Anda di halaman 1dari 6

Reattachment (Penyambungan Kembali) Fragmen Gigi: Laporan Kasus

CMC Taguchi, JK Bernardon, G Zimmermann, LN Baratieri

Relevansi Klinis
Reattachment (penyambungan kembali) fragmen gigi yang fraktur menawarkan
pilihan yang layak untuk dokter gigi. Fungsi dan estetika dapat direstorasi dengan
menggunakan pendekatan yang konservatif dan rendah biaya ini.

RINGKASAN
Tujuan artikel ini adalah menyajikan laporan kasus dari perawatan multidisipliner
untuk fraktur gigi anterior dengan invasi lebar biologis dan pulpektomi. Hasil estetika dan
fungsional yang baik dicapai dengan cara mengikat (bonding) fragmen mahkota, tanpa
pembentukan preparasi atau pemanfaatan pasak intrakanal.

PENDAHULUAN
Fraktur mahkota adalah konsekuensi paling umum dari cedera traumatis yang
terutama terjadi pada gigi permanen anterior. Diperkirakan seperempat penduduk menderita
minimal satu cedera traumatik gigi yang berkaitan dengan fraktur koronal dari gigi anterior
sebelum usia 18 tahun, dan paling umum dikaitkan dengan kejadian terjatuh, olahraga risiko
tinggi, dan kecelakaan kendaraan bermotor.1, 2
Sebagian besar cedera gigi traumatis hanya melibatkan kerusakan pada enamel dan
dentin tanpa paparan pulpa.3 Fraktur mahkota-akar hanya mewakili 0,3% hingga 5% dari
cedera ini dan memerlukan perawatan yang kompleks serta multidisiplin.4,5 Pemilihan
perawatan yang tepat harus didasarkan pada usia dental pasien; perluasan fraktur (keparahan
dan lokasi invasi lebar biologis); ada atau tidak adanya keterlibatan endodontik; ada /
tidaknya fragmen gigi dan kondisi penggunaannya; oklusi dan estetika; dan waktu serta
harapan pasien.6-12 Ulasan mengenai kemungkinan perawatan dapat ditemukan pada Tabel
1.
Dalam kasus fraktur yang melibatkan invasi lebar biologis, diperlukan restorasi dari
jarak biologis dan akses ke margin yang tersisa dengan tujuan agar memungkinkan

Sumber terjemahan:
Taguchi, dkk. Tooth Fragment Reattachment: A Case Report. Operative Dentistry, 2015, 40-
3, 227-234
dilakukannya isolasi yang tepat dari bidang operatif dan penentuan luas fraktur.7,11,13,14
Keuntungan dan kerugian dari berbagai perawatan tercantum dalam Tabel 2.
Pilihan perawatan restoratif estetik dari gigi anterior yang fraktur tetap menjadi
tantangan terbesar bagi dokter gigi. Pilihan perawatan mencangkup restorasi resin komposit,
reattachment (penyambungan kembali) fragmen, dan restorasi keramik (mahkota penuh,
laminasi veneer, atau fragmen keramik). Ketika terdapat fragmen gigi dan dalam kondisi
kerja yang baik, maka pilihan terbaik untuk perawatan fragmen fraktur koronal adalah
reattachment.15 Telah diusulkan sebagai pilihan sederhana dan konservatif, reattachment
fragmen dapat merestorasi aspek morfologi, fungsional, dan estetika dari gigi, dengan tetap
menjaga bentuk, kontur, tekstur, warna, dan keselarasan gigi alami. Selain itu, reattachment
fragmen dapat dianggap sebagai solusi perawatan yang cepat dan murah, menciptakan
respons emosional dan psikologis yang positif pada pasien.3,4,9,11,16-19
Teknik ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1964, ketika Chosak dan Eidelman
menggambarkan kasus yang melibatkan reattachment fragmen gigi alami. Sejak saat itu,
berbagai teknik preparasi (bevel, chamfer circumferential, buccal chamfer, overcontour,
internal dentin groove) serta bahan adhesif telah dijelaskan di seluruh literatur, yang
dirancang untuk meningkatkan retensi kimia dan mekanik dari fragmen.20,21 Namun, dokter
gigi masih mencari konsensus tentang metode preparasi dan bahan mana yang terbaik untuk
mencapai hasil terbaik dengan menggunakan teknik reattachment fragmen.22
Laporan kasus berikut menjelaskan manajemen fraktur mahkota-akar dari gigi
insisivus sentralis rahang atas yang dirawat secara multidisiplin, di mana fragmen gigi
digunakan sebagai bahan restorasi utama.

LAPORAN KASUS KLINIS


Seorang pasien 21 tahun datang ke klinik dengan fraktur koronal dari insisivus
sentralis rahang atas yang disebabkan oleh terjatuh. Melalui evaluasi klinis, terlihat bahwa
fragmen gigi berada dalam posisinya dan distabilkan oleh lapisan resin komposit yang telah
ditempatkan oleh dokter gigi di unit darurat. Tidak ada tanda-tanda keterlibatan pulpa, dan
garis fraktur adalah subgingival (Gambar 1). Di bawah isolasi rubber dam, resin komposit
dibuang dan fragmen gigi dilepas, yang menyebabkan terpaparnya pulpa dan diikuti oleh

Sumber terjemahan:
Taguchi, dkk. Tooth Fragment Reattachment: A Case Report. Operative Dentistry, 2015, 40-
3, 227-234
perdarahan (Gambar 2). Selama pelepasan, terlihat bahwa fragmen dipertahankan oleh
jaringan gingiva palatal (Gambar 3). Dengan demikian, perlu untuk melakukan insisi
intrasulkular yang diikuti oleh flap gingiva untuk melepas fragmen (Gambar 4). Fragmen
gigi kemudian dibekukan dalam air suling selama pemeriksaan klinis, untuk jangka waktu
sekitar enam jam (Gambar 5). Ketika mengekspos marjin fraktur terlihat bahwa lokasi garis
fraktur terletak intraoseus, yang menginvasi ruang biologis. Oleh karena itu, perlu untuk
melakukan osteotomy dan osteoplasty dari daerah palatal, yang menghilangkan sekitar 1 mm
jaringan tulang (Gambar 6).
Isolasi rubber dam dilakukan menggunakan klem retraksi # 212 untuk mengekspos
margin fraktur dan menjaga area tetap bersih dan kering, sehingga memberikan kondisi yang
menguntungkan untuk perawatan restoratif (Gambar 7). Dokter memilih untuk melakukan
prosedur invasif dari pulpa (pulpektomi) diikuti oleh perawatan endodontik sesi tunggal.
Pemilihan perawatan yang kurang invasif akan merugikan proses pemulihan fungsional
pulpa gigi.
Fragmen gigi dicairkan dalam air selama 30 menit sebelum direposisi. Setelah
memposisikan fragmen gigi, ditemukan kemungkinan adaptasi yang sangat baik. Dengan
mempertimbangkan hasil ini, pilihan perawatan terbaik adalah teknik reattachment fragmen
(Gambar 8). Fragmen gigi diposisikan dan distabilkan dengan penambahan resin komposit
dan kemudian gigi yang berdekatan diisolasi dengan petroleum jelly. Terakhir, dibuat
panduan dari resin akrilik (Gambar 9). Teknik ini memungkinkan insersi dan sementasi yang
benar dari fragmen, memfasilitasi manipulasi dan adaptasinya. Fragmen dietsa dengan 37%
asam fosfat di luar margin selama 15 detik dan dibilas dengan semprotan udara / air. Setelah
dikeringkan, dua lapis sistem adhesif diaplikasikan dan ditipiskan dengan jet udara. Fragmen
itu dijaga, tanpa aktivasi cahaya, terlindung dari cahaya ambient.
Gigi dan saluran akar dietsa dengan 37% asam fosfat selama 15 detik. Setelah itu
dibilas selama 30 detik, permukaan email kiri benar-benar kering, sementara dentin sedikit
lembab. Dua lapis ashesif (Tabel 3) diaplikasikan dan jet udara ringan diterapkan sampai
terlihat tampilan mengkilap pada permukaan yang tidak disinar. Setelah adhesif di-light cure,
kemudian pembukaan saluran akar ditutup dengan penambahan resin komposit dalam kontak
yang dekat dengan bahan pengisi, tanpa mengganggu reposisi fragmen (Gambar 10).

Sumber terjemahan:
Taguchi, dkk. Tooth Fragment Reattachment: A Case Report. Operative Dentistry, 2015, 40-
3, 227-234
Sejumlah kecil semen dual resin diaplikasikan di seluruh permukaan fragmen gigi.
Kemudian fragmen diposisikan dengan benar dengan bantuan panduan akrilik (Gambar 11).
Setelah kelebihannya dikeluarkan, semen resin di light cured selama 20 detik dengan
menggunakan unit LED (900 mW / cm2 output). Panduan itu kemudian dibuka dan light
curing akhir dilakukan selama 60 detik pada setiap aspek gigi. Finishing dan polishing
permukaan bukal dan palatal dilakukan dengan abrasive disc, felt disc, dan pasta poles.
Setelah pembukaan rubber dam, flap gingiva direposisi dan papila dijahit (Gambar 12).
Dalam evaluasi klinis tindak lanjut yang dilakukan empat bulan setelah trauma, garis
fraktur tidak terlihat dan terdapat kesehatan periodontal yang memuaskan (Gambar 13).

MASALAH POTENSIAL
Perkembangan bahan restoratif adhesif telah memberikan perspektif baru untuk
perawatan gigi yang fraktur. Perawatan restorasi umum, seperti laminasi atau mahkota
keramik, cenderung mengorbankan struktur gigi dalam jumlah besar, yang membuat
penentuan warna yang cocok untuk gigi yang berdekatan menjadi sulit.23 Diperlukan
berbagai material, seperti sistem adhesif dan resin komposit, dikombinasikan dengan
keterampilan dan pengetahuan untuk dapat meniru bentuk, warna, dan tekstur gigi sehingga
membuat realisasi restorasi resin komposit langsung menjadi sulit.8 Dengan demikian,
reattachment fragmen menjadi teknik yang cepat, sederhana, dan konservatif yang
memberikan rehabilitasi prima dan fungsi yang sangat baik.16 Namun, untuk membuat hasil
jangka panjang yang paling menguntungkan, dokter gigi perlu memiliki pengetahuan tentang
bahan dan mengikuti protokol perawatan yang benar dengan pertama melakukan prosedur
periodontal, diikuti oleh perawatan endodontik, dan, terakhir, dengan memfasilitasi
reattachment fragmen.14
Dehidrasi fragmen dapat menyebabkan perubahan warna gigi dan penurunan
kekuatan fraktur gigi. Rehidrasi yang tepat dari fragmen memiliki kemampuan merestorasi
warna dan kekuatan.8,12 Farik dkk24 mengevaluasi resistansi fraktur gigi yang dehidrasi dan
rehidrasi selama periode waktu yang berbeda. Ketika fragmen tetap mengalami dehidrasi
selama lebih dari satu jam, maka resistensi fraktur menurun secara signifikan. Dalam
penelitian yang sama, penulis mengamati bahwa ketika spesimen tetap mengalami dehidrasi

Sumber terjemahan:
Taguchi, dkk. Tooth Fragment Reattachment: A Case Report. Operative Dentistry, 2015, 40-
3, 227-234
selama lebih dari 24 jam, waktu rehidrasi optimal yang harus diberikan adalah periode yang
sama dengan, tetapi tidak kurang dari, 24 jam. Ini akan memastikan pemeliharaan kekuatan
adhesif. Hasil serupa diamati oleh Shirani dkk25 dalam penelitian terbaru mereka. Para
penulis mengevaluasi kekuatan adhesif fragmen gigi yang dehidrasi untuk berbagai periode
waktu dengan periode rehidrasi posterior 30 menit atau 24 jam. Mereka menyimpulkan
bahwa hasil akhir adalah tidak tergantung dengan waktu dehidrasi dan periode rehidrasi 24
jam menghasilkan kekuatan adhesif yang lebih besar jika dibandingkan dengan periode
rehidrasi 30 menit. Namun, ketika waktu dehidrasi fragmen adalah 30 menit atau kurang,
maka rehidrasi selama 30 menit sudah cukup untuk mendapatkan peningkatan yang
signifikan dari kekuatan adhesif.25
Ketika perawatan endodontik diindikasikan, maka penggunaan pasak intraradikular,
dengan tujuan memperkuat struktur gigi, menjadi meragukan. Sebuah studi baru-baru ini21
mengevaluasi kekuatan fraktur dari tiga teknik ikatan fragment yang terkait atau tidak terkait
dengan pasak fiber glass menyimpulkan bahwa penggunaan pasak intraradikular pada gigi
yang telah dirawat endodontik tidak memberikan penguatan struktur gigi, sehingga tidak
diperlukan apabila dipilih teknik ikatan (bonding).
Belum ada konsensus dalam literatur mengenai realisasi dari semua jenis preparasi
dan mengenai efektivitas jangka panjang dari penguatan struktur gigi setelah reattachment
fragmen. Telah ditemukan bahwa pembuatan preparasi dapat meningkatkan kekuatan fraktur
gigi jika dibandingkan dengan ikatan langsung tanpa preparasi. 20,21,26-28 Namun, tidak ada
ikatan langsung atau penggunaan preparasi yang dapat mencapai kekuatan fraktur awal dari
elemen gigi. Selain itu, telah dikemukakan bahwa adhesif pada akhirnya bertanggung jawab
untuk kekuatan ikatan fragmen ke gigi dan bahwa preparasi tidaklah terlalu penting.22,29
Dalam kasus yang disajikan, fragmen dapat diadaptasikan dengan baik, dan untuk alasan ini,
maka tidak dilakukan preparasi tambahan dan retensi fragmen dicapai hanya melalui
hibridisasi jaringan gigi. Kami memilih untuk menggunakan semen resin dan bukan resin
komposit, karena mengingat bahwa warna, viskositas, dan mekanisme semen dual-cure ini
memfasilitasi insersi dan polimerisasi, sedangkan bagian paling dalam dari antarmuka luting
tidak light cured. Jika fragmen tidak menunjukkan kemampuan beradaptasi yang baik dan

Sumber terjemahan:
Taguchi, dkk. Tooth Fragment Reattachment: A Case Report. Operative Dentistry, 2015, 40-
3, 227-234
jika terdapat hilangnya kontinuitas, maka resin komposit diindikasikan untuk mengisi
kehilangan volume.
Merupakan tanggung jawab dokter gigi untuk melakukan konsultasi lanjutan secara
berkala dan untuk melakukan pemeriksaan klinis, radiografi, dan periodontal serta tes
vitalitas pulpa untuk memastikan integritas, estetik, dan kesehatan fungsional dari elemen
yang fraktur.6

Keuntungan
Keuntungan dari reattachment fragment adalah sebagai berikut:
 Menawarkan reproduksi yang terpercaya dari bentuk, kontur, dan tekstur dari gigi
asli;
 Menawarkan karakteristik warna dan optik yang tidak berubah; dan
 Merpakan metode yang dapat diprediksi, cepat, konservatif, dan rendah biaya.

Kekurangan
Kerugian dari reattachment fragmen adalah sebagai berikut:
 Dapat menghasilkan perubahan warna karena rehidrasi fragmen yang tidak memadai;
dan
 Terdapat kemungkinan terlepasnya fragmen.

KESIMPULAN
 Fraktur koronal kompleks memerlukan perawatan interdisipliner khusus dan harus
dinilai dengan cermat oleh dokter gigi untuk mencapai hasil terbaik.
 Dengan mengingat bahwa ini adalah teknik yang sederhana, cepat, terjangkau, dan
dapat diprediksi secara estetik, maka reattachment fragmen gigi harus selalu menjadi
metode perawatan pilihan ketika terdapat fragmen dan dalam kondisi baik, bahkan
jika adaptasi yang sempurna tidak terlihat.

Sumber terjemahan:
Taguchi, dkk. Tooth Fragment Reattachment: A Case Report. Operative Dentistry, 2015, 40-
3, 227-234

Anda mungkin juga menyukai