Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MENGENAL PERAN FUNGSI MKEK MELALUI


ORGANISASI PPNI DI INDONESIA
Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Etik, Hukum dan Aspek Legal dalam keperawatan
Dosen Pengampu : Dr. Yayat Suryati, Spd., S.Kp., M.Kep

Disusun oleh :

Umi Khasanah
Heru Badrussalam
Juni Irmasari Situmeang
May Muslim
Anggi Saputra
Ruth Rosmianna Seran
Mardiana Mochamad Ramdhan
Mohamad Cahyadi
Indah Kurniawati
Nur Hafni Hasim
Ivony F.N P

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL
ACHMAD YANI CIMAHI 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat yang


berdampak pada berbagai tatanan aspek kehidupan manusia khusunya berdampak
pada pelayanan Kesehatan dimana perawat berada dalam tatanan tersebut. Perawat
dalam melaksanakan praktik keperawatan mengacu kepada standar profesi perawat
yang meliputi standar kompetensi, standar praktik professional, dan kode etik
keperawatan. Dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan dan kehidupan profesi
permasalahan akan muncul berkaitan dengan etika dan pelanggaran yang dilakukan
baik oleh masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan dan perawat sebagai
pemberi pelayanan keperawatan.
Akibat dari permasalahan tersebut berdampak beberapa hal diantaranya
hubungan perawat dan klien dalam tatanan pelayanan keperawatan yang tidak baik,
hubungan anatara teman sejawat yang tidak harmonis hingga konflik berkepanjangan,
hubungan dengan tenaga Kesehatan lainnya sehingga jika hal tersebut tidak
terselesaikan dapat berpengaruh terhadap kinerja dan perilaku yang tidak sesuai.
Sebagai organisasi profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), mempunyai
kewajiban dalam dalam menjaga anggotanya untuk tetap melaksanakan praktik
keperawatan dan kehidupan profesi perawat sesuai dengan kode etik keperawatan,
yang digunakan sebagai rujukan perawat Indonesia.
Dalam menjalankan profesinya, perawat memiliki nilai-nilai luhur yang terikat
kode etik perawat yaitu prinsip altruism yaitu untuk selalu melayani masyarakat dan
prinsip beneficience yaitu dalaam membuat keputusan harus yang terbaik dan
berpihak pada masyarakat yang dilayani guna menghargai hak-hak asasi klien, maka
setiap perawat harus benar-benar menghayati dan mengamalkan kode etik
keperawatan yang ditetapkn oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia sesuai dengan
undang-undang no. 38 tahun 2014 tentang keperawatan. Kode etik keperawatan yang
dijabarkan meliputi : 1) Perawat dengan Klien, 2) Perawat dan Praktik, 3) Perawat
dan masyarakat, 4) Perawat dan teman sejawat, 5) Perawat dan Profesi dimana ditiap
penjabaran tersebut diatur perilaku yang diukur. Lebih lanjut untuk tugas membina
anggota dalam penghayatan dan pengamalan Kode Etik Keperawatan menjadi tugas
dari Majelis Kehormatan Etik Keperawatan di Indonesia.
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan (MKEK) merupakan bagian dari
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), mempunyai kewajiban membina
aggota dalam penghayatan dan pengamalan kode etik keperawatan. MKEK berada
ditingkat pusat dan provinsi dalam struktur didalam Persatuan Perawat Nasional
Indonesia dengan kewenangan adalah menyelidiki dan merekomendasikan
penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik . sedangkan yang
berkaitan dengan hukum akan diselesaikan oleh bidang hukum dan pemberdayaan
politik PPNI.
Berdasar masalah di atas, makalah ini akan menjawab persoalan berikut apa saja
peran dan fungsi/tupoksi MKEK dalam pelayanan keperawatan melalui organisasi
PPNI

B. Rumusan Masalah
Bagaimana peran dan fungsi/tupoksi MKEK dalam pelayanan keperawatan melalui
organisasi PPNI

C. Tujuan
Untuk mengetahui peran Fungsi MKEK melalui organisasi PPNI di Indonesia melalui
penelusuran atau wawancara terhadap organisasi PPNI (Pusat, Wilayah, daerah
setempat)
BAB II

TINJAUAN TEORI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Majelis Kehormatan Etik Keperawatan


Majelis Kehormatan adalah majelis yang mempertimbangkan masalah etik
keperawatan kepada pengurus pusat/pengurus propinsi dan anggota. Majelis Kehormatan
Etik Keperawatan (MKEK) merupakan bagian dari Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(PPNI), mempunyai kewajiban membina anggota dalam penghayatan dan pengamalan kode
etik keperawatan.
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan (MKEK) adalah Lembaga yang dibentuk DPP
PPNI untuk dapat menjamin penerapan dan pembinaan serta penghayatan anggota terhadap
kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan.

B. Landasan Hukum
Berdasarkan Undang-Undang nomor 18-202 tentang IPTEK sebagai berikut:
organisasi profesi adalah wadah masyarakat ilmiah dalam suatu cabang atau lintas disiplin
ilmu pengetahuan dan teknologi atau suatu bidang kegiatan profesi yang dijamin oleh negara
untuk mengembangkan profesionalisme dan etika profesi dalam masyarakat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan ( pasal 1 butir 14 undang-undang nomor 18/2002 tentang
Iptek).  Dewan kehormatan kode etik dibentuk oleh organisasi profesi untuk menegakkan
etika pelaksanaan kegiatan profesi serta menilai pelanggaran profesi yang dapat merugikan
masyarakat atau kehidupan profesionalisme di lingkungannya.
Pasal 30 pembentukan dan kedudukan (1)  majelis kehormatan etik dibentuk oleh
pengurus Pusat. (2)  majelis kehormatan etik berkedudukan di pengurus pusat dan membentuk
perwakilan di tingkat pengurus provinsi. (3)  majelis kehormatan etik bertanggung jawab
kepada pengurus Pusat.
Pasal 31 kewenangan majelis kehormatan etik berwenang menyelidiki dan
merekomendasikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik
profesi keperawatan kepada pengurus pusat PPNI.
Pasal 32 tugas pokok (1)  Membina   membina anggota dalam Penghayatan dan
pengamalan kode etik keperawatan (2)  membuat pedoman penerapan etika dalam pemberian
pelayanan keperawatan dan pedoman penyelesaian pertentangan dalam pelayanan
keperawatan.
Pasal 33 komposisi kepengurusan pengurus majelis kehormatan etik terdiri dari : 1
(satu)  orang sekretaris merangkap anggota , 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota, 3
(tiga)  atau (5) orang anggota.

C. Komite Etik Keperawatan


Komite etik keperawatan merupakan sub bagian dari komite keperawatan di Rumah Sakit
yang mempunyai tugas:

1. Melakukan sosialisasi kode etik profesi tenaga keperawatan


2. Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan
3. Melakukan penegakan disiplin profesi keperawatan dan kebidanan
4. Merekomendasikan penyelesaian masalah-masalah pelanggaran disiplin dan masalah-
masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.
5. Merekomendasikan pencabutan kewenangan klinis dan/ atau surat penugasan klinis.
6. Memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan etis dalam asuhan keperawatan
dan asuhan kebidanan
Kewenangan
Sub komite etik dan disiplin profesi dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kewenangan
sebagai berikut
1. Memberikan usul rekomendasi pencabutan kewenangan klinis (  clinical privilege)
Tertentu.
2. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis.
3. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan/saksi   pelanggaran  etik dan disiplin yang
telah dilakukan perawat/ bidan yang bekerja di Rumah Sakit.

D. Tugas Majelis Pembimbing Etik Keperawatan


Dalam melaksanakan tugasnya Majelis Kehormatan Etik Keperawatan [usat berkoordinasi
dengan Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (DPP PPNI). Majelis
Kehormatan Etik Keperawatan Provinsi berkoordinasi dengan Dewan Penguru Wilayah PPNI
Provinsi.
Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Provinsi memberikan laporan pelaksanaan kegiatan
secara periodic setiap tahun kepada Majelis Kehormatan Etik Keperawatan Pusat.
1. Tugas MKEK Provinsi
a. Membina anggota dalam penghayatan dan pengamalan kode etik keperawatan di
wilayah hukum provinsi
b. Memberikan masukan terhadap pedoman penerapan etik dalam pemberian pelayanan
keperawatan dan pedoman penyelesaian pertentangan etik dalam pelayanan
keperawatan
c. Menyelidiki dan merekomendasikan penyelesaian masalah yang berkaitan dengan
pelanggaran kode etik profesi keperawatan kepada pengurus MKEK Pusat
d. Memfasilitasi penyelesaian masalah pelanggaran etik keperawatan di wilayah hukum
Provinsi setelah berkoordinasi dengan MKEK Pusat
e. Melaksanakan program kerja dan kebijakan MKEK Pusat di wilayah hukum pusat.

E. Peran Majelis Pertimbangan Etik Keperawatan


Peran Majelis Kehormatan Etik Keperawatan sebagai berikut :
1. MKEK Pusat merupakan bagian dari keperawatan Dewan Pengurus Pusat PPNI yang
merupakan pengelola dalam bidang Etik dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan
masalah etik serta memberikan laporan kepada DPP PPNI. Sedangkan MKEK Provinsi
merupakan kepengurusan ditingkat provinsi yang diberikan Surat Keputusan dari MKEK
Pusat MKEK Provinsi mempunyai kewajiban bertanggungjawab pada MKEK Pusat.
2. MKEK Pusat diberikan kewenangan untuk melakukan penyelidikan dan memberikan
rekomendasi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik profesi
keperawatan kepada DPP PPNI. Sedangkan MKEK Provinsi melakukan Pendidikan dan
rekomendasi penyelesaian masalah yang berkaitan dengan pelanggaran kode etik profesi
keperawatan kepada MKEK Pusat.
3. MKEK melakukan sebagai berikut memeriksa, menyidangkan, membuat keputusan setiap
konflik etika yang berpotensi sengketa
4. MKEK melakukan pembinaan etik profesi sesuai yurisdiksinya yang meneliti tata
administrative setiap konflik etik atau sengketa sebelum disidangkan dan setelah
diputuskan
5. MKEK melakukan penyelidikan kasus bermasalah, pengaduan, penilaian etik setiap
perawat dengan atau tanpa sengketa diseluruh Indonesia yang dibahas, ditemukan atau
diadukan ke Dewan Pengurus PPNI sesuai dengan tingkatnya, baik yang telah, sedang
atau belum diberi putusan; belum, sedang atau telah menjalani sanksi etik dengan atau
tanpa pemulihan hak-hak profesi perawat teradu yang ditangani oleh MKEK Pusat,
MKEK Provinsi dan Dewan Pengurus PPNI sesuai tingkatnya
6. MKEK menganut system dua tingkat yaitu tingkat pertama dan tingkat banding. Putusan
MKEK Provinsi merupakan putusan tingkat pertama yang para pihak dapat mengajukan
bandik di MKEK Pusat sesuai yurisdiksinya yaitu MKEK Pusat untuk MKEK Provinsi.
Putusan MKEK Pusat atau putusan banding MKEK atau putusan tingkat pertama yang
tidak disbanding merupakan putusan final dan mengikat.
7. Untuk menjamin otonominya, MKEK berhak :
a. Mendapatkan pendanaan untuk kegiatan persidangan dan lainnya sesuai tingkatnya
(MKEK Pusat mendapatkan pendanaan dari DPP PPNI; MKEK Provinsi
mendapatkan pendanaan dari DPW PPNI Provinsi)
b. Memiliki tata cara administrative surat menyurat sesuai dengan ketentuan dan
yurisdiksi yang berlaku
c. Menjaga dan merahasiakan semua berkas kasus yang diadukan, dilaporkan,
disidangkan dan diputuskannya selama maksimal lima tahun sejak tanggal
diadukannya
d. Melaporkan putusan yang dibuat ke DPP PPNI untuk dilaksanakan sesuai
yurisdiksinya, melaksanakan putusan tersebut dengan mengkoordinasikannya kepada
DPP PPNI
e. Mengkoordinasikan dengan DPP PPNI untuk memberikan pemulihan hak-hak profesi
terhadap perawat yang tidak terbukti melakukan pelanggaran etik atau telah selesai
menjalani sanksi etik sebagaimana putusan MKEK yang telah dilaksanakan
f. MKEK membuat surat permohonan pemulihan hak-hak profesi kepada DPP PPNI
untuk menerbitkan surat keterangan tersebut mengacu kepada poin e.

F. Wewenang Majelis pertimbangan Etik Keperawatan


Wewenang khusus MKEK PPNI sesuai tingkatnya adalah sebagai berikut :
1. Menyampiakan pertimbangan pelaksanaan etik keperawatan dan usul secara lisan dan
atau tertulis, diminta atau tidak kepada Dewan Pengurus PPNI sesuai tingkatnya
2. Melakukan koordinasi internal setiao permasalahan tentang etik keperawatan dengan
Dewan Pengurus PPNI sesuai tingkatnyas
3. Melakukan koordinasi dengan Dewan Pengurus PPNI sesuai tingkatnya dalam
pelaksanaan Kerjasama dan membentuk jaringan dengan berbagai Lembaga sejenis dari
organisasi profesi lainnya, di dalam negeri maupun diluar negeri sesui tingkatnya yang
dupandang berdampak baik pada pelaksanaan dan penegakan etik keperawatn
4. Menyelesaikan konflik etik keperawatan yang menyangkut perbedaan kepentingan
pelayanan kesehatan anat Dewan Pengurus PPNI, namun tidak terbatas padan Dewan
Pengurus PPNI sesuai tingkatnya tetapi juga pada Badan kelengkapan PPNI (Ikatan &
Himpunan; kolegium keperawatan) dan bahan-bahan lainnya; khususnya yang berpotensi
menjadi sengketa perawat denagn cara meneliti, memeriksa, menyediakan dan
memutuskan perkaranya
5. MKEK membuat fatwa, pedoman pelaksanaan etik dan peraturan kelmbagaan lainnya
dalam pengabdian profesi untuk meneguhkan keluhuran profesi, penyempurnaan kode
Etik Keperawatan Indonesia dan atau meredam potensial konfilk etik antar perawat dan
klien’ perawat dan praktik; perawat dan masyarakat; perawat dan teman sejawat; perawat
dan profesi
6. Melakukan koordinasi penanganan kasus sengketa etik dengan MKEK sesuai
tinhkatannya dan sesuai ketentuan yang berlaku
7. MKEK Pusat atas permintaan DPW PPNI Provinsi memberikan Surat Keputusan
pembentukan MKEK Provinsi
8. Mkek Pusat melakukan pengumpulan semua data dan informasi tentang pengaduan etika,
konflik etik dan atau sengketa perawat yang diperoleh dan diselesaikan oleh DPP PPNI
dan data dari MKEK Provinsi, sedangkan MKEK Provinsi melakukan hal yang sama dari
wilayahnya dan data DPW PPNI Provinsi
9. MKEK membentuk time tik MKEK dan mengatur administrative sesuai tingkatan MKEK
10. MKEK Pusat membuat pengaturan, pengelompokan dan tatacar persidangan
kemahkamahan MKEK sesuai dengan perkembangan masyarakat, keorganisasian PPNI,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
11. Melakukan kewenangan lain dalam pembnaan etik keperawatan yang ditetapkan
kemudian oleh DPP PPNI bersama MKEK Pusat

G. Kewajiban Majelis Pertimbangan Etik Keperawatan


Kewajiban Majelis Kehormatan Etik Keperawatan sebagai berikut :
1. MKEK wajib ikut mempertahankan hubungan perawat-klien sebagai hubungan
kepercayaan
2. MKEK Pusat mempertanggungjawabkan kinerja dari program kerjanya kepada DPP
PPNI dan MKEK Provinsi kepada DPW PPNI Provinsi dan MKEK Pusat
3. MKEK Pusat dalam batas kemampuannya wajin meningkatkan kapasitas pengetahuan,
sikap dan keterampilan pengurus MKEK Provinsi yang memerlukannya
4. Menyusun keseragaman kurikulum etik keperawatan sesuai jenjang Pendidikan dan jenis
perawat Indonesia mengacu pada Undang-undang No. 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan
5. Apabila diminta oleh Dewan Pengurus PPNI sesuai tingkatnya, memberikan rekomendasi
dan penilaian etik bagi perawat yang ingin melakukan praktik
BAB III
KASUS

A. Kasus
Dari beberapa kasus yang ada di RS, melalui time tik disiplin keperawatan yang sering terjadi
antara lain :
1. Kesalahan pemberian obat oral/parenteral
2. Kesalahan pemberian informasi pasien
3. Kesalahan identifikasi pasien dengan nama yang sama
4. Kurangnya informasi ke pasien
5. Kesalahan pemberian obat yang menimbulkan cacat pada pasien, misalnya pemberian
obat bicnat yang menimbulkan luka bakar
6. Perawat bertengkar dengan sesame perawat atau profesi lain
7. Meninggalkan tugas tanpa seizin atasan

B. Mekanisme Penanganan Kasus Pelanggaran Etik Tenaga Keperawatan


1. Penanganan masalah :
a. Pelanggaran yang bersifat kedisiplinan dan administrati aktif diselesaikan
berdasarkan jenjang structural
b. Pelanggaran yang berhubungan dengan etika profesi (perawat dan bidan) diselesaikan
oleh time tik keperawatan
2. Alur penyelsaian masalah :
a. Adanya bukti informasi baik melalui layanan pengaduan, laporan atasan langsung
ataupun temuan saat melakukan pelanggaran
b. Setiap masalah tentang karyawan bai kantar karyawan dengan karyawan, karyawan
dengan pelanggan wajib diselesaijan oleh pejabat secara struktur dalam jangka waktu
selambat-lambatnyasatu bulan bila menyangkut citra pelayanan rumah sakit dan
diselesaikan selambatnya satu minggu
c. Mekanisme Sub Komite Etik Keperawatan/Majelis Kehormatan Etik Keperawatan
Tatalaksana mekanisme proses sub komita etik keperawatan/MKEK:
1) Melakukan prosedur penegakan disiplin profesi dengan tahapan :
- Meningkatkan sumber laporan kejadian pelanggaran-pelanggaran etik dan
disiplin dalam rumah sakit
- Melakukan telaah dan laporan kejadian pelanggaran etik dan disiplin
2) Membuat keputusan, pengambilan keputusan pelanggaran etik profesi dilakukan
dengan melibatkan panitia Adhoc
3) Melakukan tindak lanjut keputusan berupa :
- Pelanggaran etik direkomendasikan kepada organisasi profesi keperawatan
dan kebidanan di Rumah Sakit melalui ketua komita
- Pelanggaran disiplin profesi ditentukan kepada bidang keperawatan melalui
ketua komite
- Rekomendasi pencabutan kewenangan klinis diusulkan kepada ketua komite
keperawatan untuk diteruskan kepada Direktur Rumah Sakit
4) Melakukan pembinaan etik dan disiplin profesi tenanga keperawatan, meliputi :
- Pembinaan ini dilakukan secara terus menerus dalam pelaksanaan
keperawatan dan kebidanan sehari-hari
- Menyusun program pembinaan, mencakup jadwal, materi/topik dan metode
evaluasi
- Metode pembinaan dapat berupa diskusi refleksi kasus dan lain-lain,
disesuaikan dengan pembinaan dan sumber yang tersedia
5) Menyusun laporan kegiatan sub komite etik/majelis kehormatan etik keperawatan
rumah sakit untuk disampaikan kepada komite keperawatan
6) Bila masalah tidak terselesaikan melalui organisasi profesi akan diajukan ke
MKEP Pusat untuk di selesaikan secara bersama
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Peran dan fungsi majelis pembinaan etik di Rumah Sakit, sangatlah diperlukan untuk
menjaga etika dan moral profesi, terutama profesi keperawatan. Peran ini dapat terlaksana
dengan adanya Majelis Kehormatan Etik Keperawatan (MKEK) dalam pelayanan
keperawatan.
MKEK sangat berperan penting dalam proses memutuskan serta perlindungan hukum
bagi perawat. Melalui komita keperawatan dalam sub komite etik profesi, melakukan
pembinaan etik dan disiplin profesi tenaga keperawatan, melakukan penegakan disiplin
profesi keperawatan, merekomendasikan penyelesaian masalah pelanggaran disiplin dan
masalah-masalah etik dalam kehidupan profesi dan asuhan keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman kasus sengketa Etik Keperawatn, PPNI Pusat, 2015.


2. Prayogo, B. (2013). Konsep Etika dan Hukum Pelayanan Keperawatan

3. Undang-Undang No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan Kode Etik Keperawatatan.

Anda mungkin juga menyukai