Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN II


DIRUMAH SAKIT HARAPAN DAN DOA KOTA BENGKULU
ASUHAN KEBIDANAN PASCA PERSALINAN DAN MENYUSUI

Disusun Oleh:
Nama : Yoanda Miftahul Jannati
NPM : F0G019007

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(Winny Lestari, S.Tr. Keb) (Asmariyah,S.ST.,M.Keb)


NIP. 19930130201503 2 0005

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN AJARAN 2020/2021
A. KONSEP TEORI

1. Pengertian

Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang


diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6
minggu. Kejadian yang terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi
( Saifuddin, 2006 ).

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu


kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya
anggota keluarga baru (Mitayani, 2009).

Jadi masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta


sampai alat alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari.

2. Tahapan masa nifas


1) Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40
hari.
2) Puerperium intermedial.
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium.
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
3. Kunjungan Nifas
Kujungan nifas dilakukan minimal 4 kali untuk menilai status ibu dan bayi
baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-
masalah yang terjadi.
 6-8 jam setelah persalinan
1) Mencegah perdarahan masa nifas.
2) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
3) Pemberian ASI awal, 1 jam setelah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
berhasil dilakukan.
4) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
5) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.

 6 hari setelah persalinan


1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi
fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak
ada bau menyengat.
2) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui.
4) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari

 2 minggu setelah persalinan

1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi


fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal dan tidak
ada bau menyengat.
2) Menilai adanya tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
penyulit dalam menyusui.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi yaitu
perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari.

 6 minggu setelah persalinan

1) Menanyakan pada ibu tentang keluhan dan penyulit yang


dialaminya.
2) Memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini.
4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Asuhan postpartum merupakan upaya kolaboratif antara orangtua,
keluarga, pemberi asuhan yang sudah terlatih atau tradisional, profesi
kesehatan dll termasuk anggota masyarakat, pembuat kebijakan, perencana
kesehatan dan administrator.
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologi
2) Melaksanakan skrining yg komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan KB
5. Perubahan Fisiologis Pada Ibu Nifas
a) Perubahan Sistem Reproduksi
Tubuh ibu berubah setelah persalian, rahimnya mengecil, serviks
menutup, vagina kembali ke ukuran normal dan payudaranya
mengeluarkan ASI. Masa nifas berlangsung selama 6 minggu. Dalam
masa itu, tubuh ibu kembali ke ukuran sebelum melahirkan. Untuk
menilai keadaan ibu, perlu dipahami perubahan yang normal terjadi
pada masa nifas ini.
1) Involusi Rahim
Involusi terjadi karena masing – masing sel menjadi lebih kecil,
karena sitoplasma nya yang berlebihan dibuang, involusi disebabkan
oleh proses autolysis, dimana zat protein dinding rahim dipecah,
diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui air kencing, sehingga
kadar nitrogen dalam air kencing sangat tinggi.
Penyebab terhambatnya penurunan TFU dapat mengakibatkan
subinvolusi sehingga meningkatkan Angka Kematian Ibu. Beberapa
faktor yang mempengaruhi proses penurunan TFU antara lain
mobilisasi dini, gizi, menyusui dan psikologis. Mobilisasi dini
penting bagi ibu setelah melahirkan. Jika otot-otot tidak berkontraksi
dan beretraksi dengan baik setelah bayi lahir, maka tidak dapat
menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan
plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus. Sehingga
pengeluaran lokhea menjadi tidak lancar. Gizi pada ibu nifas sangat
berpengaruh karena untuk proses pemulihan alat-alat kandungan
serta persiapan menyusui sehingga membutuhkan tambahan energi.
Ibu nifas yang kekurangan gizi dapat mempengaruhi penurunan
kadar Hb dalam darah, selanjutnya akan mudah terjadi perdarahan.
Menyusui pada masa nifas sangat penting karena jika pada masa
nifas tidak ada proses menyusui maka tidak terdapat rangsangan
puting susu pada ibu sehingga reflek pengeluaran hormon oksitosin
tidak terjadi dan akan berdampak pada proses penurunan TFU dan
perdarahan karena hormon oksitosin tidak hanya mempengaruhi otot
polos payudara, tetapi juga otot polos uterus sehingga jika tidak
terdapat rangangan maka tidak berkontraksi dengan baik (Manuaba,
2007 dalam Kustini, 2018).
2) Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan
permukaan kasar, tidak rata dan kira – kira sebesar telapak tangan.
Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu kedua hanya
sebesar 3 – 4 cm dan pada akhir masa nifas 1 -2 cm.
3) Perubahan pembuluh darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-
pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak
diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri harus
mengecil lagi dalam nifas.
4) Perubahan pada serviks dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan,ostium extemum dapat dilalui
oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena
robekan persalinan, Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui
oleh satu jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan
bagian dari canalis cervikalis.
5) Perubahan pada cairan vagina (lochia)
Dari cavum uteri keluar cairan secret disebut Lochia. Jenis Lochia
yakni:
1. Lochia Rubra (Cruenta) : ini berisi darah segar dan sisa-sisa
selaput ketuban , sel-sel desidua (desidua, yakni selaput lendir
Rahim dalam keadaan hamil), verniks caseosa (yakni palit bayi,
zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel
epitel, yang menyelimuti kulit janin) lanugo, (yakni bulu halus
pada anak yang baru lahir), dan meconium (yakni isi usus janin
cukup bulan yang terdiri dari atas getah kelenjar usus dan air
ketuban, berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari pasca
persalinan.
2. Lochia Sanguinolenta : Warnanya merah kuning berisi darah dan
lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3. Lochia Serosa : Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah
lagi pada hari ke 7-14 pasca persalinan.
4. Lochia Alba : Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2
minggu.
5. Lochia Purulenta : Ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah berbau busuk.
6. Lochiotosis : Lochia tidak lancer keluarnya.
6) Perubahan pada Vagina dan Perineum
Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat
teregang akan kembali secara bertahap pada ukuran sebelum hamil
selama 6-8 minggu setelah bayi lahir.
b) Perubahan Sistem Pencernaan
Dinding abdominal menjadi lunak setelah proses persalinan karena
perut yang meregang selama kehamilan. Ibu nifas akan mengalami
beberapa derajat tingkat diastatis recti, yaitu terpisahnya dua parallel
otot abdomen, kondisi ini akibat peregangan otot abdomen selama
kehamilan. Tingkat keparahan diastatis recti bergantung pada kondisi
umum wanita dan tonus ototnya, apakah ibu berlatih kontinyu untuk
mendapat kembali kesamaan otot abodimalnya atau tidak.
Pada saat postpartum nafsu makan ibu bertambah. Ibu dapat
mengalami obstipasi karena waktu melahirkan alat pencernaan
mendapat tekanan, pengeluaran cairan yg berlebih, kurang makan,
haemoroid, laserasi jalan lahir, pembengkakan perineal yg disebabkan
episiotomi. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi
dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan, dan ambulasi
awal. Bila tidak berhasil, dalam 2-3 hari dapat diberikan obat
laksansia.
c) Perubahan Sistem Perkemihan
Kandung kencing dalam masa nifas kurang sensitif dan kapasitasnya
akan bertambah, mencapai 3000 ml per hari pada 2 – 5 hari post
partum. Hal ini akan mengakibatkan kandung kencing penuh. Sisa
urine dan trauma pada dinding kandung kencing waktu persalinan
memudahkan terjadinya infeksi. Lebih kurang 30 – 60 % wanita
mengalami inkontinensial urine selama periode post partum.
Dapat mengalami trauma akibat kehamilan dan persalinan, Efek
Anestesi dapat meningkatkan rasa penuh pada kandung kemih, dan
nyeri perineum terasa lebih lama, Dengan mobilisasi dini bisa
mengurangi hal diatas. Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali
pada akhir postpartum minggu ke empat.
Sekitar 40% wanita postpartum akan mempunyai proteinuria
nonpatologis sejak pasca salin hingga hari kedua postpartum.
Mendapatkan urin yang valid harus diperoleh dari urin dari kateterisasi
yang tidak terkontaminasi lochea.
d) Musculoskleletal
Otot – otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-
pembuluh darah yang berada diantara anyaman-anyaman otot-otot
uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta diberikan.
Pada wanita berdiri dihari pertama setelah melahirkan, abdomennya
akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih
hamil. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita
itu akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hamil. Kulit memperoleh kambali
elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil stria menetap.
6. Perubahan Psikologis Pada Ibu Nifas
a) Adaptasi Perubahan Psikologis Nifas
Periode kehamilan, persalinan, dan pascanatal merupakan masa
terjadinya stress yang hebat, kecemasan, gangguan emosi, dan
penyesuian diri. Intervensi mendengarkan pada saat antenatal dapat
menjadi strategi yang berguna untuk mencegah morbiditas psikologis.
Asuhan yang supportif dan holistik membantu meningkatkan
kesejahteraan emosi ibu dan mengurangi angka morbiditas psikologis
pada periode pascanatal. Informasi yang adekuat dapat mengurangi
tingkat kecemasan ibu dan kemungkinan distress emosi.
Setelah persalinan ibu perlu waktu untuk menyesuaikan diri, menjadi
dirinya lagi, dan merasa terpisah dengan bayinya sebelum dpt
menyentuh bayinya. (Price ‘88) Perasaan ibu oleh bayinya bersifat
komplek dan kontradiktif. Banyak ibu merasa takut disebut sebagai ibu
yang buruk, emosi yang menyakitkan mungkin dipendam sehingga sulit
dalam koping dan tidur. Ibu menderita dalam kebisuannya sehingga
menimbulkan distress karena kemarahan thd situasi
Periode ini dieskpresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada tiga tahap
berikut ini :
1) Taking in Period ( Masa ketergantungan)
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat
bergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu
lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang
dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2) Taking hold period
Berlangsung 3-4 hari postpartum, ibu lebih berkonsentrasi pada
kemampuannya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya
terhadap perawatan bayi. Pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif,
sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat untuk
mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3) Leting go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah. Ibu mulai secara
penuh menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan
menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat bergantung pada
dirinya.
b) Post Partum Blues
`Post Partum merupakan keadaan yg timbul pada sebagian besar ibu
nifas yaitu sekitar 50-80% ibu nifas, hal ini merupakan hal normal pada
3-4 hari , namun dapat juga berlangsung seminggu atau lebih. Etiologi
dari postpartum blues masih belum jelas, kemungkinan besar karena
hormon; perubahan kadar estrogen, progesteron, prolactin, peningkatan
emosi terlihat bersamaan dengan produksi ASI. Berikut juga dapat
menjadi penyebab timbulnya psot partum blues
1) Ibu merasa kehilangan fisik setelah melahirkan.
2) Ibu merasa kehilangan menjadi pusat perhatian dan kepedulian.
3) Emosi yang labil ditambah dgn ketidaknyamanan fisik.
4) Ibu terpisah dari keluarga dan bayi-bayinya.
5) Sering terjadi karena kebijakan rumah sakit yg kaku/tidak fleksibel.
Gambaran Postpartum blues bersifat ringan dan sementara, ibu
mengalami emosi yang labil; mudah menangis, euforia dan tertawa.
Ibu merasa sedih & menangis karena hal yg tdk jelas, mudah
tersinggung, karena kurang percaya diri, menjadi sensitif dgn
komentar sekelilingnya. Asuhan yang dapat diberikan pada ibu
postpartum yaitu dengan memberikan informasi yang dibutuhkan
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya,. Berikan ibu
support dan reward/pujian, pertolongan/bimbingan orang terdekat
akan sangat membantu ibu. Post partum blues diidentifikasi sebagai
hal yg mendahului depresi, dan mengindikasikan perlunya dukungan
social.
c) Kesedihan dan Duka Cita
Duka cita adalah respon fisiologis terhadap kehilangan. Kegagalan
duka cita pada umumnya oleh karena suatu keinginan u/ menghindari
sakit yg intens. Duka cita sangat bervariasi tergantung pada apa yg
hilang & persepsi individu. Tingkat kehilangan dicerminkan melalui
respon diri. Bentuk kehilangan dapat beragam diantaranya Infertil,
keguguran, IUFD, kelainan kongenital, bayi meninggal. Terdapat
tahapan dalam proses duka cita
1) Shock
Merupakan respon awal terhadap kehilangan, bentuk respon
fase shock ini diantaranya; menolak, tidak percaya, putus asa,
marah. Manifestasi perilaku dan perasaan shock diantaranya:
 Takut
 Kesepian
 Merasa bersalah
 Terasa kosong/hampa
 Kesendirian
 Menangis
 Irrasional
 Merasa benci
 Kehilangan inisiatif
 Merasa frustasi
 Memberontak
 Kehilangan konsentrasi.
2) Realitas dan Penerimaan
Merupakan fakta kehilangan dan penyesuaian/adaptasi
terhadap keyataan yang terjadi. Klien membuat penyesuaian
yang perlu direncanakan dalam kehidupan karena kejadian itu.
Sering timbul pertanyaan : “mengapa:, “jika”, “bagaimana.
Ketika pertanyaan ini timbul akan meningkatkan perasaan
marah, bersalah, dan takut. Ekspresi secara utuh penting untuk
kesembuhan. (ex;menangis)
3) Resolusi
Di fase ini individu mulai aktif kembali, fase resolusi
merupakan tahap individu mulai menerima kehilangannya, dan
mulai membuat hubungan baru. Orang disekitarnya sangat
berperan, begitu pula dengan peran tenaga kesehatan. Bidan
sangat penting dalam membantu ibu yang berduka. Seperti pada
bayi yang lahir tidak sempurna (kelainan kongenital), bidan
berperan dalam memberi rasa aman, memberi support,
mendengarkan keluhan, tidak menyalahkan, dan memberi
support untuk berusaha menerima bayinya. Beri ibu kesempatan
untuk menceritakan perasaan mereka walaupun berulang-ulang,
karena hal ini merupakan manifestasi duka cita. Memberikan
informasi ; penyebab dan kejelasan tentang kelainan bayi
mereka membantu ibu untuk melalui fase duka cita.

7. Kebutuhan dasar ibu masa nifas


a. Nutrisi dan cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup dan gizi yang seimbang
terutama kebutuhan protein dan karbohidrat. Makanan harus bermutu,
bergizi dan cukup kalori, buah-buahan dan sayuan.
b. Ambulasi
Pada kelahiran normal ibu tidak terpasang infus kateter serta tanda-
tanda vital berada pada batas normal.
c. Eliminasi
Pada kala IV persalinan pemantauan urine dilakukan selama 2 jam,
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam kedua.
d. Kebersihan diri dan perinium
Kebersihan perinium harus sangat dijaga supaya terhindar dari infeksi
e. Istirahat
Istirahat diperlukan supaya ibu tidak stres.

8. Proses Laktasi dan Menyusui


 Laktasi
a) Produksi asi (prolaktin)
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat, tetapi asi
belum keluar karna pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.
b) Pengeluaran asi
Apabila bayi disusui maka gerakan hisap berirama akan menghasilkan
rangsangan karna saraf yang terdapat pada grandula pisutaria posterior.
 Dukungan bidan dalam pemberian asi
a) Membiarkan bayi bersama ibunya setelah lahir
b) Mengajarkan cara merawat payudara untuk mencegah masalah
c) Membantu ibu pada saat memberikan asi pertama kali
d) Menetapkan ibu dan bayinya pada ruangan sama.
e) Menganjurkan memberi asi sesering mungkin
 Manfaat pemberian asi
a) Zat besi dan zat gizi dalam asi untuk kebuthan bayi
b) Asi mengandung zat protekif
c) Pertumbuhan dan perkembangan
 Manfaat asi untuk ibu
a) Aspek kesehatan ibu
b) Aspek KB
c) Aspek psikologis
 Komposisi asi
a) Colostrum mengandung tinggi protein, mineral, garam, vitamin A,
nitrogen, sel darah putih dan antibodi yang tinggi.
b) Asi transisi/persalinan
Asi yang keluar setelah colostrum sampai asi matang.
c) Asi matur disekresikan pada hari kesepuluh dan seterusnya.
 Hal-hal yang mempengaruhi produksi asi.
a) Makanan
b) Ketenganan jiwa dan pikiran
c) Penggunaan alat kontrasepsi
d) Perawatan payudara
e) Pola istirahat
f) Faktor hisapan anak
g) Umur kehamilan saat melahirkan
h) Konsumsi rokok dan alcohol
 Teknik Menyusui

Keberhasilan menyusui dipengaruhi oleh ketepatan dalam proses


menyusui. Salah satu kunci keberhasilan menyusui yaitu perlekatan
yang tepat antara bayi dengan payudara ibu, sehingga bayi dapat
menghisap secara optimal. Bayi menyusu dari payudara, bukan dari
puting. Teknik memposisikan bayi yaitu :

1. Tubuh bayi diarahkan ke tubuh ibu, sehingga bayi menempel pada


payudara pada sudut yang sama ketika payudara mengarah
kepadanya.
2. Bayi dipegang dengan 1 lengan, dengan kepala berada pada siku
dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu sehingga posisi
lehernya agak tengadah.
3. Perut bayi menempel ke perut ibu.
4. Merangsang bayi membuka mulut dengan mendekatkan puting
sehingga bayi menggerakkan mulut kearah puting. Ketika bayi telah
membuka mulutnya lebar, segera menempelkan payuda pada mulut
bayi (bibir bawah bayi diarahkan sejauh mungkin dari pangkal
puting). Hal tersebut memungkinkan bayi menarik jaringan
payudara dan puting ke dalam mulutnya dengan lidahnya, sehingga
bayi akan menutup rapat payudara dan puting Kontak puting
dengan palatum durum memicu refleks menghisap. Pada posisi
mulut dan lidah tersebut, lidah akan membuat siklus ritmik
penekanan payudara sehingga ASI dapat dipindahkan dari kelenjar
(dari sinus laktoferus ke mulut bayi).
 Posisi Menyusui

Ketepatan posisi menyusui berpengaruh dengan kecukupan nutrisinya.


Dalam proses menyusu, komposisi ASI dibedakan menjadi 2 yaitu
foremilk (ASI yang pertama kali diminum bayi, mengandung sedikit
lemak dengan volume lebih banyak) dan hindmilk (ASI yang diminum
terakhir, mengandung banyak lemak dengan volume sedikit). Untuk
mendapatkan asupan nutrisi yang cukup, bayi harus mengosongkan
payudara (menyelesaikan perpindahan ASI dari jaringan).

Posisi menyusu tidak harus dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi
menyusui dapat disesuiakna dengan kenyamanan serta kondisi lain baik
dari ibu maupun bayi.

1. Posisi mendekap atau menggendong (cradle hold atau cradle


position)
Posisi ini adalah posisi yang paling umum, dimana ibu duduk
tegak. Leher dan bahu bayi disangga oleh lengan bawah ibu atau
menekuk pada siku. Harus diperhatikan agar pergerakan kepala
bayi jangan terhalang.
2. Posisi menggendong silang (cross cradle hold)
Hampir sama dengan posisi mendekap atau menggendong tetapi
bayi disokong oleh lengan bawah dan leher serta bahu disokong
oleh tangan ibu
3. Posisi dibawah tangan (underarm hold)
Merupakan posisi yang cocok khususnya untuk menghindari
penekanan pada luka operasi SC. Ibu tegak menggendong bayi di
samping, menyelipkan tubuh bayi ke bawah lengan (mengapit
bayi) dengan kaki bayi mengarah ke punggung ibu.
4. Baring menyamping/bersisian (lying down)
Posisi ini sangat berguna bila ibu lelah atau menderita sakit pada
perineum. Bayi menghadap payudara, tubuh sejajar, hidung ke arah
puting.
B. ASUHAN KEBIDANAN MASA NIFAS DAN MENYUSUI
Tanggal pengkajian :
Jam :
Tempat Pengkajian :
Nama pengkaji :

A. DATA SUBYEKTIF
I. Identitas
1) Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
2) Identitas Suami
Nama :
Umur :
Agama :
Suku/Bangsa :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
II. Keluhan utama : Ibu mengatakan perutnya merasa mules badan terasa lelah

III. Riwayat Kebidanan


1. Status Perkawinan
Kawin : Ya
Jika kawin : Perkawinan Yang Ke : 1      
Lamanya: 1 tahun
Umur : 23 Tahun
2. Riwayat Kehamilan
Umur kehamilan : 37 minggu 4hari
ANC : 6 Kali
Mulai merasakan gerakan janin : 5 bulan
Imunisasi TT : 2 Kali
Pemberian Fe : 90 tablet
Keluhan selama kehamilan : TM 1: Pusing, Mual dan muntah

TM 2: -

TM 3: sering buang air kecil

Perawatan payudara : pada usia 7 bulan


Senam hamil : tidak pernah
Rencana KB yang akan datang : suntik
Alasan : untuk menjarangkan kehamilan
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Tahun Persalinan Nifas Bayi KB Ket


No
Penolong Jenis UK Tempat Penyulit Penyulit JK BB PB ASI
1
Kehamilan ini

3. Riwayat Persalinan
Tanggal Persalinan : 24 September 2021
Pukul : 07.40 Wib
Tempat Persalinan : BPM Bidan Yati
Jenis Persalinan : Spontan
Lama Persalinan : 9 jam 40 menit
KALA I : 7 jam                                     Keluhan : Tidak ada
KALA II : 30 menit                                  Keluhan : Tidak ada
KALA III : 15 menit                                Keluhan : Tidak ada
KALA IV : sampai 2 jam PP                    Keluhan : Tidak ada
Keadaan Bayi
Keadaan Umum : Baik
Jenis Kelamin : Laki-laki
Berat Badan : 3200 Gram
Panjang Badan : 50 Cm
A/S : 8/9
Kelainan : Tidak ada

IV. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Keluarga

Penyakit Menular Tidak ada, Penyakit menahun tidak ada

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Penyakit Menular Tidak ada, Penyakit menahun tidak ada

V. Pola Kebutuhan sehari-hari


a. Pola Nutrisi
Makan : 3x sehari

jenis : nasi,sayuran, buah-buahan

b. Pola Eliminasi
BAB : 1 X/ hari

BAK : 4x/ hari

c. Pola Aktifitas Pekerjaan : ibu mengatakan melakukan aktifitas yang


ringan serta dibantu suami dan keluarga
d. Pola Istirahat : ibu mengatakan tidur 8 jam/hari dan sering
terbangun dimalam hari untuk menyusui
bayinya
e. Personal Hygiene : mandi 2x / hari ganti celana dalam minimal
2xSehari

. VI. Riwayat Psikososial Spiritual


 ibu mengatakan suami dan keluarganya selalu mendukung dia untuk
merawat bayinya dan hubungannya baik.
 Ibu mengatakan ia dan keluarganya mengerti tentang keadan masa
nifas
 Ibu mengatakan Pengambil keputusan di keluarga adalah suami dan ia
 Ibu mengatakan taat beribadah dan sering mengikuti pengajian
 Ibu mengatakan tinggal bersama suami

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda-tanda vital :
TD: 110/70 mmHg
N: 82x/m
R: 20 x/m
S: 36,5 O C
2. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala

Rambut : Bersih, Ketombe (-), Rontok (-)

2. Wajah : Tidak Pucat, ada cloasma gravidarum


3. Mata : Simetris, Conjungtiva merah muda, Sclera \
putih
4. Hidung : Bersih, Polip (-)
5. Mulut dan gigi : Bersih, Carries (-), Stomatitis (-)
6. Telinga : Simetris, Serumen (-)

7. Leher

Pembesaran kelenjer thyroid : Tidak ada


Pembesaran vena jugularis : Tidak ada

Pembesaran kelenjer limfe : Tidak ada

8. Dada

Bentuk : Simetris

Tarikan : Tidak ada

Mamae : Tidak ada tarikan,Tidak ada radang

Puting susu : Menonjol

Colostrums : Keluar

9. Abdomen

Inspeksi :Linea Alba (+), Bekas operasi (-)

Palpasi :

TFU : 3 jari dibawah pusat

Kontraksi : Ya

Konsistensi Uterus : Keras

Massa Lain : Tidak ada

10. Genitourinaria : Kosong, Tidak terpasang kateter


11. Hemoroid : Tidak ada
12. Vulva Vagina

Lochea :

Warna : Merah segar bercampur sel-sel desidua (lokea

rubra)

Luka perineum : Tidak ada, Bersih

Tanda-tanda Infeksi : tidak ada

8. Ekstrimitas

Reflek Patella : Kiri/Kanan, +/+

Edema : Tidak ada

Varises : Tidak ada


Human Sign : Tidak ada

3. Data Penunjang
Laboratorium          : Tidak ada

C. ANALISA

P1A0 6 jam Post Partum

D. PENATALAKSAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, bahwa kondisinya saat ini secara
keseluruhan baik-baik saja.
2. Mendiskusikan kepada ibu penyebab mules-mules yang disebabkan
oleh adanya kontr aksi uterus untuk kembali ke keadaan semula sebelum
hamil.
3. Mendiskusikan kepada ibu penyebab masih mengeluarkan darah dari
jalan lahirnya yang disebabkan oleh lokia rubra yang merupakan
mekanisme tubuh dalam membersihkan diri usai bersalin atau proses
penyembuhan lapisan rahim dan jumlah nya secara bertahap akan berubah
dari waktu ke waktu.

4. Mendiskusikan kepada ibu untuk menggunakan dan mengganti


pembalut 3-4 jam sekali agar daerah vagina tetap bersih dan terhindar dari
kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.

5. Mendiskusikan bersama ibu cara menjaga dan merawat kebersihan


genitalia setiap hari yaitu dengan cara membasuh daerah genitalia dari
arah depan ke belakang dengan menggunakan sab un, kemudian bilas
dengan air bersih dan keringkan dengan handuk atau tissue setiap habis
BAB dan BAK.

6. Mendiskusikan mengenai teknik menyusui yang benar dan manfaat


ASI eksklusif serta komponen ASI yang terdiri dari zat antibody yang
sangta diperlukan oleh bayi, mudah dicerna, memberikan perlindungan
terhaapa infeksi, selalu segar, bersih, siap untuk minum, dan hemat biaya
serta ibu untuk tidak meberikan makanan tambahn atau susu formula
sampai bayi berusia 6 bulan.
7. Mendiskusikan kepada ibu tentang pola tidur/ /istirahat yang cukup,
tidurlah pada saat bayi tidur.
8. Memberikan tablet tambah darah dan vitamin pada ibu serta
menganjurkan ibu untuk selalu meminumnya.
9. Mendiskusikan pada ibu untuk makan-makanan yang bergizi
10. Mendiskusikan pada ibu untuk melakukan senam nifas

11. Mendiskusikan tanda bahaya masa nifas

12. Menginformasikan kepada ibu untuk melakukan kunjungan ulang atau


control kembali 1 minggu kedepan ke BPM
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2007. Rencana Perawatan Maternal/Bayi :


Pedoman

Hanifa Wikyasastro.2007. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta:


Penerbit

Buku Kedokteran EGC

Mc Closky & Bulechek. (2008). Nursing Intervention Classification (NIC).


United States of

America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • PDF Satpel Karies Gigi
    PDF Satpel Karies Gigi
    Dokumen9 halaman
    PDF Satpel Karies Gigi
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • LP MTBS
    LP MTBS
    Dokumen24 halaman
    LP MTBS
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • SAP Kehamilan Resiko Tinggi
    SAP Kehamilan Resiko Tinggi
    Dokumen4 halaman
    SAP Kehamilan Resiko Tinggi
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • 6 Kunjungan Neo
    6 Kunjungan Neo
    Dokumen2 halaman
    6 Kunjungan Neo
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • C Majelis Etika
    C Majelis Etika
    Dokumen4 halaman
    C Majelis Etika
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • LP Persalinan
    LP Persalinan
    Dokumen29 halaman
    LP Persalinan
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • Kel 4 Terapi Tubuh
    Kel 4 Terapi Tubuh
    Dokumen43 halaman
    Kel 4 Terapi Tubuh
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • Y OANDA
    Y OANDA
    Dokumen2 halaman
    Y OANDA
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • Definisi Naturopati
    Definisi Naturopati
    Dokumen2 halaman
    Definisi Naturopati
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • Kel 4
    Kel 4
    Dokumen28 halaman
    Kel 4
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • Terapi Pikiran Kel 4
    Terapi Pikiran Kel 4
    Dokumen13 halaman
    Terapi Pikiran Kel 4
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • Homeopati
    Homeopati
    Dokumen5 halaman
    Homeopati
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • Kel. 4 Makalah 4 Terapi Kommplementer Dalam Masa Hamil
    Kel. 4 Makalah 4 Terapi Kommplementer Dalam Masa Hamil
    Dokumen25 halaman
    Kel. 4 Makalah 4 Terapi Kommplementer Dalam Masa Hamil
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat
  • PT 11
    PT 11
    Dokumen10 halaman
    PT 11
    yoanda miftahul jannati
    Belum ada peringkat