Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

DEMAM TYPOID

OLEH:

REZKI WAHYUNI, S.Kep


VENSYA WATUMLAWAR, S.Kep
MEYLANIE MONALISA NAURY GAMAY, S.Kep
NUR SAMSI, S.Kep
KASTUTI, S.Kep
LIA NADIA LEREBULAN, S.Kep
LISYA HANIFA, S.Kep
MAYANG SARI, S.Kep
MARIA M TAMAELA, S.Kep
ARFANITA, S.Kep
VILISSIA BATLAYARI, S.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
AMANAH MAKASSAR
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan :
Sub pokok bahasan : Demam Typoid
Sasaran : Orang Tua Anak
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Sabtu, 11 Juni 2022
Tempat : Ruang Al-Kautsar di RSUD Haji Makassar

A. Latar Belakang
Demam thypoid merupakan penyakit endemis di Indonesia di sebabkan oleh infeksi
sistemik Salmonella typi. Prevalens 91 % kasus demam typoid terjadi pada umur 3-19
tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Pada minggu pertama sakit, demam
typoid sangat sukar dibedakan dengan penyakit demam lainnya sehingga untuk
memastikan diagnosis diperlukan pemeriksaan biakan kuman untuk konfirmasi. 96 %
kasus demam typoid disebabkan Salmonella typi, sisanya disebabkan oleh S. paratypi.
Kuman masuk melalui makanan atau minuman, setelah melewati lambung kuman
mencapi usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai
folikel limfoid usus halus (plaque peyeri). Kuman ikut aliran limfe mensetrial ke dalam
sirkulasi darah (bakteremia primer) mencapai jaringan RES (hepar, lien, sumsum tulang
untuk bermultiplikasi). Setelah mengalami bakteremia sekunder, kuman mencapai
sirkulasi darah untuk menyerang organ lain (intra dan ekstra intestinal) dan masa
inkubasi kuman ini 10-14 hari.

B. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan pengunjung poli anak dapat
memahami tentang penyakit demam typoid untuk diri sendiri dan orang disekitarnya.

C. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mendapatkan penyuluhan satu kali diharapkan pasien poli anak dapat memahami
dengan benar:
1. Defenisi Demam Typoid
2. Faktor Penyebab Demam Typoid
3. Tanda-tanda Gejala Demam Typoid
4. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan Demam Typoid

D. POKOK BAHASAN
1. Pengertian Demam Typoid
2. Etiologi Demam Typoid
3. Manifestasi klinik Demam Typoid
4. Komplikasi Demam Typoid
5. Pemeriksaan Demam Typoid
6. Penatalaksanaan Demam Typoid

E. MODEL PEMBELAJARAN
1. Jenis Model Pembelajaran
Pertemuan tatap muka.
2. Landasan Teori
a) Ceramah
b) Tanya jawab
3. Landasan Pokok-pokok
a) Menciptakan suasana pertemuan yang baik.
b) Mengajukan masalah.
c) Mengidentifikasi pilihan tindakan.
d) Memberi komentar.
e) Menetapkan tindak lanjut.

F. MEDIA
1. Leaflet
2. Banner
G. PENGORGANISASIAN
Penanggung jawab :
1. Helmi Juwita, S.kep, M.Kep
2. Naomi Malaha, S.Kep, M.Kep
Penyaji : Mayang Sari, S.Kep
Moderator : Meylanie Monalisa Naury Gamay, S.Kep
Fasilitator :
1. Rezki Wahyuni, S.Kep
2. Vensya Watumlawar, S.Kep
3. Nur Samsi, S.Kep
4. Kastuti, S.Kep
5. Lisya Hanifa, S.Kep
6. Maria M Tamaela, S.Kep
7. Arfanita, S.Kep
8. Vilissia Batlayari, S.Kep
Dokumentator : Lia Nadia Lerebulan, S.Kep
H. PROSES KEGIATAN

No Kegiatan Materi Penyuluhan Keluarga Tn.A Waktu


1 Pembukaan 1. Mengucap salam Menjawab 5 menit
dan perkenalan salam
2. Menyampaikan Menyimak
pokok bahasan
dan tujuan
3. Memberikan
pertanyaan:
apersepsi

2 Penyampaian 1. Menjelaskan Menjawab 20 menit


materi pengertian Mendengarkan
Demam Typoid. Memperhatikan
2. Menjelaskan
faktor penyebab .
3. Menjelaskan tanda
gejala.
4. Menjelaskan cara
pencegahan.

3 Penutup 1. Menanyakan Mendengarkan 5 menit


tentang materi Memperhatikan
yang telah Menjawab
disampaikan. Menjawab
2. Mengucap salam salam
I. STRATEGI PELAKSANA
Memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit demam typoid dan penanganan
keperawatan kepada pengunjung pasien poli anak.

J. EVALUASI
1. Evaluasi Terstruktur
a. Alat dan media sesuai dengan rencana.
b. Peran dan fungsi masing-masing sesuai dengan yang direncanakan.
c. Peserta kurang lebih berjumlah lebih dari 10 orang.
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias dengan materi penyuluhan.
b. Peserta memperhatikan penyuluhan dari awal sampai akhir.
c. Peserta berperan aktif dalam jalannya diskusi.
3. Evaluasi Hasil
Peserta memahami materi yang disampaikan dengan dapat menjawab pertanyaan
evaluasi yang dilakukan oleh penyuluh, seperti:
a. Mengetahui pengertian demam typoid.
b. Mengetahui faktor penyebab demam typoid.
c. Mengetahui tanda gejala demam typoid.
d. Mengetahui cara penanganan demam typoid.
e. Mengetahui komplikasi demam typoid.
MATERI DEMAM THYPOID

A. Definisi
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
salmonella typi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan
bakteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardiasi dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limfa, kelenjar limfe, usus
dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air yang
terkontaminasi (Huda dan Kusuma, 2016). Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus
halus yang disebabkan oleh Salmonellla tipe A, B, dan C yang dapat menular melalui
oral, fekal, makanan, dan minuman yang terkontaminasi (Padila 2013 dalam Dewi &
Meira 2016).

B. Etiologi
Menurut Arifianto (2012) menyebutkan bahwa penyebab utama dari penyakit ini
adalah kuman Salmonella typhosa, Salmonella typhi, A, B, dan C. Kuman ini banyak
terdapat di kotoran, tinja manusia, dan makanan atau minuman yang terkena kuman yang
di bawa oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang
kotor dan tidak sehat. Salmonella typosa merupakan basil gram negatif yang bergerak
dengan bulu getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen,
yaitu antigen O, antigen somatik yang tidak menyebar, terdiri dari zat komplek
lipopolisakarida, antigen V (kapsul) yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O
antigen terhadap fagositosis dan antigen H (flagella). Ketiga jenis antigen tersebut
dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukkan tiga macam antibodi yang biasa
disebut agglutinin.

C. Manifestasi klinis
Menurut Huda dan Kusuma (2016), adapun manifestasi dari demam typoid antara
lain:
1. Gelaja pada anak, inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.
2. Demam menggigil sampai akhir minggu pertama.
3. Demam turun pada minggu keempat, kecuali demam tidak tertangani lagi akan
menyebabkan syok, stupor dan koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selama 2-3 hari.
5. Nyeri kepala dan perut.
6. Kembung, mual, muntah, diare dan konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi, dan ujung merah serta tremor).
11. Gangguan mental berupa samnolen
12. Delirium atau psikosis
13. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda sebagai
penyakit demam akut dengan disertai syok dak hipotermia.

D. Pencegahan
Menurut Librianty (2015) menyatakan bahwa pencegahan yang dapat dilakukan
agar tidak terjadi demam tifoid yaitu dengan meningkatkan higiene dan sanitasi seperti
penyediaan air bersih, pembuangan sampah atau kotoran memadai. Imunisasi dengan
menggunakan vaksin oral dan vaksin suntikan (antigen Vi Polysaccharida capular) telah
banyak digunakan. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa
dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-
paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.

E. Komplikasi
Arifianto (2012) menyebutkan bahwa komplikasi yang dapat terjadi pada anak
yang mengalami demam tifoid yaitu:
a. Disfungsi pada otak (kejang atau gangguang kesadaran)
b. Syok
c. Perforasi usus
d. Perdarahan

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk demam typoid menurut Huda dan Kusuma (2016),
antara lain:
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal.
Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah sembuh.
Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
3. Pemeriksaan uji widal
Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap bakteri salmonella
typi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
penderita dema typoid. Akibat adanya infeksi oleh salmonella typi maka penderita
membuat antibody (agglutinin).
4. Kultur
Kultur darah: bisa positif pada minggu pertama
Kutur urin: bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses: bisa positif dari akhir minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti salmonella typi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut Salmonella typi,
karena antibody IgM muncul pada hari ke 3 dan 4 terjadinya demam.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam typoid menurut WHO (2009), antara lain:
1. Farmakologi
a. Kloramfenikol, dosis (50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis peroral atau
intravena) selama 10-14 hari.
b. Jika tidak dapat diberikan kloramfenikol, dipakai amoksilin 100mg/kgBb/hari
peroral atau ampisilin intravena selama 10 hari, atau kortikomoksasol 48
mg/kgBB/hari (dibagi 4 dosis) peroral selama 10 menit.
c. Bila klinis tidak ada perbaikan digunakan generasi ketiga sefalosporin seperti
ceftriaxone (80 mg/kg IM atau IV, sekali dalam sehari, selama 5-7 hari atau
cefixime oral 20 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 10 hari).
d. Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran
e. Dexsametasol 1-3mg/kgBB/hari intravena, dibagi 3 dosis hingga kesadaran
membaik.
2. Non farmakologi
a. Diet: diberikan bubur saring, kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien, dan diet berupa makanan yang rendah serat.
b. Mengawasi kondisi klien dengan : pengukuran suhu secara berkala setiap 4 -6
jam. Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.
Perhatikan pula apakah mata anak cenderung melirik keatas, atau apakah anak
mengalami kejang – kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan
berbahaya bagi perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak.
Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel otak. Dalam
kedaan demikian, cacat seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya intelektual
tertentu.
c. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
d. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
e. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke otak
yang akan berakibat rusaknya sel-sel otak.
f. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya. Minuman yang
diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air buah atau air
teh. Tujuannya agar cairan tubuh yang menguap akibat naiknya suhu tubuh
memperoleh gantinya.
g. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
h. Kompres dengan air hangat pada dahi, ketiak, lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh di permukaan tubuh anak.
DAFTAR PUSTAKA

Arifianto. 2012. Orang tua cermat, anak sehat. Jakarta: Gagas Media

Dewi & Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Huda Nurarif, Amin dan Kusuma Hardhi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan
Penerapan Diagnosa NANDA NIC-NOC Dalam Berbagai Kasus. Jogjakarta : Medi
Action

Librianty. 2015. Panduan Mandiri Melacak Penyakit. Jakarta: Lintas Kata

Pudjiadi, dkk. 2010. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.

World Health Organization, 2009. Pelayanan Kesehatan Anak Dirumah Sakit. Jakarta: WHO
Indonesia
Lampiran

Daftar hadir peserta penyuluhan Demam Typoid di Ruangan Anak

Tanda
No Nama Alamat
Tangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Anda mungkin juga menyukai