Anda di halaman 1dari 10

MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)

(Clinical Dental Journal) UGM


Vol 3 No 1 – April 2017
Rahmiwati, dkk:ISSN 2460-0059
Obturasi saluran(online)
akar...
Tersedia online di https://jurnal.ugm.ac.id/mkgk

STUDI KASUS

Obturasi saluran akar menggunakan siler biokeramik pasca apeksifikasi


dengan kalsium hidroksida

Rahmiwati* dan Ema Mulyawati**

*Program Studi Konservasi Gigi Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, Indonesia
**Departemen Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia
*Jl Denta No 1 Sekip Utara, Yogyakarta, Indonesia; e-mail: rahmiwaty@gmail.com

ABSTRAK

Apeks terbuka pada nekrosis pulpa merupakan kasus klinis yang sering dijumpai. Keadaan ini menyulitkan perawatan
saluran akar karena risiko ekstrusi serta risiko fraktur pada dinding saluran akar yang tipis. Tujuan laporan kasus ini
adalah menunjukkan penggunaan kalsium hidroksida dan siler biokeramik untuk perawatan kasus apeks terbuka.
Pasien laki-laki 24 tahun datang ke RSGM Prof. Soedomo, Yogyakarta, Indonesia untuk merawat gigi insisivus sentralis
kiri maksila yang terkena benturan karena jatuh 10 tahun yang lalu. Gigi tidak pernah dirasakan sakit. Pemeriksaan
pada gigi 21 menunjukkan fraktur Ellis kelas IV, fistula, diskolorasi, tes termal dengan Chlor Ethyl (CE) negatif dan area
radiolusen di sekitar apeks yang terbuka. Perawatan yang dilakukan meliputi apeksifikasi, bleaching, restorasi vinir direk
komposit dengan pasak Fiber Reinforced Composite. Apeksifikasi dilakukan menggunakan kalsium hidroksida selama
3 + 3 bulan. Setelah 6 bulan gambaran radiograf menunjukkan adanya bahan terkalsifikasi agak padat yang terletak
sedikit lebih pendek dari apeks. Pengecekan dengan file dalam saluran akar menunjukkan sudah adanya barrier jaringan
keras. Selanjutnya obturasi dilakukan menggunakan siler biokeramik. Siler biokeramik diharapkan dapat memperkuat
akar dari risiko fraktur, melanjutkan stimulasi pembentukan jaringan, serta mengisi rongga yang tidak tertutupi dengan
apeksifikasi. Walaupun Mineral Trioksid Agregat (MTA) telah banyak menggantikan kalsium hidroksida, namun bahan
klasik ini terbukti dapat digunakan untuk merawat apeks terbuka. Hal ini terutama bermanfaat karena MTA tidak selalu
mudah didapat.

Kata kunci: apeks terbuka; apeksifikasi; kalsium hidroksida; siler biokeramik

ABSTRACT: Root canal obturation with bioceramic sealer after apexification with calcium-hydroxide. An open
apex on necrotic pulp is a common clinical cases. This condition complicates the root canal treatment by the risk of
extrusion and the risk of fracture due to the thin canal walls. The aim of this case report was to describe the procedure
of calcium hydroxide and bioceramic sealer use in the treatment of an open apex. A 24 years old male patient came to
Oral and Dental Hospital Prof. Soedomo, Yogyakarta, Indonesia to have a treatment on his left maxillary central incisor
that was injured 10 years ago. There was no pain history on the related tooth. An examination on element 21 showed
an Ellis class IV fracture, fistula, discoloration, negative thermal test Chlor Ethyl (CE) and a radiolucent area around
an open apex. Treatments were including apexification, bleaching, and direct composite veneer with Fiber-Reinforced-
Composite post. Apexification was performed using calcium hydroxide for 3 + 3 months. After 6 months, a rather dense
calcified material that was slightly shorter than the apex was observed. A checking procedure by inserting a file into the
root canal showed that a hard tissue barrier had been formed. Obturation was then performed using bioceramic sealer.
Bioceramic sealer was expected to strengthen the root against the risk of fracture, to continue the stimulation of tissue
formation and to fill the remaining void left by apexification. Although Mineral Trioxide Aggregate (MTA) is widely use
to replace calcium hydroxide, the classic material was proven to be suitable for the treatment of open apex. This is
particularly useful because MTA is not always easy to obtain.

Keywords: open apex; apexification; calcium hydroxide; bioceramic sealer

9
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)
(Clinical Dental Journal) UGM. April 2017; 3(1): 9 – 18
ISSN 2460-0059 (online)

PENDAHULUAN Penggunaan siler biokeramik pasca apek­


Apeks terbuka adalah suatu keadaan sa­luran akar sifikasi dengan kalsium hidroksida diharapkan dapat
yang memiliki bagian apikal yang ter­buka. Apeks menggabungkan kelebihan kalsium hidroksida de­
terbuka ditemukan pada akar gigi yang sedang ngan kelebihan bahan biokeramik. Tujuan laporan
tumbuh (imatur) hingga terjadinya penutupan apikal kasus ini adalah menunjukkan penggunaan kalsium
kira-kira 3 tahun setelah erupsi gigi. Nekrosis pulpa hidroksida dan siler biokeramik untuk perawatan
yang terjadi pada gigi imatur akan menghentikan kasus apeks terbuka.
proses penutupan apikal dan menyebabkan apeks
METODE
tetap terbuka.1 Saluran akar dengan apeks terbuka
memiliki bagian apikal yang besar dan dinding Pasien laki-laki 24 tahun datang ke RSGM Prof.
dentin yang tipis.2,3 Soedomo, Yogyakarta Indonesia dengan keluhan
Kasus apeks terbuka cukup sering ditemukan gigi depan kiri atas patah karena terkena benturan
di klinik. Keadaan ini menyulitkan perawatan saluran pada saat jatuh 10 tahun yang lalu. Gigi tersebut
akar karena risiko ekstrusi dan fraktur.4 Preparasi tidak pernah dirasakan sakit. Pada pemeriksaan
dan disinfeksi saluran akar perlu dilakukan dengan objektif tampak gigi 21 dengan fraktur mahkota 1/3
hati-hati dan bagian apikal perlu ditutup sebelum insisal dengan pulpa tidak terbuka, gigi berubah
obturasi. Prosedur untuk menutup apeks terbuka warna dan adanya fistula (Gambar 1A dan B). Tes
disebut apeksifikasi. Apeksifikasi dapat dilakukan termal menggunakan Chlor Ethyl (CE) negatif, tes
dengan menstimulasi pembentukan barier jaringan perkusi negatif, tes palpasi negatif, tes mobilitas
keras menggunakan kalsium hidroksida atau negatif.
menempatkan barier buatan yaitu Mineral Trioksid Pada pemeriksaan radiografis, tampak bagi­
Agregat (MTA) pada apeks.2,3 an apikal gigi belum menutup sempurna (apeks
Apeksifikasi dengan kalsium hidroksida dapat terbuka) dan terdapat area radiolusen pada jaring­
menstimulasi pertumbuhan jaringan keras seperti an di sekitar apikal (Gambar 2). Diagnosis yang
pada perawatan pulpa vital dan mempunyai tingkat ditegakkan adalah gigi 21 fraktur Ellis kelas IV de­
keberhasilan mencapai 95% serta mudah diperoleh ngan nekrosis pulpa disertai apeks terbuka dan
dan murah.5 Kekurangannya adalah memakan diskolorasi.
waktu lama (3-18 bulan), masih terdapat pori pada Rencana perawatan yang akan dilakukan
barier yang terbentuk yang dapat melemahkan ada­lah apeksifikasi, bleaching intrakoronal, resto­
dentin.2 Saat ini MTA telah banyak menggantikan rasi vinir direk komposit dengan pasak Fiber
kal­sium hidroksida untuk apeksifikasi, karena Reinforced Composite dan Dental Health Education
da­­
pat diaplikasikan dengan cepat dan mampu (DHE). Prognosis baik karena saluran akar tunggal
memperkuat apikal.5 dan lurus, keadaan jaringan pendukung dengan
Siler biokeramik adalah siler berbahan dasar tulang alveolar baik, sisa struktur gigi masih me­
biokeramik yang juga merupakan bahan dasar mungkinkan untuk dilakukan restorasi, pasien
dari MTA. Siler ini memiliki kelebihan-kelebihan kooperatif dan kebersihan mulut pasien baik.
yang dimiliki MTA dan ditambah bahwa siler bio­ Tatalaksana kasus yang dilakukan, pada kun­
keramik memiliki sifat hidrofilik sehingga mudah jungan pertama dilakukan pemeriksaan subjek­tif,
memasuki rongga kecil dan tidak menodai gigi objektif, foto intraoral gigi 21, radiograf diagnosis,
sehingga baik untuk estetik. Siler ini melepaskan penjelasan mengenai prosedur rencana perawatan
kalsium hidroksida ketika mengeras (setting), dan biaya, serta penandatangan informed consent.
mem­­ bentuk hidroksiapatit ketika kontak dengan Kemudian dilanjutkan isolasi dengan rubber dam
cairan jaringan serta bersifat biokompatibel apabila dan saliva ejector.
terekstrusi melewati apeks.2,6 Beberapa penelitian Pembukaan akses kavitas menggunakan bur
menunjukkan siler biokeramik dapat memperkuat Endoaccess, dan pembukaan atap pulpa dengan
saluran akar.7,8 bur Diamendo, dilanjutkan pulp debridement.

10
Rahmiwati, dkk: Obturasi saluran akar...

Pengukuran menggunakan radiograf menunjukkan serta salin dan dikeringkan dengan paper point.
panjang kerja 22 mm (Gambar 3). Dilakukan pengecekan dengan file dan diperoleh
Rahmiwati, dkk: Obturasi saluran akar...
Setelah mendapatkan panjang kerja, saluran sudah adanya barier jaringan keras di apikal.
akar diirigasi dengan NaOCl 0,5% sebanyak 2,5 Dilanjutkan pengisian saluran akar dengan teknik
ml dan salin, dikeringkan dengan paper point, kondensasi lateral menggunakan guta perca Rahmiwati,dan
dkk: Obturasi saluran akar...
sampai orifice dan dikondensasi dengan plugger. Pengambilan foto radiograf dilakukan untuk
kemudian dilakukan preparasi saluran akar dengan hasil
mengkonfirmasi siler Biokeramik
aplikasi Ca(OH)2 (Gambar (iRoot 4). SP, Innovative Bioceramix)
teknik konvensional menggunakan K-file #45, #50, Pada kunjungan(Gambar 3 bulan 6B).berikutnya, tidak ada keluhan sakit, tumpatan sementara dalam
keadaan baik, tes perkusi, palpasi, dan mobilitas negatif, gambaran radiograf terlihat Ca(OH) 2
#55, #60 sesuai dengan panjang kerja danberkurang
preparasi
sampai orifice
(Gambar dan 5A).
Siler
dikondensasi dimasukkan
Tumpatan sementaradengan plugger. menggunakan
dibersihkan, Pengambilan lentulo. Guta
foto radiograf
Ca(OH) 2 dikeluarkan semua dilakukan
dari saluran untuk
diakhiri sampai white dentin, serta diirigasi mengkonfirmasi
akar dengan
menggunakan hasil
perca
irigasiaplikasi
#60
dengan Ca(OH)
diolesi
NaOCl 2 (Gambar
siler salin
0,5%, 4). dan
pada bagian
dikeringkan1/3dengan
apikalpaper danpoint. Kemudian
diaplikasi Pada
ulang kunjungan
Ca(OH)2 siap 3 bulan
pakaiberikutnya,
diisi hinggatidak penuh ada dankeluhan
padat sakit,
sampaitumpatanorifice dan sementara
dikondensasi dalam
NaOCl 0,5% dan salin. Saluran akar dikeringkankeadaan
dengan plugger.
dimasukkan
baik, Pengambilan
tes perkusi, foto ke
palpasi, dalam
radiograf
saluran
dan dilakukan
mobilitas akar
negatif,
untuk
sesuai panjang
gambaran
mengkonfirmasi radiograf terlihatCa(OH)
hasil aplikasi Ca(OH) 2 2
dengan paper point, kemudian dilakukan aplikasi
berkurang
(Gambar 5B).(Gambarkerja. 5A). Dimasukkan
Tumpatan sementara finger spreader
dibersihkan, Ca(OH)di antara
2 dikeluarkan gutta semua dari saluran
akar menggunakan
Tiga bulan kemudian,irigasi dengan NaOCl 0,5%, salin dan dikeringkan dengan
Tidakpaper ada point. Kemudian
dressing dengan kalsium hidroksida dicampur ulang percha
diaplikasisementara Ca(OH) danpasien
2 siap
dinding
pakai
melakukan
diisiserta saluran
hingga
kunjungan
akar, padat6 bulan.
ditekan keorifice
arah keluhan sakit,
tumpatan dalam keadaan baik, tes penuh
perkusi,dan palpasi, dan sampaimobilitas dan dikondensasi
negatif. Gambaran
dengan larutan salin menggunakan lentulo. Cotton
dengan
radiograf plugger.apikal,
menunjukkan Pengambilan
adanya sehingga
foto radiograf
bahan gutta
terkalsifikasidilakukan
agak percha
untuk yang
padat terkondensasi
mengkonfirmasi
terletak sedikit hasil aplikasi
lebih pendek Ca(OH)dari 2
(Gambar
apeks 5B). 6A). Tumpatan sementara dibersihkan, Ca(OH)2 dikeluarkan dari saluran akar
(Gambar
pellet diaplikasikan dan kavitas ditutup dengan ke kemudian,
Tiga irigasi
bulan lateral. Ruang pasien yang tersedia 6setelah finger
menggunakan dengan NaOCl 0,5%melakukan
serta salin dan kunjungan
dikeringkan bulan.
dengan Tidak
paper ada keluhan
point. Dilakukan sakit,
tumpatan sementara (cavit). tumpatan sementara
pengecekan denganspreader dalam
file diambil,
dankeadaan
diperoleh baik, diisi
sudah dengan
sertaadanya
tes perkusi, gutta
barierpalpasi,
jaringanpercha
dan tam­
mobilitas
keras di negatif.
apikal. Gambaran
Dilanjutkan
radiograf saluran
menunjukkan akar adanya bahan
teknikterkalsifikasi agak padat yang terletak sedikit lebih pendek dari
Kunjungan 2 minggu berikutnya: pengisian
tidak ada bahan,
apeks (Gambar
dengan
6A).Innovative
ditekan
Tumpatan
kekondensasi
apikal
sementara(Gambar
lateral
dibersihkan,
lagi, menggunakan
dan seterusnya, guta perca dan siler
Biokeramik (iRoot SP, Bioceramix) 6B). Ca(OH)2 dikeluarkan dari saluran akar
keluhan sakit, fistula sudah hilang, perkusi,menggunakan
palpasi sampai
irigasi
Siler dimasukkan dengan spreader
NaOCl 0,5%
menggunakan tidak dapat
sertaGuta
lentulo. danmelewati
salinperca dikeringkan
#60 diolesidengan lebih
siler pada dari
paper point.1/3
bagian Dilakukan
apikal
pengecekan dengan file saluran
dan diperoleh sudahpanjang
adanyakerja. barier jaringan keras dispreader
apikal. Dilanjutkan
dan mobilitas negatif. Saluran akar diirigasipengisian
dan dengansaluran
dimasukkan 1/3akar
ke koronal
dalam
dengan
akar
gutta sesuai
percha. Setelah penuh,
Dimasukkan kelebihan
finger di antara
guta perca dan dinding saluran akar,teknik
ditekan kondensasi
ke arah apikal, lateralsehingga
menggunakan guta perca gutaterkondensasi
perca dan ke siler
NaOCl 0,5%, salin, dikeringkan dengan lateral.paper
Biokeramik
Ruang(iRoot
yanggutta
SP, percha
Innovative
tersedia dipotong
Bioceramix)
setelah 2 mm
(Gambar
finger spreader dari diisi
6B).
diambil, orificedengan ke gutaarah perca tambahan,
point. Dilakukan stimulasi barier jaringan keras keSiler
ditekan gigi, dimasukkan
apikal apikal menggunakan
lagi, danmenggunakan
seterusnya, lentulo.
sampai pluggerGuta perca
spreader tidak #60
yang diolesi
dipanaskan
dapat melewatisiler lebih
pada dari
danbagian 1/31/3 apikal
koronal
dan perca.
guta dimasukkanSetelah ke dalam
penuh,salurankelebihan akar guta
sesuai panjang
perca kerja. Dimasukkan
dipotong 2 mm dari finger ke arah diapikal
orifice spreader antara
Ca(OH)2 siap pakai diisi hingga penuh dan gutapadat
perca dan
menggunakan dikondensasi
dinding
plugger yangsaluran dengan
akar,
dipanaskan dan tekanan
ditekan ke arah apikal,
dikondensasi ringan. Hasil
sehingga
dengan obturasi
guta
tekanan perca terkondensasi
ringan. Hasil obturasike
lateral.
sampai orifice dan dikondensasi dengandikonfirmasi Ruang
plugger.dengan yang tersedia
dikonfirmasi setelah
radiograf dandengan finger
tampak radiografspreader
hermetis (Gambar diambil,
dan tampak diisi
6C). Dasardengan
hermetis guta perca
kavitas ditutuptambahan,
dengan
ditekanionomer
semen ke apikalkaca lagi, dandan seterusnya,
ditumpat sementarasampai spreader (cavit). tidak
Padadapat melewatiberikutnya
kunjungan lebih dari 1/3 koronal
dilakukan
Pengambilan foto radiograf dilakukan guta untuk
pencetakanperca. (Gambar
RASetelah
dan RBpenuh,
6C).
menggunakan
Dasar
kelebihan bahan
kavitas
guta ditutup
percaalginat
cetak dipotong dengan
2 mmdiisi
kemudian
semen
dari orifice gips
dengan ke biruarah untukapikal
mengkonfirmasi hasil aplikasi Ca(OH)2 (Gambar menggunakan
pembuatan 4).studi plugger
ionomer
model yang
mock dipanaskan
kaca
up. danguiden
Palatal dan dibuat
ditumpat dikondensasi
sementara
menggunakandengan tekanan
(cavit).
bahan ringan.
Pada
cetak doubleHasil obturasi
impression
dikonfirmasi
(Gambar 7). dengan radiograf dan tampak hermetis (Gambar 6C). Dasar kavitas ditutup dengan
Pada kunjungan 3 bulan berikutnya, tidaksemen ada ionomerkunjungan
kaca dan ditumpat berikutnya dilakukan
sementara (cavit).pencetakan
Pada kunjungan RA dan berikutnya dilakukan
keluhan sakit, tumpatan sementara dalam keadaan
pencetakan RA dan RB menggunakan bahan cetak alginat kemudian diisi dengan gips biru untuk
pembuatan studi model mock up. Palatal guiden dibuat menggunakan bahan cetak double impression
baik, tes perkusi, palpasi, dan mobilitas(Gambarnegatif, 7).
gambaran radiograf terlihat Ca(OH)2 berkurang
(Gambar 5A). Tumpatan sementara dibersihkan,
B1
Ca(OH)2 dikeluarkan semua dari saluran akar
menggunakan irigasi dengan NaOCl 0,5%, salin
dan dikeringkan dengan paper point. Kemudian (A) (B) B1
diaplikasi ulang Ca(OH)2 siap pakai diisi hingga objektif (A) Oklusi sentrik,
Gambar 1. Pemeriksaan (A) (B) Gambaran klinis gigi 21 menunjukkan
(B ). 2
(B) fraktur (B ), diskolorasi dan fistula
1

Gambar 1. Pemeriksaan objektif (A) Oklusi sentrik, (B)


penuh dan padat sampai orifice dan dikondensasi
Gambaran klinis gigi 21 menunjukkan fraktur (B1), diskolorasi
dengan plugger. Pengambilan foto radiograf dila­ dan objektif
Gambar 1. Pemeriksaan fistula(A)(B2)
(A) (B)
Oklusi sentrik, (B) Gambaran klinis gigi 21 menunjukkan fraktur (B ), diskolorasi dan fistula
1

kukan untuk mengkonfirmasi hasil aplikasi Ca(OH)2 (B ). 2

(Gambar 5B).
Tiga bulan kemudian, pasien melakukan
kunjungan 6 bulan. Tidak ada keluhan sakit, tum­
patan sementara dalam keadaan baik, serta tes (A) (B) (C)
Gambar 2. Radiograf gigi 21. (A) terdapat area radiolusen pada jaringan di sekitar apikal (B) Bagian apikal gigi belum menutup
perkusi, palpasi, dan mobilitas negatif. Gambaran sempurna (apeks terbuka), (C) pembesaran gambar 2B.

radiograf menunjukkan adanya bahan terkalsifikasi


(A) (B) (C)
agak padat yang terletak sedikit lebih Gambar pendek 2. Radiograf gigi 21. (A) terdapat
(A) area radiolusen pada(B) jaringan di sekitar apikal (B) (C)
Bagian apikal gigi belum menutup
Gambar 2. sempurna
Radiograf (apeksgigiterbuka),
21. (A)(C)terdapat
pembesaran gambar
area 2B.
radiolusen pada
dari apeks (Gambar 6A). Tumpatan sementara
jaringan di sekitar apikal (B) Bagian apikal gigi belum menutup
diber­sihkan, Ca(OH)2 dikeluarkan dari saluran sempurna (apeks terbuka), (C) pembesaran gambar 2B
akar menggunakan irigasi dengan NaOCl 0,5%

11
MKGK (Majalah Kedokteran
MKGK(Majalah
(Majalah Kedokteran
Gigi Klinik)
Kedokteran Gigi
Klinik)
MKGK Gigi Klinik)(Clinical
(ClinicalDental
Dental
(Clinical Journal)
Dental Journal)
Journal)UGM.
UGM. UGM.
April 2017;
April 2017; 3(1):April
3(1): 11 –– 55 2017; 3(1): 9 – 18
ISSN2460-0059
2460-0059 (online)
(online)
ISSN 2460-0059 (online)
ISSN
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental
Journal) UGM. April 2017; 3(1): 1 – 5
MKGK
ISSN (Majalah Kedokteran
2460-0059 (online) Gigi Klinik) (Clinical Dental
Journal) UGM. April 2017; 3(1): 1 – 5
ISSN 2460-0059 (online)

MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental


Journal) UGM. April 2017; 3(1): 1 – 5
ISSN 2460-0059 (online)

Gambar
Gambar 3. 3.Pengukuran
Pengukuranpanjang
panjangkerja
kerja secara
secara radiografis
radiografispada
padagigi
gigi21.
21
Gambar 3. Pengukuran panjang kerja secara radiografis pada gigi 21.
Gambar 3. Pengukuran panjang kerja secara radiografis pada gigi 21.
Gambar 3. Pengukuran panjang kerja secara radiografis pada gigi 21.

Gambar 3. Pengukuran panjang kerja secara radiografis pada gigi 21.

Gambar 4. Radiograf pengisian kalsium hidroksida pada gigi 21

Gambar 4. Gambar
Radiograf4.pengisian
Radiografkalsium
pengisian kalsium pada
hidroksida hidroksida
gigi 21pada gigi 21
Gambar 4. Radiograf pengisian kalsium hidroksida pada gigi 21
Gambar 4. Radiograf pengisian kalsium hidroksida pada gigi 21

Gambar 4. Radiograf pengisian kalsium hidroksida pada gigi 21

(A) (B)
Gambar 5. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 3 bulan, (B) Radiograf pengisian kalsium hidroksida
(A) (B)
(A) (B)
(A) (B)
Gambar 5. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 3 bulan, (B) Radiograf pengisian kalsium hidroksida
Gambar 5. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 3 bulan, (B) Radiograf pengisian kalsium hidroksida
(A)
Gambar 5. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 3 bulan, (B) (B)
Radiograf pengisian kalsium hidroksida
Gambar 5. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 3 bulan, (B) Radiograf pengisian kalsium hidroksida
(A) (B)
Gambar 5. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 3 bulan, (B) Radiograf pengisian kalsium hidroksida

(A) (B) (C)


Gambar 6. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 6 bulan, (B) Siler biokeramik, (C) Radiograf pengisian saluran akar
(A) (B) (C)
Gambar 6. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 6 bulan, (B) Siler biokeramik, (C) Radiograf pengisian saluran akar
(A) (A) (B)
(B)
(C)
(C)
Gambar
6. (A)
Gambar 6. Radiograf kontrol
(A) Radiograf apeksifikasi
(A)
kontrol setelah
apeksifikasi setelah6 6bulan,
bulan,(B)
(B)Siler biokeramik,
Siler(B) (C) (C) Radiograf
biokeramik, (C) Radiografpengisian
pengisiansaluran
saluran akar
akar
(A) (B) (C)
Gambar 6. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 6 bulan, (B) Siler biokeramik, (C) Radiograf pengisian saluran
Gambar 6. (A) Radiograf kontrol apeksifikasi setelah 6 bulan, (B) Siler biokeramik, (C) Radiograf pengisian saluran akar akar

Gambar 7. Mock up gigi 21


Gambar 7. Mock up gigi 21
Tahap selanjutnya adalah pengecekan warna gigi, dengan warna gigi mula-mula A4 Vita
Gambar 7. Mock up gigi 21
Tahap
Lumin shade guideselanjutnya adalah pengecekan
(VITA zahnfabrik). Pengambilan warna gigi,
gigi 21dengan
gutaupperca
Gambar 7. Mock warna
sepanjang 2 mmgigi mula-mula
dari A4 Vita
orifice dilakukan
Gambar 7. Mock up gigi 21
Lumin shade guide (VITA zahnfabrik). Pengambilan guta
Gambar 7. Mock up perca
gigi 21 sepanjang 2 mm dari orifice dilakukan
Tahap selanjutnya adalah pengecekan warna gigi, dengan warna gigi mula-mula A4 Vita
Tahap selanjutnya
Tahap adalah
selanjutnya pengecekan
adalah pengecekan warna
warna gigi, denganwarna
warna gigimula-mula
mula-mula A4 A4VitaVita
Lumin shade guide (VITA zahnfabrik). Pengambilan gutagigi,
perca dengan
sepanjang 2 gigi
mm dari orifice dilakukan
12Lumin shade guide (VITA zahnfabrik). Pengambilan guta perca sepanjang 2 mm dari orifice
Lumin shade guide (VITA zahnfabrik). Pengambilan guta perca sepanjang 2 mm dari orifice dilakukan dilakukan
Rahmiwati, dkk: Obtura
Rahmiwati, dkk: Obturasi saluran akar...

RB menggunakan bahan menggunakan


cetak alginatpeeso
kemudian reamer, dilanjutkan
bonding dengan
(Stae, SDI) pemberianpada
diaplikasikan cervical
saluranseal dengan pen
semen
diisi dengan gips biru untuk ionomerstudi
pembuatan kaca dengan
model modifikasi
pasak resin di
dan disinari bagian
light curedkoronal
selamaguta perca. Pasta campu
10 detik.
mock up. Palatal guiden perborat
dibuatdengan perhidrol diaplikasikan
menggunakan Semen resin (Build dan kavitas ditumpat dimasukkan
IT-FR, Pentron) dengan double seal, yait
semen ionomer
bahan cetak double impression (Gambar 7). kaca. Pasien diminta kontrol 1 minggu kemudian.
ke saluran pasak menggunakan lentulo, kemudian
Pada kunjungan
Tahap selanjutnya adalah pengecekan warna pasak fiber berikutnya, diperoleh
(Fiberpost,warna gigi sudah
Dentsply) warna lebih putih menjadi A2 (
hijau (no.
gigi, dengan warna gigiTumpatan
mula-mulasementara
A4 Vita Lumindibuka, 4) dan
yangsisa
telahbahan bleaching
diberi silane dibersihkan,
diinsersikan, kemudian kamar pu
lalu disinari
shade guide (VITA zahnfabrik). Pengambilan gutta selama 20 detik. Pengisian dikonfirmasi dengan dilakukan aplik
dengan salin, dibilas dengan akuabides dan dikeringkan. Selanjutnya
percha sepanjang 2 hidroksida
mm dari orificeyang dilakukan
dicampur denganradiograflarutan
(Gambar salin
9B).dengan konsistensi pasta kental pada k
dan ditumpat
meng­gunakan peeso reamer, dilanjutkan dengan sementara menggunakan cavit,
Resin komposit warna kemudian ditunggu Kerr)
A2 (Herculite, 1 minggu sebelum
pemberian cervical seal restorasi
dengan permanen.
pengaplikasian diaplikasikan di bagian palatal yang telah dipasang
semen ionomer kaca dengan modifikasi Pada kunjungan
resin di ketujuh,
palatal dilakukan restorasi
guiden. Aplikasi sisivinir direk bagian
palatal komposit dengan p
Reinforced Composite dengan tahapan: dilakukan
bagian koronal gutta percha. Pasta campuran proksimal dilakukan hingga 2/3 panjang mahkota penentuan warna gigi A3 Vita Lumin s
sodium perborat dengan (VITA zahnfabrik),
perhidrol dilanjutkan
diaplikasikan daridengan preparasi
arah insisal kemudian untuk restorasi
disinar selama vinir direk komposit. B
20 detik
dan kavitas ditumpat dipreparasi
dengan double menggunakan
seal, yaitu guide (Gambar bur bentuk
pin 9C). fisur. matrix
Selanjutnya, Selaingreater
itu jugacurve
dilakukan perubah
cavit dan semen ionomer kaca. Pasien diminta dipasang pada daerah servikal untuk membentuk arah disesuaik
gigi, yaitu dengan mengurangi sisi distal sebanyak 1 mm. Perubahan
kontrol 1 minggu kemudian.lengkung gigi, bagian insisalresin dibevel menggunakan
komposit di daerahbur torpedo
servikal (Gambar
(Gambar 10A).9A).
Pada kunjungan berikutnya, Selanjutnya
diperoleh warnadilakukan preparasi
Dilanjutkan saluran pasak
penumpatan permukaandengan denganreamer dan pre
labialpeeso
gigi sudah lebih putih menjadi A2 (Gambar 8). resin komposit warna dentin A3 (Herculite,diirigasi
sesuai dengan panjang saluran pasak (8 mm). Saluran pasak Kerr), dengan salin
Tumpatan sementara dikeringkan
dibuka, dandengansisa bahan point. Etsa dilakukan
paper pembentukan mamelon dengan pada comporoller
seluruh permukaan
(Kerr), kavitas, did
bleaching dibersihkan,detik,kemudian
kemudian kamar dibilas air dan
pulpa dikeringkan.
disinar Bahan
selama 20 detik, bondingpengaplikasian
dilanjutkan (Stae, SDI) diaplikasikan pa
diirigasi dengan salin, pasak
dibilasdan disinari
dengan (LC) selama
akuabides resin10komposit
detik. Semen warna resin (BuildA3IT-FR,
email Pentron) dimasukkan
(Herculite,
pasak menggunakan
dan dikeringkan. Selanjutnya dilakukan aplikasi lentulo, kemudian
Kerr), pasak sesuai
dan dibentuk fiber (Fiberpost,
bentuk anatomiDentsply)
gigi warna hijau (
telah diberi silane diinsersikan, lalu disinari selama
kalsium hidroksida yang dicampur dengan larutan 21 menggunakan comporoller (Gambar 10B). 20 detik. Pengisian dikonfirmasi deng
salin dengan konsistensi (Gambar 9B). pada kamar Pemeriksaan oklusi dilakukan menggunakan
pasta kental
Resin komposit
pulpa dan ditumpat sementara menggunakan warna
cavit, A2 (Herculite,
articulating Kerr) diaplikasikan
paper. Finishing dan polishingdidilakukan
bagian palatal yang tela
palatal guiden. Aplikasi sisi palatal bagian proksimal
kemudian ditunggu 1 minggu sebelum dilakukan menggunakan fine finishing bur, polishing disc dilakukan hingga 2/3 panjang mahko
restorasi permanen. insisal kemudian disinar selama 20 detik
(Optidisc, Kerr)(Gambar 9C). Selanjutnya,
dan polishing brush (Optishine, matrix greater curv
Pada kunjungan pada daerah
ke tujuh, servikalresto­
dilakukan untuk membentuk
Kerr). resin komposit di daerah servikal (Gambar 10A).
rasi vinir direk komposit penumpatan
dengan pasakpermukaanFiber labialPada dengan saat resin
kontrol,komposit warna puas
pasien merasa dentin A3 (Hercu
Reinforced Composite pembentukan dilakukan dengan
dengan tahapan:mamelon dan tidak(Kerr),
comporoller
dengan giginya disinar
ada keluhan sakitselama
pada 20 detik,
penentuan warna gigi A3 pengaplikasian
Vita Lumin shaderesinguide
komposit warnaPada
giginya. email pemeriksaan
A3 (Herculite,objektif
Kerr), dan dibentuk sesuai ben
diperoleh
gigi 21 dengan
(VITA zahnfabrik), dilanjutkan menggunakan hubungan (Gambar
preparasicomporoller tepi restorasi10B).
vinirPemeriksaan
yang baik dan oklusi
tidak dilakukan me
articulating
untuk restorasi vinir direk komposit.paper.
BagianFinishing
labial ada dantrauma oklusidilakukan
polishing (Gambar 10). menggunakan fine finishing bur, po
Pasien dianjurkan
dipreparasi menggunakan (Optidisc,
guide Kerr) danbentuk
pin bur polishinguntuk
brush (Optishine,
menjaga Kerr).mulutnya dan kontrol ke
kebersihan
fisur. Selain itu juga dilakukan perubahan inklinasi dokter gigi 6 bulan sekali.
gigi, yaitu dengan mengurangi sisi distal sebanyak
1 mm. Perubahan arah disesuaikan dengan
lengkung gigi, bagian insisal dibevel menggunakan
bur torpedo (Gambar 9A).
Selanjutnya dilakukan preparasi saluran
pasak dengan peeso reamer dan precission drill
sesuai dengan panjang saluran pasak (8 mm).
Saluran pasak diirigasi dengan salin kemudian
dikeringkan dengan paper point. Etsa dilakukan
pada seluruh permukaan kavitas, didiamkan 15 Gambar 8. Kontrol bleaching gigi 21.
detik,kemudian dibilas air dan dikeringkan. Bahan Gambar 8. Kontrol bleaching gigi 21

13
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)
(Clinical Dental Journal) UGM. April 2017; 3(1): 9 – 18
ISSN 2460-0059
MKGK (Majalah(online)
Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental
Journal) UGM. April 2017; 3(1): 1 – 5
ISSN 2460-0059 (online)
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental
Journal) UGM. April 2017; 3(1): 1 – 5
ISSN 2460-0059 (online)

(A)
(A) (B)
(B) (C) (C)
Gambar 9. (A) Hasil preparasi vinir, (B) Radiograf setelah sementasi pasak, (C) Palatal guiden sebagai panduan pembentukan
Gambar 9. (A) Hasil preparasi vinir, (B) Radiograf setelah sementasi
sisi palatal gigi pasak, (C) Palatal guiden sebagai panduan pembentukan
(A) (B) 21. (C)
sisi palatal gigi 21
Gambar 9. (A) Hasil preparasi vinir, (B) Radiograf setelah sementasi pasak, (C) Palatal guiden sebagai panduan pembentukan
sisi palatal gigi 21.

(A) (B)
Gambar 10. (A) Pemakaian greater curve, (B) hasil restorasi vinir gigi 21.
(A) (A) (B)
(B)
Pada saat Gambar
kontrol, 10. (A) merasa
pasien Pemakaianpuas
greater curve, (B)giginya
dengan hasil restorasi
dan vinir
tidak gigiada
21. keluhan sakit pada
Gambar 10. (A) Pemakaian greater curve, (B) hasil restorasi vinir gigi 21
giginya. Pada pemeriksaan objektif diperoleh hubungan tepi restorasi vinir yang baik dan tidak ada
Pada saat kontrol, pasien merasa puas dengan giginya dan tidak ada keluhan sakit pada
trauma oklusi (Gambar 10). Pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan mulutnya dan kontrol ke
giginya. Pada pemeriksaan objektif diperoleh hubungan tepi restorasi vinir yang baik dan tidak ada
dokter gigi 6 bulan sekali.
trauma oklusi (Gambar 10). Pasien dianjurkan untuk menjaga
PEMBAHASAN kebersihan
Apeks terbuka mulutnya
terjadi karenadan akarkontrol ke
berhenti
dokter gigi 6 bulan sekali. tumbuh ketika akar belum terbentuk sempurna.
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini dijelaskan mengenai Perkembangan akar dimulai ketika pembentukan
Pada laporan kasus ini dijelaskan mengenai kasus gigi 21 yang menunjukkan adanya fraktur,
PEMBAHASAN
kasus gigi 21 yang menunjukkan adanya fraktur,
diskolorasi dan fistula. Tidak ada respons pada email dan dentin telah
tes termal/CE, perkusi,mencapai
palpasibakal danpersim­ pang­
mobilitas.
diskolorasi
Pada laporan dan fistula.
kasus Tidak ada respons
ini dijelaskan mengenaipada kasus gigi 21
an cemento-enamel yang menunjukkan adanya fraktur,
Radiograf menunjukkan area radiolusen di sekitar apikal dan apeks yangjunction belum (CEJ). Pada
menutup sempurna. tahap ini
tes diskolorasi
termal/CE, dan fistula.
perkusi, Tidak
palpasi dan ada responsRa­
mobilitas. padaepitel
tes termal/CE, perkusi, palpasi
email bagian dalam dan luar membentuk dan mobilitas.
Pasien mengalami trauma 10 tahun sebelumnya dan gigi asimtomatis.
Radiograf
diograf menunjukkan
menunjukkan area
areamemiliki radiolusen
radiolusen di di sekitar apikal dan apeks yang belum menutup sempurna.
sekitar
Apeks terbuka celah>0,7 mm pada
pem­ bagian epitel
bungkus apikal akar secara radiografis.
Hertwig 3 Pada
(Hertwig’s epi­
Pasien
apikal mengalami
dan apeks trauma
yang belum 10 tahun sebelumnya
menutup sempurna. dan gigi asimtomatis.
pemeriksaan radiografis keberadaan apeks terbukathelial perlu root
dipastikan karena hal ini
sheath, HERS). Bagian HERS inilahmempengaruhi
Pasien Apeks terbuka
mengalami trauma memiliki tahun celah>0,7
10 Secara sebelumnya mm pada bagian apikal secara radiografis.3 Pada
diagnosis dan penanganan. radiografis, apeks yang terbuka diketahui
menentukan dengan
bentuk membandingkan
akar. Ia mengelilingi
pemeriksaan radiografis keberadaan apeks terbuka perlu dipastikan karena hal ini mempengaruhi
dengan
dan gigi di sebelahnya. Dibandingkan gigi matur,
gigi asimptomatis. gigi dengan
pembukaan apeks
pulpa terbuka
ke apikal memiliki
dan akhirnya celah lebih
menjadi
diagnosis dan penanganan. Secara radiografis, apeks terbuka diketahui dengan membandingkan
lebar di bagian apikal, dinding akar lebih tipis dan saluran akar
Apeks terbuka memiliki celah>0,7 mm pada foramen apikal. Apeks terbuka ditemukan pada lebih pendek. Secara taktil dapat
dengan gigi di sebelahnya. Dibandingkan gigi matur, gigi dengan apeks terbuka memiliki celah lebih
dirasakan
bagian tidak adanya konstriksi3 apikal. Hal ini bervariasi dari perbedaan yang jelas hingga samar
lebar apikal
di bagiansecara
apikal,radiografis.
dinding akar Padalebihpeme­
tipis danakar yang sedang
saluran akar lebih tumbuh padaSecara
pendek. gigi imatur
taktilsampai
dapat
sepertiradiografis
riksaan pada kasus ini.
keberadaan apeks terbuka perlu
dirasakan tidak adanya konstriksi apikal. Hal ini bervariasi terjadinyadaripenutupan
perbedaan apikal
yangsekitar
jelas3hingga
tahun setelah
samar
Apeks terbuka terjadi karena akar berhenti tumbuh ketika akar belum terbentuk sempurna.
dipastikan
seperti padakarena hal ini.
kasus ini mempengaruhi diagnosis erupsi. HERS sensitif terhadap trauma, tetapi ka­
Perkembangan akar dimulai ketika pembentukan email dan dentin telah mencapai bakal
dan penanganan. Secaraterjadi
Apeks terbuka radiografis,
karenaapeks ter­ rena
akar berhenti tumbuh ketika akar
vaskularisasi belum
dandalam terbentuk
cellularity sempurna.
di wilayah apikal,
persimpangan cementoenamel (CEJ). Pada tahap ini epitel email bagian dan luar membentuk
bukaPerkembangan
diketahui dengan akar membandingkan
dimulai ketika dengan pembentukan email
pembentukan dan dentin telah mencapai bakal
pembungkus epitel akar Hertwig (Hertwig’s epithelial root sheath, akar
HERS). dapat terus terjadi
Bagian HERS bahkan
inilah yangpada
gigipersimpangan
di sebelahnya. cementoenamel
Dibandingkan (CEJ).
gigi Pada gigi
matur, tahap ini epitel email bagian dalam dan luar membentuk
menentukan bentuk akar. Ia mengelilingi pembukaan inflamasi
pulpa ke pulpa
apikaldan dan nekrosis.
akhirnyaKerusakan total pa­
menjadi foramen
de­npembungkus
gan apeks
apikal.
epitel akar Hertwig
Apeksterbuka
terbukamemiliki
ditemukan celah (Hertwig’s
lebih
pada lebar
akar
epithelial
yangdi sedangroot sheath, HERS). Bagian HERS inilah yang1
da HERS tumbuh pada gigi imatur
menghentikan sampai terjadinya
perkembangan akar.
menentukan
bagian bentuk akar
apikal,apikal
dinding akar. Ia mengelilingi pembukaan pulpa ke apikal dan akhirnya menjadi foramen
penutupan sekitar lebih
3 tahun tipis setelah
dan saluran erupsi. Trauma
HERS sensitif
pada gigi terhadap
permanentrauma, muda tetapi karena
diperkirakan
apikal. Apeks terbuka ditemukan pada akar yang sedang tumbuh pada gigi imatur sampai terjadinya
akar lebih pendek.
vaskularisasi danSecara taktildidapat
cellularity wilayahdirasakan
apikal,ti­pembentukan akarpada
dapat terus%terjadi
anak. bahkan pada
penutupan apikal sekitar 3 tahun setelah erupsi.terjadi HERShinggasensitif 25-30
terhadap trauma, Trauma paling
tetapi karena
inflamasi
dak adanya pulpa danapikal.
konstriksi nekrosis. Kerusakan
Hal ini bervariasitotaldari pada HERS
sering terjadi menghentikan
pada insisivus perkembangan akar. 1
vaskularisasi dan cellularity di wilayah apikal, pembentukan akar dapat terussentralis maksila,pada
terjadi bahkan 80%
Trauma pada
perbedaan yanggigi
jelaspermanen
hingga samarmuda seperti
diperkirakan
pada terjadi hingga1,2pada 25-30 % anak. Trauma paling 1
inflamasi pulpa dan nekrosis. Kerusakan total pada dari kasus.
HERS 1,2 Trauma padaperkembangan
menghentikan gigi dapat merusak akar.
sering
kasus terjadi
ini. pada insisivus sentralis maksila, 80% dari kasus. Trauma pada gigi dapat merusak
Trauma pada gigi permanen muda diperkirakan terjadi jaringan neurovaskular
hingga pada 25-30dan% menyebabkan
anak. Trauma nekrosis
paling
jaringan neurovaskular dan menyebabkan nekrosis pulpa.9 Selain trauma, nekrosis pulpa pada gigi
sering terjadi pada insisivus sentralis maksila, 80% dari kasus.1,2 Trauma pada gigi dapat merusak
permanen imatur dapat disebabkan oleh karies dan adanya anomali berupa dens invaginatus dan
jaringan neurovaskular
14dens dan menyebabkan nekrosis pulpa.9 Selain trauma, nekrosis pulpa pada gigi
evaginatus.10
permanen imatur dapat disebabkan oleh karies dan adanya anomali berupa dens invaginatus dan
dens evaginatus.10
Rahmiwati, dkk: Obturasi saluran akar...

pulpa.9 Selain trauma, nekrosis pulpa pada gigi sebaiknya tidak ditunda lebih dari 1 bulan karena
permanen imatur dapat disebabkan oleh karies dan kalsium hidroksida dapat larut dengan cairan
adanya anomali berupa dens invaginatus dan dens jaringan melalui apeks terbuka, membuat saluran
evaginatus.10 akar rentan terhadap infeksi ulang.2,3
Kasus nekrosis pulpa dengan apeks terbuka Pembentukan barier apikal dapat dilakukan
tidak dapat langsung ditangani dengan perawatan dengan 2 cara, yaitu menstimulasi terbentuknya
saluran akar seperti biasanya. Kondisi apeks terbuka barier jaringan keras gigi ataupun dengan menem­
yang memiliki dinding tipis dan rapuh dengan patkan suatu bahan sebagai barier. Cara pertama
foramen terbuka membatasi preparasi biomekanik, menggunakan kalsium hidroksida, cara kedua
karena penghilangan dentin harus dilakukan de­ meng­gunakan Mineral Trioksid Agregat (MTA).
ngan hati-hati karena ketebalan dinding saluran Pada cara yang pertama, pembentukan
akar yang berkurang. Selain itu, pada pengisian barier jaringan keras apeks membutuhkan ling­
saluran akar, terdapat risiko ekstrusi gutta percha kungan yang sama dengan yang diperlukan un­
dan siler, serta penutupan apikal yang tidak optimal, tuk pembentukan jaringan keras pada terapi
karena tidak ada penahan untuk mengkondensasi pulpa vital: stimulus inflamasi ringan untuk me­
bahan obturasi dan karena dinding yang sering mulai penyembuhan dan lingkungan bebas bak­
lebih besar daripada bagian apikal. Kondisi ini teri untuk memastikan peradangan yang tidak
pada akhirnya dapat menyebabkan bertahannya progresif. Serbuk kalsium hidroksida murni di­
pe­nyakit. Sebaliknya, kemungkinan perawatan be­ campur dengan salin steril (atau larutan anestesi)
dah dengan reseksi ujung akar meragukan karena menjadi konsistensi kental. Kalsium hidroksida
anatomi apikal rapuh dan dapat mengurangi rasio dipadatkan terhadap jaringan lunak apikal dengan
mahkota/akar. Dalam kasus ini, pendekatan kon­ plugger selanjutnya diisi hingga penuh pada saluran
servatif dapat dilakukan dengan menginduksi akar. Pada foto radiografis saluran akar akan
penu­ tupan apikal dengan prosedur yang disebut tampak radiopak, menunjukkan bahwa seluruh
apeksifikasi.9 saluran telah diisi dengan kalsium hidroksida. Pada
Pada umumnya gigi nonvital terinfeksi, se­­ interval 3 bulan, pemeriksaan radiografis dilakukan
hingga tahap pertama perawatan adalah men­ untuk mengevaluasi apakah barier jaringan keras
sterilkan saluran akar untuk memastikan penyem­ telah terbentuk dan apakah kalsium hidroksida
buhan periapikal. Panjang saluran akar diperkirakan berkurang. Apabila kalsium hidroksida berkurang,
dengan radiograf pra operatif, dan setelah akses kalsium hidroksida dapat diganti.2,3 Penggantian
disiapkan, file ditempatkan pada panjang kerja esti­ kalsium hidroksida tidak diperlukan untuk terjadinya
masi dan dikonfirmasi secara radiografis. Preparasi barier, tetapi penggantian ini mengurangi intensitas
dilakukan dengan sangat hati-hati (karena dinding proses inflamasi.11
dentin tipis) dan dengan irigasi berulang-ulang Setelah barier diperkirakan telah terbentuk,
dengan 0,5% NaOCl. Konsentrasi NaOCl yang kalsium hidroksida dikeluarkan dengan NaOCl.
le­bih rendah digunakan karena meningkatnya ba­ File digunakan untuk memeriksa adanya hambatan
haya ektrusi. Penambahan volume irigasi yang pada apeks. Apabila barier jaringan keras ditun­
digunakan diharapkan mengkompensasi kon­ jukkan secara radiografis dan bisa dideteksi dengan
sen­trasi NaOCl yang lebih rendah. Jarum irigasi file, saluran akar siap diisi. Waktu yang dibutuhkan
yang secara pasif dapat mencapai dekat dengan untuk terbentuknya barier bervariasi antara 3-18
panjang apikal dapat digunakan. Saluran akar bulan.2 Rata-rata dibutuhkan 9 bulan.5 Kekurangan
dikeringkan dengan paper poin dan campuran dari waktu yang panjang ini pasien diperlukan untuk
pasta kalsium hidroksida dimasukkan ke dalam datang beberapa kali dan gigi dapat fraktur selama
saluran akar dengan lentulo. Disinfeksi tambahan perawatan. Perawatan jangka panjang dengan
kalsium hidroksida akan efektif setelah aplikasi kalsium hidroksida juga dapat melemahkan akar
selama minimal 1 minggu. Perawatan lebih lanjut dan membuatnya lebih rentan terhadap fraktur.2,3

15
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)
(Clinical Dental Journal) UGM. April 2017; 3(1): 9 – 18
ISSN 2460-0059 (online)

Pada cara yang kedua, MTA ditempatkan pa­ meningkatkan resistensi terhadap fraktur.6,7 Pada
da apeks sebagai barier. Kalsium sulfat didorong proses setting akan terjadi reaksi pembentukan
melewati apek untuk memberikan penghalang hidroksiapatit. Lapisan apatit ini dapat membentuk
ex­ traradikuler dapat diserap (resorbable) ketika ikatan kimia antara siler dan dinding dentin.18
memadatkan MTA. Bahan dicampur dan ditem­ Dressing dengan kalsium hidroksida sebelum obtu­
pat­kan ke dalam apikal 3 sampai 4 mm. Cotton rasi menggunakan siler biokeramik meningkatkan
pellet basah ditempatkan pada MTA dan dibiarkan kekuatan siler ini.19 Hasil penelitian lain telah
selama minimal 6 jam. Setelah bahan mengeras, menunjukkan bahwa penggunaan siler biokeramik
saluran akar dapat diisi.2,3 dengan guta perca meningkatkan ketahanan ter­
Siler biokeramik yang digunakan adalah hadap fraktur pada simulasi gigi apeks terbuka.4,8
iRoot SP (Innovative Bioceramix, Canada). Siler ini Penggunaan siler biokeramik diharapkan dapat
mempunyai kandungan zirkonium oksid, kalsium memperkuat saluran akar pasca apeksifikasi.
silikat, kalsium fosfat basa tunggal, kalsium hi­ Selain apeks terbuka, pada kasus ini juga
droksida dan bahan pengisi dan pengental. Siler ditemukan adanya fistula dan diskolorasi. Fistula
biokeramik bersifat hidrofilik, tidak larut, radiopak, adalah saluran keluar dari periapikal yang dibentuk
bebas aluminium, pH tinggi, dan membutuhkan tubuh untuk mengeluarkan eksudat. Hal ini dapat
kelembaban untuk setting. Ia merupakan satu- menjelaskan sifat asimtomatis dan kronis dari ka­
satunya produk biokeramik murni yang tersedia sus ini karena eksudat tidak menekan saraf. Fis­
sebagai siler untuk obturasi endodontik.6 Siler tula akan hilang setelah perawatan saluran akar
ini berupa siler yang siap pakai di dalam syringe karena eksudat sudah dikeluarkan dan saluran
(premixed).7 akar sudah dibersihkan. Diskolorasi dapat terjadi
Siler biokeramik dapat menginduksi bakal karena perdarahan intrakoronal. Degradasi hemo­
stem cell gigi untuk berdiferensiasi menjadi odon­ globin melepas senyawa besi yang bereaksi de­
toblast-like cell, sehingga diperkirakan dapat men­ ngan sulfida dari produk bakteri dan membentuk
dorong penyembuhan periapikal.12,13,14 Siler bio­ besi sulfid yang berpenetrasi ke tubuli dentin
keramik juga dapat menginduksi biomineralisasi dan menyebabkan diskolorasi. Sodium perborat
sebagaimana ditunjukkan dengan ekspresi gen adalah oksidator yang dapat menetralkan zat-zat
dan protein yang terkait mineralisasi, serta deposisi diskolorasi di dalam dentin.20
jaringan keras.12,15 Ukuran nanopartikel dari siler ini Restorasi vinir direk komposit pada kasus
memungkinkannya untuk mengalir dengan mudah ini bertujuan untuk memperbaiki gigi yang fraktur
ke saluran lateral, ramifikasi dan tubuli dentin.7,16 dan merubah inklinasi gigi sehingga memberikan
Apabila terekstrusi melewati apeks maka sifat estetik yang baik. Pasak komposit yang diperkuat
bioaktif dari siler ini akan mendorong terjadinya fiber (FRC) dapat digunakan untuk memperkuat
penyembuhan di daerah periapikal.2 Dalam hal gigi imatur. Pasak fiber yang memiliki modulus
bahwa barier jaringan keras yang dibentuk oleh elastisitas mendekati dentin akan memberikan
apeksifikasi menggunakan kalsium hidroksida risiko fraktur akar yang lebih rendah dibandingkan
yang masih meninggalkan pori, siler biokeramik pasak metal. Retensi pasak yang pasif dapat
di­harapkan dapat mengisi pori tersebut dan tidak meningkat jika seluruh pasak memenuhi saluran
toksik dan bahkan mendorong penyembuhan akar dan dibantu dengan lapisan semen resin tipis
periapikal apabila terekstrusi. serta homogen.21
Di sisi lain, penggunaan siler ini memperkuat
resistensi terhadap fraktur akar.17 Pada siler ini KESIMPULAN
tidak terjadi penyusutan saat setting, bahkan se­ Apeksifikasi dengan kalsium hidroksida dapat
dikit mengembang, sehingga membuat tidak ada dilakukan untuk menutup apeks terbuka sebelum
celah antara guta perca, siler, dan dentin. Ma­suk­ dilakukannya obturasi. Obturasi saluran akar
nya siler ke dalam ramifikasi dan tubuli dentin juga meng­gunakan siler biokeramik pasca apeksifikasi

16
Rahmiwati, dkk: Obturasi saluran akar...

dapat dilakukan untuk memperkuat akar dari ri­siko ide aggregate–based, and bioceramic root ca-
fraktur, melanjutkan stimulasi pembentukan jaringan nal sealers. J Endod. 2013; 39(12): 1630-1633.
dan mengisi rongga yang tidak tertutupi dengan 8. Ulusoy Öİ, Nayır Y, Darendeliler-Yaman S. Ef-
apeksifikasi. Siler biokeramik membentuk ikatan yang fect of different root canal sealers on fracture
kuat dengan dentin, dapat mengalir ke tubuli dentin strength of simulated immature roots. Oral Surg
dan struktur anatomis saluran akar lainnya, bersifat Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod. 2011;
biokompatibel jika terekstrusi, tidak menyebabkan 112(4): 544-547.
diskolorasi, tidak mengerut dan sedikit mengembang 9. Soares J, Santos S, César C, Silva P, Sá M,
ketika mengeras serta memiliki daya antibakteri Silveira F, Nunes E. Calcium hydroxide induced
yang baik yang diperoleh dari kalsium hidroksida apexification with apical root development: a
yang terdapat dalam komposisinya. Di samping itu, clinical case report. Int Endod J. 2008; 41(8):
prosedur bleaching dapat dilakukan untuk merawat 710-719.
diskolorasi, vinir direk komposit untuk merestorasi 10. Flanagan TA. What can cause the pulps of im-
gigi yang fraktur dan memperbaiki lengkungnya mature, permanent teeth with open apices to
serta pasak Fiber Reinforced Composite untuk become necrotic and what treatment options
memperkuat saluran akar. are available for these teeth. Aust Endod J.
2014; 40(3): 95-100.
DAFTAR PUSTAKA 11. Felippe MC, Felippe WT, Marques MM, Anto-
1. Rafter M. Apexification: a review. Dent Trauma- niazzi JH. The effect of the renewal of calcium
tol. 2005; 21(1): 1-8. hydroxide paste on the apexification and peri-
2. Trope M, Barnett F, Sigurdsson A, Civian N. apical healing of teeth with incomplete root for-
The role of endodontics after dental traumatic mation. Int Endod J. 2005; 38(7): 436-442.
injuries. In: Hargreaves KM, Berman LH, edi- 12. Wang Z. Bioceramic materials in endodontics.
tors. Cohen’s pathways of the pulp. 11th ed. St. Endod Topics. 2015; 32(1): 3-30.
Louis: Elsevier Health Sciences; 2015. 13. Prati C, Gandolfi MG. Calcium silicate bioactive
758-792. cements: biological perspectives and clinical
3. Trope M. Endodontic considerations in dental applications. Dent Mater. 2015; 31(4): 351-370.
trauma. In: Ingle JI, Bakland LK, Baumgartner 14. Zhang W, Li Z, Peng B. Effects of iRoot SP
JC, editors. Ingle’s Endodontics. 6th ed. Onta­ on mineralization-related genes expression in
rio: BC Decker Inc; 2008. 1330-1357. MG63 cells. J Endod. 2010; 36(12): 1978-1982.
4. Parirokh M, Torabinejad M. Calcium Silicate– 15. Guven EP, Yalvac ME, Kayahan MB, Sunay H,
Based Cements. In: Torabinejad M, editor. Min- SahIn F, Bayirli G. Human tooth germ stem cell
eral trioxide aggregate: properties and clinical response to calcium-silicate based endodontic
applications. Oxford: Wiley Blackwell; 2014. cements. J Appl Oral Sci. 2013; 21(4): 351-357.
281-332. 16. Fernández R, Restrepo JS, Aristizábal DC, Ál-
5. Bakland LK, Andreasen JO. Will mineral tri- varez LG. Evaluation of the filling ability of arti-
oxide aggregate replace calcium hydroxide in ficial lateral canals using calcium silicate‐based
treating pulpal and periodontal healing compli- and epoxy resin‐based endodontic sealers and
cations subsequent to dental trauma? A review. two gutta‐percha filling techniques. Int Endod J.
Dent Traumatol. 2012; 28(1): 25-32. 2015.
6. Trope M, Bunes A, Debelian G. Root filling 17. Sağsen B, Üstün Y, Pala K, Demirbuğa S. Re-
materials and techniques: bioceramics a new sistance to fracture of roots filled with different
hope?. Endod Topics. 2015; 32(1): 86-96. sealers. Dent Mater J. 2012; 31(4): 528-532.
7. Topçuoğlu HS, Tuncay Ö, Karataş E, Arslan H, 18. Knupfer WH. Ein universelles biokeramisches
Yeter K. In vitro fracture resistance of roots ob- Obturationsmaterial. Endodontie Journal.
turated with epoxy resin–based, mineral triox- 2014; 13(1): 24-28.

17
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik)
(Clinical Dental Journal) UGM. April 2017; 3(1): 9 – 18
ISSN 2460-0059 (online)

19. Amin SA, Seyam RS, El-Samman MA. The bleaching intrakoronal pada insisivus sentralis
effect of prior calcium hydroxide intracanal kanan maksila. MKGK. 2015; 1(1): 54-62.
placement on the bond strength of two calcium 21. Afiati SD, Santosa P. Perawatan estetik pada
silicate–based and an epoxy resin–based insisivus sentral maksila dengan perforasi
endodontic sealer. J Endod. 2012; 38(5): apikal. MKGK. 2015; 1(1): 71-78.
696-699.
20. Rahmawati CL, Nugraheni T. Apeksifikasi
menggunakan mineral trioxide aggregate dan

18

Anda mungkin juga menyukai