Anda di halaman 1dari 30

A.

Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang. Fraktur dibagi atas
dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur tertutup (simple) yaitu
bila kulit yang tersisa diatasnya masih intak (tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar), sedangkan fraktur terbuka (compound)
yaitu bila kulit yang melapisinya tidak intak dimana sebagian besar fraktur
jenis ini sangat rentan terhadap kontaminasi dan infeksi
Fraktur collum atau neck (leher) femur adalah tempat yang paling
sering terkena fraktur pada usia lanjut. Ada beberapa variasi insiden terhadap
ras. Fraktur collum femur lebih banyak pada populasi kulit putih di Eropa dan
Amerika Utara. Insiden meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
Sebagian besar pasien adalah wanita berusia tujuh puluh dan delapan puluhan
Namun fraktur collum femur bukan semata-mata akibat penuaan.
Fraktur collum femur cenderung terjadi pada penderita osteopenia diatas rata-
rata, banyak diantaranya mengalami kelainan yang menyebabkan kehilangan
jaringan tulang dan kelemahan tulang, misalnya pada penderita osteomalasia,
diabetes, stroke, dan alkoholisme. Beberapa keadaan tadi juga menyebabkan
meningkatnya kecenderungan terjatuh. Selain itu, orang lanjut usia juga
memiliki otot yang lemah serta keseimbangan yang buruk sehingga
meningkatkan resiko jatuh.
B. Etiologi
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya remuk, gerakan
punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya
frakturdisebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
padatulang. Pada orang tua, perempuan lebih sering mengalami
frakturdaripada laki-laki yang berhubungan dengan meningkatnya
insidenosteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon pada menopause
C. Mekanisme Terjadinya Fraktur
1. Low-energy trauma
Paling sering terjadi pada pasien dengan usia tua usia tujuh puluhan dan
delapan puluhan, dibagi menjadi :
a Direct
Jatuh ke trochanter mayor (valgus impaksi) atau rotasi eksternal yang
dipaksa pada ekstremitas bawah menjepit leher osteroporotik ke bibir
posterior acetabulum (yang mengakibatkan posterior kominusi).
b Indirect
Tulang yang osteoporotik tidak mampu menahan perlekatan dari otot
sehingga tulang mengalami fraktur akibat tarikan dari otot.
c High-energy trauma
Terjadi patah tulang leher femur pada pasien yang lebih muda dan
lebih tua akibat trauma yang keras, seperti kecelakaan kendaraan
bermotor atau jatuh dari ketinggian yang signifikan.
d Cyclic loading-stress fractures
Terjadi pada atlet, militer, penari balet, pasien dengan osteroporosis
dan osteopenia berada pada risiko tinggi
e Insufficiency fractures
Pasien dengan osteoporosis dan osteopenia yang sangat berisiko.
Fraktur biasanya disebabkan oleh jatuh biasa, walaupun demikian
pada orang- orang yang mengalami osteoporosis, energi lemah dapat
menyebabkan fraktur. Pada orang-orang yang lebih muda, penyebab
fraktur umumnya karena jatuh dari ketinggian atau kecelakaan lalu lintas.
Terkadang fraktur collum femur pada dewasa muda juga diakibatkan
oleh aktivitas berat seperti pada atlit dan anggota militer.
D. Manifestasi Klinik FrakturNeckFemur
Biasanya terdapat riwayat jatuh, yang diikuti nyeri pinggul. Pada
fraktur dengan pergeseran, tungkai pasien terletak pada rotasi eksternal dan
terlihat pemendekan bila dibandingkan dengan tungkai yang lain. Namun
tidak semua fraktur tampak demikian jelas. Pada fraktur impaksi, pasien
mungkin masih dapat berjalan dan pada pasien-pasien dengan kondisi yang
sangat lemah atau memiliki cacat mental mungkin tidak akan mengeluh,
sekalipun mengalami fraktur bilateral.
Fraktur neck femur pada dewasa muda biasanya disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari ketinggian, serta sering dikaitkan dengan
cedera multipel. Pada dewasa muda yang mengalami cedera berat, dengan
atau tanpa keluhan nyeri pinggul, harus selalu dilakukan pemeriksaan yang
berhubungan dengan fraktur neck femur.
Pasien yang fraktur akibat impaksi atau tekanan mungkin tidak
memiliki kelainan bentuk dan mampu menahan berat badan. Namun, mereka
bisa menunjukkan tanda deformitas minimal, seperti nyeri pada pangkal paha
dan nyeri pada kompresi aksial. Tanda lain yang bisa terjadi pada fraktur
collum femoris, yaitu terbatasnya range of motion serta terdapat nyeri tekan
saat palpasi pangkal paha.
Pada kasus dengan high-energy trauma harus dilakukan pemeriksaan
sesuai prosedur ATLS. Fraktur dengan low-energy trauma biasanya dapat
terjadi pada pasien usia tua. Mendapatkan keterangan yang akurat mengenai
ada atau tidaknya penurunan kesadaran, riwayat penyakit, mekanisme trauma
dan aktivitas keseharian sangat penting untuk menentukan pilihan terapi
E. Patofisiologi
Pada kondisi trauma, diperlukan gaya yang besar untuk mematahkan
batang femur individu dewasa. Kebanyakan fraktur ini terjadi karena trauma
langsung dan tidak langsung pada pria muda yangmengalami kecelakaan
kendaraan bermotor atau jatuh dari ketinggian.Kondisi degenerasi tulang
(osteoporosis) atau keganasan tulang pahayang menyebabkan fraktur
patologis tanpa riwayat trauma, memadaiuntuk mematahkan tulang femur
Kerusakan neurovaskular menimbulkan manifestasi peningkatanrisiko
syok, baik syok hipovolemik karena kehilangan darah banyak kedalam
jaringan maupun syok neurogenik karena nyeri yang sangat hebatyang
dialami klien. Respon terhadap pembengkakan yang hebat adalah sindrom
kompartemen. Sindrom kompartemen adalah suatu keadaan terjebaknya otot,
pembuluh darah, jaringan saraf akibat pembengkakanlokal yang melebihi
kemampuan suatu kompartemen/ruang lokal denganmanifestasi gejala yang
khas, meliputi keluhan nyeri hebat pada areapembengkakan, penurunan
perfusi perifer secara unilateral pada sisidistal pembengkakan, CRT (capillary
refill time) lebih dari 3 detik padasisi distal pembengkakan, penurunan denyut
nadi pada sisi distalpembengkakan
Kerusakan fragmen tulang femur menyebabkan gangguan
mobilitasfisik dan diikuti dengan spasme otot paha yang menimbulkan
deformitaskhas pada paha, yaitu pemendekan tungkai bawah. Apabila kondisi
iniberlanjut tanpa dilakukan intervensi yang optimal akan menimbulkan
risiko terjadinya malunion pada tulang femur
Pada orang usia lanjut khususnya pada wanita, terjadi perubahan
struktur pada bagian ujung atas femur yang menjadi predisposisi untuk
terjadinya fraktur collum femur. Karena hilangnya tonus otot dan perubahan
pada keseimbangan, pasien dituntut untuk mengubah pola berjalan mereka.
Fraktur collum femur dapat disebabkan karena lemahnya collum femur
terhadap aksi stress dari arah vertical dan rotasional yang terus-menerus,
seperti ketika ekstremitas bereksorotasi dan tubuh berotasi ke arah yang
berlawanan. Pada mekanisme ini, aspek posterior dari collum mengenai
lingkaran dari acetabulum karena berotasi ke arah posterior; pada keadaan ini
acetabulum berperan sebagai titik tumpu
Fraktur collum femur terjadi akibat jatuh pada daerah trokhanter baik
karena kecelakaan lalu lintas atas jatuh dari tempat yang tidak terlalu
tinggiseperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul dalam keadaan fleksi
dan rotasi. Pada kondisi osteoporosis insiden fraktur pada posisi ini
F. Penatalaksanaan
Prinsip-prinsip umum:
Optimasi pra operasi medis yang cepat : Mortalitas dikurangkan dengan
operasi dalam waktu 48 jam fiksasi yang stabil dan mobilisasi dini.
Pengobatan fraktur leher femur dapat berupa:
1. Konservatif dengan indikasi yang sangat terbatas Non-operatif:
Indikasi:Fraktur nondisplaced pada pasien mampu memenuhi pembatasan
weight bearing.
2. Terapi operatif:
Indikasi: displaced fraktur dan nondisplaced
Fiksasi internal diindikasikan untuk Garden Tipe I, II, III pada pasien
muda,patah tulang yang tidak jelas, dan fraktur displaced pada pasien
muda. Bentuk pengobatan bedah yang dipilih ditentukan terutama oleh
lokasi fraktur (femoralis leher vs intertrochanteric), displacement, dan
tingkat aktivitas pasien.Kemungkinan untuk tidak reduksi adalah pada
pasien dengan stress fracture dengan kompresi pada leher femur dan
fraktur leher femur pada pasien yang tidak bisa berjalan atau komplikasi
yang tinggi.Terapi operatif hampir sering dilakukan pada orang tua karena:
a. Perlu reduksi yang akurat dan stabil
b. Diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah
komplikasi
Jenis-jenis operasi:
1) Pemasangan pin
Pemasangan pin haruslah dengan akurasi yang baik karena
pemasangan pin yang tidak akurat ( percobaan pemasangan pin
secara multiple atau di bawah trokanter) telah diasosiasi dengan
fraktur femoral sukbtrokanter.
2) Pemasangan plate dan screw
Fraktur leher femur sering dipasang dengan konfigurasi apex
distal screw atau apex proximal screw.Pemasangan screw secara
distal sering gagal berbanding dengan distal.fiksasi dengan
cannulated screw hanya bisa dilakukan jika reduksi yang baik
telah dilakukan. Setelah fraktur direduksi, fraktur ditahan dengan
menggunakan screw atau sliding screw dan side plate yang
menempel pada shaft femoralis.Sliding hip screw (fixed-angle
device) ditambah derotation screw diindikasikan untuk fraktur
cervical basal dan patah tulang berorientasi vertikal.
3) Artroplasti; dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun,
berupa:
a) Eksisi artroplasti
b) Hemiartroplasti
Diindikasikan untuk pasien usia lanjut dengan fraktur
displaced risiko yang lebih rendah untuk dislokasi berbanding
artroplasti pinggul total, terutama pada pasien tidak dapat
memenuhi tindakan pencegahan dislokasi (demensia,
penyakit Parkinson). Prostesis disemen memiliki mobilitas
yang lebih baik dan kurang nyeri paha; prostesis tidak
disemen harus disediakan untuk pasien yang sangat lemah di
mana status pracedera menunjukkan bahwa mobilitas tidak
mungkin dicapai setelah operasi.
c) Artroplasti total Indikasi:
(1) Untuk pasien usia lanjut yang aktif dengan fraktur
displaced.
(2) Pilihan untuk pasien dengan pra hip arthropathy (OA dan
RA).
(3) Jika pengobatan telah terlambat untuk beberapa minggu
dan curiga kerusakan acetabulum.
(4) Pasien dengan metastatic bone disease seperti
Paget’s Disease
(5) Hasil fungsional lebih baik daripada hemiarthroplasty

G. Pemeriksaan penunjang
1. X-ray : untuk menentukan lokasi atau luasnya fraktur, mengetahui tempat
dan tipe fraktur, biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi
dan selama proses penyembuhan secara periodik. Hal yang harus dibaca
pada X-ray :
a. Bayangan jaringan lunak
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau
biomekanik atau juga rotasi
c. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction
d. Sela sendi serta bentuknya arsitektur sendi
2. Scan tulang : mempelihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak
3. Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan
vaskuler
4. Hitung darah lengkap : hemokonsentrasi mungkin meningkat, menurun
pada perdarahan, peningkatan leukosit sebagai respon terhadap
peradangan
5. Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
6. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfusi atau cedera hati (Nurarif & Kusuma, 2015).
H. Pengkajian fokus
Diagnosis fraktur femur dapat ditegakkan dengan anamnesis yang
lengkap mengenai kejadian trauma meliputi waktu, tempat, dan mekanisme
trauma; pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh, serta pencitraan
menggunakan foto polos sinar-x.
1. Look (Inspeksi):
a. Deformitas: Deformitas dapat timbul dari tulang itu sendiri atau
penarikan dan kekakuan jaringan lunak.
b. Sikap anggota gerak: Kebanyakan fraktur terlihat jelas, namun fraktur
satu tulang di lengan atau tungkai atau fraktur tanpa pergeseran
mungkin tidak nampak.
2. Feel (Palpasi):
a. Nyeri tekan: Tanyakan pada pasien daerah mana yang terasa paling
sakit. Perhatikan ekspresi pasien sambal melakukan palpasi.
b. Spasme otot: Hal ini bisa terlihat dan teraba dari daerah fraktur dan
pada gerakan sederhana
c. Krepitasi: Krepitasi tulang dari gerakan pada daerah fraktur dapat
diraba
d. Pemeriksaan kulit dan jaringan lunak di atasnya: Pada fraktur akut,
terapi tergantung pada keadaan jaringan lunak yang menutupinya.
Adanya blister atau pembengkakan merupakan kontraindikasi untuk
operasiimplan. Abrasi pada daerah terbuka yang lebih dari 8 jam sejak
cedera harus dianggap terinfeksi dan operasi harus ditunda sampai
luka sembuh sepenuhnya. Bebat dan elevasi menurunkan
pembengkakan dan ahli bedah harus menunggu untuk keadaan kulit
yang optimal.
e. Neurovaskular distal: Kondisi neurovaskular distal harus diperiksa
karena fraktur apapun dapat menyebabkan gangguan neurovaskular.
3. Move (Gerakan):
Sebagai skrining cepat, gerakan aktif dari seluruh anggota gerak
diuji pada penilaian awal. Pasien dengan fraktur mungkin merasa sulit
untuk bergerak dan fraktur harus dicurigai jika ada yang nyeri yang
menimbulkan keterbatasan. Manuver yang memprovokasi nyeri sebaiknya
tidak dilakukan. Gerakan sendi yang berdekatan harus diperiksa pada
malunion untuk kasus kekakuan pascatrauma
4. Pengukuran
Pada fraktur dengan pergeseran atau dislokasi, hal ini nampak jelas.Pada
kasus malunion atau nonunion, penilaian pemendekan atau pemanjangan
sangat penting. Apparent leg length discrepancy dapat diukur dari
xiphisternum ke maleolus medial dengan menjaga tubuh dan kaki sejajar
dengan alas dan tidak membuat setiap upaya untuk menyamakan sisi
panggul. Hal ini akan memberikan perbedaan fungsional pada panjang
kaki.
Raba spina iliaka anterior superior (SIAS) dan atur panggul agar sejajar
(garis yang menghubungkan kedua SIAS tegak lurus dengan alas).Lalu
ukur panjang kaki dari SIAS ke maleolus medial, maka akan didapatkan
true length measurement. Pastikan kaki berada dalam sikap dan posisi
yang sama
I. Diangnosa Keperawatan
Adapun diagnosis keperawatan yang lazim dijumpai pada klien fraktur femur
adalah sebagai berikut (Nanda, 2015-2017)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
3. Defisit perawatan diri : mandi berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
5. Resiko infeksi
6. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status terkini
7. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan.
J. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1 Kontrol nyeri : Manajemen nyeri :


Nyeri akut berhubungan 1) Mengenali kapan Aktifitas-aktifitas :
dengan agen cedera fisik nyeri terjadi secara 1) Lakukan pengkajian nyeri
konsisten secarakomprehensif
Definisi : menunjukkan 2) Gunakan strategi
2) Menggambarkan komunikasi terapeutik
Pengalaman sensori dan
faktor penyebab untuk mengetahui
emsional tidak secara konsisten pengalamannyeri
menyenangkan yang menunjukkan 3) Gali pengetahuan dan
munsul akibat kerusakan 3) Mengunakn kepercayaan pasien
jaringan ktual atau tindakan mengenainyeri
potensial atau yang pencegahan secara 4) Evaluasi pengalamannyeri
konsisten di masalalu
digambarkan sebagai
menunjukkan 5) Berikan informasi
kerusakan (International 4) Menggunakan mengenai nyeri, seperti
Association for the Study tindakan penyebab nyeri, berapa
of Pain); awitan yang pengurangan nyeri nyeri akan dirasakan, dn
tiba-tiba atu lambat dari tanpa analgesik antisipasi dari
intensitas ringan hiingga secara konsisten ketidaknyamanan akibat
berat dengan akhir yang menunjukkan prosedur
5) Mengenali apa 6) Ajarkan prinsip-prinsip
dapat diantisipasi atau
yang terkait manajemennyeri
diprediksi. dengan gejala 7) Dorong pasien untuk
nyeri secara memonitor nyeri dn
Batasan karakteristik : konsisten menangani nyeri dengan
1) Bukti nyeri menunjukkan tepat
dengan 6) Melaporka nyeri 8) Ajarkan metode
menggunakan yang terkontrol farmakologi untuk
standar daftar secara konsisten menurunkannyeri
periksa nyeri menunjukkan 9) Dukung istirahat/tidur yang
untuk pasien yang adekuat untuk membantu
tidak dapat penurunannyeri
mengungkapkann Tingkat nyeri : 10) Dorong pasien untuk
ya mediskusikan pengalaman
2) Diaforesis 1) Nyeri yang nyeri
3) Ekspresi wajah dilaporkan tidak 11) Gunakan pendekatan
nyeri (mis;mata ada multidisplinuntuk
kurangbercahaya,
tampak kacau, 2) Panjangnya manajemen nyeri.
gerakan mata episode nyeri tidak
berpencar atau ada
tetap pada satu 3) Menggosok area Pemberian analgesik :
focus, meringis) yang terkena
4) Focus pada diri ampak tidakada Aktifitas-aktifitas :
sendiri 4) Mengerang dan
5) Keluhan tentang menangis tidakada 1) Tentukan lokais,
intensitas 5) Ekspresi nyeri karakteristik,lokasidan
menggunakan wajah tidakada keparahannyeri
standar skala 6) Dapatberistirahat 2) Cek perintah
nyeri 7) Iritabilitas tidak pengobatan meliputi
6) Keluhan tentang ada obat, dosis, dan
karakterstik nyeri 8) Mengerinyit tidak frekuensi obatanlagesik
dengan ada yangdiberikan
menggunakan 9) Ketegangan otot 3) Cek adanya riwayat
standar tidakada alergiobat
instrumentnyeri 10) Tekanan darah 4) Pilih analgeisk yang
7) Laporan tentang tidak ada deviasi sesuai ketika lebih dari
perilaku dari kisaran satu yangdiberikan
nyeri/perubahan normal 5) Pilih rute intravena
aktifitas (mis; daripada rute
anggota keluarga, ntramuskular untuk
pemberiasuhan) injeksi pengoatan nyeri
8) Mengekspresikan yangsering
perilaku )mis; 6) Monitor tanda vital
gelisah, sebelum dan sesudah
merengek, memberikan analgesic
menangis, pda pemberian dosis
waspada) peramakali
9) Perilakudistraksi 7) Susun harapan yang
10) Perubahan posisi positif mengenal
untuk kefektifan analgesic
menghindari rasa untuk mengoptimalkan
nyeri responpasien
11) Putus as 8) Dokumentasikan respon
12) Sikap melindungi terhadap analgesic dan
areanyeri adanya efeksamping
13) Sikap tubuh 9) Lakukan tindakan-
melindungi tindakan yang
menurunkn efek
sampinganalgesic
10) Ajarkan tetang
penggunaan analgeisk,
strategi untuk
menurunknefek
samping, dan harapan
terkait dengan
keterlibatan dalam
keputusan pengurangan
nyeri.
Manajemen obat :

Aktifita-aktifitas :

1) Tentukan obat yang


diperlukan dan kelola
menurutresep
2) Tentukan kemampuan
pasien untuk mengobati
diri sendiri dengan cara
yang tepat
3) Monitor efektifitas cara
pmberian obat yang
sesuai
4) Monitor pasien
mengenai efek
terapeutikobat
5) Monitor tanda dan
gejal;a toksisitasobat
6) Monitor efek samping
obat
7) Monitor interaksi obat
yng nonterapeutik
8) Kaji ulang psien dan
keluarga secara berkala
mengenai jenis dan
jumlah obat yang
dikonsumsi
9) Monitor respon terhadap
perubahan pengobatan
dengan cara yangtepat
10) Pantau kepatuhan
mengenai regimenobat
11) Pertimbangkan faktor-
faktor yang dapat
menghalangi pasien
untuk mengkonsumsi
obat yang diresepkan
12) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tindakan dan efek
samping dariobat
13) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
metode pemberian obat
yangsesuai
14) Kaji ulang strategi
bersama pasien dalam
mengelolaobat-obatan

Monitor tanda-tanda vital:

Aktifitas-aktifitas :

1) Monitor tekanan darah,


nadi, suhu, dan status
pernafasan
2) Monitor tekanan darah,
denyut nadi dan
pernafasan sebelum dan
setelahberaktifitas
3) Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hiportemi dan
hipertemia
4) Monitor keberadaan dan
kualitasnadi
5) Monitor terkait dengan
nadialternatif
6) Monitor irama dan laju
pernafasan
7) Monitor suaraparu-paru
8) Monitor pola pernafasan
abnormal
9) Monitor warna kulit,
suhu, dankelembaban
10) Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
2 Hambatan mobilitas fisikPergerakan : Terapi latihan : ambulasi :
berhubungan dengan 1) Keseimbangan
gangguan tidakterganggu Aktifitas-aktivitas:
musculoskeletal 2) Koordiansi tidak
terganggu 1) bantu pasien untuk
3) Cara berjalan tidak menggunakan alas kaki
Definisi : yang memfasilitasi
terganggu
Keterbatasan dalam pasien untuk berjalan
4) Gerakan otot tidak
gerakan fisik atau satu teranggu dan mencegahcedera
atau lebih ekstremitas 5) Gerakan sendi 2) bantu pasien untuk
secara mandiri dan terganggu duduk di sisi tempat
terarah 6) Kinerja pengaturan tidur untuk
suhu tidak memfasilitasi
terganggu penyesuaian sikap tubuh
Batasan karakteristik : 3) bantu pasien untuk
1) Gangguan sikap 7) Berlari tdak
terganggu berpindahan
berjalan 4) terapkan/sediakan alat
2) Gerakanlambat 8) Melompat tidak
terganggu bantu (tongat, walker
3) Gerakan tidak atau kursiroda)
terkoordinasi 9) Merangkak tidak
terganggu 5) bantu pasien dengan
4) Kesulitan ambulasi awal
membolak-balik 10) Berjalan tidak
terganggu 6) instruksikan pasien
posisi mengenai pemindahan
5) Keterbatasan 11) Bergerak dengan
mudah tidak dan teknik ambulasi
rentanggerak yang aman
6) Ketidaknyamanan terganggu
7) monitor pengguaan kruk
7) Penurunan pasien atau alat bantu
kemampuan berjalanlainnya
dalam melakukan 8) banu pasien untuk
keterampilan berdiri dan ambulasi
motorickasar dengan jaraktertentu
8) Penurunan waktu 9) batu pasien untuk
reaksi membangun pencapaian
yang realistis untuk
ambulasijarak
10) dorong pasien untuk
bangkit sebanyak dan
sesering yang
diinginkan.

Manajemen energi :

Aktifitas-aktifitas:

a. Kaji stats fisiologis


pasien yang
menyebabkan kelelahan
b. Tentukan persepsi psien
mengenai penyebab
kelelahan
c. Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan
baik secara
farmakologis maupun
nonfarmakologis
d. Monitori
intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui
sumber energi
e. Monitor waktu dan lama
istirahatpasien
f. Batasi jumlah dan
gangguanpengunjung
g. Monitor respon oksigen
pasien (misalnya
tekanan darah, nadi,
repirasi) saat perawatan
maupun melakukan
perawatan secara
mandiri

Bantuan perawatan diri :

Aktifitas-aktifitas :

1) pertimbangkan budaya
pasien ketika
meningkatkan aktivitas
perawatandiri
2) pertimbangkan usia
pasien ketika
meningkatkan kativitas
perawatandiri
monitor kemampuan
perawatan diri secara
mandiri
3) monitor kebutuhan
pasien terkait dengan
lat-alat kebersihandiri
4) berikan lingkungan yang
terapeutikdengan
memastikan lingkunga
yang hangat, santai,
tertutup
5) berikan bantuan sampai
pasien mampu
melakukan perawatan
diri secaramandiri
6) dorong psien untuk
melakukan aktifitas
normal sehari-hari
sampai batas
kemampuanpasien
7) dorong kemampuan
pasien, tapi bantu ketika
pasien tak mampu
melakukannya
8) ciptakan rutinitas
aktifitas perawatandiri.

Monitor tanda-tanda vital:

Aktifitas-aktifits :

1) Monitor tekanan darah,


nadi, suhu, dan status
pernafasan
2) Monitor tekanan darah,
denyut nadi dan
pernafasan sebelum dan
setelahberaktifitas
3) Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hiportemi dan
hipertemia
4) Monitor keberadaan dan
kualitasnadi
5) Monitor terkait dengan
nadialternatif
6) Monitor irama dan laju
pernafasan
7) Monitor suaraparu-paru
8) Monitor pola pernafasan
abnormal
9) Monitor warna kulit,
suhu, dankelembaban
10) Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital

3 Defisit perawatan diri: Perawatan diri : mandi : Manajemen nyeri :


mandi berhubungan 1) mencuci wajah Aktifitas-aktifitas :
dengan gangguan tidakterganggu 1) Lakukan pengkajian nyeri
musculoskeletal 2) mencuci badan secarakomprehensif
bagian atas tidak 2) Gunakan strategi
Definisi :
terganggu komunikasi terapeutik
Hambtan kemampuan 3) mencuci badan untuk mengetahui
untuk melakukan atau bagian bawah pengalamannyeri
menyelesaikan aktivitas tidakterganggu 3) Gali pengetahuan dan
mandi secara mndiri 4) membersihkan kepercayaan pasien
Batasan karakteristik: area perineum mengenainyeri
1) ketidakmampuan tidakterganggu 4) Evaluasi pengalamannyeri
membasuhtubuh 5) mengeringkan di masalalu
2) ketidakmampuan badan tidak 5) Berikan informasi
mengakses kamar terganggu mengenai nyeri, seperti
mandi penyebab nyeri, berapa
3) ketidakmampuan Perawatn diri: nyeri akan dirasakan, dn
mengeringkan kebersihan : antisipasi dari
tubuh 1) mencuci tangan ketidaknyamanan akibat
tidakterganggu prosedur
2) membersihakn 6) Ajarkan prinsip-prinsip
area perineum manajemennyeri
tidakterganggu 7) Dorong pasien untuk
3) membersihkan memonitor nyeri dn
telinga tidak menangani nyeri dengan
terganggu tepat
4) mempertahankan 8) Ajarkan metode
kebersihan mulut farmakologi untuk
tidakterganggu menurunkannyeri
5) megeramas rambut 9) Dukung istirahat/tidur yang
tidakterganggu adekuat untuk membantu
6) memperhatika penurunannyeri
kuku jari tangan 10) Dorong pasien untuk
tidaktergangu mediskusikan pengalaman
7) memperhatikan nyeri
kuku kaki tidak 11) Gunakan pendekatan
terganggu multidisplin untuk
8) mempertahankan manajemennyeri.
kebersihan tubuh
tidakterganggu
Bantuan perawatan diri :

Aktifitas-aktifitas :

1) pertimbangkan budaya
pasien ketika
meningkatkan aktivitas
perawatandiri
2) pertimbangkan usia
pasien ketika
meningkatkan kativitas
perawatandiri
monitor kemampuan
perawatan diri secara
mandiri
3) monitor kebutuhan
pasien terkait dengan
lat-alat kebersihandiri
4) berikan lingkungan yang
terapeutik dengan
memastikan lingkunga
yang hangat, santai,
tertutup
5) berikan bantuan sampai
pasien mampu
melakukan perawatan
diri secaramandiri
6) dorong psien untuk
melakukan aktifitas
normal sehari-hari
sampai batas
kemampuanpasien
7) dorong kemampuan
pasien, tapi bantu ketika
pasien tak mampu
melakukannya
8) ciptakan rutinitas
aktifitas perawatandiri.

Manajemen energi :

Aktifitas-aktifitas :

a. Kaji stats fisiologis


pasien yang
menyebabkan kelelahan
b. Tentukan persepsi psien
mengenai penyebab
kelelahan
c. Pilih intervensi untuk
mengurangi kelelahan
baik secara
farmakologis maupun
nonfarmakologis
d. Monitori
intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui
sumber energi
e. Monitor waktu dan lama
istirahatpasien
f. Batasi jumlah dan
gangguanpengunjung
g. Monitor respon oksigen
pasien (misalnya
tekanan darah, nadi,
repirasi) saat perawatan
maupun melakukan
perawatan secara
mandiri

4 Kerusakan integritas kulit Integritas jaringan : Pengecekan kulit :


berhubungan dengan kulit dan membrane Aktifitas-aktifitas :
gangguan sirkulasi mukosa : 1) Periksa kulit dan
1) Suhu kulit tidak selaput lendir terkait
Definisi : terganggu dengan adanya
2) Elastisitas tidak kemerahan, kehangatn
Kerusakan pada
terganggu ekstrim, edema dan
epidermis dan/atau
3) Ketebalan tidak drainage
dermis 2) Amati warna,
terganggu
4) Perfusi jaringan kehangatan, bengkak,
Batasan karakteristik : tidakterganggu pulsasi, tekstur, edema
1) Benda asing 5) Pertumbuhan dan ulserasi pada
menusuk rambut pada kulit ekstremitas
permukaan kulit tidakterganggu 3) Periksa kondisi luka
2) Kerusakan 6) Integritas kulit operasi
integritas kulit tidakterganggu 4) Monitor warna dan
suhukulit
7) Pigmentasi 5) Monitor kulit dan
abnormal tidakada selaput lendir terhadap
8) Lesi pada kulit area perubahan warna,
tidakada memar, danpecah
9) Jaringan parut 6) Monitor kulit untuk
tidakada adanya ruam dan lecet
10) Pengelupasan kulit 7) Monito sumber
tidakada tekanan dangesekan
11) Wajah pucat tidak 8) Monitor infeksi,
ada terutama dari daerah
12) Nekrosis tidakada edema
13) Pengerasan kulit 9) Lakukan langakh-
tidakada langkah untuk
mencegah kerusakan
lebihlanjut
10) Ajarkan anggota
keluarga/pemberi
asuhan mengenai
tanda-tanda kerusakan
kulit

Monitor ekstremitas bawah:

Aktifitas-aktifitas :

1) Inspeksi terhadap
kebersihan kulit yang
buruk
2) Inspeksi warna, suhu,
tekstur, pecah-pecah
atau luka padakulit
3) Dapatkan data mengenai
adanya peruabahn pada
kaki dan riwayat ulser
kaki sebelumnya
maupun saatini
4) Tentukan status
mobilisasi
5) Kajin adanyaklaudikasi
yang berselang-seling,
nyeri saat istirahat atau
nhyeri saatmalam
6) Tentukam ambang batas
persepsivibrasi
7) Kaji reflekstendon
dalam (misal,
pergelangan kaki dan
lutut
8) Onitor cara berjalan dan
distribusi berat pada
kaki
9) Monitor mobilisasi
sendi (misal,dorsofleksi
pergelangan kaki, dan
gerakan sendisubtalar)
10) Identifikasi perawatan
kaki khusus yang
dubutuhkan
11) Konsultasikan pada
dokter terkait
reomendasi untukl
dilakukannya evaluasi
dan terapi lebihlanjut
12) Berikan keluarga dan
pasien informasi
mengenai perawatan
kaki khusus yang
direkomendasikan
13) Tentuakn sumber-
sumber finnasial pasien
terkait dengan
pelayanan perawtan kaki
khusus

Kontrol infeksi :

Aktifitas-aktifitas :

1) Bersihkan lingkungan
denga baik setelah
digunakan untuk setiap
pasien
2) Batasi jumlah
pengunjung
3) Anjurkan cara cuci
tangan bagi tenaga
kesehatan
4) Anjurkan pasien
mengenai teknik
mencuci tangan dengan
tepat
5) Anjurkan pengunjung
untuk menvuci tangan
pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan
pasien
6) Cuci tangan sebelum
dan sesudah kegiatan
perawatanpasien
7) Lakukan tindakan-
tindakan pencegahan
yang bersifatuniversal
8) Pakai sarung tangan
steril dengantepat
9) cukur dan siapkan
daerah untuk persiapan
prosedurinvasive
10) jaga sistem yang
tertutup saat melakukan
monitor hemodinamik
invasive
11) berikan penaganan
aseptic dari semua
saluranIV
12) tingkatka intake nutrisi
yang tepat
13) dorong intake cairan
yangsesuai
14) dorong untuk
bersitirahat
15) berikan terapi antibiotik
yangsesuai
16) anjurkan pasien
meminum antibiotic
seperti yangdiresepkan
17) ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejalainfeksi
18) ajarkan pasien dan
keluarga mengeai
bagaimana menghindari
infeksi.
5 Resiko infeksi Keparahan infeksi : Perlindungan infeksi :
Definisi : 1) kemerahan tidak Aktifitas-aktifitas :
Rentan mengalami invasi ada 1) monitor adanya tanda
2) vesikel yang tidak dan gejala infeksi
dan multipikasi mengeras sistemik dan local
organisme patogenik permukannya tidak 2) monitor kerentanan
yang dapat menganggu ada terhadapinfeksi
3) demam tidakada 3) batasi jumlah
keseahatan
4) ketidakstabilan pengunjung yang sesuai
suhu tidakada 4) berikan perawatan kulit
5) nyeri tidakada yang tepat
6) malaise tidakada 5) periksa kulit dan selaput
7) hilang nafsu lendiruntuk adanya
makan tidakada kemerahan, kehangatan
8) kolonisasi kultur ekstrim, ataudrainase
area luka tidakada 6) tingaktkan asupan
nutrisi yangcukup
7) anjurkan asupan cairan
yang tepat
8) anjurkanistirahat
9) pantau adanya
peruabhan tingak energy
atau malaise
10) anjurkan peningkatan
mobilitas dan latihan
yang tepat
11) ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
perbedan virus dan
bakteri
12) Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejalainfeksi
13) Ajarkan pasien dan
keluarga bagaimana cara
menghindarinfeksi

Kontrol infeksi :

Aktifitas-aktifitas :

1) Bersihkan lingkungan
denga baik setelah
digunakan untuk setiap
pasien
2) Batasi jumlah
pengunjung
3) Anjurkan cara cuci
tangan bagitenaga
kesehatan
4) Anjurkan pasien
mengenai teknik
mencuci tangan dengan
tepat
5) Anjurkan pengunjung
untuk menvuci tangan
pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan
pasien
6) Cuci tangan sebelum
dan sesudah kegiatan
perawatanpasien
7) Lakukan tindakan-
tindakan pencegahan
yang bersifatuniversal
8) Pakai sarung tangan
steril dengantepat
9) cukur dan siapkan
daerah untuk persiapan
prosedurinvasive
10) jaga sistem yang
tertutup saat melakukan
monitor hemodinamik
invasive
11) berikan penaganan
aseptic dari semua
saluranIV
12) tingkatka intake nutrisi
yang tepat
13) dorong intake cairan
yangsesuai
14) dorong untuk
bersitirahat
15) berikan terapi antibiotik
yangsesuai
16) anjurkan pasien
meminum antibiotic
seperti yangdiresepkan
17) ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejalainfeksi
18) ajarkan pasien dan
keluarga mengeai
bagaimanamenghindari
infeksi
Pengecekan kulit :
Aktifitas-aktifitas :
1) Periksa kulit dan selaput
lendir terkait dengan
adanya kemerahan,
kehangatn ekstrim,
edema dandrainage
2) Amati warna,
kehangatan, bengkak,
pulsasi, tekstur, edema
dan ulserasi pada
ekstremitas
3) Periksa kondisi luka
operasi
4) Monitor warna dan suhu
kulit
5) Monitor kulit dan
selaput lendir terhadap
area perubahan warna,
memar, danpecah
6) Monitor kulit untuk
adanya ruam danlecet
7) Monito sumber tekanan
dangesekan
8) Monitor infeksi,
terutama dari daerah
edema
9) Lakukan langakh-
langkah untuk
mencegah kerusakan
lebihlanjut
10) Ajarkan anggota
keluarga/pemberi
asuhan mengenai tanda-
tanda kerusakankulit

Monitor tanda-tandavital:

Aktifitas-aktifitas :

1) Monitor tekanan darah,


nadi, suhu, dan status
pernafasan
2) Monitor tekanan darah,
denyut nadi dan
pernafasan sebelum dan
setelahberaktifitas
3) Monitor dan laporkan
tanda dan gejala
hiportemi dan
hipertemia
4) Monitor keberadaan dan
kualitasnadi
5) Monitor terkait dengan
nadialternatif
6) Monitor irama dan laju
pernafasan
7) Monitor suaraparu-paru
8) Monitor pola pernafasan
abnormal
DAFTAR ISI

Solomon, L dkk. Fractures of the Femoral Neck; Apley’s System of Orthopaedic


and Fractures, 8th Ed. Arnold, 2016. Hal: 847-52.

Egol, K dkk. Femoral Neck Fractures; Handbook of Fractures, 3rd Ed. Lippincott
Williams & Wilkins, 2016. Hal: 319-28

Smeltzer dan Bare. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.12.
Jakarta: EGC.

Muttaqin,Arif.2008.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskletal. Jakarta :EGC.

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2015-2017


Edisi10. (Budi Anna keliat dkk, penerjemah). Jakarta

Wahid,Abdul. 2013. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan


Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : Trans InfoMedia

Anda mungkin juga menyukai