Anda di halaman 1dari 28

HUBUNGAN SISTEM IMUN DENGAN MIKROBIO RONGGA

MULUT PADA KAVITAS SEHAT DAN BERPENYAKIT

MAKALAH LAPORAN WWW8

ILMU PENYAKIT MULUT

Nur Alim

160112190046

Pembimbing :

drg. Theodora Adhisty Dwiarie

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG
SEMESTER GENAP 2020
JUDUL : HUBUNGAN SISTEM IMUN DENGAN MIKROBIO

RONGGA MULUT PADA KAVITAS SEHAT DAN

BERPENYAKIT

NAMA : NUR ALIM

NPM : 160112190046

Bandung, April 2020

Menyetujui :
Dosen pembimbing

drg. Theodora Adisty Dwiarie

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
ISI RANGKUMAN.......................................................................................................2
BAB III........................................................................................................................13
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................13
3.1 Sistem Imun..................................................................................................13
3.1.1 Innate Immunity.....................................................................................14
3.1.2 Imun Spesifik yang Didapat..................................................................14
3.2 Mikrobioma...................................................................................................15
3.2.1 Mikrobio Rongga Mulut..............................................................................16
3.2.2 IgA Sebagai Barier Effect...........................................................................16
3.3 Mikrobio Rongga Mulut yang Sehat..................................................................19
3.4 Mikrobio Rongga Mulut yang Terinfeksi..........................................................20
SIMPULAN.................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Rongga mulut adalah pintu awal saluran cerna dan sebuah bilik tempat

makanan diproses secara mekanis dan kimiawi. Dalam menjalankan fungsinya,

rongga mulut terdiri dari beberapa bagian, yakni palatum mole (langit-langit lunak)

dan palatum durum (langit-langit keras), mukosa bukal (pipi), mukosa labial (bibir),

gigi, gingiva (gusi) serta lidah. (Fawcett, 2002).

Rongga mulut memiliki berbagai mikrobio yang hidup didalamnya. Mikrobio

tersebut merupakan flora normal pada kavitas oral yang sehat. Bagian-bagian kavitas

oral memiliki mikrobio dengan jenis dan bentuk yang berbeda. Pada kavitas oral yang

berpenyakit maupun dengan system imun yang tidak adekuat, kondisi mikrobio

menjadi sangat berbeda.

Makalah ini merupakan laporan dari presentasi ilmiah dengan judul “How Do

Local/Systemic Innate or Adaptive Immune Cells Alter the Oral Microbiome ?

And How Does Immune Compromised Conditions or Vaccination Influence the Oral

Microbiome “ . Laporan ilmiah ini dibuat oleh Laksman ‘ Sam’ Samaranayake

Profesor Emeritus University of Hong Kong. Kemudian disampaikan oleh Paul Fidel

dalam kegiatan Worl Wide 8 tahun 2020 di Bali, Indonesia.

1
BAB II

ISI RANGKUMAN

Materi 1 : Jumat, 13 September 2019


How Do Local/Systemic Innate or Adaptive Immune Cells Alter the Oral
Microbiome ?
And
How Does Immune Compromised Conditions or Vaccination Influence the Oral
Microbiome ?
Laksman ‘ Sam’ Samaranayake
Profesor Emeritus University of Hong Kong
Oleh : Paul Fidel

Sistem imun manusia telah berevolusi bersama (co-evolved) dengan

kolonisasi mikrobiota dan mikrobioma. Sekitar 10 kali lipat lebih sel mikrobial

termasuk sel eukariotik berada dalam tubuh manusia, dan sel bakteri ini mengandung

100 kali sebagai gen-gen yang seluruhnya menjadi genom manusia. Karenanya

mikrobiota memodulasi sistem imun bawaan atau adaptif, misalnya :

- Respon yang tidak teregulasi dari berbagai mikrobiota yang imunnya

memediasi penyakit seperti penyakit Crohn (Elson, 2006)

- Clostridia tertentu telah dikaitkan dengan peningkatan jumlah regulator cell-T

dalam usus tikus ( Atarashi, 2011)

- Segmented filamentous becteria (SFB) telah dikaitkan dengan pembentukan

T-helper 17 (Th17) dalam usus kecil murine (Ivanov et al 2009)

2
3

Mikrobio didalam rongga mulut memiliki hubungan dengan sistem imun

individu. Sel imun bawaan maupun adaptif berperan penting terhadap keadaan

mikrobio rongga mulut. Beberapa contoh diatanranya penyakit periodontal yang

disebabkan oleh dysbiosis mikrobio sangat mungkin dipengatuhi oleh sistem

kekebalan tubuh bawaan dan adaptif. Namun demikian, hubungan antara mikrobio

dan kesehatan oral yang telah menjadi fakta umum harus diteliti lebih lanjut karena

data pasti masih dibutuhkan.

Apabila terdapat kondisi pada rongga mulut individu, maka sistem kekebalan

akan memperlihatkan sebuah reaksi, diantaranya ketika seseorang mengidap kanker

maka akan terjadi inflammation induced carcinogenesis. Selain itu, pasien

hematological maligenesis akan menyebabkan terganggunya fungsi imun. Seseorang

yang sedang dalam kondisi imunodefisiensi dapat memicu disregulasi sistem imun.

Rongga mulut merupakan gerbang awal masuknya benda asing seperti makanan,

karenanya kavitas oral pun memiliki sistem imun. Sistem imun yang berperan adalah

Imunoglobulin A (IgA). IgA memiliki peran terhadap pembentukan profil mikrobio

(barrier effect). IgA berdasarkan penelitian merupakan antibodi yang paling banyak

ditemukan didalam mukosa mulut. IgA menjadi penghalang untuk mencegah bakteri

berbahaya yang merusak inangnya, dengan ini IgA memodulasi kolonisasi mikrobio

rongga mulut. Sel plasma IgA+ dapat mensekresi inos dan tnf-a dan bereaksi sebagai

sel efektor. Mikrobio dengan defisiensi IgA memiliki perbedaan yang cukup dominan

apabila dibandingkan dengan individu yangs sehat.


4

Selain IgA, interleukin pun mempengaruhi mikrobiota rongga mulut pada

individu yang terkena diabetes. Penelitian yang dilakukan pada tikus dengan kondisi

diabetes mengungkapkan beberapa pernyataan diantaranya adalah diabetes dapat

memicu tingginya resorpsi tulang periodontal dan kehilangan tulang sehingga

meningkatkan inflamasi periodontal dan IL-17 level. Mikrobio rongga mulut pada

kondisi diabetes menginduksi periodontitis ganas dengan tipe germ-free recipients.

Mekanisme ini dilakukan dengan cara mengeblok IL-17 mereduksi pengaruh

pathogen mikrobio rongga mulut.

Kondisi seseorang yang sedang sakit dapat dilihat dari keadaan ususnya. Banyak

peneliti yang menyatakan bahwa sistem imun dan mikrobio dalam usus memiliki

hubungan kuat. Perbedaan pengaturan atau sistem regulasi dalam regulator sel T dan

efektor sel T merespon langsung spesies mikrobio spesifik didalam usus. Hubungan

simbiosis ini dapat mengakibatkan disbiosis selama stase patologi inflamasi dalam

usus berlangsung.

Individu yang sedang mengalami imunokompromi akan memengaruhi kondisi

mikrobio didalam tubuh terutama pada kasus ini yang berada di kavitas oral.

Contohnya pada penyakit klasik seperti HIV, radioterapi atau sitotoksis menginduki

kekebalan tubuh lokal dan penyakit sjorgen, kondisi mikrobio akan infeksi.

Perubahan ini memicu pertumbuhan secara berlebih dari jamur. Hal ini dapat dilihat

pada pasien HIV yang mengalami trush dan kandidiasis.

Perubahan mikrobio rongga mulut juga mengalami perubahan pada pasien Acute

Lymphoblastic Leukemia (ALL). Kondisi ini menyebabkan sedikitnya jumlah


5

mikrobio daripada biasanya. Ketidakseimbangan struktur dan pengurangan

keanekaragaman mikrobio rongga mulut memungkinkan adanya infeksi sistemik.

Belum ada penelitian yang menjelaskan apakah penggunaan vaksin dapat

mempengaruhi mikrobio rongga mulut. Vaksin dengan antigen protein I/II, III dan

keseluruhan sel streptococcus mutans menyebabkan immunogenicity. Berbeda

dengan mikoba rongga mulut, mikroba usus berperan sangat krusial terhadap

perkembangan sistem imun. Oleh karena itu, mikrobio usus mungkin akan

mempenagruhi respon individu terhadap vaksin. Sebuah penelitian menunjukan

sebuah kelimpahan tinggi dari pilum actinobacteria dan firmicutes yang berasosiasi

dengan tingginya humoral dan respon dari vaksin selular.


6

Materi 2 : Sabtu, 14 September 2019

Management of Third Molar Surgery in HIV Positive Patients


Oleh : Syarufah Nova Amiza, DDS

HIV adalah jenis retrovirus yang terdiri dari lapisan studded dengan

glikoprotein. Lapisan ini mengelilingi bantalan protein yang mana mengandung viral

genetic material. Material ini terdiri dari 2 molekul single-stranted RNA dan sebuah

enzim yang berjenis trankriptase. Enzim transkiptase yang terbalik yang memungkin

virus untuk membuat DNA dari template RNA disebut sebagai retrovirus. HIV

merusak secara besar dari sel T4 dengan menggunakan glikopotein yang didalamnya

terdapat envelope untuk merekognasi dan mengikat molekul reseptor diatas sel T4.

Latar belakang dari penelitian ini adalah pasien HIV merupakan salah satu

orang yang mengalami imunodefisiensi. Pencabutan gigi molar ketiga pada pasien ini

dapat diprediksi dan diduga terdapat komplikasi. Prosedur pembedahan pada gigi ini

dapat menyebabkan perdarahan sehingga akan meningkatkan resiko terjadinya

infeksi. Oleh karena itu operator perlu berhati-hati dan harus mengetahui prosedur

yang benar mengenai kasus ini.


7

Pasien yang akan menjalankan perawatan pnvabutan gigi molar ketiga

sebelumnya perlu dilihat bagaimana kondisi kebersihan mulutnya. Dalam tahap ini

perlu dilakukan skeling untuk membersihkan rongga mulut pasien dari plak dan

kalkulus. Setelah itu, pasien datang kembali kemudian diberikan profilaksis yang

mengandung antibiotk. Pasien pun dierikan terapi anti-retroviral dalam bentuk

sediaan obat.

Laporan Kasus

Terdapat 7 kasus pembedahan gigi molar ketiga yang telah ditangani di

Departemen Bedah Mulut selama kurun waktu Januari sampai Juni tahun 2019. Dari

7 pasien tersebut dilakukan pemeriksaan intraoral dan pada salah satu pasien

ditemukan kondisi klinis seperti perikoronitis gigi molar ketiga, kandidiasis oral,

hairy leukoplakia, necrotizing ulcerative periodontitis, dan ulser. Secara radiograf,

perikotonitis terlihat sebagai radiolusen di kanan dan kiri molar ketiga pasien yang

mengalami impaksi.

Prosedur yang dilakukan untuk kasus ini adalah pembedahan elektif dengan

anestesi umum. Sebelum dibedah, pasien diberikan profilaksis antibiotik. Teknik

aseptik dilakukan untuk menimalisir kontaminasi dari patogen melalui sterilisasi

intrumen, disinfeksi operator, dan persiapan bedah oleh operator. Selanjutnya untuk

mengontrol rasa nyeri dan ketakutan pada pasien harus memerhatikan bahwa mukosa

tetap terisolasi dengan kering dan mengaplikasikan anestesi topikal kepada pasien
8

yang kemudian dilakukan anestesi lokal. Kemudian tahapan selanjutnya dilakukan

insisi dan flap.

Pembahasan

Dalam menangani pembedahan gigi molar ketiga pada pasien HIV, operator

harus memerhatikan beberapa faktor diantaranya adalah riwayat terapi anti-retroviral

pasien, profilaksis antibiotik, penilaian terhadap fungsi hemostatis (pendarahan), dan

teknik aseptik serta atraumatik.

Rencana perawatan kasus ini hampir sama dengan pada pasien yang tidak

terinfeksi HIV. Namun ada beberapa kondisi yang menjadi ekstra perhatian

diantaranya adalah meminimalkan pendarahan, menghindari pathogen dan

menghilangkan infeksi lokal yang ada.

Indikasi pemberian profilaksi antimikroba diberikan untuk pasien yang

memiliki neutropenia. Kondisi ini ditandai dengan jumlah CD4 dibawah 100

cell/mm3 dan riwayat panjang kemoterapi. Neutrophil berjumlah kurang dari 500

cell/mm3.

Ketika pasien kontrol 1 hari maka operator melakukan pemeriksaan klinis,

saat kontrol 7 hari dilakukan pencabutan benang dan pemeriksaan klinis, kemudian

kontrol 6-8 minggu dilakukan pemeriksaan klinis dan radiografi, dan kontrol 6 bulan

dilakukan juga pemeriksaan klinis dan radiografi.


9
10

Materi 2 : Sabtu, 14 September 2019


Apakah taksonomi atau DNA cukup dengan pendekatan ini mengurukur mikrobio
rongga mulut ?
Oleh: Peneliti King Collage, Inggris
Pendekatan molekular baru untuk mikrobio
Pendekatan molekular baru untuk mikrobio sedang dilakukan penelitian terus
menerus dan memiliki beberapa sudut pandang positif. Pendekatan semacam ini dapat
menjelaskan gen yang ada sekarang dan sangat baik dalam membedakan identifikasi
spesies. Dalam pendekatan molecular ini memakai metode sekuensing 16S rRNA.
Metode ini bekerja dengan cara sebagai berikut :

Mengambil DNA dari sampel


11

Polymerase Chain Reaction


(PCR) atau test swab
Persiapan secara memperkuat 16S rRNA gen
teori

Membersihkan produk PCR

Sekuensi/urutan hasil PCR

Mengurutkan hasil
Pengurutan pembersihan

Mendeteksi pengurutan

Pengurutan Data dikumpulkan dan


Taksonomi
dianalisis
12

Pendekatan omik untuk menilai mikrobio


Pendekatan omic dalam melihat mikrobio rongga mulut dapat diukur dengan
melihat setiap fase DNA dan RNA.
Metagenomik Memberikan kita semua
gen dan DNA yang
sekarang
Masalah dengan
kontaminasi host dan
membutuhkan annotation
yang baik dari genomes

Metatatranskip Memberikan kita kombinasi Belum ada penelitian


transkip-tidak hanya apa dipublikasikan
yang ada, tapi apa yang
diekspresikan.
Masalah dengan
kontaminasi host
Masalah dengan
mengetahui kemana
transkip berasal-
membetuhukan good
annotation

Proteomik Memberikan kita protein Belum ada penelitian


yang diproduksi dipublikasikan
Masalah-resolusi dan
varibel tinggi

Metabolomik Produk akhir dari semua 5 penelitian


proses dipublikasikan
Masalah- kamu tidak akan
dengan mudah
mendapatkan semuanya
13

Cara penembakan metagonik yang targetkan


Mikrobio yang menjadi sampel

Ekstraksi atau purifikasi asam nukleat


14

Sekuensing rRNA 16S Sekuensing total


mikrobio DNA
ku

PCR memperkuat tes Generasi selanjutnya


gen rRNA sekuensing total DNA
dari sampel mikrobio

Sequensi
Menyaring sekuensi
host DNA
Kelompokan sequensi
kedalam OUT Membandingkan
(Operational sekuensi mikrobio
Taksonomi Unit) database dan referensi
genom yang ada
Bandingkan sequensi
OUT ke database
Identifikasi

Identifikasi spesiesis -spesies


dan relatifkan spesies -spesies yang ada
yang ada dengan direlatifkan dengan
sampel sampel
-gen
-jenis
-polymorphoisis
-informasi fungsi
15

Menelaah data metagonik untuk analisis mikobio


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Sistem Imun

Sistem imun adalah sistem koordinasi respon biologi yang memiliki tujuan

untuk melindungi integritas dan identitas individu. Selain itu sistem ini berfungi

untuk mencegah invasi organisme dan zat berbahaya dilingkungan yang dapat

merusak. (Munasir, 2001)

Terdapat beberapa mekanisme pertahanan tubuh untuk mengatasi agen

berbahaya dilingkungan, yakni : (Munasir, 2001)

1. Pertahanan fisik dan kimiawi, pertahanan meliputi bebrapa organ yakni kulit,

sekresi asam lemak, asam laktat melalui kelenjar keringat dan sebasea,

sekresi lendir, pergerakan silia, sekresi airmata, air liur, asam lambung serta

lisosim dalam airmata.

2. Simbiosis dengan bakteri flora normal yang memproduksi zat yang dapat

mencegah invasi mikroorganisme seperti laktobasilus pada epitel organ.

3. Innate immunity.

4. Imunitas spesifik yang didapat.

3.1.1 Innate Immunity

Innate Immunity adalah mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik yang

mencegah masuknya dan menyebabnya mikroorganisme dalam tubuh serta mencegah

16
17

terjadinya kerusakan jaringan. Ada beberapa komponen innate immunity yakni:

(Munasir, 2001)

1. Pemusnahan bakteri intraseluler oleh sel polimorfonuklear (PMN) dan

makrofag.

2. Aktivasi komplemen melalui jalur alternatif.

3. Degranulasi sel mast yang melepaskan mediator inflamasi.

4. Protein fase akut: C-reactive protein (CRP) yang mengikat mikroorganisme,

selanjutnya terjadi suatu aktivasi komplemen melalui jalur klasik yang

menyebabkan lisis mikroorganisme.

5. Produksi interferon alfa (IFN @) oleh leukosit dan interferon beta (IFN B)

oleh fibroblast yang mempunyai efek antivirus.

6. Pemusnahan mikroorganisme ekstraseluer oleh sel natural killer (sel NK)

melalui pelepasan granula yang mengandung perforin.

7. Pelepasan mediator eosinophil seperti major basic protein (MBP) dan protein

kationik yang dapat merusak membran parasit.

3.1.2 Imun Spesifik yang Didapat

Apabila mikroorganisme dapat melewati pertahanan nonspesifik/innate

immunity, maka tubuh ajan membentuk mekanisme pertahanan yang lebih kompleks

dan spesifik. Mekanismen imunitas ini memerlukan pengenalan tehadap antigen lebih

dulu. Mekanisme imunitas spesifik ini terdiri dari : (Munasir, 2001)


18

1. Imunitas humoral

Imunitas ini memproduksi antibodi spesifik oleh sel limfosit B (T defendant

dan non T defendant).

2. Cell mediated imunity (CMI)

3.2 Mikrobioma

Mikrobioma adalah seluruh mikroba yang hidup di tubuh manusia, hewan,

tumbuhan, dan sebagainya. Tubuh manusia sebagian besar terdiri atas mikroba. Kata

mikrobioma pertama kali digunakan oleh Joshua Lederberg untuk menggambarkan

komunitas ekologi mikroorganisme komensal, simbion atau patogen yang secara

langsung menempati suatu ruang di tubuh (Sudarmono, 2016).

Terdapat sekitar 10-100 triliun mikrobioma pada manusia. Setiap 10 miliar sel

tubuh manusia, terdapat 10 sel mikroba hidup didalamnya. Sel manusia

mengekspresikan lebih dari 20.000 gen, tetapi total ekspresi gen dalam tubuh

mencapai jutaan gen. Mayoritas sisa gen tersebut dibawa oleh mikroba (Sudarmono,

2016).

Mikrobioma yang berasosiasi dengan manusia disebut mikrobiota. Namun

penggunaan kata mikrobioma dan mikrobiota sering digunakan bersamaan. Jumlah

mikrobioma pada manusia paling banyak terdapat pada usus. Bakteri pada

mikrobioma manusia memiliki peran pada imunitas, nutrisi, dan perkembangan

manusia (Sudarmono, 2016).


19

Mikrobioma berperan pada pengaturan proses biologis dan fisiologis tubuh.

Adanya disfungsi sistem imun dan kesalahan regulasi inflamasi merupakan penyebab

non-comunicable disease and conditions (NCDs). Selain itu, gangguan pada

mikrobioma dapat meningkatkan risiko infeksi (Sudarmono, 2016).

3.2.1 Mikrobio Rongga Mulut

Untuk mengetahui peran mikrobio rongga mulut terhadap kavitas oral, hal ini

penting untuk menganalisis fundamental secara karakteristik dan dinamik. Kavitas

oral mengandung lebih dari 700 spesies bakteri yang berkontribusi terhadap status

kesehatan dan fisiologikal dari rongga mulut. Didalam kavitas oral, terdapat 2 jenis

permukaan yang mana bakteri dapat berkolonisasi, permukaan keras gigi dan jaringan

lunak mukosa mulut. Perbedaan jenis mikroorganisme lebih menyukai tempat sesuai

struktur permukaan dan fungsinya. Faktanya, penelitian menyatakan bahwa di

maksila, yakni palatum keras, lunak, lidah bagian samping dan lidah bagian depan

memiliki profil bakteri yang berbeda. (Zarco, 2011)

3.2.2 IgA Sebagai Barier Effect

Salah satu serotipe dari S. Mutans yang ada, serotipe c predominan ditentukan

pada biofilm (plak) dan saliva. Bakteri ini secara struktural dan antigenetikal

mengkespresikan protein permukaaan yang disebut antigen I/II yang mempunyai

berat molekul 185kDa. Antigen ini oleh para peneliti dinyatakan berperan dalam

petogenesis karies gigi, dan efektif sebagai vaksin dalam pencegahan karies gigi.
20

Antigen protein permukaan ini berpengaruh dalam perlekatan S. mutans dengan

acquired pellicel pada permukaan gigi (Hayati, 2016).

Antibodi dalam sistem imun lokal maupun sistemik terhadap S. Mutans ikut

berperan dalam proteksi terhadap karies gigi. Sistem imun saliva lokal diperankan

oleh sekretori IgA (SIgA). Sekretori IgA (SIgA) saliva dapat berikatan secara spesifik

dengan epitope dari bagian antigen I/II S. mutans, sehingga bakteri tidak dapat

berikatan dengan pelikel saliva dan S. mutans tidak akan berkolonisasi pada

permukaan gigi. Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui peran SIgA dalam

meningkatkan pertahanan mukosa mulut terhadap bakteri patoogen Streptococcus

mutans. (Hayati, 2014)

Banyak faktor pertahanan bawaan dengan aktivitas antimikroba seperti

lisozim dan laktoferin, pada sekresi eksokrin dapat berfungsi sebagai barrier

membrane mukosa, disamping sifat perisai fisik epitel dan musim. Semua komponen

ini merupakan kekebalan bawaan yang bekerjasama erat dengan imunitas humoral

adaptif yang dimediasi oleh antibodi. Disamping fungsi SIgA sebagai barrier dengan

memperkuat epitel mukosa mulut, SIgA akan beriktan dengan epitope dari bagian

antigen I/II S. mutans, sehingga bakteri tidak dapat berikatan dengan pelikel saliva,

maka S. mutans tidak bisa berkolonisasi pada permukaan gigi. Penghambatan

pembentukan matriks plak dan penghambatan inisiasi agregrasi bakteri dapat

mencegah kolonisasi awal bakteri, sehingga kolonisasi akhir juga tidak akan
21

terbentuk. Oleh karena itu, hal ini dapat menghalangi pembentukan biofilm (plak)

pada permukaan gigi yang menyebabkan oleh S. mutans. (Hayati, 2014)


3.3 Mikrobio Rongga Mulut yang Sehat

Beberapa peneliti menyatakan bahwa perkembangan normal dari flora usus

setelah kelahiran memainkan peran penting dalam perkembangan system imun innate

dan adaptif. Bahkan, bayi sangat rentan terhadap infeksi selama awal kehidupan,

yang sebagian besar dipengaruhi oleh fugsi dipengatuhi oleh komposisi diet.

(Kusumo, 2012)

Mukosa sendiri merupakan lingkungan yang sangat rentan terhadap

kontaminan dari lingkngan, bahkan 200 kali lebih besar kemungkinan terpapar bila

dibandingkan dengan kulit dan 90% patogen menginfeksi manusia melalui mukosa

saluran pencernaan sebagai jalan masuk (portal entry) oleh karenanya infeksi pada

mukosa merupaka faktor utama yang memperngaruhi kesehtan anak dibawah usia 5

tahun. (Kusumo, 2012)

Bakteri flora didalam rongga mulut yang sehat dan yang berpenyakit jelas

sangat berbeda. Berdasarkan beberapa studi, bakteri identik berurutan telah

ditemukan didalam rongga mulut individu sehat yang tidak terkait. Bik et al (2010)

menunjukan sebuah studi berdasarkan sekuens panjang dekat penuh pengaturan

terluas kesehatan individu terkini. Analisis mengindetifikasi 10 variabel dibagikan

diantara 11 spesies bakteri. Beberapa bakteri yang terdapat pada kavitas oral yang

sehat yakni streptococcus, vellonella, granulicatella, gamella, actinomyces,

corynebacterium, rothia, fusobacterium, pophyromonas, provotella, capnocytophaga,

22
23

nisseria, haemophilis, treponema, lactobacterium, eikenella, leptotrichia,

peptostreptococcus, staphylococcus, eubacteria, propionibacterium. (Zarco, 2011)

3.4 Mikrobio Rongga Mulut yang Terinfeksi

Pada penyakit, mikroba akan mengubah hubungan dengan host dari saling

menguntungkan menjadi parasit dan hubungan dengan mikroba lainya dari komensal

menjadi oportunistik. Ketika bakteri patogen berkembang, host menjadi terinfeksi

atau rentan terhadap infeksi. Patogen akan tumbuh tanpa menghiraukan bakteri flora

yang ada disana, semua bakteri yang menguntungkan tidak akan dapat menghambat

penyakit. Karena adanya pergeseran dalam hubungan, proporsi, dan virulensi sifat

mikroba tampak saling mempengaruhi, maka akan terjadi pergeraseran ekologi,

ekologi awal yang berubah, selanjutnya akan mengkatalisasi seluruh siklus. Faktor

utama yang mungkin bertanggung jawab memicu adanya perubahan ekologis adalah

sistem kekebalan tubuh yang terganggu. (Zarco, 2011)


BAB V

SIMPULAN

Hubungan antara imum yang memengaruhi mikrobio, dan mikrobio

memengaruhi imun harus diteliti secara relevan. Mikrobio rongga mulut dan usus

memodulasi imun. Namun karena ketersediaan data yang masih jarang, maka harus

lebih banyak penelitian pada topik ini.

24
DAFTAR PUSTAKA

Hayati, M., Herman, H., Rezano., A. 2014. Peran Imunoglobulin A (SIgA) Dalam

Menghambat Pembentukan Biofilm Streptokokus Mutans Pada Permukaan

Gigi. Bandung : Dentika Dental Journal, Vol 18, No. 2

Kusumo, P., D. 2012. Kolonisasi Mikrobiota Normal dan Pengaruhnya Pada

Perkembangan Sistem Imunitas Neonatal. Jakarta

Munasir, 2001. Respons Imun Terhadap Infeksi Bakteri. Sari Pediatri, Vol. 2, 193-

197 Sudarmono, P,. 2016. Mikrobioma : Pemahaman Baru tentang Peran

Mikroorganisme dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : eJKI

Sudarmono, P,. 2016. Mikrobioma : Pemahaman Baru tentang Peran Mikroorganisme

dalam Kehidupan Manusia. Jakarta : eJKI

Zarco, MF., Vess, TJ., Ginsburs, GS. 2012. The Oral Microbiome in Health and

Disease and The Potential Impact on Personalized Dental Medicine. USA :

Oral Diseases

25

Anda mungkin juga menyukai