DISUSUN OLEH:
TIM KMB II
LEMBAR PENGESAHAN
Modul Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II ini telah mendapat persetujuan dari
Ka.Prodi DIII Keperawatan dan disahkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana.
Team Penyusun :
Mengesahkan, Menyetujui,
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Ka. Prodi DIII Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Universitas Bhakti Kencana
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Pertama – tama saya panjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah SWT yang
elah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga modul praktikum
Keperawatan Medikal Bedah II ini dapat tersusun. Modul praktikum ini berisi konsep
dan panduan praktikum untuk aplikasi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
yang diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas Keperawtan program studi D III
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana.
Semoga dengan adanya modul praktikum ini dapat membantu proses belajar
mengajar khususnya kegiatan praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
dengan lebih baik lagi.
Fokus mata ajar ini adalah pemenuhan kebutuhan klien dewasa dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan pada sistem syaraf, muskuloskeletal, endokrin, sensori (mata, telinga, hidung) &
integumen serta gangguan imunitas berdasarkan proses keperawatan dengan mengaplikasikan
ilmu biomedik seperti biologi, histologi, biokimia, anatomi, fsiologi, patofisiologi, ilmu
keperawatan medikal bedah, ilmu penyakit dalam, farmakologi, nutrisi, bedah dan rehabilitasi.
gangguan sistem tersebut meliputi gangguan peradangan, kelainan degeneratif, keganasan dan
trauma yang termasuk dalam 10 kasus terbesar baik lokal, regional, nasional dan internasional.
lingkup bahasan mulai dari pengkajain sampai dengan evaluasi asuhan terhadap klien. intervensi
keperawatan meliputi terapi modalitas keperawatan pada berbagai kondisi termasuk terapi
komplementer. proses pembelajaran dilakukan melalui kuliah pakar, colaborative learning dan
belajar berdasarkan masalah dan praktik laboratorium.
IDENTITAS MAHASISWA
NAMA : …………………………………………..........
NIM : ………………………………………………..
SEMESTER : ……………………………………………..…
KELAS : …………………………………….…............
PROGRAM STUDI : …………………………………………….......
MODUL 1
PENGKAJIAN SISTEM PENGLIHATAN
Tujuan :
Untuk mengetahui keadaan sistem penglihatan klien berada pada keadaan normal atau mengalami
sesuatu gangguan.
Prosedur :
Persiapan
NO Persiapan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Klien Klien dalam keadaan tenang
Klien dapat duduk atau berdiri
2. Ruangan Ruangan harus cukup terang
3. Alat
Snellen chart Huruf Snellen chart berada pada jarak 6 M dari klien.
Snellen Chart huruf (E) Snellen Chart huruf (E) digunakan untuk klien
yang buta huruf.
Kerja:
Lakukan pengkajian tentang Riwayat klien
1. Kaji riwayat gejala optalmik yang dirasakan klien.
Gejala optalmik yang mungkin dirasakan klien berhubungan dengan gangguan system
penglihatan adalah fotofobia, nyeri kepala, pusing, nyeri kepala, nyeri okuler / daerah dahi,
mata gatal, mata sering berair dan adanya floater.
2. Kaji kelainan atau gangguan pada mata yang pernah dialami oleh klien
Pada klien anak, gangguan yang paling sering dirasakan biasanya terjadi penurunan fungsi
penglihatan, adanya katarak congenital dan pada dewasa atau lansia biasanya keluhan
berhubungan dengan adanya : Katarak (kekeruhan lensa), gloukoma, atau penurunan fungsi
penglihatan sampai kebutaan.
3. Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang berhubungan dengan system
penglihatan.
Tanyakan pada klien tentang penyakit yang pernah dialami klien seperti Diabetes, Hipertensi,
Trauma mata serta pembedahan pada mata.
4. Kaji perubahan dalam fungsi pelihatan yang dialami oleh klien.
Tanyakan apakah klien mengalami penurunan ketajaman penglihatan,penurunan lapang
pandang atau gangguan dalam penglihatan warna.
Pemeriksaan mata dan ketajaman penglihatan.
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Amati keadaan mata klien Mata klien akan terlihat bersih, dan simetris.
kandung empedu.
Jika berwarna kemerahan mungkin disebabkan
oleh iritasi ringan pada mata.
3 Lihat keadaan konjungtiva Konjungtiva normal berwarna pink/merah muda.
Jika pucat mungkin klien mengalami anemia dan
jika kemerahan merupakan tanda adanya
peradangan.
4 Pemeriksaan pupil. Pupil normal 2-3 mm. Jika terkena sinar akan
Arahkan sinar (Penlight) kearah mengalami kontriksi pupil. Jika terjadi dilatasi
pupil secara cepat. pupil,kaji kemungkinan klien berada pada keadaan
hypoksia.
Pemeriksaan harus dilakukan diruangan yang
cukup terang.
5 Pasang Snellen Chart.
Snellen Chart dipasang 6M didepan
Klien.
6 Mintalah klien untuk membaca Klien dapat menyebutkan huruf yang ditunjuk.
huruf yang ada pada Snellen Chart Jika tidak : klien menglami penurunan ketajaman
Bila klien mengalami kesulitan : penglihatan.
Lanjutkan ke pemeriksaan
selanjutnya.
7 Lakukan uji Snellen Chart dengan Dengan menggunakan bantuan kaca mata
bantuan Kaca mata. penglihatan klien akan lebih baik.
Jika mengalami kesulitan :
Lanjutkan ke pemeriksaan
selanjutnya
8 Lakukan pemeriksaan visus dengan Klien dapat menghitung jari tangan yang ada
menggunakan jari-jari pemeriksa didepannya.
diletakkan pada jarak : ± 30 cm dari Interpretasi : Visus klien : 1/60
wajah klien. Jika tidak bias dengan menghitung jari maka hanya
Jika masih mengalami kesulitan dengan lambaian tangan.
lakukan dengan pemeriksaan Interpretasi :
selanjutnya Visus klien : 1/300
9 Lakukan dengan memberikan sinar Pada klien dengan pemberian cahaya baru dapat
pada mata klien. membedakan terang gelap maka visus klien ; 1/~.
Jika tidak dapat mengenali cahaya Jika tidak dapat membedakan terang gelap mata
maka klien dinyatakan buta. klien dinyatakan buta.
10 Lakukan uji lapang pandang.
Klien dalam posisi duduk atau
berdiri.
-Pemeriksa berdiri disamping klien. Untuk menghindari klien melihat langsung obyek
- Gerakkan obyek atau tangan yang akan digunakan.
pemeriksa dari belakang ke depan -Untuk mengetahui luas lapang pandang klien.
sampai obyek terlihat oleh klien. Normalnya : ± 120 derajat.
Catat kemampuan klien melihat
benda.
-Lakukan hal tersebut dari kanan,
kiri, atas kepala.
11 Pergerakkan ekstra okuler Bola mata klien akan dapat mengikuti pergerakkan
-Klien berada pada posisi duduk / obyek yang dilakukan secara baik.
berdiri. Letakkan objek ± 60 cm Jika tidak mungkin pasien mengalami kelainan
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
Terminasi
1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada klien.
2. Catat hasilpemeriksaan pada status klien.
3. Catat nama pemeriksa dan tanggal pemeriksaan.
MODUL 2
IRIGASI MATA
Tujuan :
1. Membersihkan kotoran atau secret yang ada pada mata.
2. Memberikan efek antiseptic
3. Mengangkat sekresi inflamasi
4. Mempersiapkan klien untuk pembedahan mata
Persiapan
1. Persiapan pasien
Pasien berada pada posisi duduk atau tidur terlentang (Senyaman mungkin)
2. Persiapan alat :
- Botol irigasi - Sarung tangan (K/P)
- Larutan optalmik - Kapas
- Mangkuk Lengkung kecil
Prosedur :
No Pelaksanaan Kemungkinan Hasil/
Tujuan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Agar klien mengerti tentang
maksud dan tujuan irigasi
mata
2. Atur posisi klien dengan berbaring terlentang atau Agar memudahkan
duduk dengan kepala dicondongkan kebelakang dan penampungan cairan irigasi
sedikit miring kesamping kedalam bengkok
3. Bila klien duduk mangkuk dapat dipegang oleh klien.
Bila klien berbaring mangkuk diletakan sedemikian
rupa sehingga dapat menampung cairan. Perawat
berdiri didepan klien.
4. Setelah kelopak dibersihkan dengan teliti untuk Cairan tidak boleh diarahkan
mengangkat debu, sekresi, kropeng. Kelopak dipegang kehidung karena ada bahaya
terbuka dengan ibu jari dan jari satu tangan, dan mata kemungkinan mengalir akan
di bilas dengan lembut, mengarahkan aliran menjauhi kemata sebelahnya.
hidung.
5. Prosedur dilanjutkan sampai mata bebas dan sekresi.
6. Gunakan tenaga & dorongan yang kecil. Dorongan yang besar dapat
menyebabkan cedera pada
mata
7. Setelah irigasi mata selesai, mata dan pipi dikeringkan
dengan kapas.
8. Irigasi kontinu dapat dilakukan pada klien luka bakar Anastesi lokal digunakan
kimia, ulkus komea resisten, uveitis, inflamasi soket, untuk mengurangi rasa nyeri
setelah enokleasi atau kondisi yang memerlukan yang mungkin dirasakan.
medikasi dan debridemen terus menerus. Pada keadaan
ini perlu diberikan anestesi lokal sebelum dilakukan
irigasi.
Evaluasi :
-Lihat keadaan mata klien
-Catat respon klien saat dilakukan irigasi
-Catat hasil setelah dilakukan irigasi mata.
-Catat nama perawat yang melakukan dan tanggal dilakukan tindakkan.
MODUL 3
PEMBERIAN SALEP MATA DAN TETES MATA
Tujuan :
1. memberikan obat melalui tetes atau salep
2. Memberikan efek kelembaban pada mata kering
3. Sebagai antibiotik/ pengobatan
Persiapan :
Persiapan pasien
Persiapan alat
1. Obat tetes mata/salep mata
2. Tissue
3. Kapas kering
Prosedur :
Pemberian Salep mata :
No Pelaksanaan Kemungkinan Hasil/
Tujuan
1 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Klien mengerti tentang
maksud dan tujuan prosedur
dilaksankan
2 Atur posisi klien dengan kepala menengadah keatas Untuk memudahkan saat
pemberian obat
3 Perawat mencuci tangan sebelum pembalut mata
dilepas
4 Pembalut mata dilepas
5 Tangan perawat dicuci kembali sebelum mengoleskan
obat mata
6 Kelopak dan bulu mata dibersihkan mulai dari kantus Menjauhi mata yang sakit
dalam keluar dengan bola kapas yang dilembabkan sehingga tidak menulari pada
mata yang sehat
7 Mintalah klien untuk melihat keatas, tarik kebawah
kelopak mata agar sedikit membalik
8 Dimulai dekat kantus, medius dan bergerak kearah
telinga, oleskan salep sepanjang konjungtiva, berikan
hanya sepertiga tengah kelopak mata bawah
9 Pijat dengan ringan kelopak mata Untuk meratakan obat atau
minta klien untuk
mengeringkan matanya
Tujuan :
Untuk mendapatkan gambaran tentang penyakit-penyakit atau keluhan – keluhan yang berhubungan
dengan sistem THT.
Alat yang dibutuhkan :
1. Otoskop
2. penlight
3. Garpu tala
4. Kertas
5. jam tangan
6. Buku catatan.
Prosedur
N Persiapan Kemungkinan Hasil/ Tujuan
O
1 Kaji keadaan telinga, hidung dan Keadaan telinga bersih, mengandung serumen dalam batas
tenggorakkan. Jika kurang jelas normal, letak kantus telinga dengan sudut mata klien
gunakan penlight. sejajar. Jika hasil kantus telinga lebih rendah daripada
sudut maka maka kemungkinan anak/klien mengalami
Downsindrome.
2 Kaji kemampuan mengunyah dan
menelan.
3 Kaji kepatenan jalan nafas Pada hidung tidak ada obstruksi / secret yang berlebihan.
Pada hidung terdapat bulu hidung untuk filtrasi partikel
debu agar tidak masuk ke dalam saluran pernafasan baik
atas ataupun bawah.
4 Kaji keadaan sinus. Trasiluminasi memberikan gambaran adanya peradangan
Lakukan pemeriksaan pada area sinus atau tidak.
Transiluminasi. (Lakukan diruangan Gambaran Normal : adanya ruang yang terang pada area
yang gelap) sinus.Jika terdapat bercak atau kehitaman/ruang gelap
- Letakkan penlight ke memandakan adanya proses peradangan pada area sinus.
dalam mulut
- Nyalakan penlight
- Amati area sekitar
sinus
5 Kaji Keadaan hidung Hidung bersih, ditumbuhi bulu halus hidung sebagai filter.
Kebersihan, benjolan, kemerahan Adanya konkha yang akan menghangatkan dan
dan tanda-tanda peradangan. melembabkan udara yang dihirup. Pada peradangan
konkha yang terus
menerus akan ditemukan pembesaran konkha dan adanya
benjolan. Mungkin akan disertai dengan keluhan Anosmia
(ketidak mampuan dalam fungsi penghidu).
6 Kaji keadaan telinga, kebersihan Telinga secara normal akan mengeluarkan serumen dalam
telinga serta keluaran dari telinga. jumlah tertentu. Karakteristiknya berbeda-beda. Kering
atau lebih cair. Berwarna kuning atau kehitaman.
Normalnya tidak akan terjadi pengeluaran / sekresi dari
telinga. Jika adanya sekresi dari telinga kemungkinan
disertai dengan peradangan atau adanya rupture membrane
tympani.
7 Kaji keadaan telinga tengah dengan Keadaan liang telinga berih, serumen tidak terlalu banyak.
menggunakan Otoskop. Tampak membrane tympani utuh, berwarna putih keabu-
Masukkan otoskop secara perlahan abuan.
dalam keadaaan miring, kemudian Jika membrane tympani robek basanya akan disertai
N Persiapan Kemungkinan Hasil/ Tujuan
O
putar secara perlahan. Amati keadaan dengan pengeluaran cairan dari telinga dan membrane
telinga tengah. tympani tidak akan terlihat.
8 Kaji kemampuan mendengar pada Posisi klien yang akan diperiksa dengan test berbisik
jarak 1-2 inchi. berada pada jarak 1-2 inchi.
-Lakukan uji berbisik. Test uji berbisik
Hasilnya pada keadaan normal klien dapat mendengar
bisikan yang diberikan oleh pemeriksa dengan jelas.
9 -Lakukan uji dengan menggunakan Test dengan menggunakan gesekan kertas atau detik jam
kertas tangan dilakukan pada jarak 2-3 inchi.
Pada keadaan normal klien dapat mendengar gesekan
kertas serta detak jam dengan jelas.
Jika klien tidak dapat mendengar bisikan, gesekan kertas
dan detik jam pada jarak maks 3 inchi maka pendengaran
klien mengalami penurunan atau gangguan.
2. Audiometri wicara
Tujuan : Hasil :
Mengetahui ambang batas Secara Normal klien dapat mendengar suara-suara yang
pendengaran klien. Secara dihasilkan dari frequensi 20-20.000 Hz.
normal klien mampu mendengar
antara frequensi 20-20.000 Hz
Prosedur yang dilakukan :
- Perawat menggunakan ear
phone.
- Klien diberikan nada/suara-
suara yang dihasilkan.
- Beberapa contoh intensitas
suara adalah :
*Gesekan kertas dalam
lingkungan yang sunyi --- 15
dB
*Percakapan rendah --- 40 dB
MODUL 5
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MUSCULO SKELETAL
Tujuan :
1. Untuk mengetahui kelainan yang berhubungan dengan sistem musculo skeletal klien.
2. Dasar pemeriksaan fisik sistem Musculo skeletal adalah perbandingan kesimetrisan antara
bagian-bagain tubuh.
Persiapan alat :
- Goniometri
- Refleks Hammer
- Kapas (Pilinan kapas)
- Air es
- Air panas
- Jarum pentul tajam dan tumpul
Pelaksanaan :
Kemungkinan
No Pemeriksaan Hasil
Tujuan
Kaji sistem Skeletal tubuh
Mengkaji keadaan tulang Antara organ tubuh kanan dan Jika tidak simetris
belakang mengenai : kiri harus simetris atau adanya
a. Kesimetrisan deformitas
- Tangan kanan dan kiri sama menandakan adanya
panjang pertumbuhan tulang
- Kaki kanan dan kiri sama dan skelet yang tidak
panjang normal.
- Anggota tubuh kanan dan
kiri simetris
b. Deformitas
Macam-macam deformitas pada Dapat terjadi karena
tulang belakang adalah : kelainan kongenital,
- Scoliosis idiopatik atau karena
Adalah deviasi kurvatura lateral kerusakkan otot
tulang belakang, bahu tidak sama paraspinal seperti
tinggi, garis pinggang tidak pada klien
simetris dengan skapula yang poliomielitis.
menonjol .
- Lordosis Biasanya terjadi pada
Adalah perubahan kurvatura ibu hamil sebagai
tulang belakang yang berlebihan. penyesuaian tubuh
terhadap beban berat
yang terjadi saat
kehamilan.
- Kifosis - Osteoporosis
Adalah kenaikkan kurvartura - Kelainan
tulang belakang bagian dada. Neuromuskuler.
Biasanya sering dijumpai pada
manula dengan osteoporosis dan
klien dengan gangguan neuro
muskuler.
MODUL 6
PERAWATAN TRAKSI
1) Pengertian
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh
2) Tujuan :
1. Untuk meminimalkan spame otot
2. Untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur
3. Untuk mengurangi deformitas
4. Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang.
MODUL 7
PERAWATAN GIPS
Gips adalah alat immobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh dimana Gips ini
dipasang.
Gips memungkinkan mobilisasi klien sementara membatasi gerakan pada bagian-bagian tertentu.
Tujuan :
1. Melakukan immobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang
merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya.
2. Melakukan immobilisasi pada fraktur yang telah direduksi, mengoreksi deformitas dan
memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang berada didalamnya.
3. Memberikan dukungan dan stabilitas pada sendi yang mengalami kelemahan.
Prosedur pemasangan :
N Pelaksanaan Hasil Kemungkinan Hasil
o
Berikan informasi tentang Klien mengerti tentang
tindakkan yang akan dilaksanakan maksud dan tujuan
pemasangan Gips.
Atur posisi klien Untuk memudahkan
pemasangan gips sesuai
dengan kebutuhan dan
keadaan klien
Sokong ekstremitas atau bagian Untuk memudahkan
tubuh yang akan dipasang Gips pemasangan Gips
Cuci bagian yang akan dipasang Untuk membersihkan Jika tidak dibersihkan akan
Gips kemudian keringkan area yg akan dipasang menjadi Tujuan infeksi
Gips
Pasang bahan rajutan secara halus
dan tidak mengikat.
N Kemungkinan Tujuan
Pemeriksaan Hasil
o
Balutkan bahan balutan dengan rata
dan tambahkan bantalan pada area
tulang yang menonjol dan pada
jalur syaraf.
Gunakan atau tambahkan bidai Untuk menjaga Gips tidak stabil dan akan
pada area yang menghubungkan 2 kestabilan Gips mudah lepas bila terlalu
buah persendian banyak bergerak
Potong dan bentuk Gips dengan Merapikan bagian Gips
Cutter. Haluskan pada bagian yang tidak terpakai.
pinggirnya.
Bersihkan partikel Gips dari kulit
Sokong Gips selama masa Mempertahankan Bentuk
pengerasan. Gips
MODUL 8
PRAKTIKUM SISTEM NEUROLOGI
PENGKAJIAN SARAF CRANIAL
Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang dimengerti
Keselamatan Kerja
Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan
Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah dijangkau
Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya
Perhatikan setiap langkah
Langkah Kerja
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Menyiapkan alat dan bahan
H X (vagus)
Kontraksi taring, Gerakan simetris dari pita suara,
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
Gerakan simetris palatum mole , Gerakan dan sekresi
visera torakal dan abdominal
Pemeriksaan :
Tekan spatel lidah pada lidah posterior atau menstimulasi
faring posterior untuk menimbulkan
reflex menelan
Adanya suara serak
Minta pasien mengatakan “ah”. Observasi terhadap
peninggian uvula simetris dan palatum mole
i XI (aksesorius spinal)
Gerakan otot stemokleidomastoid dan trapazius
Pemeriksaan :
Palpasi dan catat kekuatan otot trapazius pada saat
pasien mengangkat bahu sambil dilakukan penekanan
palpasi dan cacat kekuatan otot
stemokleidomastoidpasien saat memutar kepala sambil
dilakukan penahanan dengan tangan penguji ke arah
berlawanan.
J XII (hipoglosus)
Gerakan lidah
Pemeriksaan :
Bila pasien menjulurkan lidah keluar, terdapat deviasi
atau tremor, kekuatan lidah dikaji dengan cara pasien
menjulirkan lidah dan menggerakan ke kiri/kanan sambil
diberi tahanan
K Pengkajian selesai, rapikan pasien dan memberikan
posisi senyaman mungkin
L Membereskan alat
M Mengevaluasi hasil tindakan : menanyakan respon pasien
N Berpamitan dengan pasien
O Mencuci tangan
P Mendokumentasikan kegiatan yang telah
dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindaka yang dilakukan, tanda tangan
Evaluasi Kerja
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian saraf kranial secara sistematis dan
setiap langkah dilakukan secara tepat.
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya selama
prosedur
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri
MODUL 9
PRAKTIKUM SISTEM NEUROLOGI
PENGKAJIAN SENSORI MOTORIK
e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan
2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah
dijangkau
3. Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah
f. Langkah Kerja
G. Evaluasi Kerja
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sensori motoric secara sistematis
dan setiap langkah dilakukan secara tepat.
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya selama
prosedur
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri
H. Evaluasi Kerja
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sensori motorik secara sistematis dan setiap
langkah dilakukan secara tepat.
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya selama prosedur
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri
MODUL 9
PRAKTIKUM SISTEM NEUROLOGI
PENGKAJIAN REFLEKSI
d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang
dimengerti
e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan
2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah
f. Langkah Kerja
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Menyiapkan alat dan bahan
2 Menyapa pasien atau keluarga dan
memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan tindakan yang
dilakukan
4 Menjaga privasi pasien : tutup sampiran
5 Cuci tangan efektif 7 langkah, mengguankan sabun,
dibawah air mengalir dan dikeringkan
6 Memulai pemeriksaan :
Refleks Fisiologis
A Pemeriksaan refleks biceps
1. Penderita duduk dengan santai
2. Lengan dalam keadaan lemas, lengan bawah
dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta
sedikit pronasi
3. Siku penderita diletakkan pada tangan atau
lengan pemeriksa
4. Pemeriksa meletakkan ibu jarinya diatas tendo
biceps, kemudian pukul ibu jari tadi dengan
refleks hammer. (tanpa menggunakan ibu jari
juga bisa, agar rangsangan lebih terasa)
5. Reaksi utama adalah kontraksi otot
B Pemeriksaan refleks triceps
1. Penderita duduk dengan santai
2. Lengan penderita diletakkan diatas lengan
pemeriksa
3. Lengan penderita dalam keadaan
lemas, relaksasi sempurna
4. Pukul tendo triceps lewat fossa
olecrani dengan refleks hammer
5. Triceps akan berkontraksi dengan sedikit
meyentak yang dapat dirasakan oleh penderita
dan juga oleh tangan pemeriksa yang
memegang tangan penderita.
C Pemeriksaan refleks brachiradialis
1. Penderita duduk dengan santai
2. Lengan penderita diletakkan diatas lengan
pemeriksa
3. Pukul tendo brachioradialis bagian distal
dengan menggunakan refleks hammer
4. Akan timbul gerakan menyentak pada lengan
G. Evaluasi Kerja
MODUL 10
PRAKTIKUM PERAWATAN LUKA BAKAR
a. Tujuan Pembelajaran Praktikum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan
dalam merawat luka bakar dengan tepat
b. Dasar Teori
Luka bakar adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas. Tiap – tiap persentuhan yang
intensif yang cukup lama antara kulit dengan panas lebih dari 60º C akan terjadi luka bakar.
Tujuan :
1. Api dan benda panas
2. Bahan kimia :Cairan, uap.
3. Elektrik : listrik, petir.
4. Radiasi : Sinar matahari, rontgen, radium.
Akibat :
Luka bakar dapat mengakibatkan gangguan umum: Syok dan Infeksi.
Terjadinya kedua hal tersebut sangat tergantung pada tingkat dan luas luka pada tubuh yang
terbakar. dalam menghitung luas atau persentase luka bakar pada orang dewasa digunakan “ The
Rule of Nine “ atau “ Rumus 9 “ Pada luka bakar tingkat I, bila ½ - ⅔ bagian dari permukaan
kulit terbakar, dapat mengakibatkan kematian. Bila luka tidak mendapatkan perawatan
semestinya akan mengakibatkan infeksi.
PERTOLONGAN
Prinsip utama pertolongan luka bakar adalah “mengakhiri dengan segera dan cepat kontak dengan
sumber panas” untuk mengurangi luas dan dalamnya luka bakar yang terjadi. Mematikan api dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang
menyala merupakan upaya pertama saat terbakar.
g. Langkah Kerja
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
Memberi tahu pasien
Membawa alat – alat ke dekat pasien
Cuci tangan
Memasang perlak dan alasnya di bawah daerah luka bakar
Memakai sarung tangan tidak steril
h. Evaluasi Praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka bakar secara sistematis
dan setiap langkah dilakukan dengan tepat
MODUL 11
PENGKAJIAN SISTEM ENDOKRIN
g. Evaluasi Praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian umum sistem endokrin secara sistematis dan setiap
langkah dilakukan dengan tepat
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyamanan pasien dan privasinya selama prosedur
dilakukan
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum pada jam praktikum
mandiri
MODUL 12
PRAKTIKUM TERAPI INJEKSI INSULIN
b. Dasar Teori
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus.
Actrapid Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus
yang berisi 3 cc insulin.
Tujuan pemeriksaan terapi injeksi insulin adalah untuk mengontrol kadar gula
darah dalam pengobatan diabetes mellitus.
d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4. Tanyakan pada dosen bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti atau dipahami
5. Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian terapi injeksi insulin(Prinsip 6
benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara pemberian, danpendokumentasian).
6. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan masa efek puncak
insulin, serta efek samping yang mungkin timbul.
7. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
8. Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human insulin.
9. Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.
10. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau penurunan jumlah
jaringan.
11. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi
insulin.
12. Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang telah dimakan klien.
e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang diperlukan
2. Susun dan letakkan peralatan/bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapa sesuai dengan fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah pengkajian umum sistem endokrin.
44
f. Langkah Kerja
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Menyiapkan alat dan bahan
Menyapa pasien serta memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan terapi injeksi insulin
4 Cuci tangan efektif secara 7 langkah, menggunakan sabun
di bawah air mengalir dan dikeringkan dengan handuk
bersih dan kering
5 Memakai hanscoen bersih.
6 Mengaturposisi senyaman mungkin
7 Pasang gorden/sampiran untuk menjaga privasi klien (jika
diperlukan )
8 Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang
diperlukan untuk klien (berdasarkan daftar obat
klien/instruksi medik).
9 Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan
kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.
10 Melakukan rotasi tempat/lokasi
penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.
Mendesinfeksi area penyuntikan dengan
kapas alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah
secara sirkuler ± 5 cm.
12 Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang
kurus dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan
tangan yang tidak dominan.
13 Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang
domin secara lembut dan perlahan.
14 Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage,
hanya dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol.
15 Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam
keadaan jarum yang sudah tertutup dengan tutupnya.
16 Merapihkan klien dan membereskan alat-alat.
Melapaskan handscoen
18 Membereskan peralatan yang telah digunakan sesuai
dengan prinsip PI
19 Cuci tangan efektif secara 7 langkah , menggunakan sabun
dibawah air mengalir dan dikeringkan dengan handuk
bersih dan kering
20 Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, nama obat, cara pemberian, rute pemberian
dan reaksi klien
Evaluasi Praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan terapi injeksi insulin secara sistematis dan
setiap langkah dilakukan dengan tepat
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyamanan pasien dan privasinya selama
45
prosedur dilakukan. Mahasiswa wajib berlatih dengan
mmenggunakanpanduan modul praktikum pada jam praktikum mandiri
MODUL 13
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN GULA DARAH
46
5. Lanset
6. Bengkok
d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4. Tanyakan pada dosen bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti atau dipahami
e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang diperlukan
2. Susun dan letakkan peralatan/bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapa sesuai dengan fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah pemeriksaan gula darah
f. Langkah Kerja
47
g. Evaluasi Praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan gula darah secara sistematis dan
setiap langkah dilakukan dengan tepat
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyamanan pasien dan privasinya selama
prosedur dilakukan
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri
MODUL 14
PRAKTIKUM PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
Tujuan :
1. Untuk mengetahui kelainan yang berhubungan dengan sistem musculo skeletal klien.
2. Dasar pemeriksaan fisik sistem Musculo skeletal adalah perbandingan kesimetrisan antara bagian-
bagain tubuh.
Persiapan alat :
1.Goniometri
2.Refleks Hammer
3.Kapas (Pilinan kapas)
4.Air es
5.Air panas
6.Jarum pentul tajam dan tumpul
PROSEDUR
No Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
1 DATA SUBJEKTIF
Keluhan Utama
a. Persendian
Nyeri Nyeri adalah masalah yang
paling umum dari gangguan
muskuloskeletal.
Kekakuan.
Pembengkakan, panas dan kemerahan pada sendi,
Keterbatasan gerak
b. Otot
Nyeri
Nyeri pada otot biasanya dirasakan
seperti “KRAM” atau kejang pada otot
Kelemahan Otot.
c. Tulang
Nyeri.
Deformitas
d. Pengkajian Fungsional
Pengkajian ini terkait dengan kemampuan pasien dalam
melakukana aktivitas sehari-hari ( ADL). Yang meliputi
personal hygiene, eliminasi berpakaian dan berhias, makan
48
kemampuan mobilisasi serta kemampuan berkomunikasi.
2 DATA OBJEKTIF Antara organ tubuh kanan
Mengkaji keadaan tulang belakang mengenai : dan kiri harus simetris
a. Kesimetrisan
No Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
- Tangan kanan dan kiri sama panjang
- Kaki kanan dan kiri sama panjang
- Anggota tubuh kanan dan kiri simetris
b. Deformitas
Macam-macam deformitas pada tulang belakang adalah : Dapat terjadi karena kelainan
- Scoliosis kongenital,
Adalah deviasi kurvatura lateral tulang belakang, bahu idiopatik atau karena
tidak sama tinggi, garis pinggang tidak simetris dengan kerusakkan otot paraspinal
skapula yang menonjol . seperti pada klien
poliomielitis.
- Lordosis Biasanya terjadi pada ibu
Adalah perubahan kurvatura tulang belakang yang berlebihan. hamil sebagai penyesuaian
tubuh terhadap beban berat
yang terjadi saat kehamilan.
- Kifosis - Osteoporosis
Adalah kenaikkan kurvartura tulang belakang bagian dada. - Kelainan Neuromuskuler.
Biasanya sering dijumpai pada manula dengan osteoporosis
dan klien dengan gangguan neuro muskuler.
- Kaji Luas pergerakkan persendian Bila sendi di ekstensikan
Mengkaji luas pergerakkan persendian dengan geniometri pada maksimal tetapi masih ada
dasarnya menilai berapa rentang yang dimiliki kien dari sisa fleksi, maka luas
pergerakkan suatu sendi. gerakkan dikatakan terbatas
- Deformitas sendi Sendi akan simetris antara
Melihat adanya ketidak simetrisan dalam sendi kanan dan kiri
- Stabilitas sendi Stabilitas sendi terjadi jika
sendi utuh, saat dipalpasi
sendi akan bergerak secara
halus.
Jika adanya gemeretuk atau
suara yang dihasilkan
saat sendi digerakkan atau
dipalpasi menunjukkan
sendi / ligament tergelincir
diantara tonjolan tulang
- Adanya benjolan pada sendi Terdapat benjolan pada
Biasanya terjadi akibat penumpukkan pertumbuhan tulang kapsul dan sendi.
baru, pertumbuhan dalam kapsul sendi atau pertumbuhan
ligamen yang abnormal.
Mengkaji cara berjalan.
- Mintalah klien untuk berjalan, perhatikan cara dan - Klien seharusnya dapat
kehalusan berjalan klien. berjalan sesuai perintah
- Kaji neurologis klien yang berhubungan dengan cara - Klien dapat berjalan
berjalan klien. tanpa ada rasa nyeri.
49
Inspeksi Klien dapat melakukan
Kaji kemampuan klien dalam mengubah posisi, kekuatan otot, perubahan posisi dari otot
koordinasi serta ukuran masing-masing otot sesuai dengan perintah.
proporsional.
No Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
Palpasi Adanya gerakkan saat otot
Rasakan tonus otot saat melakukan gerakkan pasif. digerakkan (Gerakkan pasif)
Kaji kekuatan otot dan tonus otot. Kekuatan otot klien
Tonus terdeteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rileks maksimal.
secara pasif., digerakkan melalui rentang gerak.
Periksalah tiap kelompok otot dengan mengkaji kekuatan otot Nilai kekuatan otot :
dan membandingkannya pada kedua sisi tubuh. Tonus dan (0) Paralisis total, tida ada
kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak kontraktilitas.
sendi. (1) jika tidak ada gerakan
tetapi ada atau terlihat
kontraksi otot sedikit.
(2) Gerakan otot penuh
menentang gravitasi dengan
sokongan
(3) Rentang gerak lengkap,
normal menentang gaya
gravitasi.
(4) Gerakan normal penuh,
menentang gaya gravitasi
dengan sedikit tahanan.
(5) Gerakan normal penuh,
menentang gaya gravitasi
dengan tahanan penuh.
Kaji adakah klonus otot atau
Kontraksi ritmik otot
Mengkaji Refleks :
g. Refleks Bisep Normal :
Cara : Fleksi dari siku dan tampak
Bila posisi duduk, lengan bawah pronasi rileks di atas paha. kontraksi otot bicep.
Bila posisi terlentang, lengan di tekuk diatas bantal, lengan
bawah dan tangan di atas abdomen. Taruh ibu jari pemeriksa di
atas tendon biceps. Ketukkan Hammer diatas ibu jari.
52
MODUL 15
PROSEDUR TINDAKAN RANGE OF MOTION (ROM)
Dalam kegiatan belajar praktikum ini akan di jelaskan bagaimana cara melakukan prosedur tindakan
Range of Motion (ROM). Prosedur ini di lakukan terhadap pasien yang mengalami gangguan
mobilitas atau gerak karena akibat penyakit yang di alaminya khususnya penyakit yang terkait
dengan sistem muskuloskeletal maupun persyarafan.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah memberi pengetahuan dan ketrampilan bagi mahasiswa dalam
melakukan prosedur tindakan Range of motion (ROM) sebagai dasar atau bekal sebelum melakukan
asuhan keperawatan pada tatanan nyata di pelayanan kesehatan baik Rumah sakit maupun klinik.
3. Prosedur umum
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 a. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.
l. Gerakan Siku
Fleksi dan ekstensikan siku
55
Fleksi : Bengkokkan siku hingga jari-jari tangan
menyentuh dagu (150 º). Ekstensi : Luruskan kembali
ke tempat semula (150 º).
Pronasi dan supinasikan siku.
Genggam tangan klien seperti orang yang sedang berjabat
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
tangan.
Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke atas (70-90º).
Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah (70-90 º).
m. Gerakan Pergelangan Tangan
Fleksi pergelangan tangan .
Genggam telapak dengan satu tangan, tangan lainnya
menyangga lengan bawah.
Bengkokkkan pergelangan tangan ke depan (80-90 º).
Ekstensi pergelangan tangan.
Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan
keposisi semula ( 80- 90º ).
Fleksi radial/radial deviation (abduksi).
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu
jari (30º).
Fleksi ulnar/ulnar deviation (adduksi).
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral ke arah jari
kelima (30-50 º).
n. Gerakan Pinggul dan Lutut
Untuk melakukan gerakan ini, letakkan satu tangan di
bawah lutut klien dan tangan yang lainnya di bawah mata
kaki klien.
Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul.
Fleksi : Angkat kaki dan bengkokkan lutut. Gerakkan
lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin (90-120º).
Ekstensi : Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan
lutut, rendahkan kaki, rendahkan kaki sampai pada
kasur (90-120º).
Abduksi dan adduksi kaki.
Abduksi : Gerakkan kaki ke samping menjauhi tubuh klien
(30-50º).
Adduksi : Mengeerakkan kaki kembali ke posisi medial
dan melebihi jika mungkin (30-50º).
57
MODUL PRAKTIKUM KMB II FK PRODI D3 ZIM
DAFTAR PUSTAKA
58