Ringkasan
Pendahuluan
1
2
mengutamakan estetik. Restorasi ini termasuk kelas I dan II, penggantian restorasi
yang gagal, dan karies primer. Gigi yang memerlukan restorasi besar atau
penggantian cusp biasanya rencana perawatannya dengan resin komposit indirek
yang dibuat di laboratorium, dan restorasi inlay/onlay keramik. Penelitian meta
analisis yang dilakukan pada tahun 1990 melaporkan tingkat kegagalan setiap
tahun pada restorasi komposit direk posterior sebanyak 2,2%, inlay resin komposit
2,9%, dan restorasi keramik 1,9%.karena sifat kimia dasar dari RBCs indirek
sama dengan bahan direk, perbedaannya pada sifat mekanis minimal dan tidak
diharapkan signfikan secara klinis. Meskipun rekomendasi dari ADA, para dokter
gigi memperluas indikasi klinis untuk restorasi RBC direk. Brunthaler and lainnya
menemukan hubungan linear antara ukuran restorasi dan pengamatan periodik dan
tingkat kegagalan; sebaliknya, Brackett dan lainnya melaporkan tidak ada
perbedaan pada performa klinis dari RBCs direk ukuran medium dan besar.
RBCs telah digunakan untuk merestorasi gigi posterior sejak tahun 1970an dan
telah diteliti secara luas dalam 40 tahun terakhir; kekurangan dari resin komposit
sangat diketahui. Perhatian masih ada berkenaan dengan ketahanan komposit,
ikatan dengan dentin kurang ideal, stress dari penyusutan polimerisasi, dan
sensitifitas teknik.
Evolusi dari bahan komposit, adhesif, dan sistem light-curing telah berkembang
pesat lebih dari 2 dekade terakhir. Bagaimanapun, kedua peneliti dan klinisi telah
menunggu pengembangan teknologi bahan untuk selanjutnya dari sisi pabrikan;
sebaliknya, mereka belum cukup fokus pada pengembangan performa klinis
restorasi RBC.
pedoman estetik dan fungsional untuk restorasi besar pada gigi posterior
menggunakan teknik komposit direk untuk mengurangi stres (SRDC).
Pasien perempuan berusia 27 tahun datang dengan restorasi gagal pada gigi
molar bawah untuk menggantikan distal marginal ridge dan facial cusp (#36).
Gigi pasien direstorasi dengan resin komposit direk 1 tahun yang lalu (Gambar 1).
lingual diselesaikan menggunakan warna enamel Pearl Smoke (PS) (Gambar 7).
Stratifikasi dentin dimulai dengan menempatkan selapis 1-1,5 mm komposit
flowable A3,5 (PermaFlo, Ultradent Products) pada dentin terdalam (Gambar 8),
kemudian diikuti aplikasi dentin dengan increment berbentuk wedge yang
diletakkan hanya pada dua permukaan yang dibonded, menurunkan konfigurasi
kavitas atau rasio faktor C (Gambar 9). Faktor C didefinisikan sebagai rasio antara
permukaan kavitas yang dibonded dan tidak dibonded; meningkatnya rasio ini
juga meningkatkan stres dari penyusutan polimerisasi. Untuk alasan yang sama,
satu increment dari warna enamel PS diaplikasikan pada satu cusp (Gambar 10);
setiap cusp dicured terpisah, mencapai morfologi oklusal primer dan sekunder
(Gambar 11). Untuk mengurangi stres dari penyusutan polimerisasi, penulis
memanfaatkan teknik polimerisasi sebelumnya, berdasarkan kombinasi teknik
curing enamel (pulse) dan dentin (progressive) pada gigi. Protokol curing pulse
diadopsi untuk polimerisasi buildup enamel proksimal dan oklusal; dilakukan
dengan waktu curing sangat singkat (1-2 detik) per tiap increment. Teknik curing
progressive digunakan untuk polimerisasi increment dentin; dilakukan dengan
menempatkan ujung sinar berkontak dengan dinding kavitas ekternal untuk
memulai polimerisasi melalui dinding (polimerisasi indirek) pada intensitas lebih
rendah. Polimerisasi akhir kemudian diberikan pada intensitas yang lebih tinggi
dan waktu curing lebih lama. Penyesuaian oklusal dan proksimal restorasi
menggunakan bur carbide no. 7404 dan 7902 (Brasseler). Pasien kontrol kembali
setelah 48 jam untuk menyelesaikan penyesuaian oklusal dan melakukan
pemolesan akhir. Gambar 12 menunjukkan restorasi pada kontrol 6 bulan.
Gambar 7. Matriks sirkular diganti dengan matriks sectional, dan tepi enamel dibuat pertama kali
menggunakan kombinasi wedge-shaped increments dentin dan enamel; Gambar 8. Stratifikasi
dentin dimulai dengan menempatkan lapisan resin komposit flowable A3.5 1 mm pada dentin yang
dalam; Gambar 9. Stratifikasi dentin dilakukan dengan menggunakan wedgeshaped increment
komposit warna dentin.
Gambar 10. Tinta komposit warna coklat ditempatkan di ujung stratifikasi dentin; Gambar 11.
Restorasi diselesaikan dengan aplikasi shade PS ke setiap cusp untuk membuat tonjolan-tonjolan
cusp dan morfologi tambahan; Gambar 12. Hasil pada kontrol enam bulan.
8
Gambar 13. Tampilan oklusal restorasi akhir setelah pemeriksaan oklusi; Gambar 14 dan 15. X-ray
sebelum dan sesudah tindakan restorasi.
Diskusi
Analisis oklusi dilakukan pada dua level yang berbeda: gigi yang akan
direstorasi dan gigi yang berlawanan. Gigi yang akan direstorasi harus dianalisis
dengan tujuan mendeteksi distribusi yang tidak merata dari kontak oklusal dan
menilai adanya bagian aus yang berkaitan dengan maloklusi dan kebiasaan
parafungsi. Beban berlebih baik pada restorasi atau struktur gigi yang tersisa dapat
9
Ketebalan dinding cusp yang tersisa pada dasar kavitas dan ujung cusp adalah
kunci elemen dalam memutuskan untuk mempertahankan atau membuang cusp.
Bahan restorasi 2 mm diatas area cusp disarankan ketika ketebalan dasar cusp
kurang dari 2 mm dan margin oklusal terletak di ujung cusp. Keputusan ini perlu
didukung dengan analisis struktur gigi yang tersisa, termasuk hubungan cusp
dengan marginal ridge dan ketebalannya, dan distribusi beban oklusal.
Pembuangan prisma enamel yang tidak terdukung dan menghaluskan sudut yang
tajam pada enamel dan dentin merupakan langkah pertama untuk mencapai ikatan
yang dapat diandalkan ke gigi. Hal ini perlu digabungkan dengan pencegahan
degradasi lapisan hibrida dan keseimbangan akhir oklusal. Restorasi RBC
mengandalkan retensi makromekanikal dan mikromekanikal; peningkatan ukuran
kavitas tergantung lebih kepada retensi mikromekanikal yang diberikan oleh
teknik adhesif khusus. Sistem adhesif menghasilkan ikatan yang membantu klinisi
untuk mengikat bahan restorasi ke struktur gigi tanpa penggunaan retentif agresif
preparasi kavitas. Namun, ikatan dentin langsung dapat dilawan oleh beban stress
10
kombinasi dari polimerisasi curing progressive dan pulse yang digunakan pada
dentin dan enamel, masing-masing menurunkan stres dari penyusutan
polimerisasi. Dengan menggunakan protokol curing soft-start yang sama, sifat
fisik dan mekanis resin komposit dapat ditingkatkan; lebih banyak waktu tersedia
untuk flow komposit dalam dinding kavitas, menghasilkan pelepasan stres selama
penyusutan polimerisasi dan meningkatkan cross-linking. Kualitas ikatan polimer,
yang tidak setara terhadap derajat konversi, dipengaruhi oleh modifikasi pola
curing. Penelitian saat ini membenarkan temuan sebelumnya dengan mendukung
fakta bahwa protokol polimerisasi berdasarkan pada intensitas dan peningkatan
waktu curing menghasilkan bentuk ikatan polimer yang lebih panjang; sebaliknya,
frekuensi dari cross-linking meningkat menggunakan waktu curing yang singkat
dan intensitas yang tingggi, menyebabkan bentuk rantai polimer multipel dan
mengurangi derajat sinar.
Aplikasi lapisan tipis komposit flowable (0,5-1 mm) terbatas pada dasar dentin
telah disarankan sebagai strategi tambahan untuk menghalangi stres dari
penyusutan polimerisasi. Menurut hukum Hooke, stres bergantung pada
penyusutan dan modulus elastis; karena kekakuannya rendah, komposit flowable
dapat berubah bentuk dengan menyerap beberapa tekanan penyusutan komposit
diatasnya.
Kesimpulan
Teknin SRDC berdasarkan pada sebelum dan sesudah analisis oklusi yang
detail. Keseimbangan oklusi yang baik dapat berkontribusi pada pencegahan baik
dari perubahan morfologi oklusal atau kegagalan kompleks gigi RBC;
mempertahankan struktur gigi yang tersisa, memilih strategi untuk mencegah
degradasi dari lapisan hibrida, dan menggunakan teknik layering dan pola curing
dapat melindungi restorasi RBC dari penyusutan polimerisasi dan stres beban
oklusal.