkan relasi hubungan rahang bawah terhadap rahang
atas dan sebagai pedoman oklusi sentrik pada model kerja yang akan
dipasangkan pada okludator. Tahap ini dilakukan setelah preparasi selesai,
sebelum atau sesudah pencetakan model kerja.
Syarat :
1. Setidaknya 1/3 bagian gigi yang dipreparasi tergambar
2. Mencakup gigi tetangga
3. Gigi antagonis harus tergambar
Tahapannya :
1. Ambil selembar malam kemudian panaskan di atas lampu spriritus hingga
lunak.
2. Lipat malam seperti bentuk lengkung rahang gigi dengan lebar 5-7 mm
dan tebal 3-5 mm. Potong malam yang berlebih
3. Bentuk malam tersebut mengikuti bentuk lengkung permukaan oklusal
gigi pasien.
4. Tempatkan wax tersebut (selagi lunak) di atas permukaan oklusal gigi
rahang bawah pasien kemudian instruksikan pasien untuk mengoklusikan
gigi geliginya dalam posisi oklusi sentrik.
5. Wax pada bagian bukal ditekan dengan jari sehingga didapatkan indentasi
permukaan.
6. Setelah mengeras, wax dilepaskan dan diperiksa kelengkapannya, simpan
dalam suhu kamar.
e. Cocokkan warna mahkota gigi pasien (berhubungan dengan estetik) sebagai
acuan warna crown yang akan dibuatkan, kirim hasil cetakan gigi dan catatan
interoklusal pasien ke laboratorium untuk pembuatan crown.

 Pemasangan mahkota sementara


a. Mahkota sementara yang sudah dibuat sebelumnya, dicobakan ke gigi pasien,
13
periksa ulang servikal, titi kontak, dan oklusinya.
b. Lakukan penghalusan dan pemolesan mahkota sementara.
c. Insersikan mahkota sementara dengan semen sementara (ZOE).

6. Sementasi mahkota
Kontrol sebelum sementasi :
- Tanyakan keluhan pasien
- Lakukan pemeriksaan objektif berupa tes perkusi, tes tekan dan palpasi.
- Kerapatan pinggir  pinggir servikal dicek dengan sonde apakah ada ruang
terbuka.
- Kontak  dicek dengan kaca mulut. Kontak pasif dengan gigi tetangga. Dapat
diperiksa dengan dental floss. Dental floss sukar lewat tetapi dapat melewati titik
kontak tersebut.
- Oklusi dan artikulasi  dicek dengan articulating paper. Tidak boleh ada kontak
prematur dan oklusi harus merata.
- Kontur labial dan palatal  berhubungan dengan estetik dan self cleansing.
Kontur yang berlebihan menyebabkan retensi makanan.

Tahapannya :
- Isolasi daerah kerja dengan cotton roll dan pengeringan daerah preparasi dengan
semprotan angin.
- Daerah preparasi harus bersih dari sisa sementasi sementara dan dari plak atau
kalkulus.
- Aduk semen sesuai petunjuk pabrik (self adhesive cement resin).
- Pastikan sebelum mahkota tiruan disemen tidak ada gingiva yang terjepit, kapas
yang menempel pada gigi yang dipreparasi. Sebelumnya lakukan kembali
gingival retraksi.
- Pasangkan mahkota tiruan yang telah diisi semen. Lakukan penekanan yang kuat
sehingga kelebihan semen mengalir keluar.
- Lakukan penekanan dengan bantuan gulungan kapas yang digigitkan
- Penekanan harus sesuai dengan poros panjang gigi. Mahkota harus selalu berada
di bawah tekanan sampai semen mengeras, kemudian lightcure selama 40 detik.
- Setelah mengeras, kelebihan semen dibuang dengan scaller. Cek kontak
14
proksimal dengan dental floss, cek oklusi dengan articulating paper.

Instruksi untuk pasien :


1. Tidak mengigit makanan keras pada mahkota.
2. Pasien harus menjaga OH tetap baik.
3. Pasien diinstruksikan tidak mengkonsumsi teh dan kopi rutin karena bisa
menyebabkan perubahan warna pada crown.
4. Pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu dan 1 bulan kemudian.

7. Tahap kontrol
Pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu dan 1 bulan setelah penyemenan
mahkota. Yang perlu diperhatikan saat kontrol, yaitu :
- Keluhan pasien  tidak ada rasa sakit, menekan gusi, atau keluhan
ketidaknyamanan lain.
- Pemeriksaan objektif, yaitu tes perkusi, palpasi dan tes tekan.
- Adaptasi bagus.
- Oklusi  tidak ada keluhan merasa terganjal (traumatic occlusion).
- Apakah terdapat perubahan warna.
- Hygiene mulut  tidak ada penumpukan sisa makanan ataupun plak.
- DHE

15
Kepustakaan

1. Mona, Deli dan Sukartini, Endang. Restorasi Pasak Fiber Dan Porcelain Fused To
Metal
Pada Fraktur Gigi Insisif Rahang Atas Pasca Perawatan Endodontik. Andalas Dental
Journal.
2. Ardana, Emy dan Aries. 2013. Pasak estetik dari bahan fiber reinforced composite.
Dentofasial, Vol.12, No.1. ISSN:1412-8926
3. Besse T. Awaru dan Juni J. Nugroho. 2012. Restorasi pada gigi anterior setelah
perawatan endodontic. Dentofasial, Vol.11, No.3. ISSN:1412-8926
4. Subroto, dkk. 2015. Pasak Customized Fiber Reinforced Composite Indirect pada
Gigi Incisivus Lateralis Kiri Atas dengan Dinding Saluran Akar yang Tipis. Maj Ked
Gi Ind. 1(1): 109 – 114. ISSN 2460-0164

16

Anda mungkin juga menyukai