Anda di halaman 1dari 10

MAHKOTA PASAK

MAKALAH

Oleh:

M. AFIF AS ARI
NIM. 40622060

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2022
NILAI KONSERVASI

NAMA : M. AFIF AS’ARI


NIM : 40622060
INSTRUKTUR : Dian Natalina Fuddjiantari, drg., Sp. KG
TOPIK DISKUSI : Mahkota Pasak
TANGGAL DISKUSI : 3 November 2022

NO DISKUSI NILAI KETERANGAN


1 Tahapan Kerja
2 Pendalaman Materi
PEMBAHASAN
A. Indikasi Pemasangan Pasak pada Gigi
Keputusan pemilihan jenis pasak berdasarkan beberapa faktor antara
lain posisi gigi dalam lengkung rahang, oklusi, fungsi dari gigi yang telah
direstorasi, jumlah jaringan gigi yang tersisa serta konfigurasi saluran
akar. Tujuan dari pemasangan pasak pada gigi ini adalah untuk
mempertahankan inti yang akan mendukung restorasi akhir.
1. Pada gigi anterior dengan struktur gigi diatas supra gingiva kurang
dari ½
2. Sisa dentin saluran akar yang tipis maka dapat digunakan pasak.
3. Untuk meningkatkan retensi dan stabilisasi untuk memperkuat gigi.
(Wijayanti, N. 2014).
B. Indikasi Penggunaan Pasak Tuang dan Pasak Fiber
Untuk indikasinya dari penggunaan pasak tuang :
1. Fraktur ½ insisal gigi.
2. Gigi yang dilakukan test perkusi negatif.
3. Pemeriksaan vitalitas gigi (EPT dan thermal) tidak menunjukkan
reaksi.
4. Tampak selapis tipis dentin di atas tanduk pulpa.
5. Gigi yang terdapat periapical rarefarction pada ujung apeks.
6. Gigi yang mengalami perubahan inklinasi.
(Puspita, S. 2017).
Untuk Indikasinya dari penggunaan pasak fiber :
Pasak fiber mengandung kumpulan serat-serat karbon yang
dikelilingi matriks resin, sehingga pasak akan menjadi kuat, tetapi
kurang kaku dan kuat dibandingkan dengan pasak keramik dan metal.
Pasak fiber memiliki nilai estetik yang baik karena sewarna dengan
gigi atau bersifat translusen, sehingga tidak membutuhkan opaquer
dan cocok untuk semua bahan restorasi termasuk mahkota komposit.
Biokompatibilitas baik, tidak toxic, tidak korosif dan tidak terlalu
invasif.
Penggunaan pasak ini diindikasikan pada pembuatan inti untuk
menggantikan struktur mahkota yang hilang dan dikombinasikan
dengan sisa jaringan mahkota. Inti pada pasak prefabricated terkadang
sudah menjadi satu dengan pasak, namun ada juga beberapa pasak
yang memerlukan pembuatan inti sebelum pembuatan mahkota tiruan.
(Pratiwi & Rizal, 2013).
C. Prosedur kerja dari pasak tuang dan pasak fiber, dimulai dari PSA
sampai pencetakan model crown
1. Pasak Tuang
 Diagnosa dari gigi 11 ini adalah nekrosis pulpa disertai
periapical rarefaction, dan 21 tampak adanya fraktur 2/3
insisal, tes perkusi negatif, pemeriksaan vitalitas gigi
(dengan tes thermal dan EPT) tidak menunjukkan reaksi.


Gigi pada saat belum dilahkukan perawatan dan foto pada
radiografi panoramik
 . Rencana perawatan untuk gigi 11 antara lain : perawatan
saluran akar, pemasangan pasak tuang dan restorasi berupa
mahkota selubung. Dan Rencana perawatan untuk gigi 21
antara lain : penutupan ujung apeks menggunakan bahan
MTA, pemasangan pasak tuang dan restorasi berupa
mahkota selubung.
 Dilahkukan perawatan saluran akar pada gigi 11 dan 21
 Langkah-langkah perawatan saluran akar gigi 11 dan 22
yaitu pertama pemasangan rubber dam lalu dilakukan access
opening pada gigi 22. Glide path menggunakan k-file 8-10.
Penentuan panjang kerja menggunakan apex locator dan
konfirmasi dengan radiografis didapatkan panjang kerja gigi
11 adalah 22mm dan gigi 22 adalah 24mm. Preparasi saluran
akar menggunakan file rotary protaper sampai F3 dan irigasi
dengan NaOCL 2,5% diikuti dengan larutan akuades.
 Pasang coba gutta point dan dikonfirmasi secara radiografis.
Saluran akar dikeringkan dengan paper point dan dilakukan
medikamen intrakanal dengan Kalsium Hidroksida
(Metapaste, Meta-Biomed, Korea). Pasien dipanggil kembali
setelah 1 minggu. Pada visit ini medikamen intrakanal
dibersihkan, dan dilakukan irigasi ulang dengan NaOCL
2,5% diikuti dengan larutan akuades. Saluran akar gigi 11
dan 22 kemudian dikeringkan dengan paper point steril dan
akhirnya dilakukan obturasi menggunakan protaper gutta
point dan sealer (Top Seal, Dentsply).
 2. Perawatan Resorbsi Akar
 Langkah-langkah perawatan pada gigi 21 yaitu pertama
pemasangan rubber dam. Penentuan panjang kerja
menggunakan k-file no. 80 dan didapatkan panjang kerja
18mm. Dilakukan debridement mengunakan k-file no. 80
dengan gerakan brush stroke dan diirigasi dengan larutan
NaOCL 2.5% setelah itu diikuti dengan irigasi dengan
akuades. Saluran akar dikeringkan dengan paper point dan
dilakukan medikamen intrakanal dengan kasium hidroksida
(Metapaste, Meta-Biomed, Korea). Pasien dilakukan kontrol
setelah 1 minggu.
 3. Pembuatan Restorasi
Pada gigi 11 dan 21 diindikasikan penggunaan pasak tuang. .
Pembuatan mahkota pasak sementara pada gigi 11 dan 21
serta mahkota sementara pada gigi 22 ( splint crown )
Pada visit berikutnya dilakukan pasang coba pasak tuang
untuk menilai inisial fit dan kesesuaian panjang pasak tuang
yang dapat dilihat melalui pemeriksaan radiologis.
 Pasak dikirim kembali ke laboratorium teknik gigi kembali
untuk diberi opaqer. Selanjutnya pasak tuang yang sudah
diberi opaqer diinsersi menggunakan lutting cement
 Setelah mahkota selubung dan Veneer permanen selesai,
dilakukan pasang coba ke gigi dan penderita untuk melihat
initial fit, kesesuaian warna, servikal fit serta relasi oklusi
posterior maupun anterior.
 Pada gigi 11 dan 21 restorasi menggunakan pasak tuang
logam dan mahkota selubung dengan bahan zirconia based
ceramic. Pasak yang digunakan yaitu pasak tuang karena
sisa jaringan gigi yang tinggal sedikit dan dibutuhkan
perubahan inklinasi pada gigi 11 dan 21. Restorasi mahkota
pada gigi 11, 21, 22 menggunakan bahan zirconia based
ceramic dikarenakan adanya warna keabu-abuan pada
servikal gigi 21.

foto setelah dilahkukan perawatan. (sinta puspita, 2017)
2. Pasak Fiber
 Setelah satu minggu dilakukan pengisian saluran akar
dilakukan pemeriksaan pada gigi yang diperiksa, dilakukan
palpasi, perkusi, keluhan subjektif, serta fistula pada gigi
tersebut tidak ada keluhan.
 Lalu setelah itu, dilakukan pengambilan guttap sepanjang
2/3 saluran akar distobukal dan mesiolingual menggunakan
gates gliden drill (GGD) mulai dari ukuran terkecil hingga
saluran akar bersih.

 Kemudian dilakukan sementasi pasak fiber ukuran 1.25


dengan menggunakan semen resin dual cured. Ukuran
disesuaikan dari foto radiograf pengisian yang ada pada akar
distobukal dan mesiolingual dan dilakukan pembuatan inti
dengan resin komposit.
a. Kondisi klinis saat pemasangan pasak fiber pada
saluran akar mesiolingual dan distobukal.
b. Radiografis pasak fiber dalam saluran akar.
 Setelah itu, dilakukan preparasi metal crown dan
pencetakan dengan rubber base.
 Kemudian dilakukan sementasi mahkota logam dengan
GIC lutting.
 Pada kontrol 1 bulan setelah sementasi mahkota logam
didapatkan hasil pemeriksaan perkusi dan palpasi tidak
ada keluhan, tidak ada hiperemi dan edema, serta tidak
ada keluhan subjektif.
 Hasil kontrol melalui foto radiograf didapatkan perbaikan
lesi periapikal pada akar distal dan mesial namun
penyembuhan di periapikal akar mesial masih belum
sempurna meski sudah mulai terjadi penulangan.
(Pratiwi & Rizal, 2013).

Gambaran klinis dan radiografi setelah 1 bulan pasca


pemasangan restorasi pasak fiber dengan mahkota logam.
a. Mahkota logam pada gigi yang di pasak dalam
rongga mulut.
b. Radiografi awal gigi yang akan dipasak sebelum
perawatan.
c. Radiografi setelah 1 bulan pasca insersi mahkota
logam, terlihat terjadi penyembuhan lesi
periapikal.
(Rosenstiel SF, L & MF, Fujimoto, 2006).

Daftar Pustaka
 Dhearine TP, dan Fahlevi MR, 2013. Restorasi Mahkota Logam Dengan
Pasak Fiber Komposit pada Molar Permanen Muda. Jakarta, indonesia,
46(3). P. 162-166.
 Gusti Ayu Fiena Novianthi I and Wisma Parama P, 2020. Management of
Ellis Fracture Class III on 11 With Pulpectomy and Core Crown
Restoration. Interdental Jurnal Kedokteran Gigi (IJKG), 16(2), P. 28-35
 Puspita S, 2017. Perawatan Estetik Pada Pasien Yang Mengalami Fraktur
Gigi Insisif Sentral Rahang Atas. Dental Jurnal Kedokteran Gigi,11(2).
P. 89-97.
 Rosenstiel SF, L and MF, Fujimoto J. Restoration of the Endodontically
treated tooth. Contemporary fixed prosthodontics. 4th ed. China : Mosby
Elsevier; 2006. P. 336-74.
 Sinta puspita, 2017. Perawatan Estetik Pada Pasien Yang Mengalami
Fraktur Gigi Insisif Sentral Rahang Atas. SSN : 1907-5987
 Wijayanti N, 2014. Pasak Fiber Reinforced Composite Sebagai Penguat
Restorasi Resin Komposit Klas IV Pada Gigi Insisivus Lateralis Kanan
Maksila Nekrosis Pulpa Disertai Lesi Periapikal. Instructional
Development Journal, 3(1). P. 64-70

Anda mungkin juga menyukai