Anda di halaman 1dari 58

MODUL PRAKTIKUM

KPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

DISUSUN OLEH:
TIM KMB II

FK PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KECANA
2021
MODUL PRAKTIKUM
KPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

LEMBAR  PENGESAHAN

Modul Praktikum Keperawatan Medikal Bedah II ini telah mendapat persetujuan dari
Ka.Prodi DIII Keperawatan dan disahkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana.

Team Penyusun :

Dede N Azim, S.Kep.,Ners.,M.Kep.


Hj. Sri MR, S.Kp.,M.Kes.,AIFO.
Anri, S.Kep.,Ners.,M.Kep.

Bandung, 20 Februari 2021

Koord. Mata Ajaran


KMB II

Dede N AZIM, S.Kep.,Ners.,M.Kep.

Mengesahkan, Menyetujui,
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Ka. Prodi DIII Keperawatan
Universitas Bhakti Kencana Universitas Bhakti Kencana

Rd. Siti Jundiah, S.Kep.,Ners.,M.Kep. Dede N AZIM, S.Kep.,Ners.,M.Kep


.

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Pertama – tama saya panjatkan puji serta syukur ke hadirat Allah SWT yang
elah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada saya sehingga modul praktikum
Keperawatan Medikal Bedah II ini dapat tersusun. Modul praktikum ini berisi konsep
dan panduan praktikum untuk aplikasi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
yang diperuntukkan bagi mahasiswa Fakultas Keperawtan program studi D III
Keperawatan Universitas Bhakti Kencana.

Diharapkan mahasiswa yang mengikuti praktikum dapat mengikuti semua


kegiatan praktikum dengan baik dan dapat melaksanakan semua prosedur praktikum
dengan baik dan benar. Penulis menyadari bahwa dalam penyususnan modul ini
tentunya masih terdapat beberapa kekurangan, sehingga penulis bersedia menerima
saran dan kritik dari berbagai pihak untuk dapat menyempurnakan modul praktikum ini
di kemudian hari.

Semoga dengan adanya modul praktikum ini dapat membantu proses belajar
mengajar khususnya kegiatan praktikum mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
dengan lebih baik lagi.

Bandung, 20 Februari 2021


Penulis
I. IDENTITAS MATA KULIAH
Nama Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II
Jumlah SKS : 3 (2 Teori, 1 Praktikum)
Semester : IV

Koordinator MA : Dede Nur AZIM, S.Kep.,Ners.,M.Kep. (DNA)


Anggota Team :
1. Hj Sri Mulyati R, S.Kp., M.Kes., AIFO (SMR)
2. Anri, S.Kep.,Ners.,M.Kep.

II. DESKRIPSI MATA KULIAH

Fokus mata ajar ini adalah pemenuhan kebutuhan klien dewasa dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan pada sistem syaraf, muskuloskeletal, endokrin, sensori (mata, telinga, hidung) &
integumen serta gangguan imunitas berdasarkan proses keperawatan dengan mengaplikasikan
ilmu biomedik seperti biologi, histologi, biokimia, anatomi, fsiologi, patofisiologi, ilmu
keperawatan medikal bedah, ilmu penyakit dalam, farmakologi, nutrisi, bedah dan rehabilitasi.
gangguan sistem tersebut meliputi gangguan peradangan, kelainan degeneratif, keganasan dan
trauma yang termasuk dalam 10 kasus terbesar baik lokal, regional, nasional dan internasional.
lingkup bahasan mulai dari pengkajain sampai dengan evaluasi asuhan terhadap klien. intervensi
keperawatan meliputi terapi modalitas keperawatan pada berbagai kondisi termasuk terapi
komplementer. proses pembelajaran dilakukan melalui kuliah pakar, colaborative learning dan
belajar berdasarkan masalah dan praktik laboratorium.

III. TATA TERTIB


Mahasiswa yang melakukan praktek di Laboratorium Universitas Bhakti Kencana harus
mematuhi tata-tertib laboratorium, seperti di bawah ini.
A. Sebelum pelatihan/praktikum, mahasiswa diharuskan :
1. Membaca penuntun belajar keterampilan klinis sistim atau penuntun praktikum yang
bersangkutan dan bahan bacaan rujukan tentang keterampilan yang akan dilakukan.
2. Menyediakan alat atau barang sesuai dengan petunjuk pada penuntun yang
bersangkutan.

B. Pada saat praktik, setiap mahasiswa :


1. Setiap mahasiswa wajib berpakaian bersih, rapi dan sopan. Tidak diperkenankan
memakai baju kaos (T-Shirt) dan sandal. Mahasiswa wanita tidak diperkenankan
memakai pakaian ketat dan tipis sehingga tembus pandang, dan atau rok di atas lutut.
2. Mahasiswa laki-laki tidak diperkenankan memanjangkan rambut hingga menyentuh
kerah baju, ataupun menutupi mata.
3. Setiap mahasiswa wajib memakai jas praktikum dalam keadaan rapi dan bersih. Bagi
mahasiswa yang berjilbab, jilbab wajib dimasukkan ke dalam jas laboratorium.
4. Mahasiswa tidak diperkenankan memanjangkan kuku lebih dari 1 mm.
5. Setiap mahasiswa wajib menggunakan tanda identitas diri ukuran 6x10 cm yang
mencantumkan nama lengkap dan stambuk yang harus diketik serta foto berwarna
ukuran 4 x6
6. Setiap mahasiswa peserta praktik wajib mempelajari dan membawa manual
keterampilan yang akan dipelajari dalam bentuk hard copy/ soft copy.
7. Setiap mahasiswa wajib berperan aktif dalam proses pembelajaran.
8. Setiap mahasiswa wajib dan bertanggung jawab menjaga dan memelihara peralatan
bahan yang digunakan. Tidak merusak bahan dan alat latihan keterampilan. Setiap
kerusakan harus diganti dalam waktu maksimal satu minggu.
9. Setiap mahasiswa tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi selama proses
praktik berlangsung. Semua alat komunikasi dimasukkan ke dalam tas dalam keadaan
silent.
10. Setiap mahasiswa wajib hadir paling lambat 5 menit sebelum waktu kegiatan yang
ditentukan dan tidak diperkenankan masuk kelas bila proses praktik sudah dimulai.
11. Jika hendak meninggalkan ruangan praktik pada saat proses pembelajaran
berlangsung, setiap mahasiswa wajib meminta izin dan menitipkan kartu mahasiswa/
KTP/ SIM pada dosen pengajar. Kartu dapat identitas dapat diambil setelah
mahasiswa kembali ke ruangan.
12. Setiap mahasiswa pada saat praktik tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang
tidak berhubungan dengan proses pembelajaran dan/atau mengganggu proses
pembelajaran.
13. Setiap mahasiswa yang melakukan pelanggaran aturan nomor 1 – 12 dapat
dikeluarkan dari ruang praktik oleh instruktur pengajar dan dianggap tidak hadir pada
praktik tersebut.
14. Meninggalkan ruangan latihan keterampilan dalam keadaan rapi dan bersih.
15. Aturan diatas berlaku sejak memasuki koridor skill lab
16. Mahasiswa harus menghadiri kegiatan akademik minimal 80 % dari total jam berjalan
dan apabila kurang dari itu, maka mahasiswa tidak diperkenankan mengikuti Ujian
dengan nilai akhir K.
17. Apabila instruktur tidak hadir, ketua kelas segera melaporkan ke pengelola mata ajar.
18. Mahasiswa boleh meminta izin dengan alasan penting:
a. Yang bersangkutan sakit
b. Orang tua dirawat/sakit berat/meninggal
c. Mewakili Institusi pada kegiatan-kegiatan resmi
19. Apabila mahasiswa tidak dapat hadir karena sakit, maka wajib mengumpulkan surat
sakit dari dokter praktik/ klinik berlisensi/ Rumah sakit paling lambat 1 hari setelah
ketidakhadiran yang dilengkapi dengan nama terang dokter pemeriksa, tanda tangan,
lama sakit, stempel klinik/rumah sakit, nomor telepon dokter pemeriksa atau
klinik/rumah sakit.
20. Apabila mahasiswa tidak dapat hadir karena mewakili Institusi, wajib memasukkan
surat izin dari Pimpinan Institusi paling lambat 3 hari sebelumnya.
21. Surat sakit dan surat izin difotokopi 3 rangkap dan diserahkan ke pengelola mata ajar,
dan Prodi.
22. Setiap mahasiswa dilarang menandatangani daftar hadir bagi mahasiswa lain. Jika
terbukti melakukan hal tersebut untuk pertama kali, yang menandatangani dan
ditandatangankan dianggap tidak hadir untuk satu hari pelajaran. Jika terbukti
melakukan dua kali, dianggap tidak hadir untuk lima hari pelajaran. Jika terbukti
melakukan tiga kali, maka dianggap tidak hadir untuk semua proses akademik pada
blok bersangkutan.

IDENTITAS MAHASISWA

NAMA : …………………………………………..........

NIM : ………………………………………………..
SEMESTER : ……………………………………………..…
KELAS : …………………………………….…............
PROGRAM STUDI : …………………………………………….......
MODUL 1
PENGKAJIAN SISTEM PENGLIHATAN

Tujuan :
Untuk mengetahui keadaan sistem penglihatan klien berada pada keadaan normal atau mengalami
sesuatu gangguan.

Alat yang dibutuhkan :


Ruangan yang cukup terang
Snellen Chart
Kacamata khusus (Untuk pemeriksaan mata)
Penlight/senter

Prosedur :
Persiapan
NO Persiapan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Klien Klien dalam keadaan tenang
Klien dapat duduk atau berdiri
2. Ruangan Ruangan harus cukup terang
3. Alat
Snellen chart Huruf Snellen chart berada pada jarak 6 M dari klien.
Snellen Chart huruf (E) Snellen Chart huruf (E) digunakan untuk klien
yang buta huruf.

Penlight/senter Penlight harus menyala

Kerja:
Lakukan pengkajian tentang Riwayat klien
1. Kaji riwayat gejala optalmik yang dirasakan klien.
Gejala optalmik yang mungkin dirasakan klien berhubungan dengan gangguan system
penglihatan adalah fotofobia, nyeri kepala, pusing, nyeri kepala, nyeri okuler / daerah dahi,
mata gatal, mata sering berair dan adanya floater.
2. Kaji kelainan atau gangguan pada mata yang pernah dialami oleh klien
Pada klien anak, gangguan yang paling sering dirasakan biasanya terjadi penurunan fungsi
penglihatan, adanya katarak congenital dan pada dewasa atau lansia biasanya keluhan
berhubungan dengan adanya : Katarak (kekeruhan lensa), gloukoma, atau penurunan fungsi
penglihatan sampai kebutaan.
3. Kaji riwayat penyakit yang pernah dialami klien yang berhubungan dengan system
penglihatan.
Tanyakan pada klien tentang penyakit yang pernah dialami klien seperti Diabetes, Hipertensi,
Trauma mata serta pembedahan pada mata.
4. Kaji perubahan dalam fungsi pelihatan yang dialami oleh klien.
Tanyakan apakah klien mengalami penurunan ketajaman penglihatan,penurunan lapang
pandang atau gangguan dalam penglihatan warna.
Pemeriksaan mata dan ketajaman penglihatan.
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan

1 Amati keadaan mata klien Mata klien akan terlihat bersih, dan simetris.

2 Lihat keadaan sclera Sklera berwana putih.


Jika warna sclera berwarna kuning, mungkin
disebabkan oleh adanya gangguan pada hepar atau
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan

kandung empedu.
Jika berwarna kemerahan mungkin disebabkan
oleh iritasi ringan pada mata.
3 Lihat keadaan konjungtiva Konjungtiva normal berwarna pink/merah muda.
Jika pucat mungkin klien mengalami anemia dan
jika kemerahan merupakan tanda adanya
peradangan.
4 Pemeriksaan pupil. Pupil normal 2-3 mm. Jika terkena sinar akan
Arahkan sinar (Penlight) kearah mengalami kontriksi pupil. Jika terjadi dilatasi
pupil secara cepat. pupil,kaji kemungkinan klien berada pada keadaan
hypoksia.
Pemeriksaan harus dilakukan diruangan yang
cukup terang.
5 Pasang Snellen Chart.
Snellen Chart dipasang 6M didepan
Klien.
6 Mintalah klien untuk membaca Klien dapat menyebutkan huruf yang ditunjuk.
huruf yang ada pada Snellen Chart Jika tidak : klien menglami penurunan ketajaman
Bila klien mengalami kesulitan : penglihatan.
Lanjutkan ke pemeriksaan
selanjutnya.
7 Lakukan uji Snellen Chart dengan Dengan menggunakan bantuan kaca mata
bantuan Kaca mata. penglihatan klien akan lebih baik.
Jika mengalami kesulitan :
Lanjutkan ke pemeriksaan
selanjutnya
8 Lakukan pemeriksaan visus dengan Klien dapat menghitung jari tangan yang ada
menggunakan jari-jari pemeriksa didepannya.
diletakkan pada jarak : ± 30 cm dari Interpretasi : Visus klien : 1/60
wajah klien. Jika tidak bias dengan menghitung jari maka hanya
Jika masih mengalami kesulitan dengan lambaian tangan.
lakukan dengan pemeriksaan Interpretasi :
selanjutnya Visus klien : 1/300
9 Lakukan dengan memberikan sinar Pada klien dengan pemberian cahaya baru dapat
pada mata klien. membedakan terang gelap maka visus klien ; 1/~.
Jika tidak dapat mengenali cahaya Jika tidak dapat membedakan terang gelap mata
maka klien dinyatakan buta. klien dinyatakan buta.
10 Lakukan uji lapang pandang.
Klien dalam posisi duduk atau
berdiri.
-Pemeriksa berdiri disamping klien. Untuk menghindari klien melihat langsung obyek
- Gerakkan obyek atau tangan yang akan digunakan.
pemeriksa dari belakang ke depan -Untuk mengetahui luas lapang pandang klien.
sampai obyek terlihat oleh klien. Normalnya : ± 120 derajat.
Catat kemampuan klien melihat
benda.
-Lakukan hal tersebut dari kanan,
kiri, atas kepala.
11 Pergerakkan ekstra okuler Bola mata klien akan dapat mengikuti pergerakkan
-Klien berada pada posisi duduk / obyek yang dilakukan secara baik.
berdiri. Letakkan objek ± 60 cm Jika tidak mungkin pasien mengalami kelainan
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan

didepan klien. atau gangguan pada otot mata.


-Posisi kepala klien menghadap
tegak ke pemeriksa dan pandangan
klien tertuju pada 1 titik/obyek.

-Gerakkan obyek yang akan


diperiksa ke kanan, kiri, atas, bawah
dan miring baik ke kanan atau
kekiri. (Segala arah) dengan
berpusat pada 1 titik focus ditengah.

Terminasi
1. Sampaikan hasil pemeriksaan pada klien.
2. Catat hasilpemeriksaan pada status klien.
3. Catat nama pemeriksa dan tanggal pemeriksaan.
MODUL 2
IRIGASI MATA

Tujuan :
1. Membersihkan kotoran atau secret yang ada pada mata.
2. Memberikan efek antiseptic
3. Mengangkat sekresi inflamasi
4. Mempersiapkan klien untuk pembedahan mata
Persiapan
1. Persiapan pasien
Pasien berada pada posisi duduk atau tidur terlentang (Senyaman mungkin)
2. Persiapan alat :
- Botol irigasi - Sarung tangan (K/P)
- Larutan optalmik - Kapas
- Mangkuk Lengkung kecil

Prosedur :
No Pelaksanaan Kemungkinan Hasil/
Tujuan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Agar klien mengerti tentang
maksud dan tujuan irigasi
mata
2. Atur posisi klien dengan berbaring terlentang atau Agar memudahkan
duduk dengan kepala dicondongkan kebelakang dan penampungan cairan irigasi
sedikit miring kesamping kedalam bengkok
3. Bila klien duduk mangkuk dapat dipegang oleh klien.
Bila klien berbaring mangkuk diletakan sedemikian
rupa sehingga dapat menampung cairan. Perawat
berdiri didepan klien.
4. Setelah kelopak dibersihkan dengan teliti untuk Cairan tidak boleh diarahkan
mengangkat debu, sekresi, kropeng. Kelopak dipegang kehidung karena ada bahaya
terbuka dengan ibu jari dan jari satu tangan, dan mata kemungkinan mengalir akan
di bilas dengan lembut, mengarahkan aliran menjauhi kemata sebelahnya.
hidung.
5. Prosedur dilanjutkan sampai mata bebas dan sekresi.
6. Gunakan tenaga & dorongan yang kecil. Dorongan yang besar dapat
menyebabkan cedera pada
mata
7. Setelah irigasi mata selesai, mata dan pipi dikeringkan
dengan kapas.
8. Irigasi kontinu dapat dilakukan pada klien luka bakar Anastesi lokal digunakan
kimia, ulkus komea resisten, uveitis, inflamasi soket, untuk mengurangi rasa nyeri
setelah enokleasi atau kondisi yang memerlukan yang mungkin dirasakan.
medikasi dan debridemen terus menerus. Pada keadaan
ini perlu diberikan anestesi lokal sebelum dilakukan
irigasi.

Evaluasi :
-Lihat keadaan mata klien
-Catat respon klien saat dilakukan irigasi
-Catat hasil setelah dilakukan irigasi mata.
-Catat nama perawat yang melakukan dan tanggal dilakukan tindakkan.
MODUL 3
PEMBERIAN SALEP MATA DAN TETES MATA

Tujuan :
1. memberikan obat melalui tetes atau salep
2. Memberikan efek kelembaban pada mata kering
3. Sebagai antibiotik/ pengobatan

Persiapan :
Persiapan pasien
Persiapan alat
1. Obat tetes mata/salep mata
2. Tissue
3. Kapas kering

Prosedur :
Pemberian Salep mata :
No Pelaksanaan Kemungkinan Hasil/
Tujuan
1 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan Klien mengerti tentang
maksud dan tujuan prosedur
dilaksankan
2 Atur posisi klien dengan kepala menengadah keatas Untuk memudahkan saat
pemberian obat
3 Perawat mencuci tangan sebelum pembalut mata
dilepas
4 Pembalut mata dilepas
5 Tangan perawat dicuci kembali sebelum mengoleskan
obat mata
6 Kelopak dan bulu mata dibersihkan mulai dari kantus Menjauhi mata yang sakit
dalam keluar dengan bola kapas yang dilembabkan sehingga tidak menulari pada
mata yang sehat
7 Mintalah klien untuk melihat keatas, tarik kebawah
kelopak mata agar sedikit membalik
8 Dimulai dekat kantus, medius dan bergerak kearah
telinga, oleskan salep sepanjang konjungtiva, berikan
hanya sepertiga tengah kelopak mata bawah
9 Pijat dengan ringan kelopak mata Untuk meratakan obat atau
minta klien untuk
mengeringkan matanya

10 Perawat mencuci tangan setelah prosedur dilakukan


11 Anjurkan pada klien untuk hati-hati agar jangan Tube dapat menyebabkan
menyentuh mata atau kelopak mata dengan tabung, trauma jika terdorong ke
dan hindari juga pemberian salep yang terlalu banyak kelopak mata
karena mata hanya mampu menahan salep dalam
jumlah sedikit, Salep cenderung membuat pandangan
kabur maka harus diperhatikan keamanan yang
berkaitan dengan ketajama penglihatan

Pemberian tetes mata :


No Pelaksanaan Kemungkinan Hasil/ Tujuan
1 - Perawat mencuci tangan sebelum
pembalut mata dilepas
2 - Pembalut mata dilepas
3 - Tangan perawat dicuci kembali Menghindari infeksi
sebelum meneteskan obat mata nosokomial.
4 - Kelopak dan bulu mata Kotoran pada mata dapat
dibersihkan mulai dari kantus dalam keluar mengkontaminasi tube/ obat
yang steril
5 dengan bola kapas yang dilembabkan
6 - Kepala klien kemudian Larutan akan mengalir
dicondongkan kebelakang dan sedikit miring menjauhi duktus lakrimaris dan
kesamping. mata sebelahnya dan mencegah
kontaminasi
7 - Mintalah klien memandang
keatas
8 - Jepit kelopak mata bawah dengan Memberikan ruang untuk obat
lembut sehingga membentuk kantung yang diberikan.
berbentuk V
9 - Tanpa menyentuh mata dengan Mencegah kontaminasi dari
aplikator teteskan sejumlah obat kedalam mata yang sakit
kantung
10 - Tekan kantus medialis atau Untuk mencegah mengalimya
punktum. obat ke saluran hidung dan
untuk menghisap kelebihan
obat yang meleleh
11 - Mintalah klien menutup kedua Kelopak mata yang yang tetap
mata dengan Iembut karena meremas menutup akan
kelopak mata dengan kuat dapat mendorong mempertahankan obat dalam
obat keluar dan pertahankan agar kelopak mata Iebih lama.
mata tetap menutup selama beberapa detik.

- Berikan pendidikan kesehatan Tube yang terkena akan


pada klien bagaimana cara meneteskan obat menyebabkan kontaminasi
mata sehingga penempatan yang akurat tetes dengan mata yang sakit.
mata dapat dilakukan di rumah sesuai dengan
indikasinya. Ingatkan klien untuk tidak
menyentuhkan kelopak mata dengan botol
penetes
MODUL 4
PEMERIKSAAN THT

Tujuan :
Untuk mendapatkan gambaran tentang penyakit-penyakit atau keluhan – keluhan yang berhubungan
dengan sistem THT.
Alat yang dibutuhkan :
1. Otoskop
2. penlight
3. Garpu tala
4. Kertas
5. jam tangan
6. Buku catatan.

Prosedur
N Persiapan Kemungkinan Hasil/ Tujuan
O
1 Kaji keadaan telinga, hidung dan Keadaan telinga bersih, mengandung serumen dalam batas
tenggorakkan. Jika kurang jelas normal, letak kantus telinga dengan sudut mata klien
gunakan penlight. sejajar. Jika hasil kantus telinga lebih rendah daripada
sudut maka maka kemungkinan anak/klien mengalami
Downsindrome.
2 Kaji kemampuan mengunyah dan
menelan.
3 Kaji kepatenan jalan nafas Pada hidung tidak ada obstruksi / secret yang berlebihan.
Pada hidung terdapat bulu hidung untuk filtrasi partikel
debu agar tidak masuk ke dalam saluran pernafasan baik
atas ataupun bawah.
4 Kaji keadaan sinus. Trasiluminasi memberikan gambaran adanya peradangan
Lakukan pemeriksaan pada area sinus atau tidak.
Transiluminasi. (Lakukan diruangan Gambaran Normal : adanya ruang yang terang pada area
yang gelap) sinus.Jika terdapat bercak atau kehitaman/ruang gelap
- Letakkan penlight ke memandakan adanya proses peradangan pada area sinus.
dalam mulut
- Nyalakan penlight
- Amati area sekitar
sinus
5 Kaji Keadaan hidung Hidung bersih, ditumbuhi bulu halus hidung sebagai filter.
Kebersihan, benjolan, kemerahan Adanya konkha yang akan menghangatkan dan
dan tanda-tanda peradangan. melembabkan udara yang dihirup. Pada peradangan
konkha yang terus
menerus akan ditemukan pembesaran konkha dan adanya
benjolan. Mungkin akan disertai dengan keluhan Anosmia
(ketidak mampuan dalam fungsi penghidu).
6 Kaji keadaan telinga, kebersihan Telinga secara normal akan mengeluarkan serumen dalam
telinga serta keluaran dari telinga. jumlah tertentu. Karakteristiknya berbeda-beda. Kering
atau lebih cair. Berwarna kuning atau kehitaman.
Normalnya tidak akan terjadi pengeluaran / sekresi dari
telinga. Jika adanya sekresi dari telinga kemungkinan
disertai dengan peradangan atau adanya rupture membrane
tympani.
7 Kaji keadaan telinga tengah dengan Keadaan liang telinga berih, serumen tidak terlalu banyak.
menggunakan Otoskop. Tampak membrane tympani utuh, berwarna putih keabu-
Masukkan otoskop secara perlahan abuan.
dalam keadaaan miring, kemudian Jika membrane tympani robek basanya akan disertai
N Persiapan Kemungkinan Hasil/ Tujuan
O
putar secara perlahan. Amati keadaan dengan pengeluaran cairan dari telinga dan membrane
telinga tengah. tympani tidak akan terlihat.
8 Kaji kemampuan mendengar pada Posisi klien yang akan diperiksa dengan test berbisik
jarak 1-2 inchi. berada pada jarak 1-2 inchi.
-Lakukan uji berbisik. Test uji berbisik
Hasilnya pada keadaan normal klien dapat mendengar
bisikan yang diberikan oleh pemeriksa dengan jelas.
9 -Lakukan uji dengan menggunakan Test dengan menggunakan gesekan kertas atau detik jam
kertas tangan dilakukan pada jarak 2-3 inchi.
Pada keadaan normal klien dapat mendengar gesekan
kertas serta detak jam dengan jelas.
Jika klien tidak dapat mendengar bisikan, gesekan kertas
dan detik jam pada jarak maks 3 inchi maka pendengaran
klien mengalami penurunan atau gangguan.

Lakukan uji selanjutnya.--- Test Garpu tala.


10 Test Garpu tala
Test Rinne
Tujuan :
Mengetahui hantaran udara dan Hantaran udara lebih besar daripada hantaran tulang.
hantaran tulang Perawat memberikan penjelasan pada klien tentang
Berikan penjelasan tentang prosedur prosedur yang akan dilakukan.Hasil : Klien mengetahui
yang akan dilakukan. dan mengerti tentang prosedur yang akan dilakukan
Setelah garpu tala digetarkan akan Jika tidak : klien tidak kooperatif saat
disimpan di tulang

mastoid klien. Jika suaranya sudah pemeriksaan dilakukan.


hilang, klien dianjurkan untuk
memberikan kode sehingga
pemeriksa akan memindahkan garpu
tala kedepan liang tenga.
Rinne : (+) jika saat garpu tala yang digetarkan
dipindahkan dari tulang mastoid ke depan liang telinga
masih dapat didengar oleh klien

Rinne (-) Jika jika saat garpu tala yang digetarkan


dipindahkan dari tulang mastoid ke depan liang telinga,
klien sudah tidak dapat mendengar suara dari garpu tala
yang digetarkan.
11 Test Weber
Tujuan : Normal : Suara akan terdengar sama keras kedua sisi/
Untuk mengetahui ada tidaknya kedua telinga.
lateralisasi
Getarkan garpu tala kemudian Jika klien mengatakan terdengar lebih jelas ke salah satu
simpan diatas tulang frontalis. telinga maka dikatakan lateralisasi.
(antara tumbuhnya rambut kepala). Hasil : Lateralisasi kanan / lateralisasi kiri.
12 Test Swabach Hasil :
Pemeriksaan yang membandingkan Swabach memanjang Jika dari pemeriksa suara sudah
antara pendengaran klien dengan hilang saat didengarkan pada klien, klien masih dapat
pemeriksa. mendengar.
Dianggap : Pemeriksa dalam Swabach memendek jika dari klien sudah hilang saat
keadaan Normal. didengar oleh pemeriksa suara masih dapat didengar.
N Persiapan Kemungkinan Hasil/ Tujuan
O

13 Test audiometri Hasil :


1. Test Audiometri nada murni Semakin keras nada yang dapat didengar oleh klien maka
Test digunakan dengan semakin besar kehilangan pendengaran yang dialami oleh
memberikan nada nada murni. klien.

2. Audiometri wicara
Tujuan : Hasil :
Mengetahui ambang batas Secara Normal klien dapat mendengar suara-suara yang
pendengaran klien. Secara dihasilkan dari frequensi 20-20.000 Hz.
normal klien mampu mendengar
antara frequensi 20-20.000 Hz
Prosedur yang dilakukan :
- Perawat menggunakan ear
phone.
- Klien diberikan nada/suara-
suara yang dihasilkan.
- Beberapa contoh intensitas
suara adalah :
*Gesekan kertas dalam
lingkungan yang sunyi --- 15
dB
*Percakapan rendah --- 40 dB
MODUL 5
PEMERIKSAAN FISIK SISTEM MUSCULO SKELETAL

Tujuan :
1. Untuk mengetahui kelainan yang berhubungan dengan sistem musculo skeletal klien.
2. Dasar pemeriksaan fisik sistem Musculo skeletal adalah perbandingan kesimetrisan antara
bagian-bagain tubuh.

Persiapan alat :
- Goniometri
- Refleks Hammer
- Kapas (Pilinan kapas)
- Air es
- Air panas
- Jarum pentul tajam dan tumpul

Pelaksanaan :
Kemungkinan
No Pemeriksaan Hasil
Tujuan
Kaji sistem Skeletal tubuh
Mengkaji keadaan tulang Antara organ tubuh kanan dan Jika tidak simetris
belakang mengenai : kiri harus simetris atau adanya
a. Kesimetrisan deformitas
- Tangan kanan dan kiri sama menandakan adanya
panjang pertumbuhan tulang
- Kaki kanan dan kiri sama dan skelet yang tidak
panjang normal.
- Anggota tubuh kanan dan
kiri simetris
b. Deformitas
Macam-macam deformitas pada Dapat terjadi karena
tulang belakang adalah : kelainan kongenital,
- Scoliosis idiopatik atau karena
Adalah deviasi kurvatura lateral kerusakkan otot
tulang belakang, bahu tidak sama paraspinal seperti
tinggi, garis pinggang tidak pada klien
simetris dengan skapula yang poliomielitis.
menonjol .
- Lordosis Biasanya terjadi pada
Adalah perubahan kurvatura ibu hamil sebagai
tulang belakang yang berlebihan. penyesuaian tubuh
terhadap beban berat
yang terjadi saat
kehamilan.
- Kifosis - Osteoporosis
Adalah kenaikkan kurvartura - Kelainan
tulang belakang bagian dada. Neuromuskuler.
Biasanya sering dijumpai pada
manula dengan osteoporosis dan
klien dengan gangguan neuro
muskuler.

No Pemeriksaan Hasil Kemungkinan Tujuan


Mengkaji Sistem Persendian
- Kaji Luas pergerakkan Bila sendi di ekstensikan - Deformitas skeletal
persendian maksimal tetapi masih ada sisa - Patologi sendi
- Mengkaji luas pergerakkan fleksi, maka luas gerakkan - Kontraktur otot
persendian dengan dikatakan terbatas
geniometri pada dasarnya
menilai berapa rentang yang
dimiliki kien dari
pergerakkan suatu sendi.
- Deformitas sendi Sendi akan simetris antara Deformitas sendi
Melihat adanya ketidak kanan dan kiri biasanya terjadi akibat :
simetrisan dalam sendi - Kontraktur
(Pemendekkan struktur
sekitar sendi)
- Dislokasi Lepasnya
permukaan sendi)
- Subluksasi
(Lepasnya sebagian
permukaan sendi)
- Disrupsi struktur
sendi.
- Stabilitas sendi Stabilitas sendi terjadi jika Terjadi pada klien
sendi utuh, saat dipalpasi sendi dengan : Artritis.
akan bergerak secara halus.
Jika adanya gemeretuk atau
suara yang dihasilkan saat
sendi digerakkan atau
dipalpasi menunjukkan sendi /
ligament tergelincir diantara
tonjolan tulang
- Adanya benjolan pada sendi Terdapat benjolan pada kapsul - Rheumatoid arthritis.
Biasanya terjadi akibat dan sendi. - Gout
penumpukkan pertumbuhan - Osteoartritis.
tulang baru, pertumbuhan dalam
kapsul sendi atau pertumbuhan
ligamen yang abnormal.
Mengkaji cara berjalan.
- Mintalah klien untuk - Klien seharusnya dapat - Klien yang
berjalan, perhatikan cara dan berjalan sesuai perintah mengalami gangguan
kehalusan berjalan klien. - Klien dapat berjalan tanpa sistem MS akan
- Kaji neurologis klien yang ada rasa nyeri. mengalami kesulitan
berhubungan dengan cara saat berjalan, biasanya
berjalan klien. akibat nyeri (Pada
kasus fraktur)
- Nyeri pada saat
berjalan menunjukan
adanya sesuatu yang
abnormal pada tulang
dan persendian
Mengkaji sistem Otot
Inspeksi Klien dapat melakukan
Kaji kemampuan klien dalam perubahan posisi dari otot
mengubah posisi, kekuatan otot, sesuai dengan perintah.
koordinasi serta ukuran masing- proporsional.
No Pemeriksaan Hasil Kemungkinan Tujuan
masing otot
Palpasi Adanya gerakkan saat otot
Rasakan tonus otot saat digerakkan (Gerakkan pasif)
melakukan gerakkan pasif.
Kaji kekuatan otot dan tonus Kekuatan otot klien maksimal. Jika tidak ada gerakan
otot. Nilai kekuatan otot : dan tonus otot klien
Tonus terdeteksi sebagai tahanan (0) Paralisis total, tida ada mengalami paralisis.
otot saat ekstremitas rileks secara kontraktilitas.
pasif., digerakkan melalui (1) jika tidak ada gerakan
rentang gerak. tetapi ada atau terlihat
Periksalah tiap kelompok otot kontraksi otot sedikit.
dengan mengkaji kekuatan otot (2) Gerakan otot penuh
dan membandingkannya pada menentang gravitasi dengan
kedua sisi tubuh. Tonus dan sokongan
kekuatan otot dapat diperiksa (3) Rentang gerak lengkap,
selama pengukuran rentang gerak normal menentang gaya
sendi. gravitasi.
(4) Gerakan normal penuh,
menentang gaya gravitasi
dengan sedikit tahanan.
(5) Gerakan normal penuh,
menentang gaya gravitasi
dengan tahanan penuh.
Kaji adakah klonus otot atau Adanya gerakan ritmik
Kontraksi ritmik otot. otot yang involunter.
Mengkaji Refleks :
a. Refleks Bisep Normal :
Cara : Fleksi dari siku dan tampak
Bila posisi duduk, lengan bawah kontraksi otot bicep.
pronasi rileks di atas paha. Bila
posisi terlentang, lengan di tekuk
diatas bantal, lengan bawah dan
tangan di atas abdomen. Taruh
ibu jari pemeriksa di atas tendon
biceps. Ketukkan Hammer diatas
ibu jari.
b. Refleks Trisep, Cara : Normal :
Posisi klien hampir sama dengan Ekstensi dari siku dan tampak
refleks biceps. Pemeriksa otot tricep.
sebaiknya dari arah samping
belakang klien untuk mengamati
kontraksi. Ketukkan Hammer
kira-kira 5 cm diatas siku
(Olekranon).
c. Refleks Radius Normal :
(Brachioradialis), Cara : Lengan bawah akan berfleksi
Posisi klien sama dengan refleks dan supinasi.
biceps, hanya lengan bawah
harus berada antara pronasi dan
supinasi. Ketukkan Hammer
No Pemeriksaan Hasil Kemungkinan Tujuan
d. dengan perlahan di bagian
radius, kira-kira 5 cm diatas
pergelangan tangan.
e. Refleks Tendon Achilles Normal :
Cara : Gerakkan plantar fleksi pada
Bila posisi klien duduk, kaki kaki.
dorsofleksi optimal. Bila posisi
klien terlentang, fleksi panggul
dan lutut sambil sedikit rotasi
paha luar. Pemeriksa memegang
ujung kaki untuk memberikan
sikap dorsofleksi ringan pada
kaki.
bawah pemeriksa berada
dibawah lutut klien. Klien berada
dalam keadaan fleksi sendi lutut
kira-kira 20º dan tumit klien
harus tetap berada diatas tempat
tidur.
Ketukkan Hammer pada tendon
Musculus Kuadriceps femoris,
dibawah patella. Ketukkan
Hammer diatas tendon Archilles.
f. Refleks Babinski Normal :
Cara : Positif bila dorsofleksi dari ibu
Posisi klien berbaring dan releks jari disertai dengan pemekaran
dengan tungkai diluruskan. dari jari-jari kaki.
Goresan harus diberikan secara
perlahan, jangan sampai
menimbulkan rasa nyeri.
Pemeriksa memegang
pergelangan kaki supaya kaki
tetap pada tempatnya.
Telapak kaki digores dengan
benda berujung agak tajam dari
arah tumit menyusur bagian
lateral menuju pangkal ibu jari.
Kaji Sensitifitas (Sensorik)
Persiapan :
- Jaga klien agar tetap tenang
dan upayakan perhatian klien
tidak berpusat pada
pemeriksa.
- Jika klien gelisah atau terjadi
penurunan kesadaran
pemeriksaan rasa dan suhu
sebaiknya ditangguhkan.

a. rasa Nyeri Normal :


Cara : Klien dapat membedakan
Gunakan jarum steril / jarum sensasi tajam dan tumpul pada
pentul. seluruh area tubuh.
No Pemeriksaan Hasil Kemungkinan Tujuan
Mula mula klien diberitahukan
dan dicoba membedakan 2
tusukan tang bersifat tajam dan
tumpul.
Pada saat pemeriksaan
instruksikan klien untuk
menyebutkan apa yang
dirasakan, tajam ataukah tumpul.
Tusukan dengan perlahan pada
bagian tubuh mulai dari kepala

sampai dengan kaki secara


random.
Jika ditemukan adanya kelainan,
ulangi di area yang terganggu.
Beri tanda dan lanjutkan ke arah
yang normal.
b. Rasa Raba Klien dapat merasakan
Cara : goresan kertas atau pilinan
Sebagai perangsang gunakan kapas yang diberikan pada
kertas, kapas yang dipilin sekecil seluruh area tubuh yang
mungkin. dilakukan pemeriksaan.
Oleskan secara halus pada
seluruh area tubuh secara
random. Instruksikan klien untuk
mengatakan ya jika dirasakan
ada goresan yang diberikan oleh
pemeriksa.
Hindari sensasi rasa nyeri pada
klien. Bandingkan pada kedua
sisi tubuh.
c. Rasa suhu Normal :
Cara : Klien dapat membedakan
Gunakan tabung reaksi atau sensasi panas dan dingin pada
gelas yang berisi air panas dan seluruh area tubuh.
air dingin (Dapat dipakai air es).
Instruksikan klien untuk meraba
gelas yang akan diperiksa.
Instruksikan klien untuk
menyebutkan sensasi suhu yang
diraba atau disentuhkan
kepadanya.
Jika ditemukan ada kelainan

MODUL 6
PERAWATAN TRAKSI

1) Pengertian
Traksi adalah pemasangan gaya tarikan ke bagian tubuh

2) Tujuan :
1. Untuk meminimalkan spame otot
2. Untuk mereduksi, mensejajarkan, dan mengimobilisasi fraktur
3. Untuk mengurangi deformitas
4. Untuk menambah ruangan diantara kedua permukaan patahan tulang.

Untuk memaksimalkan fungsi traksi, maka :


1. Traksi harus diberikan dengan arah dan besaran yang diinginkan untuk mendapatkan efek
terapeutik.
2. Faktor – faktor yang mengganggu keefektifan tarikan traksi harus
dihilangkan

3) Jenis – jenis Traksi


 Traksi lurus atau langsung
Memberikan gaya tarikan dalam satu garis lurus dengan bagian tubuh berbaring ditempat
tidur.
Contoh :
a. Traksi ekstensi Buck
b. Traksi pelvis.

 Traksi suspensi seimbang.


Memberi dukungan pada ekstremitas yang sakit diatas tempat tidur sehingga memungkinkan
mobilisasi pasien sampai batas tertentu tanpa terputusnya garis tarikan.
Traksi dapat dilakukan pada kulit (traksi kulit) atau langsung ke skelet tubuh (traksi skelet)
cara pemasangan ditentukan oleh tujuan traksi.
Traksi dapat dipasang dengan tangan (traksi manual) ini merupakan traksi yang sangat
sementara yang bisa digunakan pada saat pemasangan gips, memberikan perawatan kulit di
bawah boot busa ekstensi Buck, atau saat menyesuaikan dan mengatur alat traksi.

4) Prinsip Traksi Efektif


1. Pada saat bersamaan traksi, harus difikirkan adanya kontratraksi. Kontratraksi adalah gaya
yang bekerja dengan arah yang berlawanan. (Hukum Newton yang ketiga mengenai gerak,
menyebabkan bahwa bila ada aksi maka akan terjadi reaksi dengan besar yang sama namun
arahnya berlawanan).
2. Umumnya berat badan pasien dan pengaturan posisi tempat tidur mampu
memberikan kontratraksi. Kontratraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif.
3. Traksi harus berkesinambungan agar reduksi dan mobilisasi fraktur efektif.
Traksi kulit pelvis dan serviks sering digunakan untuk mengurangi spasme otot dan biasanya
diberikan sebagai traksi intermiten.
4. Pemberat tidak boleh diambil kecuali bila traksi dimaksudkan intermiten.
5. Setiap faktor yang dapat mengurangi tarikan atau mengubah garis resultan
tarikan harus dihilangkan.
a. Tubuh pasien harus dalam keadaan sejajar dengan pusat tempat tidur ketika traksi
dipasang.
b. Tali tidak boleh macet
c. Pemberat harus tergantung bebas dan tidak boleh terletak pada tempat tidur atau lantai.
d. Simpul pada tali atau telapak kaki tidak boleh menyentuh katrol atau kaki tempat tidur.

MODUL 7
PERAWATAN GIPS

Gips adalah alat immobilisasi eksternal yang kaku yang dicetak sesuai kontur tubuh dimana Gips ini
dipasang.
Gips memungkinkan mobilisasi klien sementara membatasi gerakan pada bagian-bagian tertentu.

Tujuan :
1. Melakukan immobilisasi bagian tubuh dalam posisi tertentu dan memberikan tekanan yang
merata pada jaringan lunak yang terletak didalamnya.
2. Melakukan immobilisasi pada fraktur yang telah direduksi, mengoreksi deformitas dan
memberikan tekanan yang merata pada jaringan lunak yang berada didalamnya.
3. Memberikan dukungan dan stabilitas pada sendi yang mengalami kelemahan.

Bahan-bahan GIPS adalah :


1. Plaster
Adalah Gips tradisional, dimana gips pembalut dapat mengikuti kontur tubuh secara halus.
Gulungan erinoline diimpregnasi dengan serbuk kalsium sulfat anhidrus (Kristal gipsum). Bila
basah terjadi reaksi kristalisasi dan dapat mengeluarkan panas (Eksotermis).
2. Non Plaster
Merupakan fiberglass, mengandung bahan poliutretan yang diaktivasi oleh air. Dibuat dari serat
rajutan terbuka tak menyerap yang diimpregnasi dengan bahan pengeras yang dapat mencapai
kekuatan kaku penuhnya hanya dalam beberapa menit.
3. Bebat
Bahan terbuat dari termoplastik yang dapat dilekuk dan dibentuk sesuai kontur. Dapat digunakan
pada keadaan yang tidak memerlukan immobilisasi kaku atau untuk keadaan dimana
memungkinkan terjadi pembengkakan.
4. Brace (Ortosis)
Digunakan dalam jangka waktu yang lama. Fungsi untuk memberikan dukungan, mengontrol
gerakkan dan mencegah terjadi cedera yang lebih lanjut. Brace dibuat dari bahan plastik, metal
atau kulit. Pemakaiannya disesuaikan dengan bagian tubuh yang memerlukan.

Prosedur pemasangan :
N Pelaksanaan Hasil Kemungkinan Hasil
o
Berikan informasi tentang Klien mengerti tentang
tindakkan yang akan dilaksanakan maksud dan tujuan
pemasangan Gips.
Atur posisi klien Untuk memudahkan
pemasangan gips sesuai
dengan kebutuhan dan
keadaan klien
Sokong ekstremitas atau bagian Untuk memudahkan
tubuh yang akan dipasang Gips pemasangan Gips

Pasang duk pada area yang akan


dipasang Gips

Cuci bagian yang akan dipasang Untuk membersihkan Jika tidak dibersihkan akan
Gips kemudian keringkan area yg akan dipasang menjadi Tujuan infeksi
Gips
Pasang bahan rajutan secara halus
dan tidak mengikat.
N Kemungkinan Tujuan
Pemeriksaan Hasil
o
Balutkan bahan balutan dengan rata
dan tambahkan bantalan pada area
tulang yang menonjol dan pada
jalur syaraf.

Pasang gips atau material sintesis


secara merata pada bagian tubuh.
Pilih lebar bahan yang sesuai, timpa
bahan sekitar setengah dari lebar
bahannya. Lakukan dengan
gerakkan yang berkesinambungan
agar kontak dengan bagian tubuh
tetap konstan

Gunakan atau tambahkan bidai Untuk menjaga Gips tidak stabil dan akan
pada area yang menghubungkan 2 kestabilan Gips mudah lepas bila terlalu
buah persendian banyak bergerak
Potong dan bentuk Gips dengan Merapikan bagian Gips
Cutter. Haluskan pada bagian yang tidak terpakai.
pinggirnya.
Bersihkan partikel Gips dari kulit
Sokong Gips selama masa Mempertahankan Bentuk
pengerasan. Gips

Perawatan Gips di Rumah :


Saat di rumah anjurkan klien untuk melakukan hal-hal berikut :
No Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
1 Bergerak senormal mungkin
2 Hindari penggunaan area yang cedera seminimal mungkin.
3 Lakukan latihan yang dianjurkan secara teratur dan
terjadwal
4 Tinggikan ekstremitas yang dilakukan Gips setinggi jantung Untuk menghindari
sesering mungkin pembengkakan
5 Jaga agar Gips tetap dalam keadaan kering
6 Laporkan pada dokter atau perawat Homecare jika Gips
retak. Jangan coba memperbaikinya sendiri.
7 Bersihkan Gips jika kotor dengan lap basah
8 Hindari menggaruk kulit dibawah Gips Dapat menyebabkan luka
dan ulkus.
9 Perhatikan area gips yang basah, bau dan terasa panas. Merupakan adanya tanda
infeksi
10 Segera konsultasi dengan team kesehatan jika :
1. Adanya rasa nyeri yang menetap
2. Adanya pembengkakan
3. Bau yang berlebihan

Prosedur pelepasan Gips


No Pelaksanaan Kemungkinan Hasil
Informasikan tentang tindakkan yang akan dilakukan Klien mengerti tentang
tindakkan yang akan
dilakukan
Yakinkan alat pemotong Gips tidak akan mengenai kulit Klien lebih tenang
klien
Gunakan pelindung mata (Klien maupun perawat yang akan Menghindari Gips dari
melepaskan Gips) hasil potongan mengenai
mata klien ataupun perawat
Potong bantalan dengan gunting
Sokong bagian tubuh yang akan dibuka Gipsnya dengan Agar pemotong Gips tidak
tangan perawat. mengenai kulit
Cuci dan keringkan bagian yang habis di Immobilisasi.
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk dan menggosok kulit Menyebabkan perlukaan
bekas pemasangan Gips kulit
Ajarkan klien untuk melakukan aktifitas secara bertahap
sesuai dengan panduan.
Anjurkan klien untuk mengontrol pembengkakan Mengetahui adanya
pembengkakan sedini
mungkin.

MODUL 8
PRAKTIKUM SISTEM NEUROLOGI
PENGKAJIAN SARAF CRANIAL

a. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian saraf cranial secara sistematis dan setiap langkah
dilakukan secara tepat.
b. Dasar Teori
Sistem ini terdiri dari jaringan saraf yang berada dibagian luar otak dan medulla spinalis. Sistem
ini juga mencakup saraf kranial yang berasal dari otak, saraf spinal, yang berasal dari medulla
spinalis dan ganglia serta reseptor sensorik yang berhubungan. Merupakan bagian dari sistem saraf
sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis sensori (saraf I, II, VIII), 5 pasang jenis
motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang jenis gabungan (saraf V, VII, IX, X). Pasangan
saraf-saraf ini diberi nomor sesuai urutan dari depan hingga belakang, Saraf-saraf ini terhubung
utamanya dengan struktur yang ada di kepala dan leher manusia seperti mata, hidung, telinga,
mulut dan lidah. Pasangan I dan II mencuat dari otak besar, sementara yang lainnya mencuat dari
batang otak.

Sistem saraf Kranial terdiri dari :


1. Nervus Olfaktori (N. I):
Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
2. Nervus Optikus (N. II)
Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
3. Nervus Okulomotoris (N. III)
Fungsi: saraf motorik, untuk mengangkat kelopak mata keatas, kontriksi
pupil, dan sebagian gerakan ekstraokuler
4. Nervus Trochlearis (N. IV)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mata kebawah dan kedalam
5. Nervus Trigeminus (N. V)
Fungsi: saraf motorik, gerakan mengunya, sensai wajah, lidah dan gigi,
refleks korenea dan refleks kedip
6. Nervus Abdusen (N. VI)
Fungsi: saraf motorik, deviasi mata ke lateral
7. Nervus Fasialis (N. VII)
Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah
8. Nervus Verstibulocochlearis (N. VIII)
Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan keseimbangan
9. Nervus Glosofaringeus (N. IX)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasi rasa
10. Nervus Vagus (N. X)
Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan
11. Nervus Asesoris (N. XI)
Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu
12. Nervus Hipoglosus
Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah

Alat dan bahan


1. Kopi, teh Gula, garam, asam
2. Snelen chart
3. Kapas
4. Penligt
5. Garpu tala
6. Jam

Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang dimengerti

Keselamatan Kerja
Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan
Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah dijangkau
Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya
Perhatikan setiap langkah

Langkah Kerja
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Menyiapkan alat dan bahan

2 Menyapa pasien atau keluarga dan memperkenalkan diri


3 Informed consent:
Menjelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
4 Menjaga privasi pasien : tutup sampiran
6 Cuci tangan efektif 7 langkah, mengguankan sabun,
dibawah air mengalir dan dikeringkan

7 Memulai pemeriksaan sistem saraf :


A I (olfaktorius)
Sensasi terhadap bau-bauan
Pemeriksaan :
Dengan mata tertutup, pasien diperintahkan
mengidentifikasi bau yang sudah dikenal (kopi, teh)
masing-masing lubang
hidung diuji secara terpisah
B II (optikus)
Ketajaman penglihatan
Pemeriksaan :
Pemeriksaan dengan snelen chart, lapang pandangh
pemeriksaan oftalmoskopi
C III (okulomotorius) IV(troklear)
VI (abdusen)
Fungsi saraf cranial III, IV dan VI dalam pengaturan
gerakan-gerakan mata; SK IIIturut dalam pengaturan
gerakan kelopak mata, kontriksi otot pada pupil dan otot
siliaris dengan mengontrol akomodasi pupil Pemerisaan :
Kaji rotasi ocular,
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
mengkonjungsikan gerakan nistagmus kaji refleksi
pupil dan periksa kelopak mata terhadap adanya ptosis
D V (trigeminal)
Sensasi pada wajah, reflek kornea, mengunyah
Pemeriksaan :
Anjurkan pasien menutup kedua mata. Sentuhkan kapas
pada dahi pipi dan dagu.Bandingkan kedua sisi
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
yang berlawanansesnsitifitas terhadap nyeri pada
daerah permukaandiuji dengan menggunakan benda
runcing dan dikahiri dengan spatel lidah yang tumpil.
Lakukan pengujian dengan benda benda benda tajam dan
tumpul secara bergantian.

Catat masing masing gerakan dari tusukan benda tajam


dan tumpul. Jika responnya tidak sesuai uji sensasi
suhudengan tabung kecil yang berisi air panas atau dingin
dan gunakan saling bergantian Pada saat pasien mellihat
ke atas, lakukan sentuhan ringan dengan sebuah
gumpalan kapas kecil di daerah temporal masing-masing
kornea.

Bila terjadi kedipan mata keluarnya air mata adalah


bmerupakan respons yang normal Pegang daerah rahang
pasien dan rasakan gerakan dari sisi ke sisi. Palpasi otot
maseter dan temporal, apakah kekuatannya sama atau
tidak
E VII (fasial)
Gerakan otot wajah, ekspresi wajah sekresi air mata dan
ludah, Rasa kecap dua pertiga anterior lidah
Pemeriksaan :
Observasi simetrisitas gerakan wajah saat tersenyum,
bersiul, mengangkat alismengerutkan dahi saat menutup
mata rapat-rapat (jugasaat membuka mata) observasi
apakah wajah mengalami paralisis flaksid (lipatan
dangkal nasolabial) Pasien mengeksensikan lidah
kemampuan lidah membedakan rasa gula dan
garam/asam.
F VIII (vestibulokoklear)
Keseimbangan dan pendengaran Uji bisikan suara dan
bunyi detak jam
Uji untuk lateralisasi (Weber)
Uji untuk konduksi udara dan tulang (Rinne)
G IX (glosofaringeus)
Rasa kecap sepertiga lidah bagian posterior
Pemeriksaan :
Kaji kemampuan pasien untuk membedakan rasa gula
dan garam pada sepertiga bagian posterior lidah

H X (vagus)
Kontraksi taring, Gerakan simetris dari pita suara,
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
Gerakan simetris palatum mole , Gerakan dan sekresi
visera torakal dan abdominal
Pemeriksaan :
Tekan spatel lidah pada lidah posterior atau menstimulasi
faring posterior untuk menimbulkan
reflex menelan
Adanya suara serak
Minta pasien mengatakan “ah”. Observasi terhadap
peninggian uvula simetris dan palatum mole
i XI (aksesorius spinal)
Gerakan otot stemokleidomastoid dan trapazius
Pemeriksaan :
Palpasi dan catat kekuatan otot trapazius pada saat
pasien mengangkat bahu sambil dilakukan penekanan
palpasi dan cacat kekuatan otot
stemokleidomastoidpasien saat memutar kepala sambil
dilakukan penahanan dengan tangan penguji ke arah
berlawanan.
J XII (hipoglosus)
Gerakan lidah
Pemeriksaan :
Bila pasien menjulurkan lidah keluar, terdapat deviasi
atau tremor, kekuatan lidah dikaji dengan cara pasien
menjulirkan lidah dan menggerakan ke kiri/kanan sambil
diberi tahanan
K Pengkajian selesai, rapikan pasien dan memberikan
posisi senyaman mungkin
L Membereskan alat
M Mengevaluasi hasil tindakan : menanyakan respon pasien
N Berpamitan dengan pasien
O Mencuci tangan
P Mendokumentasikan kegiatan yang telah
dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindaka yang dilakukan, tanda tangan

Evaluasi Kerja
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian saraf kranial secara sistematis dan
setiap langkah dilakukan secara tepat.
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya selama
prosedur
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri

MODUL 9
PRAKTIKUM SISTEM NEUROLOGI
PENGKAJIAN SENSORI MOTORIK

a. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sensori motorik secara sistematis
dan setiap langkah dilakukan secara tepat.
b. Dasar Teori
Sel saraf motorik merupakan bagian dari struktur dan fungsi sistem saraf yang berfungsi
Mengirim implus dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan
tubuh terhadap rangsangan.
Reseptor sensoris berupa sel-sel khusus atau proses sel yang memberikan informasi tentang
kondisi didalam dan diluar tubuh kepada susunan saraf pusat. Indera peraba pada kulit adalah
indera yang digunakan untuk merasakan sensitivitas temperatur, nyeri, sentuhan, tekanan,
getaran, dan propriosepsi.

Jenis-Jenis pemeriksaan sensorik yang sering digunakan.


1. Sensibilitas eksteroseptif atau protopatik. Terdiri dari:
a. Rasa nyeri.
b. Rasa suhu
c. Rasa raba.
2. Sensibilitas
proprioseptif. rasa
raba dalam.
3. Sensibilitas diskriminatif
a. daya untuk mengenal bentuk/ukuran.
b. daya untuk mengenal /mengetahui berat sesuatu benda dsb.

c. Alat dan bahan


1. kapas.
2. Botol/tabung berisi air panas : suhu 40-45 derajat celcius.
3. Botol/tabung berisi air dingin : suhu 10-15 derajat celcius.
4. Jarum bundel
5. Garpu tala
6. Kunci
7. mata uang logam
8. kancing
d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang dimengerti

e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan
2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada temapat yang mudah
dijangkau
3. Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah

f. Langkah Kerja

NO Tindakkan Kemungkinan Hasil /


Tujuan
1 Menyiapkan alat dan bahan
2 Menyapa pasien atau keluarga dan memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
4 Menjaga sampiran untuk menjaga privasi
5 Cuci tangan efektif 7 langkah, mengguankan sabun,
dibawah air mengalir dan dikeringkan
6 Memulai pengkajian :
A Fungsi Motorik
 Amati
1. Gaya berjalan dan tingkah laku.
2. Simetri tubuh dan ektremitas.
3. Kelumpuhan badan dan anggota gerak. dll.
bagian ekstremitas atau badan pasien dan ia disuruh
menahan.
Nilai kekuatan otot :
0 : Tidak didapatkan sedikitpun kontraksi otot, lumpuh
total.
1 : Terdapat sedikit
kontraksi otot, namun tidak didapatkan gerakan pada
persendiaan yang harus digerakkan oleh otot tersebut.
2 : Didapatkan gerakan,tetapi gerakan ini tidak mampu
melawan gaya berat ( gravitasi).
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat.
4 : Disamping dapat
melawan gaya berat ia dapat pula mengatasi sedikit tahanan
yang diberikan.
5 : Tidak ada kelumpuhan ( normal ).
B Fungsi sensorik
1. Test untuk rasa raba halus.
a. Permukaan diraba dengan ujung – ujung kapas
tersebut.
b. dari atas ke bawah/ sebaliknya.
c. Dibandingkan kanan dan kiri. Yang perlu diingat:
a) Daerah lateral kurang peka dari medial.
b) Ada daerah-daerah erotogenik/peka : leher,
sekitar mammae, genetalia.
2. Test untuk rasa nyeri superficial.
a. jarum diletakkan tegak lurus dan cara sama spt
diatas.
3. Test untuk rasa suhu.
Cara pemeriksaan :
a. Botol botol tersebut harus kering betul.
b. Bagian tubuh yang tertutup pakaian lebih sensitif
dari bagian tubuh yang terbuka.
c. Pada orang tua sering dijumpai hipestesia (perasa
raba yang berkurang) yang fisiologik.
4. Test untuk rasa sikap.
a. Tempatkan salah satu lengan/tungkai
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
pasien pada suatu posisi tertentu,

kemudian suruh pasien untuk menghalangi pada


lengan dan tungkai.
b. Perintahkan untuk menyentuh dengan ujung
ujung telunjuk kanan, ujung jari kelingking kiri dsb.
5. Test untuk rasa gerak/posisi sendi.
a. pegang ujung jari jempol kaki
pasien dengan jari telunjuk dan jempol jari tangan
pemeriksa dan gerakkan keatas kebawah maupun
kesamping kanan dan kiri, kemudian pasien diminta
untuk menjawab posisi ibu jari jempol nya berada
diatas atau dibawah atau disamping kanan /kiri
6. Test untuk rasa getar.
Garpu tala digetarkan dulu/diketuk pada meja atau benda
keras lalu letakkan diatas ujung ibu jari kaki pasien dan
mintalah pasien menjawab untuk merasakan ada getaran atau
tidak dari garputala tersebut.
7. Test untuk diskriminatif.
a. Rasa stereognosis.
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk
mengenal benda – benda yang disodorkan
kepadanya.
b. Rasa Gramestesia.
1) Dengan mata tertutup pasien diminta untuk
mengenal angka, aksara, bentuk yang digoreskan
diatas
2) kulit pasien, misalnya ditelapak tangan pasien.
c. Rasa Barognosia.
1) Dengan mata tertutup pasien diminta untuk
mengenal berat suatu benda.
2) Rasa topognosia.
Dengan mata tertutup pasien diminta untuk mengenal
tempat pada tubuhnya yang disentuh pasien.
7 Pengkajian selesai, rapikan pasien dan memberikan posisi
senyaman mungkin
8 Membereskan alat
9 Mengevaluasi hasil tindakan : menanyakan
respon pasien
10 Berpamitan dengan pasien
Cuci tangan efektif 7 langkah, mengguankan sabun,
dibawah air mengalir dan dikeringkan
12 Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindakan yang dilakukan, tanda
tangan

G. Evaluasi Kerja
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sensori motoric secara sistematis
dan setiap langkah dilakukan secara tepat.
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya selama
prosedur
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri
H. Evaluasi Kerja
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian sensori motorik secara sistematis dan setiap
langkah dilakukan secara tepat.
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya selama prosedur
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri

MODUL 9
PRAKTIKUM SISTEM NEUROLOGI
PENGKAJIAN REFLEKSI

a. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian refleksi secara sistematis dan
setiap langkah dilakukan secara tepat.
b. Dasar Teori
Refleks adalah suatu respons involunter terhadap sebuah stimulus. Refleks yang muncul pada
orang normal disebut sebagai refleks fisiologis. Kerusakan pada sistem syaraf dapat
menimbulkan refleks yang seharusnya tidak terjadi atau refleks patologis.
Dasar pemeriksaan refleks
1. Alat yang digunakan adalah refleks hammer yang umumnya terbuat dari karet.
2. Penderita harus dalam posisi yang seenak-enaknya dan santai. Bagian tubuh yang akan
diperikasa harus dalam posisi sesuai sehingga gerakan refleks otot yang terjadi akan muncul
dengan optimal.
3. Rangsangan harus diberikan secara cepat, langsung dan kerasnya tetap dalam batas ambang,
tidak perlu terlalu keras.
4. Sifat reaksi tergantung tonus otot, maka tonus yang diperiksa harus dalam keadaan sedikit
kontraksi. Jika akan membandingkan refleks kiri dan kanan maka posisis ekstremitas harus
simetris.

Penilaian hasil pemeriksaan


refleks Kriteria kuantitas yang
dipakai:
1 = negate
+1 = lemah (dari normal)
+2 = normal
+3 = meninggi, belum patologik
+4 = hiperaktif, sering dosertai klonus, sering merupakan indicator suatu penyakit,

c. Alat dan bahan


 Refleks Hammer

d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat pada modul
4. Tanyakan kepada dosen bila ada hal-hal yang tidak dipahami atau kurang
dimengerti

e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan pertanyaan pada pekerjaan yang dilakukan
2. Susun dan letakkan peralatan atau bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Pakailah alat dan bahan sesuai fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah

f. Langkah Kerja
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Menyiapkan alat dan bahan
2 Menyapa pasien atau keluarga dan
memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan tindakan yang
dilakukan
4 Menjaga privasi pasien : tutup sampiran
5 Cuci tangan efektif 7 langkah, mengguankan sabun,
dibawah air mengalir dan dikeringkan
6 Memulai pemeriksaan :
Refleks Fisiologis
A Pemeriksaan refleks biceps
1. Penderita duduk dengan santai
2. Lengan dalam keadaan lemas, lengan bawah
dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta
sedikit pronasi
3. Siku penderita diletakkan pada tangan atau
lengan pemeriksa
4. Pemeriksa meletakkan ibu jarinya diatas tendo
biceps, kemudian pukul ibu jari tadi dengan
refleks hammer. (tanpa menggunakan ibu jari
juga bisa, agar rangsangan lebih terasa)
5. Reaksi utama adalah kontraksi otot
B Pemeriksaan refleks triceps
1. Penderita duduk dengan santai
2. Lengan penderita diletakkan diatas lengan
pemeriksa
3. Lengan penderita dalam keadaan
lemas, relaksasi sempurna
4. Pukul tendo triceps lewat fossa
olecrani dengan refleks hammer
5. Triceps akan berkontraksi dengan sedikit
meyentak yang dapat dirasakan oleh penderita
dan juga oleh tangan pemeriksa yang
memegang tangan penderita.
C Pemeriksaan refleks brachiradialis
1. Penderita duduk dengan santai
2. Lengan penderita diletakkan diatas lengan
pemeriksa
3. Pukul tendo brachioradialis bagian distal
dengan menggunakan refleks hammer
4. Akan timbul gerakan menyentak pada lengan

D Pemerikasaan refleks patela/kuadriceps


1. Penderita dalam keadaan duduk dengan kaki
terjuntai
2. Daerah kira dan kanan tendo diraba terlebih
dahulu untuk menetapkan daerah yang tepat
3. Tangan pemeriksa yang satu memegang paha
penderita bagian distal, dan tangan yang lain
memukul bagian tendo patela dengan refleks
hammer secara cepat
4. Otot kuadriceps akan berkontraksi, tungkai
bawah akan bergerak menyentak dan kemudian
berayun sejenak
5. Apabila dengan cara diatas sulit, maka suruh
penderita untuk tangannya berpegangan
6. Kemudian diminta untuk menarik
kedua tangannya
7. Pukul tendon patela ketika penderita menarik
tangannya. Cara ini disebut reinforcement
E Pemeriksaan refleks archiles
1. Penderita duduk dengan tungkai terjuntai atau
berbaring atau dapat pula penderita berlutut
sehingga sebagian tungkai bawah dan kakinya
terjulur ke luar
2. Pemeriksa sedikit meregangkan tendo archilles
dengan cara menahan ujung kaki ke arah
dorsofleksi
3. Tendo archilles dipukul dengan
refleks hammer
4. Akan muncul gerakan fleksi kaki yang
menyentak
F Refleks Kremaster
1. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada
paha bagian medial
2. Respon: elevasi testis ipsilateral
7 Pemeriksaan Refleks patologis
a Babinsky
Goreslah telapak kaki bagian lateral dari posterior
ke anterior
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
jari kaki lainnya
b Hoffman
Stimulus : goresan/sentilan pada kuku jari tengah
pasien

Respons : ibu jari, telunjuk dan jari –


jari lainnya refleksi
8 Pengkajian selesai, rapikan pasien dan memberikan
posisi senyaman mungkin
9 Membereskan alat
10 Mengevaluasi hasil tindakan :
menanyakan respon pasien
11 Berpamitan dengan pasien
12 Cuci tangan efektif 7 langkah, mengguankan sabun,
dibawah air mengalir dan dikeringkan
13 Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, tindakan yang dilakukan, tanda tangan

G. Evaluasi Kerja

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap


2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan refleksi secara sistematis dan setiap
langkah dilakukan secara tepat.
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyaman pasien dan privasinya selama
prosedur
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri

MODUL 10
PRAKTIKUM PERAWATAN LUKA BAKAR
a. Tujuan Pembelajaran Praktikum
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan keterampilan
dalam merawat luka bakar dengan tepat
b. Dasar Teori
Luka bakar adalah kerusakan jaringan yang disebabkan oleh panas. Tiap – tiap persentuhan yang
intensif yang cukup lama antara kulit dengan panas lebih dari 60º C akan terjadi luka bakar.

Tanda dan Gejala:


Menurut tanda dan gejalanya luka bakar dapat dibedakan menjadi beberapa tingkat,
yaitu :
Tingkat I : Kemerahan pada kulit ( Erythema ), terjadi pembengkakan hanya pada lapisan atas
kulit ari (Stratum Corneum), terasa sakit, merah dan bengkak.
Tingkat II : Melepuh ( Bullosa ) pembengkakan sampai pada lapisan kulit ari, terdapat
gelembung berisicairan kuning bersih.
Tingkat III : Luka bakar sampai pada lapisan kulit jangat, luka tampak hitam keputuh – putihan
(Escarotica )
Tingkat IV : Luka bakar sudah sampai pada jaringan ikat atau lebih dari kulit ari dan kulit jangat
sudah terbakar

Tujuan :
1. Api dan benda panas
2. Bahan kimia :Cairan, uap.
3. Elektrik : listrik, petir.
4. Radiasi : Sinar matahari, rontgen, radium.

Akibat :
Luka bakar dapat mengakibatkan gangguan umum: Syok dan Infeksi.
Terjadinya kedua hal tersebut sangat tergantung pada tingkat dan luas luka pada tubuh yang
terbakar. dalam menghitung luas atau persentase luka bakar pada orang dewasa digunakan “ The
Rule of Nine “ atau “ Rumus 9 “ Pada luka bakar tingkat I, bila ½ - ⅔ bagian dari permukaan
kulit terbakar, dapat mengakibatkan kematian. Bila luka tidak mendapatkan perawatan
semestinya akan mengakibatkan infeksi.

PERTOLONGAN
Prinsip utama pertolongan luka bakar adalah “mengakhiri dengan segera dan cepat kontak dengan
sumber panas” untuk mengurangi luas dan dalamnya luka bakar yang terjadi. Mematikan api dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan oksigen bagi api yang
menyala merupakan upaya pertama saat terbakar.

Luka Bakar Ringan


1. Penanganan pertama adalah mendinginkan daerah yang terbakar dengan air dengan segera, rendam
kulit yang terbakar ke dalam air dingin sekurang – kurangnya 15 menit.
2. Untuk luka yang tidak dapat direndam, kompres dengan es yang dibungkus dalam kain atau
pergunakan kain peresap yang dicelupkan ke dalam air es.
3. Ganti kompres tersebut beberapa kali agar tetap dingin, lakukan sampai rasa sakitnya hilang.
4. Hindarkan penggunaan salep luka, lemak dan soda masak, terutama pada luka yang cukup parah
yang memerlukan perawatan medis segera. Penggunaan antiseptik topikal dianjurkan pada luka
bakar.
5. Cegah timbulnya infeksi. Bila kulit menggelembung, tutup gelembunPg dengan kain yang steril,
jangan memecahkan gelembung tersebut.
6. Luka dapat dirawat terbuka atau tertutup. Awas , luka bakar yang dangkal dapat menjadi
berbahaya, bila daerah yang terbakar cukup luas mintalah bantuan dokter/ RS terdekat.
Terbakar Bahan Kimia
1. Prinsip, siramlah daerah yang terbakar dengan air sebanyak – banyaknya untuk mengencerkan atau
membuang sebagian bahan kimia itu, selanjutnya rawat seperti luka bakar lainnya.
2. Bila mengenai mata, terutama oleh zat asam atau bahan dasar seperti soda, bilaslah secara berhati –
hati dengan air bersih, tutup dengan kain kasa atau kain bersih dan segera periksakan.

Luka Bakar Berat


1. Jika pakaian dalam keadaan terbakar, padamkan nyala api itu dengan jas, selimut, atau permadani
kecil.
2. Biarkan korban berbaring untuk mengurangi syok.
3. Potong dan buang pakaian dari daerah yang terbakar. Bila pakaian yang terbakar menempel pada
luka, jangan menariknya, biarkan dan potonglah sekitarnya saja.
4. Cuci tangan anda dengan bersih untuk mencegah kontaminasi.
5. Tutup luka dengan kain kasa yang tebal, sehingga dapat memisahkan dari udara, kontaminasi oleh
debu dan mengurangi rasa sakit. Bila tidak ada kain kasa dapat digunakan sprei atau handuk yang
bersih.
6. Jangan pergunakan salep, minyak, tapi penggunaan anti septik topical dianjurkan, jangan berusaha
mengganti kain penutup tersebut.
7. Panggil ambulans atau bawa korban ke RS terdekat.
8. Bila luka bakar cukup luas mengenai sebagian besar tubuh, berikanlah pertolongan pertama untuk
syok. Kalau perlu lakukan resusitasi bila korban menunjukkan gejala syok seperti gelisah, dingin,
pucat, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun.
9. Bila korban sadar, larutkan ½ sendok teh soda masak dan 1 sendok the garam dapur dalam ¼ liter
air. Minumkanlah larutan ini pada korban sebanyak ½ gelas tiap 15 menit untuk mengganti cairan
tubuhnya yang hilang, hentikan pemberian cairan ini bila korban muntah.

c. Bahan Dan Peralatan


1. Baki steril berisi :
a. Sarung tangan steril
b. Pinset sirurgis
c. Kasa steril
d. Gunting
e. Pembalut steril
2. Baki tidak steril berisi :
- Bengkok
- Perlak dan alasnya
- Cairan NaCl 0, 9%
- Cairan salvon 1%, peak nitrat 0, 5%
- Silet atau alat cukur
- Sarung tangan bersih
- Salep Silver Sulfa Diazine ( SSD )
- Salep antibiotic
- Gunting verban
- Korentang dalam tempatnya
- Plester
d. Petunjuk Umum
1. Cermat dalam menjaga kesterillan
2. Mengangkat jaringan nekrosis sampai bersih
3. Peka terhadap privasi pasien
4. Teknik pengangkatan jaringan nekrosis disesuikan dengan tipe luka bakar
5. Perhatikan teknik aseptik
e. Keselamatan Kerja
1. Bekerja secara sistimatis
2. Hati-hati dalam bekerja
3. Berkomonikasi dengan pendekatan yang tepat dan sesui dengan kondisi
pasien
4. Pempertahankan prinsip kerja
5. Kerjasama antara pasien dan perawat selalu dijaga
6. Tanggap terhadap respons
7. Menjaga privasi

g. Langkah Kerja
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
Memberi tahu pasien
Membawa alat – alat ke dekat pasien
Cuci tangan
Memasang perlak dan alasnya di bawah daerah luka bakar
Memakai sarung tangan tidak steril

Membuka sarung tangan Memakai sarung tangan steril


Bersihkan luka dengan NaCl 0, 9%
dan metronidazol 0, 1% secara sentrifugal
Luka dikeringkan dengan kasa steril
Berikan salep SSD setebal 0, 5 cc pada seluruh daerah luka
bakar
Luka dibalut kemudian di fiksasi dengan plester
Membuka sarung tangan
Rapikan pasien

h. Evaluasi Praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka bakar secara sistematis
dan setiap langkah dilakukan dengan tepat
MODUL 11
PENGKAJIAN SISTEM ENDOKRIN

a. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian umum sistem endokrin
b. Dasar Teori
Fungsi kelenjar endokrin dapat diketahui melalui pengkajian kesehatan denganwawancara. untuk
mengumpulkan data subyektif dan pengkajian fisik untuk mengumpulkan data obyektif. Beberapa
hormon mempengaruhi seluruh jaringan tubuh dan organ-organ dan manifestasi dari disfungsi
nonspesifik, membuat pengkajian fungsi endokrin lebih rumit dibandingkan dengan sistem lainnya.
Pengkajian memberikan petunjuk untuk mengumpulkan data subyektif melalui pengkajian
kesehatan (wawancara) yang lebih spesifik mengenai fungsi kelenjar endokrin. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan langsung ditujukan pada fungsi endokrin
c. Bahan dan Peralatan
1. Stetoskop
2. Tensimeter
3. Termometer
4. Handskun bersih
5. Penlight
6. Reflex hammer
d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4. Tanyakan pada dosen bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti atau dipahami
e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang diperlukan
2. Susun dan letakkan peralatan/bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapa sesuai dengan fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah pengkajian umum sistem endokrin
f. Langkah Kerja

NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan


1 Menyiapkan alat dan bahan
2 Menyapa pasien serta memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan pengkajian umum sistem endokrin
4 Cuci tangan efektif secara 7 langkah, menggunakan sabun
di bawah air mengalir dan dikeringkan dengan handuk
bersih dan kering
5 Memakai hanscoen bersih.
Mengatur posisi senyaman mungkin
7 Pasang gorden/sampiran untuk menjaga privasi klien
8 Kaji penampilan umum klien ( tampak kelemahan
berat,sedang dan ringan
Kaji bentuk dan
proporsi tubuh
A Kaji kepala, rambut (kering ,tebal, rapuh,
lembut )
B Periksa wajah, dahi, rahang dan bibir, (abnormalitas
struktur bentuk dan ekspresi wajah, amati warna kulit )
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
C Periksa mata ( edema periorbita, exophatmus, ekspresi
wajah )
Periksa lidah (bentu tremor )
9 Leher (pembesaran leher, simetris/tidak) Palpasi leher :
Posisi pasien duduk / berdi sama saja namun
menghindari kelelah pasien sebaiknya pasien duduk.
Pemeriksa berada dibagian belakang pasien, dengan
posisi kedua jari perawat dibelakang pasien, dengan
posisi kedua ibu jari perawat dibelakang leher dan
keempat jari – jari ada diatas kelenjar tiroid.
Normalnya kelenjar tiroid tidak teraba , namun isthmus
yang teraba
Auskultasi : lakukan auskultasi pada leher diatas
kelenjar tiroid untuk mengidentifikasi bunyi “ bruit “
Normalnya bunyi bruit
tidak terdengar
10 Kaji keadaan rambut, dada, dan axilla(pada wanita
kelebihan rambut pada dada dan wajah disebut hirsustisme
11 Kaji abdomen : bentuk, striae pada abdomen
12 Kaji reflek tendon (bisep, triceps, patella) dengan
menggunakan reflex hammer (terjadi peningkatan reflex
terlihat pada pasien hipertiroid, sebaliknya terjadi
penurunan reflex terjadi pada pasien hipotiroid
13 Gunakan handskun pada saat mengkaji genital ,amati
kondisi, ukuran , simetris / tidaknya, konsistensi, ada
tidaknya nodul skrotum dan penis , klitoris dan labia
terhadap kelainan bentuk
Palpasi testis dengan posisi tidur dan tangan perawat harus
dalam keadaan hangat , perawat memegang lembut dengan
ibu jari dan dua jari lain , bandingkan yang satu dengan
yang lainnya Normalnya : testis terasa lembut , peka
terhadap sinar dan kenyal seperti karet
Merapihkan klien dan membereskan alat-alat.
Membereskan peralatan yang telah digunakan sesuai
dengan prinsip PI
Cuci tangan efektif secara 7 langkah , menggunakan sabun
dibawah air mengalir dan dikeringkan dengan handuk
bersih dan kering
Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, nama obat, cara pemberian, rute pemberian
dan reaksi klien

g. Evaluasi Praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian umum sistem endokrin secara sistematis dan setiap
langkah dilakukan dengan tepat
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyamanan pasien dan privasinya selama prosedur
dilakukan
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum pada jam praktikum
mandiri
MODUL 12
PRAKTIKUM TERAPI INJEKSI INSULIN

a. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan Terapi Injeksi Insulin secara sistematis dan setiap langkah
dilakukan dengan tepat.

b. Dasar Teori
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus.
Actrapid Novolet : adalah insulin short acting yang dikemas dalam bentuk pulpen insulin khusus
yang berisi 3 cc insulin.
Tujuan pemeriksaan terapi injeksi insulin adalah untuk mengontrol kadar gula
darah dalam pengobatan diabetes mellitus.

c. Bahan dan Peralatan


1. Spuit insulin / insulin pen (Actrapid Novolet)
2. Vial insulin
3. Kapas + alkohol / alcohol swab
4. Handscoen bersih
5. Daftar / formulir obat klien.

d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4. Tanyakan pada dosen bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti atau dipahami
5. Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana pemberian terapi injeksi insulin(Prinsip 6
benar : Nama klien, obat/jenis insulin, dosis, waktu, cara pemberian, danpendokumentasian).
6. Mengkaji cara kerja insulin yang akan diberikan, tujuan, waktu kerja, dan masa efek puncak
insulin, serta efek samping yang mungkin timbul.
7. Mengkaji tanggal kadaluarsa insulin.
8. Mengkaji adanya tanda dan gejala hipoglikemia atau alergi terhadap human insulin.
9. Mengkaji riwayat medic dan riwayat alergi.
10. Mengkaji keadekuatan jaringan adipose, amati apakah ada pengerasan atau penurunan jumlah
jaringan.
11. Mengkaji tingkat pengetahuan klien prosedur dan tujuan pemberian terapi
insulin.
12. Mengkaji obat-obat yang digunakan waktu makan dan makanan yang telah dimakan klien.

e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang diperlukan
2. Susun dan letakkan peralatan/bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapa sesuai dengan fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah pengkajian umum sistem endokrin.

44
f. Langkah Kerja
NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 Menyiapkan alat dan bahan
Menyapa pasien serta memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan terapi injeksi insulin
4 Cuci tangan efektif secara 7 langkah, menggunakan sabun
di bawah air mengalir dan dikeringkan dengan handuk
bersih dan kering
5 Memakai hanscoen bersih.
6 Mengaturposisi senyaman mungkin
7 Pasang gorden/sampiran untuk menjaga privasi klien (jika
diperlukan )
8 Megambil vial insulin dan aspirasi sebanyak dosis yang
diperlukan untuk klien (berdasarkan daftar obat
klien/instruksi medik).
9 Memilih lokasi suntikan. Periksa apakah dipermukaan
kulitnya terdapat kebiruan, inflamasi, atau edema.
10 Melakukan rotasi tempat/lokasi
penyuntikan insulin. Lihat catatan perawat sebelumnya.
Mendesinfeksi area penyuntikan dengan
kapas alcohol/alcohol swab, dimulai dari bagian tengah
secara sirkuler ± 5 cm.
12 Mencubit kulit tempat area penyuntikan pada klien yang
kurus dan regangkan kulit pada klien yang gemuk dengan
tangan yang tidak dominan.
13 Menyuntikkan insulin secara subcutan dengan tangan yang
domin secara lembut dan perlahan.
14 Mencabut jarum dengan cepat, tidak boleh di massage,
hanya dilalukan penekanan pada area penyuntikan dengan
menggunakan kapas alkohol.
15 Membuang spuit ke tempat yang telah ditentukan dalam
keadaan jarum yang sudah tertutup dengan tutupnya.
16 Merapihkan klien dan membereskan alat-alat.
Melapaskan handscoen
18 Membereskan peralatan yang telah digunakan sesuai
dengan prinsip PI
19 Cuci tangan efektif secara 7 langkah , menggunakan sabun
dibawah air mengalir dan dikeringkan dengan handuk
bersih dan kering
20 Mendokumentasikan kegiatan yang telah dilakukan
Key Point :
Catat waktu, nama obat, cara pemberian, rute pemberian
dan reaksi klien
Evaluasi Praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan terapi injeksi insulin secara sistematis dan
setiap langkah dilakukan dengan tepat
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyamanan pasien dan privasinya selama
45
prosedur dilakukan. Mahasiswa wajib berlatih dengan
mmenggunakanpanduan modul praktikum pada jam praktikum mandiri

MODUL 13
PRAKTIKUM PEMERIKSAAN GULA DARAH

a. Tujuan Pembelajaran Praktikum


1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan gula darah
b. Dasar Teori
Tubuh manusia mengandungi glukosa darah, atau yang biasa disebut adalah gula darah. Glukosa darah
adalah gula utama yang dihasilkan oleh tubuh dari makanan yang dikonsumsi. Glukosa dibawa
keseluruh tubuh melalui pembuluh darah untuk menghasilkan energi ke semua sel di dalam tubuh
(American Diabetes Association, 2010). Glukosa dihasilkan dari makanan yang mengandungi
karbohidrat yang terdiri dari monosakarida, disakarida dan juga polisakarida. Karbohidrat
akandikonversikan menjadi glukosa di dalam hati dan seterusnya berguna untuk pembentukan energy
dalam tubuh. Glukosa tersebut akan diserap oleh usus halus kemudian akan dibawa oleh aliran darah
dan didistribusikan ke seluruh sel tubuh. Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapat berupa glikogen
yang disimpan di dalam otot dan hati. Selain itu, glukosa juga disimpan pada plasma darah dalam
bentuk glukosa darah (blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar bagi
proses metabolisme dan juga merupakan sumber energi utama bagi otak (Irawan, 2007).
Untuk mengetahui kadar glukosa darah, terdapat berbagai jenis tes yang dapat menentukannya. Antara
lain adalah tes gula darah puasa, tes gula darah dua jam selepas makan (postprandial), tes gula darah
sesewaktu dan tes toleransi glukosa. Setiap tes ini mempunyai fungsi dan tujuan tersendiri. Tes gula
darah puasa dilakukan dengan mengambil sampel darah sekurang-kurangnya delapan jam setelah
makan, yaitu dalam keadaan perut kosong kecuali meminum air putih. Untuk tes gula darah dua jam
selepas makan, darah diambil selepas dua jam mengkonsumsi makanan seperti sarapan atau makan
tengah hari. Darah diambil kapan saja untuk melakukan tes gula darah sesewaktu di mana tidak melihat
waktu makan.
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk mengetahui kadar gula darah seseorang. Macam- macam
pemeriksaan gula darah: Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu ≤ 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa ≤ 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) ≤ 200 mg/dl.

c. Bahan dan Peralatan


1. Glukometer
2. Kapas Alkohol
3. Hand scone
4. Stik GDA

46
5. Lanset
6. Bengkok

d. Petunjuk Umum
1. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan
2. Baca dan pelajari dengan baik modul praktikum yang diberikan
3. Ikuti petunjuk yang terdapat dalam modul praktikum
4. Tanyakan pada dosen bila terdapat hal – hal yang kurang dimengerti atau dipahami

e. Keselamatan Kerja
1. Pusatkan perhatian pada pekerjaan yang diperlukan
2. Susun dan letakkan peralatan/bahan pada tempat yang mudah dijangkau
3. Pakailah bahan, peralatan dan perlengkapa sesuai dengan fungsinya
4. Perhatikan setiap langkah pemeriksaan gula darah

f. Langkah Kerja

NO Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan


1 Menyiapkan alat dan bahan
2 Menyapa pasien serta memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan terapi injeksi insulin
4 Cuci tangan efektif secara
7 langkah, menggunakan sabun di bawah air
mengalir dan dikeringkan dengan handuk bersih dan
kering

5 Memakai hanscoen bersih


6 Pasang stik GDA pada alat glukometer
7 Menusukkan lanset di jari tangan pasien
8 Menghidupkan alat glukometer yang sudah
terpasang stik GDA

9 Meletakkan stik GDA dijari tangan pasien.


10 Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas
alkohol
11 Alat glukometer akan berbunyi dan hasil sudah bisa
dibaca.
12 Membereskan dan mencuci alat.
13 Mencuci tangan.

47
g. Evaluasi Praktikum
1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat secara lengkap
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan gula darah secara sistematis dan
setiap langkah dilakukan dengan tepat
3. Mahasiswa memperhatikan tingkat kenyamanan pasien dan privasinya selama
prosedur dilakukan
4. Mahasiswa wajib berlatih dengan menggunakan panduan modul praktikum
pada jam praktikum mandiri

MODUL 14
PRAKTIKUM PENGKAJIAN SISTEM MUSKULOSKELETAL

Tujuan :
1. Untuk mengetahui kelainan yang berhubungan dengan sistem musculo skeletal klien.
2. Dasar pemeriksaan fisik sistem Musculo skeletal adalah perbandingan kesimetrisan antara bagian-
bagain tubuh.
Persiapan alat :
1.Goniometri
2.Refleks Hammer
3.Kapas (Pilinan kapas)
4.Air es
5.Air panas
6.Jarum pentul tajam dan tumpul

PROSEDUR
No Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
1 DATA SUBJEKTIF
Keluhan Utama
a. Persendian
 Nyeri Nyeri adalah masalah yang
paling umum dari gangguan
muskuloskeletal.
 Kekakuan.
 Pembengkakan, panas dan kemerahan pada sendi,
 Keterbatasan gerak
b. Otot
 Nyeri
Nyeri pada otot biasanya dirasakan
seperti “KRAM” atau kejang pada otot
 Kelemahan Otot.
c. Tulang
 Nyeri.
 Deformitas
d. Pengkajian Fungsional
Pengkajian ini terkait dengan kemampuan pasien dalam
melakukana aktivitas sehari-hari ( ADL). Yang meliputi
personal hygiene, eliminasi berpakaian dan berhias, makan

48
kemampuan mobilisasi serta kemampuan berkomunikasi.
2 DATA OBJEKTIF Antara organ tubuh kanan
Mengkaji keadaan tulang belakang mengenai : dan kiri harus simetris
a. Kesimetrisan
No Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
- Tangan kanan dan kiri sama panjang
- Kaki kanan dan kiri sama panjang
- Anggota tubuh kanan dan kiri simetris

b. Deformitas
Macam-macam deformitas pada tulang belakang adalah : Dapat terjadi karena kelainan
- Scoliosis kongenital,
Adalah deviasi kurvatura lateral tulang belakang, bahu idiopatik atau karena
tidak sama tinggi, garis pinggang tidak simetris dengan kerusakkan otot paraspinal
skapula yang menonjol . seperti pada klien
poliomielitis.
- Lordosis Biasanya terjadi pada ibu
Adalah perubahan kurvatura tulang belakang yang berlebihan. hamil sebagai penyesuaian
tubuh terhadap beban berat
yang terjadi saat kehamilan.
- Kifosis - Osteoporosis
Adalah kenaikkan kurvartura tulang belakang bagian dada. - Kelainan Neuromuskuler.
Biasanya sering dijumpai pada manula dengan osteoporosis
dan klien dengan gangguan neuro muskuler.
- Kaji Luas pergerakkan persendian Bila sendi di ekstensikan
Mengkaji luas pergerakkan persendian dengan geniometri pada maksimal tetapi masih ada
dasarnya menilai berapa rentang yang dimiliki kien dari sisa fleksi, maka luas
pergerakkan suatu sendi. gerakkan dikatakan terbatas
- Deformitas sendi Sendi akan simetris antara
Melihat adanya ketidak simetrisan dalam sendi kanan dan kiri
- Stabilitas sendi Stabilitas sendi terjadi jika
sendi utuh, saat dipalpasi
sendi akan bergerak secara
halus.
Jika adanya gemeretuk atau
suara yang dihasilkan
saat sendi digerakkan atau
dipalpasi menunjukkan
sendi / ligament tergelincir
diantara tonjolan tulang
- Adanya benjolan pada sendi Terdapat benjolan pada
Biasanya terjadi akibat penumpukkan pertumbuhan tulang kapsul dan sendi.
baru, pertumbuhan dalam kapsul sendi atau pertumbuhan
ligamen yang abnormal.
Mengkaji cara berjalan.
- Mintalah klien untuk berjalan, perhatikan cara dan - Klien seharusnya dapat
kehalusan berjalan klien. berjalan sesuai perintah
- Kaji neurologis klien yang berhubungan dengan cara - Klien dapat berjalan
berjalan klien. tanpa ada rasa nyeri.
49
Inspeksi Klien dapat melakukan
Kaji kemampuan klien dalam mengubah posisi, kekuatan otot, perubahan posisi dari otot
koordinasi serta ukuran masing-masing otot sesuai dengan perintah.
proporsional.
No Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
Palpasi Adanya gerakkan saat otot
Rasakan tonus otot saat melakukan gerakkan pasif. digerakkan (Gerakkan pasif)
Kaji kekuatan otot dan tonus otot. Kekuatan otot klien
Tonus terdeteksi sebagai tahanan otot saat ekstremitas rileks maksimal.
secara pasif., digerakkan melalui rentang gerak.
Periksalah tiap kelompok otot dengan mengkaji kekuatan otot Nilai kekuatan otot :
dan membandingkannya pada kedua sisi tubuh. Tonus dan (0) Paralisis total, tida ada
kekuatan otot dapat diperiksa selama pengukuran rentang gerak kontraktilitas.
sendi. (1) jika tidak ada gerakan
tetapi ada atau terlihat
kontraksi otot sedikit.
(2) Gerakan otot penuh
menentang gravitasi dengan
sokongan
(3) Rentang gerak lengkap,
normal menentang gaya
gravitasi.
(4) Gerakan normal penuh,
menentang gaya gravitasi
dengan sedikit tahanan.
(5) Gerakan normal penuh,
menentang gaya gravitasi
dengan tahanan penuh.
Kaji adakah klonus otot atau
Kontraksi ritmik otot
Mengkaji Refleks :
g. Refleks Bisep Normal :
Cara : Fleksi dari siku dan tampak
Bila posisi duduk, lengan bawah pronasi rileks di atas paha. kontraksi otot bicep.
Bila posisi terlentang, lengan di tekuk diatas bantal, lengan
bawah dan tangan di atas abdomen. Taruh ibu jari pemeriksa di
atas tendon biceps. Ketukkan Hammer diatas ibu jari.

h. Refleks Trisep, Cara : Normal :


Posisi klien hampir sama dengan refleks biceps. Pemeriksa Ekstensi dari siku dan
sebaiknya dari arah samping belakang klien untuk mengamati tampak otot tricep.
kontraksi. Ketukkan Hammer kira-kira 5 cm diatas siku
(Olekranon).
i. Refleks Radius (Brachioradialis), Cara : Normal :
Posisi klien sama dengan refleks biceps, hanya lengan bawah Lengan bawah akan berfleksi
harus berada antara pronasi dan supinasi. Ketukkan Hammer dan supinasi.
50
dengan perlahan di bagian radius, kira-kira 5 cm diatas
pergelangan tangan.
j. Refleks Tendon Achilles Normal :
Cara : Gerakkan plantar fleksi pada
No Tindakkan Kemungkinan Hasil /
Tujuan
Bila posisi klien duduk, kaki dorsofleksi optimal. Bila kaki.
posisi klien terlentang, fleksi panggul dan lutut sambil
sedikit rotasi paha luar. Pemeriksa memegang ujung kaki
untuk memberikan sikap dorsofleksi ringan pada kaki.
k. Refleks Patella (Kuadriceps Femoris) Normal :
Cara : Gerakkan ekstensi tungkai
Posisi klien duduk, kaki tergantung rileks ditepi tempat tidur. bawah disertai dengan
Tangan pemeriksa berada diatas lutut. Bila posisi klien kontraksi otot kuadriceps
terlentang : tangan atau lengan bawah pemeriksa berada femoris.
dibawah lutut klien. Klien berada dalam keadaan fleksi sendi
lutut kira-kira 20º dan tumit klien harus tetap berada diatas
tempat tidur.
Ketukkan Hammer pada tendon Musculus Kuadriceps femoris,
dibawah patella. Ketukkan Hammer diatas tendon Archilles.

No Tindakkan Kemungkinan Hasil /


Tujuan
l. Refleks Babinski Normal :
Cara : Positif bila dorsofleksi dari
Posisi klien berbaring dan releks dengan tungkai diluruskan. ibu jari disertai dengan
Goresan harus diberikan secara perlahan, jangan sampai pemekaran dari jari-jari kaki.
menimbulkan rasa nyeri. Pemeriksa memegang pergelangan
kaki supaya kaki tetap pada tempatnya.
Telapak kaki digores dengan benda berujung agak tajam dari
arah tumit menyusur bagian lateral menuju pangkal ibu jari.
Kaji Sensitifitas (Sensorik)
Persiapan :
- Jaga klien agar tetap tenang dan upayakan perhatian klien
tidak berpusat pada pemeriksa.
- Jika klien gelisah atau terjadi penurunan kesadaran
pemeriksaan rasa dan suhu sebaiknya ditangguhkan.

d. rasa Nyeri Normal :


Cara : Klien dapat membedakan
Gunakan jarum steril / jarum pentul. sensasi tajam dan tumpul
Mula mula klien diberitahukan dan dicoba membedakan 2 pada seluruh area tubuh.
tusukan tang bersifat tajam dan tumpul.
Pada saat pemeriksaan instruksikan klien untuk menyebutkan
apa yang dirasakan, tajam ataukah tumpul.
Tusukan dengan perlahan pada bagian tubuh mulai dari kepala
sampai dengan kaki secara random.
Jika ditemukan adanya kelainan, ulangi di area yang
51
terganggu. Beri tanda dan lanjutkan ke arah yang normal.
e. Rasa Raba Klien dapat merasakan
Cara : goresan kertas atau pilinan
Sebagai perangsang gunakan kertas, kapas yang dipilin sekecil kapas yang diberikan pada
mungkin. seluruh area tubuh yang
Oleskan secara halus pada seluruh area tubuh secara dilakukan pemeriksaan.
random. Instruksikan klien untuk mengatakan ya jika dirasakan
ada goresan yang diberikan oleh pemeriksa.
Hindari sensasi rasa nyeri pada klien. Bandingkan pada kedua
sisi tubuh.
f. Rasa suhu Normal :
Cara : Klien dapat membedakan
Gunakan tabung reaksi atau gelas yang berisi air panas dan air sensasi panas dan dingin
dingin (Dapat dipakai air es). pada seluruh area tubuh.
Instruksikan klien untuk meraba gelas yang akan diperiksa.
Instruksikan klien untuk menyebutkan sensasi suhu yang
diraba atau disentuhkan kepadanya.
Jika ditemukan ada kelainan

52
MODUL 15
PROSEDUR TINDAKAN RANGE OF MOTION (ROM)

Dalam kegiatan belajar praktikum ini akan di jelaskan bagaimana cara melakukan prosedur tindakan
Range of Motion (ROM). Prosedur ini di lakukan terhadap pasien yang mengalami gangguan
mobilitas atau gerak karena akibat penyakit yang di alaminya khususnya penyakit yang terkait
dengan sistem muskuloskeletal maupun persyarafan.
Tujuan dari pembelajaran ini adalah memberi pengetahuan dan ketrampilan bagi mahasiswa dalam
melakukan prosedur tindakan Range of motion (ROM) sebagai dasar atau bekal sebelum melakukan
asuhan keperawatan pada tatanan nyata di pelayanan kesehatan baik Rumah sakit maupun klinik.

A. PENGERTIAN ROM (RANGE OF MOTION)


ROM ( Range of Motion ) adalah istilah baku untuk menyatakan batas atau batasan gerakan
sendi yang normal dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk
menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
ROM ( Range of Motion ) Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai
gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

B. MANFAAT ROM (RANGE OF MOTION)


ROM sangat penting walaupun kita sedang sakit, cedera atau harus istirahat di tempat tidur atau
di kursi roda (Kozier,2008). Manfaat dari ROM adalah :
1. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan.
2. Mengkaji tulang otot dan sendi.
3. Mencegah terjadinya kekakuan sendi.
4. Memperlancar sirkulasi darah.
Namun jika menurut Potter and Perry, 2006 tujuan dari ROM adalah :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernafasan.
3. Mencegah kontraktur dan kekauan pada sendi.
C. JENIS ROM ( RANGE OF MOTION )
Ada dua jenis ROM, yaitu ROM aktif dan ROM pasif.
1. Aktif ROM ( Range of Motion )
a. Pengertian
Merupakan pergerakan yang dilakukan oleh orang itu sendiri secara mandiri
b. Tujuan
1. Meminimalisasi efek immobilisasi.
2. Meningkatkan sirkulasi darah dan cairan synovial.
3. Memberikan kekuatan yang cukup pada otot.
4. Memberikan pengaruh kinesthesia.
c. Indikasi
Kontraksi aktif dari otot menurun. Kekuatan otot 75 %
d. Kontra Indikasi
1. Nyeri berat.
53
2. Sendi kaku atau tidak dapat bergerak.
3. Stroke.
e. Prosedur Pelaksanaan
Perawat memberikan bimbingan dan intruksi atau motivasi kepada klien untuk
menggerakkan persendian-persendian tubuh sesuai dengan rentang geraknya masing- masing.

2. Pasif ROM ( Range of Motion )


a. Pengertian
Merupakan pergerakan yang dilakukan oleh seseorang yang dibantu orang lain. Hal ini
dilakukan dikarenakan seseorang tidak punya kemampuan unutk melakukan pergerakan
secara mandiri (Kozier, 2008).
b. Tujuan
1. Mempertahankan fungsi sendi dan otot sebaik mungkin.
2. Mempertahankan area sendi tetap fleksibel.
3. Mempertahankan aliran darah.
c. Indikasi
1. Orang yang keterbatasan fisik
2. Pasien yang terimobilisasi di tempat tidur maupun di kursi roda.
3. Kondisi yang tidak memungkinkan melakukan ROM secara mandiri.
d. Kontra Indikasi
1. Emboli dan keradangan pada pembuluh darah.
2. Kelainan sendi.
3. Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).
e. Prosedur Pelaksanaan

3. Prosedur umum
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
1 a. Cuci tangan untuk mencegah transfer organisme.

b. Jaga privasi klien dengan menutup pintu atau memasang


sketsel.
c. Beri penjelasan kepada klien mengenai apa yang akan
anda kerjakan dan minta klien untuk dapat bekerja
sama.
d. Atur ketinggian tempat tidur klien yang sesuai agar
memudahkan perawat dalam bekerja, terhindar dari
masalah pada penjajaran tubuh dan pergunakan selalu
prinsip- prinsip mekanik tubuh.
e. Posisikan klien dengan posisi supinasi dekat dengan
perawat dan buka bagian tubuh yang akan digerakkan.
f. Letakkan kedua kaki dan letakkan kedua lengan pada
masing-masing sisi tubuh
g. Kembalikan pada posisi awal setelah masing-masing
gerakan. Latihan gerakan dapat di ulang hingga 3 kali,
hingga klien merasakan lebih membaik
h. Selama latihan pergerakan, kaji :
 Kemampuan untuk menoleransi gerakan,
 Rentang gerak (ROM) dari masing-masing persendian
yang bersangkutan.
i. Setelah latihan pergerakan, kaji denyut nadi dan ketahanan
54
tubuh terhadap latihan.
j. Catat dan laporkan setiap masalah yang tidak diharapkan
atau perubahan pada pergerakan klien, misalnya ada
kekakuan dan kontraktur.

No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan


2 Prosedur Khusus :
Latihan gerakan ROM ( Range of Motion ) dilakukan di
daerah sendi : leher, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan
pergelangan kaki
a. Gerakan Leher
Ambil bantal di bawah kepala klien.
Fleksi dan ekstensi leher.
Letakkan satu tangan di bawah kepala klien, dan tangan yang
lainnya di atas dagu klien.

Fleksi : Gerakkan kepala ke depan sampai menyentuh dada


(45º). Ekstensi : kembalikan ke posisi semula tanpa
disangga oleh bantal (45º)
Fleksi lateral leher.
Letakkan kedua tangan pada pipi klien.
Gerakkan kepala klien ke arah kanan dan kiri (40-45º).
k. Gerakan Bahu
Mulai masing-masing gerakan dari lengan klien.
Pegang lengan di bawah siku dengan tangan kiri perawat dan
pegang pergelangan tangan klien dengan tangan kanan
perawat.
Fleksi dan ekstensikan bahu.
Fleksi : Menaikkan lengan dari posisi di samping tubuh ke
depan ke atas (180°). Ekstensi : Mengembalikan lengan klien
ke posisi di samping tubuh (180°).
Abduksikan bahu dan adduksikan bahu.
Abduksi : Gerakkan lengan menjauhi tubuh dan menuju
kepala klien sampai tangan di atas kepala (180°).
Adduksi : Menurunkan lengan klien ke samping
tubuhnya sampai tangan yang bersangkutan menyentuh
tangan pada sisi sebelahnya (320°).
Rotasikan bahu internal dan eksternal.
Rotasi internal : Letakkan lengan di samping tubuh klien
sejajar denga bahu, siku membentuk sudut 90º dengan
kasur. Gerakkan lengan ke bawah hingga telapak tangan
menyentuh kasur
Rotasi eksternal : Kemudian gerakkan lengan ke atas
hingga punggung tangan menyentuh tempat tidur (90 º).

l. Gerakan Siku
Fleksi dan ekstensikan siku

55
Fleksi : Bengkokkan siku hingga jari-jari tangan
menyentuh dagu (150 º). Ekstensi : Luruskan kembali
ke tempat semula (150 º).
Pronasi dan supinasikan siku.
Genggam tangan klien seperti orang yang sedang berjabat
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
tangan.
Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke atas (70-90º).
Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak
tangan menghadap ke bawah (70-90 º).
m. Gerakan Pergelangan Tangan
Fleksi pergelangan tangan .
 Genggam telapak dengan satu tangan, tangan lainnya
menyangga lengan bawah.
 Bengkokkkan pergelangan tangan ke depan (80-90 º).
Ekstensi pergelangan tangan.
 Dari posisi fleksi, tegakkan kembali pergelangan tangan
keposisi semula ( 80- 90º ).
Fleksi radial/radial deviation (abduksi).
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral menuju ibu
jari (30º).
Fleksi ulnar/ulnar deviation (adduksi).
Bengkokkan pergelangan tangan secara lateral ke arah jari
kelima (30-50 º).
n. Gerakan Pinggul dan Lutut
Untuk melakukan gerakan ini, letakkan satu tangan di
bawah lutut klien dan tangan yang lainnya di bawah mata
kaki klien.
Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul.
Fleksi : Angkat kaki dan bengkokkan lutut. Gerakkan
lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin (90-120º).
Ekstensi : Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan
lutut, rendahkan kaki, rendahkan kaki sampai pada
kasur (90-120º).
Abduksi dan adduksi kaki.
Abduksi : Gerakkan kaki ke samping menjauhi tubuh klien
(30-50º).
Adduksi : Mengeerakkan kaki kembali ke posisi medial
dan melebihi jika mungkin (30-50º).

Rotasikan pinggul internal dan eksternal.


Rotasi internal : Putar kaki dan tungkai ke arah dalam (90º).
Rotasi eksternal : Putar kaki dan tungkai ke arah luar (90º).
o. Gerakan Kaki dan Pergelangan Kaki
Dorsofleksi telapak kaki.
 Letakkan satu tangan di bawah tumit.
 Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk
menggerakkannya ke arah kaki (120-130º).
Fleksi plantar telapak kaki
56
 Letakkan satu tangan pada punggung telapak kaki dan
tangan lainnya berada pada tumit.
 Dorong telapak kaki menjauh dari kaki (120-130º).
Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki.
 Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien,
No Tindakkan Kemungkinan Hasil / Tujuan
 letakkan tangan lainnya pada pergelangan kaki.
Fleksi : Bengkokkan jari-jari
kaki ke bawah (30-60º).
Ekstensi: Kembalikan lagi pada
posisi semula (30-60º).
Inversi dan eversi tlapak kaki.
 Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan
tangan yang lainnya di atas punggung kaki.
Inversi : Putar telapak kaki ke samping dalam (medial).
Eversi : Putar telapak kaki ke samping luar (lateral)
p. Gerakan Hiperektensi
Bantu klien untuk berubah pada posisi pronasi di sisi
tempat tidur dekat dengan perawat.
Hiperektensi leher.
 Letakkan satu tangan di atas dahi, tangan yang
lainnya pada kepala bagian belakang.
 Gerakkan kepala ke belakang (10º).
Hiperekstensi bahu.
 Letakkan satu tangan di atas bahu klien dan tangan
yang lainnya di bawah siku klien.
 Tarik lengan ke atas dan ke belakang.
Hiperekstensi pinggul.
 Letakkan satu tangan di atas pinggul. Tangan yang
lainnya menyangga kaki bagian bawah.
 Gerakkan kaki ke belakang dari persendian pinggul
(30-50º).

1. Hal – Hal yang Harus Diperhatikan


1. ROM harus dikerjakan minimal 2 kali sehari.
2. ROM di lakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak
melelahkan pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM,
perhatikan umur pasien, diagnosa, tanda- tanda vital
dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan
ROM adalah leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit,
kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau
hanya pada bagian-bagian yang di curigai mengalami
proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya
setelah mandi atau setelah perawatan rutin telah di
lakukan.

57
MODUL PRAKTIKUM KMB II FK PRODI D3 ZIM

DAFTAR PUSTAKA

Pahria, Tuti dkk,2000, Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


System Persyarafan, Jakarta: EGC
2005, Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Persarafan, Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departenen
Kesehatan
Rumahorbo, Hotma. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Endokrin. Jakarata : EGC
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisologi untuk Pemula. Jakarta : EGC

58

Anda mungkin juga menyukai