Anda di halaman 1dari 9

1.

Definisi Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)


Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH) adalah keadaan yang
disebabkan oleh sekresi hormon antidiuretic (ADH) secara berlebihan. Kelebihan ADH
akan menyebabkan peningkatan reabsorpsi air dari tubulus ginjal, sehingga terjadi
penahanan air dan hyponatremia.
ADH adalah zat yang diproduksi secara alami di area otak yang disebut
hipotalamus. Kemudian dilepaskan oleh kelenjar pituitari di dasar otak.

2. Etiologi Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)


1) Gangguan sistem saraf pusat: setiap kelainan sistem saraf pusat (SSP) dapat
meningkatkan pelepasan ADH dari kelenjar pituitari, yang mengarah ke SIADH.
Gangguan ini termasuk stroke, perdarahan, infeksi, trauma, penyakit mental, dan
psikosis.
2) Keganasan: kanker paru jenis sel kecil (small cell lung carcinoma–SCLC) adalah
tumor paling umum yang menyebabkan produksi ADH ektopik. Sekresi ADH
ektopik diakibatkan oleh penunjukkan abnormal gen ADH, baik oleh sel tumor
primer maupun sel metastasis. Namun demikian, SIADH dilaporkan juga terjadi
di keganasan yang lain, seperti: karsinoma duodenum dan pankreas, keganasan
saluran kemih, mesotelioma, timoma, dan lain-lain. Secara umum, terdapat
hubungan yang kuat antara keganasan dengan SIADH, sehingga apabila
seseorang menderita SIADH dan menunjukkan gejala yang mencurigakan seperti
penurunan berat badan, harus diperiksa dengan seksama terhadap kemungkinan
keganasan lain.
3) Obat-obatan: sejumlah obat yang berhubungan dengan SIADH bertindak dengan
meningkatkan pelepasan atau pengaruh ADH. Obat yang paling umum termasuk
carbamazepine (obat kejang), oxcarbazepine (obat kejang), chlorpropamide (obat
diabetes tipe 2), cyclophosphamide (obat kemoterapi), dan selective serotonin
reuptake inhibitor (SSRI) (antidepresan).
4) Penyakit paru-paru, seperti pneumonia dan TBC.
5) Pembedahan: kerusakan pada hipotalamus atau kelenjar hipofisis selama operasi.

3. Manifestasi Klinis Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)


SIADH pada awalnya tidak memiliki gejala. Namun, bila dibiarkan dapat
menyebabkan:
1) Mual atau muntah,
2) Kram atau tangan dan kaki yang bergetar,
3) Depresi, gangguan ingatan,
4) Perasaan tidak nyaman,
5) Perubahan pada kepribadian, seperti menjadi agresif, kebingungan dan
berhalusinasi,
6) Kejang, pada beberapa kasus dapat menyebabkan koma.

4. Patofisiologi Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)


Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Hal ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi
air tanpa disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume
dan menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan
ini menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi.
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan
ductus. Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi delusional. Dimana
akan terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam
urin tetap, akibatnya urin menjadi pekat.
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas
serum menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan
mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan
osmolaritas serum menjadi normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal. Tiga mekanisme patofisiologi yang
bertanggung jawab akan SIADH, yaitu:
1) Sekresi ADH yang abnormal dari system hipofisis. Mekanisme ini disebabkan oleh
kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis, sindrom guillain barre. Pasien yang
mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak
adanya tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.
2) ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik-
hipofisis, yang disebut sebagai sekresi ektopik (misalnya pada infeksi).
3) Karena ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan. Bermacam-
macam obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH.
5. WOC Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)

Penyakit Gangguan sistem


paru-paru Keganasan saraf pusat Obat-obatan Pembedahan

Terjadi Gangguan pada


Hipothalamus atau Kelenjar
pituitari

Pelepasan ADH/Produksi
ADH berlebih

Reabsorbsi ginjal
terhadap air

Cairan dan elektrolit (natrium) Osmolaritas Plasma


terakumulasi di Ekstra seluler

Terjadi Edema pada


SIADH Ekstremitas

Kadar Natrium MK: Hipervolemia


dalam Darah (D.002)

Hiponatremi Perubahan
Terjadi gangguan (Natrium<135Meq/L) absorbsi Nutrisi
potensial aksi pada otot
Vasokonstriksi pada Mual dan Muntah,
Terjadi tremor pembuluh serebral Nausea, Anorexia
dan kram otot

MK: Intoleransi Cairan ekstraseluler MK: Defisit Nutrisi


Kelemahan
Aktifitas (D.0056) di pembuluh serebral (D.0019)
meningkat

MK: Risiko Perfusi Edema cerebral


Serebral Tidak
Efektif (D.0017) Penurunan kesadaran, halusinasi,
Kematian
perubahan mood (mood-swing)
6. Pemeriksaan Penunjang Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone
(SIADH)
1) Natrium serum menurun < 15 mEq/L
Natrium urin kurang dari 15 mEq/L (menandakan konservasi ginjal terhadap
Na).
2) Natrium urin > 20 mEq/L menandakan SIADH.
3) Klorida/bikarbonat serum: mungkin menurun, tergantung ion mana yang hilang
dengan DNA.
4) Osmolalitas, umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.
5) Hematokrit, tergantung pada keseimbangan cairan, misalnya: kelebihan cairan
melawan dehidrasi.
6) Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium, natrium
serum menurun sampai 170 mEq/L.
7) Prosedur khusus: tes fungsi ginjal adrenal, dan tiroid normal.
8) Pengawasan di tempat tidur: peningkatan tekanan darah.
9) Pemeriksaan laboratorium: penurunan osmolalitas, serum, hiponatremia,
hipokalemia, peningkatan natrium urin.

7. Pentalaksanaan Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)


a. Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
1) Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk
mengatasi penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor
ektopik, maka terapi yang ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.
2) Mengurangi retensi cairan yang berlebihan
Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan
cairan. Pedoman umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi
natrium serum dapat dinormalkan dan gejala-gejala dapat diatasi. Pada kasus
yang berat, pemberian larutan normal cairan hipertonik dan furosemid adalah
terapi pilihan
3) Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat
kesadaran (kejang, koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat
masukan dan haluaran urine. Kebutuhan nutrisi terpenuhi dan dukungan
emosional.
b. Rencana non farmakologi
1) Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)
2) Pemberian diit dengan garam Na dan K dengan aman
c. Rencana farmakologi
1) Penggunaan diuretic untuk menjadi plasma osmolaritas rendah
2) Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
3) Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
4) Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3%
secara perlahan-lahan mengatasi hiponatremi dan peningkatan osmolaritas
serum (dengan peningkatan= overload) cairan dengan penyelesaian ini mungkin
disebabkan oleh kegagalan jantung kongesif.
5) Pengobatan khusus= prosedur pembedahan
d. Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain:
1) Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk
membantu pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan (menghemat
cairan untuk situasi social dan rekreasi).
2) Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic
secara kontinyu.
3) Timbang berat badan pasien sebagai indikator dehidrasi.
4) Indikator intoksikasi air dan hiponat: sakit kepala, mual, muntah, anoreksia
segera lapor dokter.
5) Obat-obatan yang meliputi nama obat, tu-uan, dosis, jadwal, potensial efek
samping.
6) Pentingnya tindak lanjut medis: tanggal dan waktu
7) Untuk kasus ringan, retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai
sindrom secara spontan lenyap. Apabila penyakit lebih parah, maka diberikan
diuretik dan obat yang menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul. Kadang-
kadang digunakan larutan natrium klorida hipertonik untuk meningkatkan
konsentrasi natrium plasma. Apabila ADH berasal dari produksi tumor ektopik,
maka terapi untuk menghilangkan tumor tersebut.

8. Komplikasi Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone (SIADH)


Komplikasi atau gejala sisa dari SIADH, meliputi:
1) Hipourikemia
Hipourikemia adalah kadar urea dalam darah sangat rendah. Nilai normal urea
dalam darah adalah 20 mg - 40 mg setiap 100 ccm darah. Penurunan kadar urea sering
dijumpai pada penyakit hati yang berat. Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah
asam-asam amino tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis, terjadi
pengurangan sintesis dan sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone anti
diuretik yang tidak semestinya.
2) Overload tipe hipotonik
Lazim disebut “Keracunan Air”. Ketidakseimbangan cairan tubuh dimana
seluruh tubuh akan berada dalam keadaan hipotonik, disertai dengan osmolaritas
tubuh menurun. Sehingga didalam tubuh, cairan ekstraseluler akan pindah ke
kompartemen intraseluler. Terjadi expansi air berlebihan diseluruh kompartemen
cairan dan kadar elektrolit berkurang karena dilusi (rendahnya elektrolit serum).
Dalam kondisi berpindahnya cairan seperti ini, tubuh sangat sulit
mengkompensasinya. Faktor penyebab tubuh menjadi overload hipotonik adalah
SIADH (kumpulan gejala karena malfungsi hormon antidiuretik).
3) Penurunan osmolaritas (plasma)
Tekanan normal osmolaritas plasma darah ialah 285 mOsm/L.
Sementara penurunan osmolaritas plasma terjadi akibat kerja hormon ADH yang
berlebihan dan gangguan pada ginjal dalam mengekskresikan cairan. Pada keadaan ini
tertjadi perpindahan cairan dari ekstrasel ke intrasel, termasuk ke sel otak. Hal ini
akan menyebabkan terjadinya edema otak yang mana keadaan ini merupakan keadaan
berat yang dapat menyebabkan kejang dan penurunan kesadaran.
4) Hipokalemia
Nilai normal kalium dalam darah adalah (3,5 – 5,0 mEq/L). Penyebab utama
kehilangan kalium adalah penggunaan obat-obatan diuretik yang juga menarik kalium
misalnya: tiazid dan furosemid) (Tamsuri anas, 2009).
5) Hipomagnesemia
Nilai normal magnesium dalam darah adalah (1,4 – 2,1 Mg/L).
Hipomagnesemia dapat terjadi karena penggunaan beberapa obat dalam jangka waktu
lama (diuretik, siplantin) (Tamsuri anas, 2009).
Semua komplikasi atau gejala SIADH diatas bersifat sekunder dan hampir
sama. Pada banyak kasus beda antara gejala dan komplikasi SIADH kurang jelas dan
sulit dibedakan.

9. Asuhan Keperawatan Teori Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone


(SIADH)
1. PENGKAJIAN
1) Identitas pasien meliputi nama, umur, pekerjaan, dan alamat.
2) Riwayat penyakit dahulu.
Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah diderita klien,serta
riwayat radiasi pada kepala.
3) Riwayat penyakit sekarang,
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti sakit kepala,
demam, dan keluhan kejang. Kapan mulai serangan, sembuh atau bertambah
buruk, bagaimana sifat timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan
kejang.
4) Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit keluarga terutama yang mempunyai penyakit menular.
5) Pantau status cairan dan elektrolit.
6) Monitor status neurologis yang berhubungan dengan hiponatremi dan segera
lakukan tindakan untuk mengatasinya.
7) Catat perubahan berat badan
8) Pengkajian Fisik:
a. Inspeksi: Vena leher penuh.
b. Perkusi: Penurunan refleks tendon dalam.
c. Auskultasi: Kardiovaskuler : Takikardia.

B1 (Breathing):

 Takhipnea

B2 (Blood):

 Inspeksi: Distensi vena jugularis.


 Auskultasi: Takikardia.

B3 (Brain):

 Kekacauan mental.
 Kejang.
 Sakit kepala
 Confusion
 Disorientasi
 Seizure

B4 (Bladder):

 Penurunan volume urine


 Penurunan frekuensi berkemih

B5 (Bowel):

 Mobilitas gastrointestinal menurun (Anorexia).


 Mual dan muntah
 Peningkatan berat badan secara tiba-tiba (tanpa oedema) sekitar 5-10 %.

B6 (Bone):

 Kelemahan
 Letargi
 Perkusi: Penurunan refleks tendon dalam
 Twiching pada otot

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipervolemia berhubungan dengan sekresi ADH yang berlebihan.
2) Defisit nutrtisi berhubungan dengan perubahan absorbsi nutrisi dan natrium.
3) Retensi urine berhubungan dengan hiponatremia
4) Gangguan proses pikir berhubungan dengan penurunan kadar Na
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1. Hipervolemia Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau masukan dan
berhubungan dengan keperawatan selama 3 X 24 haluaran cairan dan tanda
peningkatan sekresi jam diharapkan sekresi tanda kelebihan cairan
ADH ADH kembali normal setiap 1 – 2 jam.
2. Pantau elektrolit atau
dengan kriteri hasil:
osmolalitas serum resiko
1. Volume cairan dan gangguan signifikan bila
elektrolit dapat kembali serum Na kurang dari 125
dalam batas normal. mEq/L.
2. klien dapat 3. Batasi masukan cairan.
mempertahankan berat 4. Monitor TTV
badan dan volume urin
800 – 2000 ml/hari
3. Input sama dengan
output
4. Tidak ada edema.

2. Defisit nutrisi Tujuan setelah dilakukan 1. Timbang berat badan


berhubungan dengan tindakan keperawatan setiap hari.
2. Buat pilihan menu yang
perubahan absorpsi selama 3 X 24 jam, masalah
ada dan ijinkan pasien
nutrisi dan Natrium. gangguan nutrisi dapat
untuk mengontrol pilihan
teratasi dengan kriteria
sebanyak mungkin.
hasil:
3. Kolaborasi, Berikan cairan
1. Barat badan kembali IV hiperalimentasi dan
normal. lemak sesuai indikasi.
2. Bebas dari tanda mal
nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Children’s Hospital of Philadelphia. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone


Secretion (SIADH). Children’s Hospital of Philadelphia. Diakses pada hari Sabtu 15
Februari 2020 jam 13.15 https://www.chop.edu/conditions-diseases/syndrome-
inappropriate-antidiuretic-hormone-secretion-siadh
Manurung, N.,Manurung, R., & Bolon, C, M, T. 2017. Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin
Dilengkapi Mind Mapping dan Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC. Deepublish:
Sleman.
Medline Plus Trusted Health Information for You. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic
Hormone Secretion. U.S. National Library of Medicine. Diakses pada hari Sabtu 15
Februari 2020 jam 15.30 https://medlineplus.gov/ency/article/000314.htm
Yasir, M., Mechanic, O, J. 2019. Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion
(SIADH). U.S. National Library of Medicine. Diakses pada hari Sabtu 15 Februari
2020 jam 11.00 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507777/#article-29810.s3

Anda mungkin juga menyukai