Anda di halaman 1dari 12

RESTORASI KELAS I AMALGAM PADA GIGI MOLAR 3 RAHANG

BAWAH : SEBUAH LAPORAN KASUS

Laporan Kasus Konservasi Gigi

Disusun Oleh:
Anggi Anggraeni Ratu Gumelar 160112160105

Pembimbing:
Drg. Yolanda, Sp.KG

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
I. DATA PASIEN

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 42 tahun

Medrec no. : 2017-096XXX

Elemen gigi : 38

II. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Seorang perempuan usia 42 tahun datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut

Universitas Padjajaran dengan keluhan gigi belakang kiri rahang bawah terasa sakit

sejak kurang lebih 2 bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan saat makan yang manis

giginya semakin terasa sakit dan saat minum air dingin,juga sakit, tetapi rasa sakit

menghilang saat berhenti makan dan minum. Pasien menyangkal adanya penyakit

sistemik dan riwayat keluarga. Pasien belum pernah mengobati gigi tersebut ke

dokter gigi. Pasien ingin giginya ditambal.

III. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

Pemeriksaan ekstra oral menunjukkan wajah simetris, otot bibir normal,

bibir tidak ada kelainan, kelenjar limfe tidak teraba dan tidak sakit.

Pada pemeriksaan klinis gigi 38 terdapat karies dengan kavitas di bagian

oklusal. Tes vital menunjukkan respon positif, perkusi, dan tekan menunjukkan

respon negatif, tidak terdapat kegoyangan, jaringan sekitar dalam kondisi normal

(Gambar 1).
Gambar 1.Gambaran klinis gigi 38 sebelum dilakukan perawatan.

IV. ODONTOGRAM

X X O O

----------------------------
----------------------------
X X X X O

V. DIAGNOSIS
Pulpitis reversible gigi 38

VI. RENCANA PERAWATAN


Restorasi amalgam kelas I gigi 38

VII. PROGNOSIS

Prognosis pada kasus ini adalah baik, karena posisi gigi tidak menyulitkan

untuk dilakukan perawatan, pasien kooperatif dan tidak ada kelainan sistemik.
VIII. TATA LAKSANA KASUS

Kunjungan I

Pada kunjungan pertama, operator membuat outline form pada gigi yang

akan di preparasi (Gambar 2), dengan meletakkan margin preparasi pada posisi gigi

yang akan dilakukan perawatan.

Gambar 2. Outline form

Setelah itu, operator mempersiapkan daerah kerja, gigi 38 diisolasi dengan

cotton roll pada bukal dan lingual. Operator memulai preparasi dengan initial depth

0,2-0,8 mm ke arah pulpa pada DEJ, dengan prinsip semua enamel yang lemah dan

jaringan yang rusak harus dibuang, lalu, perdalam kavitas dengan menggunakan

bur fissure, membuang seluruh karies dengan kedalaman 1,5 mm dari central fissure

dan 2 mm pada eksternal wall hingga menyisakan selapis tipis dentin dan istmus

harus sesempit mungkin, sepertiga atau seperempat dari jarak intercusp.

Selanjutnya operator membuat retention form dengan preparasi dinding

yang mengecil ke arah oklusal (konvergen) dan membuat undercut pada pertemuan

dinding kavitas dengan lantai pulpa menggunakan bur inverted cone. Lalu,

membuat resistance form, preparasi marginal dengan sudut 90 derajat atau lebih,
box like preparation form dengan dasar yang rata, sudut interline yang dibuat

membulat, dan memastikan ketebalan unuk bahan restorasi yang cukup (1,5- 2 mm

pada area kontak oklsual).

Selanjutnya membuat convenience form yaitu kavitas yang memudahkan

operator mengisi bahan restorasi. Lalu, melakukan prosedur removal of any

remaining enamel pit or fissure, infected dentin, operator mengeliminasi struktur

gigi yang terinfeksi dan membuang enamel pit dan fissure. (Gambar 3).

Gambar 3. Preparasi

Gambar 4. Aplikasi ZnPO4


Sebelum dilakukan penambalan, operator melakukan final procedure yaitu

cleaning (membersihkkan preparasi dari debris dan mengeringkan kavitas dari

saliva), inspecting (memastikan preparasi sudah baik). aplikasi semen Zinc fosfat

(Gambar 4).

Setelah itu, amalgam yang telah ditriturasi dimasukkan ke dalam kavitas

dengan pistol amalgam sampai memenuhi 1/3 kavitas lalu amalgam

dikondensasikan dengan condenser lalu masukkan lagi amalgam ke kavitas lalu

dikondensasi hingga amalgam berlebih sebanyak 1 mm dari kavitas. Amalgam

kemudian di carving untuk membentuk fossa, groove dan cusp menggunakan

burnisher o dan y, lalu memeriksa oklusal menggunakan kertas artikulasi. Restorasi

dibersihkan dengan cotton pellet kecil yang basah (Gambar 5).

Gambar 5. Penambalan

Kunjungan II

Tahap selanjutnya penyelesaian dan pemolesan restorasi amalgam.

Penyelesaian dan pemolesan dilakukan 1 hari setelah restorasi. Penyelesaian

dilakukan menggunakan bur low speed batu merah lalu dilanjutkan batu hijau dan
pemolesan dilakukan menggunakan bur low speed karet merah dilanjutkan karet

hijau (Gambar 6).

Gambar 6. Penyelesaian dan Pemolesan

Kunjungan IV

Setelah 1 minggu dari pemolesan sebelumnya, pasien datang untuk kontrol.

Pasien menyanggkal adanya keluhan yang menyertai. Operator memeriksa tes vital

(+), perkusi, dan tekan (-) , tidak terdapat kegoyangan, jaringan sekitar dalam

kondisi normal (Gambar 7)

Gambar 8. Kontrol
IX. PEMBAHASAN

Kasus ini menjelaskan mengenai perawatan restorasi kelas I amalgam pada

gig molar ketiga rahang bawah. Pemilihan amalgam sebagai bahan tambal pada

kasus ini berdasarkan pertimbangan gigi yang masih vital dan mengalami karies

yang luas yang meliputi bagian pit dan fisur pada permukaan oklusal gigi 38. Selain

itu, pemilihan amalgam sebagai bahan tambal pada kasus ini karena gigi 38

mempunyai fungsi oklusal yang berat serta tidak membutuhkn estetik, sesuai

dengan peryataan Roberson yang menyatakan bahwa restorasi amalgam

diindikasikan untuk kasus restorasi kelas I dan II pada gigi yang mengalami karies

sedang hingga besar yang membutuhkan fungsi oklusi yang berat serta untuk gigi

posterior karena tidak membutuhkan dan tidak diindikasikan untuk restorasi gigi

anterior, premolar, dan beberapa molar yang memiliki karies yang minimal dan

memerlukan estetik. Pertimbangan lain dari penggunaan restorasi amalgam ini

karena letak gigi pada rahang bawah paling posterior menyebabkan operator sulit

dalam mengisolasi secara maksimal pada daerah kerja terhadap kontaminasi cairan

saliva. Jika daerah kerja tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari kontaminasi, maka

amalgam merupakan bahan yang sesuai untuk digunakan karena kehadiran cairan

mulut tidak menyebabkan masalah klinis yang signifikan. 4 Amalgam merupakan

paduan dari merkuri, perak, timah dan tembaga serta hasil restorasinya berwarna

silver dan memiliki sifat ketahanan terhadap aus.

Penggunaan zink phosphate sebagai base berfungsi sebagai isolator yang

baik, dimana zink phosphate melindungi pulpa dari tekanan mekanis dan konduksi

termal amalgam yang cukup besar.5 Amalgam merupakan restorasi yang salah satu
sifat fisiknya memiliki konduktifitas termal yang dapat menghantarkan perubahan

temperature secara langsung kedalam pulpa sehingga dibutuhkn base terlebih

dahulu sebelum penumpatan amalgam.1

Fungsi base adalah untuk memberikan perlindungan termal pulpa, serta

menambah dukungan mekanis restorasi dengan mendistribusikan tekanan lokal dari

restorasi ke permukaan dentin dibawahnya.2 Keuntungan lainnya dengan

menggunakan zink phosphate sebagai base adalah zink phosphate memiliki

kekuatan tekanan sebesar 104 MPa serta mempunyai modulus elastis akibat tekanan

pengunyahan yang besar. Secara umum, ketebalan semen sekitar 1-2 mm antara

pulpa dan bahan restorasi logam.6

Prosedur penyelesaian dan pemolesan dilakukan 24 jam setelah penambalan

ketika compressive strength amalgam telah maksimal. Hal ini dilakukan untuk

mempertegas bentuk anatomi serta dilakukannya pemolesan agar permukaan dari

restorasi amalgamnya halus dan mengkilat sehingga tidak terjadi retensi plak dan

makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies sekunder.7

X. KESIMPULAN

Perawatan karies yang luas dengan keluhan sakit saat makan tanpa adanya

keluhan sakit spontan dan masih vital pada gigi molar satu rahang bawah (posterior)

adalah restorasi amalgam dengan zinc phosphate cement sebagai base yang dapat

melindungi pulpa dari konduksi termal amalgam yang cukup besar.


Pemilihan bahan restorasi amalgam pada kasus ini karena karies pada gigi

meliputi pit dan fissure dan gigi ini merupakan gigi posterior yang tidak terlalu

mengutumakan keestetikan, tetapi yang dibutuhkan yaitu ketahanan terhadap daya

kunyah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chandra, Satish. 2007. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi :


Jaypee Brothers.
2. Cohen s, Burns RC, 2015. Pathways of the Pulp. 11th ed. St Louis: Mosbyy.
3. Craig, R.G., dan Powers, J.M., 2002, Restorative Dental Materials, Edisi
11, Mosby, Missouri.
4. Ferracaxne, Jack L. 2001. Materials in Dentistry: Principles and
Applications. Lippincott.
5. Kidd EA, Smith BG. 2013. Manual Konservasi Restoration 11th ed. Alih
bahasa : Sumawinata N. Jakarta : Widya Medica.
6. Phllips. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi 11th ed. Jakarta : EGC
444-61.
7. Roberson TM, Heymann HO, dan Swift EJ. 2006. Sturdevant’s Art and
Science of Operative Dentistry. 5th ed. North Carolina: Mosby Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai