Rumah sakit sangat berperan dalam pelayanan kesehatan dilihat dari salah satu
tanggung jawab rumah sakit profesional terhadap mutu pengobatan / perawatan (duty of
due care). Hal ini berarti pemberian pelayanan kesehatan terhadap tingkat sakitnya, baik
dokter maupun perawat dan tenaga kesehatan lainnya harus berdasarkan standar ukuran
profesi. Dengan demikian maka secara yuridis rumah sakit bertanggung jawab apabila ada
pemberian pelayanan “cure and care” yang tidak lazim atau dibawah standar.
Kebutuhan akan pelayanan yang baik dalam suatu sistem maka diperlukan suatu
kebijakan yang mengikat , tegas dan jelas. Salah satu pilar pelayanan medis adalah clinical
governance, dengan unsur staf medis yang dominan. Konsep clinical governance ini
adalah kerangka kerja untuk menjamin agar seluruh organisasi di bawah National Health
Service (Badan Pelayanan Kesehatan) memilki mekanisme memadai untuk memantau dan
meningkatkan mutu klinis, tujuan untuk menjaga agar pelayanan kesehatan sesuai standar
pelayanan tinggi dan dilakukan di lingkungan kerja dengan tingkat profesionalisme tinggi.
Staf medis dalam rumah sakit merupakan suatu keniscayaan karena kualitas pelayanan
rumah sakit sangat ditentukan oleh kinerja para staf medis di rumah sakit tersebut. Yang
lebih penting lagi kinerja staf medis akan sangat mempengaruhi keselamatan pasien di
rumah sakit. Untuk itu rumah sakit perlu menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical
governance) yang baik untuk melindungi pasien. Hal ini sejalan dengan amanat peraturan
perundang – undangan yang terkait dengan kesehatan dan perumahsakitan.
Rumah sakit harus menerapkan komite medik yang menjamin tata kelola klinis
(clinical governance) untuk melindungi pasien. Dalam hal ini staf medis dikendalikan
dengan mengatur kewenangan klinisnya (clinical privilege) untuk melakukan pelayanan
medis, hanya staf medis yang memenuhi syarat – syarat kompetensi dan perilaku tertentu
sajalah yang boleh melakukan pelayanan medis. Pengaturan kewenangan klinis tersebut
dilakukan dengan mekanisme pemberian izin untuk melakukan pelayanan medis (entering
to the profession), kewajiban memenuhi syarat-syarat kompetensi dan perilaku tertentu
untuk mempertahankan kewenangan klinis tersebut (maintaining professionalism) dan
pencabutan izin (expelling from the profession). Untuk menjamin agar Komite medik
berfungsi dengan baik, organisasi dan tata laksana Komite medik dituangkan dalam
peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) yang disusun dengan berpedoman pada
Peraturan Menteri Kesehatan ini. Pada prinsipnya peraturan internal staf medis (medical
staff bylaws) merupakan dasar normatif bagi setiap tenaga medis agar tercipta budaya
profesi yang baik dan akuntabel.
I.2 Tujuan
SUBKOMITE KREDENSIAL
II.1 Pengertian
Proses Kredensial adalah proses dengan upaya menjamin staf medis kompeten dalam
memberikan pelayanan medis kepada pasien sesuai dengan standar profesi spesialisasi.
Proses Kredensial mencakup tahapan review, verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-
dokumen yang berhubungan dengan kinerja staf medis.
II.2 TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan bahwa staf medis yang
melakukan pelayanan medis di rumah sakit kredibel.
2. Tujuan khusus
a. mendapatkan dan memastikan bahwa staf medis yang profesional dan akuntabel
bagi pelayanan di rumah sakit
b. tersusunnya jenis – jenis kewenangan klinis (clinical privilege) bagi setiap staf
medis yang melakukan pelayanan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu
kedokteran / kedikteran gigi yang ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran / Kedokteran Gigi
Indonesia
c. dasar bagi kepala / direktur rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis
(Clinical appointment) bagi setiap staf medis untuk melakukan pelayanan medis di rumah
sakit
d. terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi rumah sakit di
hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku kepentingan (stakeholders) rumah sakit
lainnya
II.3 TUGAS
1. Menyusun buku putih (White Paper) yang merupakan dokumen persyaratan terkait
kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan setiap jenis pelayanan medis sesuai dengan
ketetapan kolegium setiap spesialisasi ilmu kedoktran. Buku putih disusun oleh Komite
Medik dengan melibatkan Mitra Bestari (Peer Group).
2. Rekomendasi pemberian izin untuk melakukan pelayanan medis (entering to the
prefession)
a. Menerima hasil verifikasi persyaratan Kredensial dari bagian SDM meliputi:
1. Ijazah;
2. Surat Tanda Registrasi (STR);
3. Sertifikat kompetensi;
4. Sertifikat ATLS / ACLS atau sertifikat lainnya
II.4 KEWENANGAN
Subkomite Kredensial mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi rincian
Kewenangan Klinis untuk memperoleh surat Penugasan Klinis (Clinical Appointment).
III.1 PENGERTIAN
Dalam rangka menjamin kualitas pelayanan medis, maka staf medis sebagai pemberi
pelayanan medis harus memiliki kompetensi, etis dan peka budaya. Mutu profesi staf
medis harus selalu ditingkatkan melalui program pengembangan profesional berkelanjutan
yang disusun secara sistematis, terarah dan terpola/terstruktur. Berbagai cara dapat
dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu profesi staf medis antara lain audit, diskusi,
refleksi diskusi kasus, studi kasus, seminar/simposium serta pelatihan, baik dilakukan di
dalam maupun di luar rumah sakit.
III.2 TUJUAN
Tujuan umum:
a. memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf medis
yang bermutu, kompeten, etis, dan profesional;
b. memberikan asa keadilan bagi staf medis untuk memperoleh kesempatan
memelihara kompetensi (maintaining competence) dan kewenangan klinis (clinical
privilege)
c. mencegah terjadinya kejadian yang tak diharapkan (medical mishaps);
d. memastikan kualitas asuhan medis yang diberikan oleh staf medis melalui upaya
pemberdayaan, evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan (on-going
professional practice evaluation), maupun eveluasi kinerja profesi yang terfokus
(focused professional practice evaluation)
Tujuan khusus:
1. untuk mengetahui penerapan standar dan evaluasi pelayanan medis
2. untuk melakukan perbaikan – perbaikan pelayanan medis sesuai kebutuhan pasien
dan standar palayanan medis.
III.3 TUGAS
Memelihara kompetensi dan perilaku para staf medis yang telah memperoleh izin
(maintaining professionalism), serta memantau kualitas melalui morning report, kasus
sulit, ronde ruangan, kasus kematian (death case), audit medis, journal reading.
III.4 KEWENANGAN
Sub Komite mutu profesi mempunyai kewenangan memberikan rekomendasi
tindak lanjut audit staf medis, pelatihan singkat (short course), aktivitas pendidikan
berkelanjutan, pendidikan kewenangan tambahan.
Implementasi fungsi manajemen klinis dalam rangka penerapan tata kelola klinis yang
baik di rumah sakit.
Untuk melaksanakan tugas subkomite mutu profesi, maka ditetapkan mekanisme sebagai
berikut :
1. Audit medis dilakukan dengan mengedepankan respek terhadap semua staf medis (no
blaming culture) dengan cara:
a. Tidak menyebutkan nama (no naming);
b. Tidak mempermasalahkan (no blaming);
c. Tidak mempermalukan (no shaming).
2. Dilakukan oleh rumah sakit untuk mengevaluasi profesi secara sistemik yang
melibatkan mitra bertari (peer group) yang terdiridari kegiatan peer-review,
surveillance dan assessment terhadap pelayanan medis di rumah sakit
3. Melakukan audit medis dengan cara:
a) Pemilihan topik yang akan dilakukan audit.
b) Penetapan standar dan kriteria.
c) Penetapan jumlah kasus/sampel yang akan diaudit.
d) Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.
e) Melakukan analisis kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.
f) Menerapkan perbaikan.
g) Rencana re-Audit.
b. Pertemuan pembahasan kasus tersebut antara lain meliputi kasus kematian (death
case), kasus sulit, maupun kasus langka
c. Setiap kali pertemuan ilmiah harus disertai notulensi, kesimpulan daftar hadir
peserta yang akan dijadikan pertimbangan dalam penilaian disiplin profesi
d. Notulensi beserta daftar hadir menjadi dokumen / arsip dari subkomite mutu
profesi
e. Subkomite mutu profesi bersama – sama dengan kelompok staf medis
menentukan kegiatan – kegiatan ilmiah yang akan dibuat oleh subkomite mutu profesi
yang melibatkan staf medis rumah sakit sebagai nara sumber dan peserta aktif
f. Subkomite mutu profesi bersama dengan bagian pendidikan dan penelitian rumah
sakit memfasilitasi kegiatan tersebut dan dengan mengusahakan satuan angka kredit dan
ikatan profesi
IV.1 PENGERTIAN
Penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan secara
terencana, terarah dan dengan semangat yang tinggi sehingga setiap staf medis di rumah
sakit harus menerapkan prinsip – prinsip profesionalisme kedokteran dengan kinerja
profesional yang baik tersebut pasien akan memperoleh asuhan medis yang aman dan
efektif.
IV.2TUJUAN
a) Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat (unqualified)
dan tidak layak (unfit / unproper) untuk melakukan asuhan klinis (clinical care)
b) Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah sakit
IV.4 KEWENANGAN
Subkomite etik dan disiplin profesi mempunyai kewenangan memberikan usul
rekomendasi pencabutan Kewenangan Klinis (Clinical Privilege) tertentu, memberikan
rekomendasi perubahan/modifikasi rincian Kewenangan Klinis (Delineation of Clinical
Privilege), serta memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin.
PENUTUP
V. 1. KESIMPULAN