1. ASPEK LEGAL
ASSESSMENT KOMPETENSI KLINIK
Rumah Sakit Dalam UU No 44 Thn 2009 Pasal 36 ; “Setiap Rumah
Sakit harus menyelenggarakan Tata Kelola Rumah Sakit Dan Tata
Kelola Yang Baik”.
Praktik Keperawatan
1
UU No 18 Thn 2002 Pasal 1 ( 14 )
Organisasi profesi adalah wadah masyarakat ilmiah dalam suatu cabang atau lintas disiplin ilmu
pengetahuan dan tehnologi, atau suatu bidang kegiatan profesi yang dijamin oleh negara untuk
mengembangkan profesionalisme dan etika profesi dalam masyarakat, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Organisasi Profesi
Sebagai wadah yang menghimpun perawat secara nasional dan berbadan hukum PPNI
Tujuan ( UU No 38/2014 )
Meningkatkan dan / atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan, martabat,
dan etika profesi perawat
Mempersatukan dan memperdayakan perawat dalam rangka menunjang pembangunan
kesehatan
Berfungsi : pemersatu, Pembina, pengembangan dan pengawasan keperawatan di
Indonesia.
Berlokasi di Ibu Kota NKRI dan dapat membentuk perwakilan di daerah
Pengembangan, Pembinaan, dan Pengawasan
Pengembangan Praktik Keperawatan :
a. Tujuan mempertahankan dan meningkatkan keprofesionalan perawat melalui : Pendidikan Formal
dan Non Formal atau Pendidikan berkelanjutan
b. Pemilik atau pengelola Fasyankes harus memfasilitiasi perawat mengikuti Pendidikan
berkelanjutan.
c. Pendidikan Non Formal dan berkelanjutan dapat dilaksanakan oleh : Pemerintah, Pemda,
Organisasi Profesi atau Lembaga lain yang terakreditasi sesuai dengan Per UU-an.
Komite Keperawatan
2
Wadah non structural RS yang mempunyai fungsi utama mempertahankan dan meningkatkan
profesionalisme tenaga keperawatan melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu dan disiplin
profesi.
Merupakan kelompok profesi tenaga keperawatan yang secara struktur fungsional berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung pada kepala / Direktur RS
Bekerja sama dan berkoordinasi dengan kepala bidang / Direktur Keperawatan
4
Dalam melaksanakan fungsinya Komite keperawatan di bantu oleh panitia ad hoc yang terdiri dari
Mitra Bestari sesuai dengan disiplin / spesifikasi dan permintaan tenaga keperawatan sesuai dengan
kebutuhan RS.
Dalam melaksanakan fungsi kredensial komite keperawatan memiliki tugas sebagai berikut :
a. Menyusun daftar rincian kewenangan klinis dan buku putih
b. Melakukan verifikasi persyaratan kredensial
c. Merekomendasikan kewenangan klinis tenaga keperawatan
d. Merekomendasikan pemulihan kewenangan klinis
e. Melakukan kredensial ulang secara berkala
f. Melaporkan seluruh proses kredensial kepada ketua komite keperawatan untuk di teruskan ke
Direktur RS.
g. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktek
h. Merekomndasikan perencanaan pengembangan professional berkelanjutan tenaga keperawatan
i. Melakukan audit keperawatan dan kebidanan
j. Memfasilitas proses pendampingan sesuai kebutuhan
Dalam melaksanakan fungsi menjaga disiplin dan etik profesi tenaga keperawatan, komite
keperawatan memiliki tugas :
a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan
b. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan
c. Merekomdasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan etik dalam kehidupan profesi
dan pelayanan asuhan keperawatan
d. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis
e. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan keperawatan
Tugas Sub Komite Kredensial adalah :
a. Menyusun daftar kewenangan klinis
b. Menyusun buku putih ( white paper ) yang merupakan dokumen persyaratan terkait kompetensi
yang dibutuhkan setiap jenis pelayanan keperawatan sesuai standar kompetensi. Disusun oleh
komite keperawatan dengan melibatkan Mitra Bestari ( peer group ) yang terdiri dari unsur
organisasi profesi, kolegium dan pendidikan tinggi keperawatan
Tugas Sub Komite Mutu Profesi
a. Menyusun data dasar profil tenaga keperawatan sesuai area praktik
5
b. Merekomendasikan perencanaan pengembangan professional berkelanjutan tenaga
keperawatan
c. Melakukan audit asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan
d. Memfasilitasi proses pendampingan sesuai kebutuhan
Tugas Sub Komite Etik dan Disiplin
a. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawaatan
b. Melakuakn pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan
c. Melakukan penegakan disiplin profesi tenaga keperawatan
d. Merekomendasikan penyelesaian masalah2 pelanggaran disiplin dan masalah2 etik dalam
kehidupan profesi asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan
e. Merekomenndasikan pencabutan kewenangan klinis dan / atau surat penugasan klinis
( clinical appointment )
f. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan keperawatan dan
asuhan kebidanan
Kesimpulan
Peraturan perundang-undangan bergna untuk memberikan perlindungan dan kepastian
hokum kepada perawat dan masyarakat
Pentingnya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan untuk melindungi masyarakat
atas tindakan perawat yang tidak sesuai dengan standar.
7
4. PETUNJUK PELAKSANAAN JENJANG KARIR PERAWAT DI RUMAH
SAKIT
Tujuan Umum :
Dengan adanya petunjuk pelaksanaan implementasi jenjang karir perawat di RS dapat
memberikan arah dan panduan sehingga terlaksananya jenjang karir perawat di RS
Tujuan Khusus
a. Adanya skema implementasi jenjang karir di RS
b. Adanya pengorganisasian pelaksanaan jenjang karir perawat di RS
c. Teridentifikasi progam-progam pengembangan professional berkelaanjutan ( Continuing
Professional berkelanjutan/CPD)
d. Terlaksananya kegiatan engembangan professional berkelanjutan (CPD)
e. Terlaksananya penilaian perawat sesuai indicator konerja pada setiaaplevel karir perawat
Penjenjangan Karir Perawat Profesional
Penjenjangan karir perawat mempunyai makna tingkatan kompetensi untuk melaksanakan
asuhan keperawatan yang akuntabel dan etis sesuai batas kewenangan digambarkan dalam
bentuk pola penjenjangan karir
Secara umum, penjenjangan karir professional perawat terdiri dari 4 (empat) bidang, meliputi:
Perawat Klinik (PK), yaitu perawat yang memberikan asuhan keperawatan langsung
kepada pasien/klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat,
Perawat Manajer (PM) yaitu perawat yang mengelola pelayanan keperawatan disarana
kesehatan, baik sebagai pengelola tingkat bawah ( front line manager), tingkat menengah
(middle management) maupun tingkat atas (top manager),
Perawat Pendidik (PP) yaitu perawat yang memberikan pendidikan kepada peserta didik di
institusi pendidikan keperawatan.
Perawat Peneliti/Riset (PR) yaitu perawat yang bekerja di bidang penelitian
keperawatan/kesehatan Keempat jalur jenjang karir profesional perawat .
8
Perawat Klinik I (PK I)
a. Fungsinya :
1) Memberikan asuhan keperawatan dasar dan umum kepada pasien,
2) Memberikan pendidikan kepada pasien sehubungan dengan prosedur
keperawatan yang dilakukan.
b. Deskripsi :
1) Menguasai konsep teoritis bidang keperawatan umum dan mampu
menyelesaikan masalah-masalah prosedural,
2) Mampu mengelola kelompok kerja dengan teman sejawat dan
menyusun laporan tertulis,
3) Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung
jawab atas pencapaian hasil kerja sendiri,
4) Memerlukan supervisi ketat dalam melaksanakan as kep pasien,
5) Memperlihatkan keterampilan asuhan kep dasar dan bersifat rutin,
6) Mulai mengembangkan keterampilan pengkajian pasien dan komunikasi.
Perawat Klinik II (PK II)
a. Fungsinya :
1) Melaksanakan asuhan keperawatan dasar untuk setiap area praktik keperawatan,
2) Mengelola asuhan dan pelayanan keperawatan sekelompok pasien pada unit ruang
rawat,
3) Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga serta kepada
peserta didik dalam tim pembimbing/pendidik klinik,
4) Membuat laporan kasus yang sederhana yang menjadi tanggung jawabnya.
10
2) Mampu menyelesaikan masalh IPTEK bidang keperawatan melalui pendekatan inter
atau multi disiplin
3) Memperlihatkan pengetahuan dan keterampilan spesialis keperawatan
4) Bertanggung jawab sebagai pemimpin dan supervisor
5) Mengakui dan beradaptasi terhadap situasi sesuai nilai dan normal profesi
6) Mendelegasikan taanggung jawab dengan tepat, mempergunakan alternative yang luas
dalam menyelesaikan masalah asuhan /pelayanan keperawatan
7) Mengembangkan pendidikan keperawatan berkelanjutan
Perawat Klinik V (PK V)
a. Fungsinya :
1) Melaksanakan asuhan/pelayanan keperawatan sebagai expert/ahli dibidangnya
2) Mengelolah pelayanan keperawatan dengan menghasilkan kebijakan pada area
manajemen yang luas
3) Mengelolah, memimpin dan mengembangkan riset dibidang keperawatan dana tau
terpadu
4) Melakukan peran konsultn bagi pasien, teman sejawat dan peserta didik
b. Deskripsi :
1) Mampu mengembangkan IPTEK Keperawatan baru atau praktik profesionalnya melalui
riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original dan teruji,
2) Mampu menyelesaikan masalah IPTEK keperawatan melalui pendekatan inter, multi
dan transdisipliner,
3) Mampu mengelola, memimpin dan mengembangkan riset di bidang keperawatan atau
terpadu serta mampu mendapat pengakuan nasional dan internasional,
4) Memperlihatkan keahlian dalam praktik kliniknya,
5) Menerima dan mendelegasikan tanggung jawab tentang personel dan
manajemen,
6) Melakukan pendidikan/ pendampingan kepada teman sejawat tentang asuhan
keperawatan pasien yang kompleks,
7) Melakukan konsultasi mengenai pendidikan dan praktik professional sesuai bidang
keahliannya,
8) Mampu merencanakan perubahan di bidang keperawatan secara intituitif, kreatif dan
inovatif.
11
Komite Keperawatan
Komite keperawatan bertanggung jawab terhadap profesionalisme perawat sehingga dapat
melaksanakan tugas sesuai dengan jenjang kewenangannya.
Dalam implementasi jenjang karir Komite Keperawatan memiliki tugas sebagai berikut:
a. Melakukan proses kredensialing bagi setiap perawat yang mengajukan surat permohonan
kredensial dengan tahapan
12
b. Membuat rekomendasi hasil assesmen kompetensi (disepakati), review,verifikasi bagi yang
berhak untuk diterbitkan penugasan klinis oleh Direktur RS.
c. Memelihara profesionalisme perawat melalui pembinaan mutu profesi dengan melakukan audit
mutu profesi dan identifikasi kebutuhan pengembangan profesionalisme berkelanjutan bagi
perawat (CPD).
d. Melakukan pembinaan etik-disiplin bagi perawat dalam melaksanakan tugas pemberian asuhan
keperawatan. Jika terjadi pelanggaran terhadap standar dan merugikan pasien maka dilakukan
kredensial dan merekomendasikan untuk pencabutan kewenangan klinis sehingga penugasan
klinik tidak dapat dipergunakan.
e. Melakukan program pembinaan khusus (proctoring) sesuai permintaan
f. Melakukan monitoring evaluasi terhadap proses kredensialing peningkatan mutu profesi dan
pembinaan etik-disiplin
Pengembangan Profesional Berkelanjutan
Bagi Perawat (CPD)
Pengembangan profesional berkelanjutan bagi perawat dilaksanakan dalam rangka mempertahankan
dan meningkatkan kompetensi perawat agar tetap dapat melaksanakan tugas berorientasi pada
proses dan keselamatan pasien
Penjenjangan dalam mencapai karirnya setiap perawat harus mengikuti program CPD.
Terdapat 2 (dua) CPD yaitu 1) Gap kompetensi karena terjadi perkembangan IPTEK sehingga
perlu penyesuaian atau kompetensi yang belum dikuasai; 2) Dalam rangka kenaikan jenjang
karir (challenge).
Setelah mengikuti CPD perawat memperoleh kompetensi baru, dan terhadap kompetensi baru
ini perlu dilakukan kredensial ulang untuk mendapatkan penugasan klinik. Program CPD
disusun sesuai kompetensi pada setiap level karir.
13
14
Sistem Informasi Jenjang Karir Perawat
Sistem informasi jenjang karir perawat merupakan manajemen informasi dalam bentuk dan proses
informasi tentang perkembangan karir perawat yang bertujuan agar perawat, bidang kep. dan
jajaran, komite keperawatan, pimpinan RS dan unit-unit yg memerlukan informasi secara mudah
mendapatkannya.
Komponen sistem informasi, minimal terdiri dari :
a Data dasar profil perawat di RS yang selalu di update setiap 6 (enam) bulan
b Skema yang menggambarkan proses implementasi jenjang karir baik bagi perawat baru
maupun lama beserta instrumen dan kelengkapannya.
1) Program dan proses mapping
2) Program dan proses magang
3) Program dan proses assesmen kompetensi
4) Program dan proses kredensialing
5) Penetapan penugasan klinik
6) Program CPD bagi PK 0, I, II, III, IV, V
7) Program Supervisi klinik (preseptorship-mentorship)
c. Monitoring dan evaluasi implementasi jenjang karir
Semua informasi tersebut di atas dapat dengan mudah diakses oleh semua unsur
melalui sebuah situs (website), grup milis dan lain sebagainya.
Monitoring dan Evaluasi Hasil Implementasi Jenjang Karir di Rumah Sakit
Monitoring dan evaluasi hasil dilakukan terhadap :
a Peningkatan kinerja perawat dalam melaksanakan tugas
b Peningkatan kepuasan kerja perawat
c Peningkatan kepuasan pasien
d Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan
15
5. ETIKA ASESOR PERAWAT KLINIK
Batasan:
Bagaimana perawat wajib bertingkah laku.
Merujuk pada standar etik
Dalam praktek sehari-hari (Fry, 2004 ).
Dapat pula digunakan:
Mengidentifikasi,
Mengorganisasikan,
Memeriksa dan
Membenarkan/menyalahkan tindakan
Fungsi Kode Etik Perawat
Deklarasi kepada masyarakat agar bisa dipahami
Pedoman berperilaku profesi dlm praktek
Menetapkan hubungan profesional
Sarana pengaturan diri sebagai profesi
Kode Etik Perawat Indonesia
Pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku dan menjadi
kerangka kerja untuk membuat keputusan.
Perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik agar terhidar dri pelanggaran etik
Kode etik keperawatan di Indonesia telah disusun oleh Dewan Pimpinan Pusat Persatuan
Perawat Nasioanl Indonesia (DPP PPNI) melalui munas PPNI di Jakarta pada tangal 29
November 1989.
Menurut Beauchamp & Childress ( 1994 ):
a. Autonomy (hak pemutusan pribadi)
b. Beneficence (memberi kebaikan)
c. Non-maleficence (menhindari dri bahaya)
d. Veracity (Jujur)
e. Confidentiality (menjaga rahasia)
f. Fidelity (setia)
g. Justice (adil)
Uraian Tugas Asesor
a. Merupakan bagian integral dalam kegiatan sehari-hari dari penilaian dan evaluasi potensial
klien untuk menentukan kebutuhan dan tindakan yang sesuai dalam memberikan pelayanan
kepada klien.
b. Asesor bertanggung jawab skrining potensi klien / keluarga, membuat penentuan dengan
memverifikasi kelayakan, cakupan, keterbatasan, pengecualian dan parameter yang akan
dimanfaatkan klien.
Tugas assesssor:
a. Mensosialisasikan rancangan dan pedoman penilaian praktek kepada perawat.
b. Menjelaskan dan melaksanakan format-format dan proses penilaian serta target pencapaian
kompetensi.
16
c. Menjelaskan dan melaksanakan penilaian praktek klinik meliputi : tujuan, jadwal,metode,
mekanisme dan strategi penilaian praktek.
17
Kesimpulan
a. Asesor harus memahami dan melaksanakan tujuh prinsip etik/moral
b. Etika keperawatan digunakan untuk mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan
membenarkan tindakan-tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
berfokus pada Patient safety.
c. Hubungan perawat – klien (saling percaya, empati, caring, otonomi dan mutualitas) adalah inti
asuhan keperawatan
18
The SIX RINGS OF COMPETENCY BASED PERFORMANCE
1. A : Attitude
2. S : Skill
3. K : Knowledge
4. E : Experience
5. R : Responsibility
6. A : Accountability
. 5.Dimensi Kompetensi
Task Skill ; mampu melakukan tugas pertugas.
Task Management Skill ; mampu mengelola beberapa tugas yang berbeda dalam pekerjaan.
Cintingency management skill ; tanggap terhadap adanya kelalaian dan kerusakan pada
rutinitas kerja.
Environment skill ; mampu mneghadapai tanggung jawab dan harapan dari lingkungan kerja.
Transfer skill ; mampu mentransfer kompetensi yang dimiliki dalam setiap situasi yang
berbeda (situasi yang baru / tempat kerja yang baru)
Metode Pengembangan Standar Kompetensi
Pendekatan “Benchmark, Adopt dan Adapt”
Pendekatan “Field Research”
Pendekatan Kombinasi
19
b. Asesor Kompetensi
Seseorang yang mempunyai kualifikasi yang relavan dan kompeten untuk melaksanakan
asesmen / penilaian kompetensi
Persyaratan Asesor Kompetensi
1. Mengerti skema sertifikasi yang relavan
2. Memiliki pengetahuan yang cukup mengenai metode ujian atau bagian daari suatu ujian
3. Memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang yang akan diuji
4. Mampu berkomunikasi dengan efektif baik secara lisan maupun tulisan dalam Bahasa
yang digunakan dalam ujian
5. Bebas dari kepentingan apapun sehungga dapat melakukan penilaian (asesmen ) dengan
tidak memihak dan tidak deskriminatif
2. Asesmen
Pengertiannya adalah sebuah proses yang sistematis dalam mengumppulkan bukti-bukti
tersebut dengan standar kompetensi dan membuat keputusan apakah seseorang telah
mencapai kompetensi atau belum.
Proses asesmen
Dilaksanakan terhadap prosedur dan proses yang dikenal pada lingkungan yang dikenal
Dilaksanakan apabila assese yakin dirinya kompeten
Proses kerjasama dimana assese memiliki control yang tinggi selama pproses
Keputusan mengenai kompetensi mengacu pada standar kompetensi industry nasional
Berdasarkan pada bukti kompetensi yang dikumpilkan selama assese bekerja
Kategori Tujuan Assesment
Diagnostic : Test masuk kerja
Formative : ujian selama praktek, tidak menentukan lulus / tidak.
Summative : akhir penilaian, sangat menentukan lulus / tidak.
Prinsip Pengujian
Valid
Reliable
20
Fleksible
Adil
Cost Effective
Sesuai dengan keselamatan dalam situasi kerja
Kompetensi Penguji ( Asesor )
Memahami framework kompetensi
Merencanakan pengujian
Melaksanakan rekomendasi
Melakukan review (telaah ) pelaksanaan ujian
Peserta Uji
Mengumpulkan bukti kompetensi mereka seperti yang telah dipraktekkan mengenai apa
yang telah mereka pelajari
Meminta untuk di asses, apabila mereka yakin bahwa mereka sudah kompeten
Sesuai dengan perencanaan assessment dalam progam pengembangan professional
Penguji Klinik
Bekerja secara kemitraan dengan assese
Mereview bukti kompetensi yang di kumpulkan oleh assese
Langsung Observasi
Tidak langsung Dkumen yang sah
Mengumpulkan lebih banyak bukti bila diperlukan
Mempertimbangkan seluruh bukti
Memutuskan apakah assese kompeten terhadap standar yang dipersyaratkan, bila
sudah standar kualifikasi akan diberikan
Jaminan Kualitas Bukti
Alat bukti ( evidences ) harus memenuhi 4 Prinsip Yaitu ;
Valid / Sahih
Authentic / Asli
Current / Terbaru
Ufficient / Cukup
Kompetensi Penguji Berbasis Klinik
Clinikal Based Assesor ( CBA )
Kompetensi Penguji
Memiliki bukti kompetensi terhadap standar kompetensi penguji berbasis klinik PPNI
( Nasional ) ; Merencanakan penilaian, melaksanakan penilaian, menelaah proses
penilaian
Bersedia menjadi penguji institusi
Sebaiknya memiliki posisi di PK II (minimal), atau clinical educator, diklat, dll
Kompetensi esensi keperawatan yang diujikan
Memiliki kompetensi satu level diatas standar yang dinilai
Memiliki pengetahuan tentang praktik keperawatan terkini
Memiliki pengetahuan yang memadai mengenai keperawatan
21
Proses penilaian merupakan pengumpulan bukti yang cukup untuk membuat keputusan
mengenai kompetensi :
a. Perhatikan dengan seksama pedoman bukti pada setiap standar ( Competency
Standard )
b. Pastikan peserta yang dinilai mengetahui bukti yang di persyaratkan ( assesse
Mengerti apa yang di persyaratkan )
2. Penilaian sendiri peserta
Pada tahap awal perencanaan, peserta mengumpulkan bukti kompetensi dan
membentuk opini bahwa mereka percaya dirinya kompeten :
a. Assessee mengumpukan bukti-bukti lainnya yang mereka miliki (portofolio pekerjaan,
laporan/keterangan manager supervisor rekan sekerja )
b. Jangan melakukan penilaian terhadap orang yang merasa belum kompeten
c. Untuk menyusun penilaian sendiri : berikan materi/pedoman belajaratau jelaskan
pada assesse untuk melihat pemeriksaan sendiri dan memikirkan apakah mereka
kompeten terhadap standar industri
3. Pertimbangan jenis metode Penilaian
a. Penilaian sendiri / self assessment
b. Pertanyaan lisan
c. Kegiatan dari materi belajar
d. Observasi langsung kegiatan praktek
e. Simulasi, dll
4. Putuskan pertimbangan yang layak
Penyesuaian diperbolehkan terhadap perencanaan penilaian terhadap assesse
Persyaratan yang harus dipenuhi :
a. Memenuhi prinsip-prinsip penilaian
b. Tidak membuat penilaian termudah atau tersulit
c. Tidak ada kompromi dengan keutuhan standar kompetensi
d. Di catat dalam perencanaan penilaian dan pelatihan
5. Metode Assesment
a. Menggunakan lebih dari satu metode
b. Pikirkan tentang standard an pekerjaan yang dilakukan, karena beberapa standar
memberi kemungkinan lebih dari satu metode
c. Pilih jenis metode yang lebih disukai serta periksa setiap metode terhadap prinsip-
prinsip penilaian
d. Negosiasikan dan putuskan metode yang akan digunakan bersama-sama dengan
assesse
23
Menilai Sikap :
a.Observasi di tempat kerja
b.Penilaian supervisor
c.Pertanyaan tentang pendapat dan pengetahuan
d.Test tertulis
e.Simulasi
f. Studi kasus
24
g.Umpan Balik assesse
h.Analisis diri
6. Rencana aktifitas assessment
Mengidentifikasi kegiatan penilaian :
a. Kegiatan penilaian pada materi belajar
b. Kegiatan penilaian sebagai bagian pekerjaan
c. Penilaian memerlukan materi dan kegiatan tertentu
d. Simulasi
7. Sumber-sumber yang dibutuhkan
Memutuskan sumber sumber yang diperlukan :
a. Mengidentifikasi materi, peralatan serta fasiltas yang diperllukan dalam proses penilaian
b. Mengidentifikasi orang lain yang terlibat
c. Mengusahakan sedapat mungkin agar penilaian merupakan bagian dari prosedur kerja
sehari-hari
8. Kapan dan dimana penilaian dilakukan
Memutuskan kappan dan dimana penilaian akan dilaksanakan
Kapan :
a. Sebelum sebagai bagian atau berhubungan dengan progam pelatihan
b. Setelah peserta percaya dirinya kompeten
c. Pada saat yang tepat untuk seluruh pihak
d. Terdapat jadwal kerja yang memberikan kesempatan penilaian
Dimana :
a. Seperti ditunjukkan pada standar
b. Lebih disukai ditempat kerja
c. Pada lokasi yang aman dengan ruang gerak cukup
d. Pada tempat yang tepat untuk melaksanakan tugas
e. Pada tempat yang memiliki peralatan seperti pada rentang variable
f. Pada tempat yang mengharuskan peserta melakukan lebih dari standar yang disyaratkan
9. Diskusikan dan konfirmasi rencana
Konfirmasi penilaian :
a. Memberikan copy perencanaan penilaian yang telah lengkap kepada assesse
b. Berikan kesempatan kepada assesse untuk me-revisi atau menegosiasikan setiap aspek
dari perencanaan penilaian
c. Selesaikan perencanaan penilaian dengan RS, menyangkut sumber-sumber penilaian
yang dibutuhkan
d. Menjelaskan proses banding kepada assesse dan RS
25
Mempersiapkan calon / assesse
1. Menjelaskan konteks, tujuan dan proses penilaian
2. Menjelaskan standar kompetensi yang dinilai serta bukti yang perlu dikumpulkan
3. Menyusun prosedur penilaian persiapan yang harus dilakukan calon dan menjawab
pertanyaan calon
4. Menilai kebutuhan calon dan menentukan penyesuaian yang diperolehdalam prosedur
penilian
5. Mendapatkan umpan balik sehubungan dengan pemahaman calon terhadap standar
kompetensi persyaratan bukti serta proses penilaian
6. Mengembangkan perencanaan penilaian
Lankah III :
Merencanakan Dan Mempersiapkan Proses pengumpulan Bukti
1. Menetapkan perencanaan pengumpulan bukti yang memadai dan berkualitas mengenai
kinerja calin, untuk membuat keputusan penilaian
2. Mengembangkan materi-materi penilaian untuk membantu proses pengumpulan bukti
3. Mengorganisasikan sumber-sumber yang dipersyaratkan untuk mendukung proses
pengumpuan bukti
4. Mengkoordinasikan dan menjelaskan secara singkat kepada personal yang terlibat dalam
proses pengumpulan bukti
Langkah IV :
Mengumpulkan Bukti Dan Membuat Keputusan Penilaian
1. Menentukan dan mengawasi proses pengumpulan bukti untuk memastikan bukti valid,
reliabel, adil dan fleksibel
2. Mengumpulkan bukti yang tepat dan mencocokkan kesesuaian dengan unit kompetensi yang
relevan
3. Mengevaluasi bukti yang mencakup 5 dimensi kompetensi
4. Memansukkan penyesuaian yang diperbolehkan kedalam prosedur penilaian, apabila sesuai
5. Mengevaluasi bukti yang mencakup validitas, konsistensi, terkini, adil, keaslian dan memadai
6. Mengkonsultasikan dan bekerja dengan staf lain, penilai dan ahli tehnis yang terlibat dalam
proses penilaian
7. Mencatat perincian bukti yang dikumpulkan
8. Membuat keputusan mengenai kompetensi calon berdasarkan bukti unit kompetensi calon
berdasarkan bukti unit yang relavan.
Langkah V :
Memberikan Umpan Balik Pada Penilaian
1. Memberikan umpan balik (kepada calon) secara jelas dan konstruktif terhadap keputusan
penilaian
2. Memberikan informasi mengenai cara mengatasi setiap kesenjangan yang teridentifikasi
terhadap kompetensi, dalam proses penilaian
3. Memberikan kesempatan untuk mendiskusikan proses dan hasil penilaian
4. Memberikan informasi mengenai penilaian serta proses banding
Langkah VI :
Mencatar Dan Melaporkan Hasil Penilaian
1. Mencatat hasil penilaian sesuai dengan kebijakan dan prosedur pemegang wewenang
26
2. Memelihara catatat prosedur penilaian bukti yang terkumpul serta hasil penilaian sesuai
dengan kebijakan dan prosedur pemegang wewenang
3. Memelihara kerahasian hasil penilaian
4. Mengorganisasikan pengeluaran dan/atau pernyataan pencapaian kualifikasi sesuai dengan
kebijakan dan prosedur pemegag wewenang
Langkah VII :
Menghadapi Peserta Yang Belum Kompeten Serta Konflik
1. Menjelaskan bukti-bukti yang belum terpenuhi
2. Mendorong peserta melengkapi bukti-bukti yang dibutuhkan dengan terus berlatih
3. Menghadapi konflik dengan tenang, tetap pada fakta
4. Menghindari argument dan isu yang tidak relavan
5. Selalu mengikuti prosedur
6. Mencoba memahami kondisi peserta
7. Mengarahkan peserta untuk proses banding
8. Memenangkan kedua belah pihak
Langkah VIII :
Berpartisipasi Dalam Proses Penilaian Ulang Dan Proses Banding
1. Memberikan umpan balik dan bimbingan kepada calon, jika diperlukan, berkenaan dengan
hasil ulang dan banding kepada calon
2. Melaporkan keputusan penilaian yang ditolak oleh calon kepada personil yang
tepat/berwenang
3. Berpartisipasi dalam proses penilaian ulang dan banding sesuai dengan kebijakan dan
prosedur pemegang wewenang
27
1) Review-review sistem secara luas dari proses
2) Penilaian serta prosedur umpan balik
Kesalahan-kesalahan Yang sering dibuat oleh assessor
Cenderung Ketengah
Kecenderungan melakukan penilaian rata-rata sehingga tidak mengidentifikasi kekuatan maupun
kelemahan terhadap ketrampilan assessor
Hallo Effect/Horn Effect
Cenderung dipengaruhi oleh sikap assesse, sehingga pengukuran bisa tinggi atau sebaliknya
Kesalahan Mengobservasi
Jika assessor kurang berpengalaman, bisa salah mengobservasi aspek-aspek kritis kinerja
Kesalahan Merecord
Kecenderungan tidak merecord hasil-hasil penilaian segera setelah proses penilaian
Mirror Effect
Kecenderungan menilai kompeten terhadap assesse karena memiliki selera yang sama
V. TAKSONOMI BLOOM
DALAM MENYUSUN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI
28
29
30
31
32
33
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
34