DEFINISI
A. Kredensial
Kredensial berasal dari bahasa Inggris credentialing yang artinya mandat.
Kredensial merupakan proses evaluasi terhadap staf medis untuk menentukan
kelayakan diberikan mandat kewenangan klinis (clinical privilege). Kredensial
merupakan proses untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi staf
medis.
B. Rekredensial
Rekredensial berasal dari kata re yang artinya kembali, dan credentialing
yang artinya mandat. Rekredensial adalah proses evaluasi kembali terhadap staf
medis yang telah memiliki kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan
pemberian mandat kewenangan klinis tersebut. Rekredensial dilakukan setiap 3
tahun atau bila terdapat penambahan/pengurangan kewenangan klinis.
1
Proses credentialing maupun recredentialing ini dilakukan dengan dua
alasan utama. Alasan pertama, banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi
setelah seseorang mendapatkan sertifikat kompetensi dari kolegium.
Perkembangan ilmu di bidang kedokteran untuk suatu pelayanan medis tertentu
sangat pesat, sehingga kompetensi yang diperoleh saat menerima sertifikat
kompetensi bisa kadaluarsa, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang tidak
aman bagi pasien. Selain itu, lingkup suatu cabang ilmu kedokteran tertentu
senantiasa berkembang dari waktu ke waktu sehingga suatu tindakan yang semula
tidak diajarkan pada penerima brevet pada periode tertentu, dapat saja belakangan
diajarkan pada periode selanjutnya, bahkan dianggap merupakan merupakan suatu
kemampuan yang standar. Hal ini mengakibatkan bahwa sekelompok staf medis
yang menyandang sertifikat kompetensi tertentu dapat saja memiliki lingkup
kompetensi yang berbeda-beda. Alasan kedua, keadaan kesehatan seseorang dapat
saja menurun akibat penyakit tertentu atau bertambahnya usia sehingga
mengurangi keamanan pelayanan medis yang dilakukannya. Kompetensi fisik dan
mental dinilai melalui uji kelaikan kesehatan baik fisik maupun mental. Tindakan
verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah sakit disebut sebagai
mekanisme credentialing, dan hal ini dilakukan demi keselamatan pasien.
Setelah seorang staf medis dinyatakan kompeten melalui suatu proses
kredensial, rumah sakit menerbitkan suatu izin bagi yang bersangkutan untuk
melakukan serangkaian pelayanan medis tertentu di rumah sakit tersebut, hal ini
dikenal sebagai kewenangan klinis (clinical privilege). Tanpa adanya kewenangan
klinis (clinical privilege) tersebut seorang staf medis tidak diperkenankan untuk
melakukan pelayanan medis di rumah sakit tersebut.
Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) seseorang dokter
spesialis dapat saja berbeda dengan koleganya dalam spesialisasi yang sama,
tergantung pada ketetapan komite medik tentang kompetensi untuk melakukan
tiap pelayanan medis oleh yang bersangkutan berdasarkan hasil proses kredensial.
Dalam hal pelayanan medis seorang staf medis membahayakan pasien maka
kewenangan klinis (clinical privilege) seorang staf medis dapat saja dicabut
2
sehingga tidak diperkenankan untuk melakukan pelayanan medis tertentu di
lingkungan rumah sakit tersebut.
Kewajiban rumah sakit untuk menetapkan kewenangan klinis (clinical
privilege) tersebut telah diatur dengan tegas dalam peraturan perundang-undangan
tentang perumahsakitan bahwa setiap rumah sakit wajib menyusun dan
melaksanakan hospital by laws, yang dalam penjelasan peraturan perundang-
undangan tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib melaksanakan tata
kelola klinis yang baik (good clinical governance). Hal ini harus dirumuskan oleh
setiap rumah sakit dalam peraturan staf medis rumah sakit (medical staff by law)
antara lain diatur kewenangan klinis (clinical privilege).
Kelemahan rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan
menimbulkan tanggung jawab hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi
kecelakaan pelayanan medis. Setiap rumah sakit wajib melindungi pasiennya dari
segala pelayanan medis yang dilakukan oleh setiap staf medis di rumah sakit
tersebut, hal ini dikenal sebagai the duty of due care.
3
4. Terjaganya reputasi dan kredibilitas para staf medis dan institusi
rumah sakit di hadapan pasien, penyandang dana, dan pemangku
kepentingan (stakeholders) rumah sakit lainnya.
4
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini diterapkan kepada semua staf medis RSKB Diponegoro Dua
Satu Klaten, yaitu dokter umum dan dokter spesialis.
Pelaksana panduan ini adalah Komite Medik RSKB Diponegoro Dua Satu
Klaten, yang dibentuk untuk meningkatkan profesionalisme staf medis, serta
mengatur tata kelola klinis yang baik agar mutu pelayanan staf medis yang
berorientasi pada keselamatan pasien di Rumah Sakit lebih terjamin dan terlindungi.
5
BAB III
TATA LAKSANA
6
rapat akan digunakan sebagai bahan rekomendasi untuk memberikan Surat
Penugasan Klinis dari Direktur Rumah Sakit.
10. Direktur Rumah Sakit membuat Surat Penugasan Klinis kepada dokter
yang telah melaksanakan proses kredensial.
11. Kewenangan klinis akan berakhir bila surat penugasan klinis habis masa
berlakunya, atau dicabut oleh Direktur Rumah Sakit. Surat Penugasan
Klinis memiliki masa berlaku selama tiga tahun. Pada akhir masa berlaku
Surat Penugasan Klinis tersebut, rumah sakit harus melakukan proses
rekredensial terhadap staf medis yang bersangkutan.
12. Proses rekredensial, dilakukan setiap tiga tahun sekali bagi setiap staf
medis, dan proses pelaksanaannya dilakukan dengan cara yang sama
dengan proses kredensial. Proses rekredensial ini lebih sederhana
dibandingkan dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan di
atas karena rumah sakit telah memiliki informasi setiap staf medis yang
melaksanakan pelayanan medis di RSKB Diponegoro Dua Satu Klaten.
13. Subkomite kredensial membuat laporan data dokter yang perlu dilakukan
rekredensial kepada Direktur. Selanjutnya Direktur menyurati staf medis
untuk segera mengajukan permohonan dilakukan rekrendesial dengan
menyertakan rincian kewenangan klinis yang terbaru.
14. Kemudian Direktur menyampaikan permohonan rekredensial staf medis
tersebut kepada Komite Medik untuk diteruskan kepada Subkomite
kredensial.
15. Untuk selanjutnya tahap rekredensial dilakukan seperti langkah proses
kredensial poin 9 dan 10.
16. Kewenangan Klinis yang telah diperoleh dapat dicabut sewaktu-waktu
oleh Direktur Rumah Sakit didasarkan pada kinerja staf medis di lapangan,
misalnya dokter tersebut terganggu kesehatannya, baik fisik maupun
mental. Selain itu, pencabutan kewenangan klinis juga dapat dilakukan
bila terjadi kecelakaan medis yang diduga karena inkompetensi.
17. Kewenangan klinis yang telah dicabut dapat diberikan kembali bila staf
medis tersebut telah pulih kompetensinya.