Anda di halaman 1dari 3

2.2.

Fraktur Intertrokhanter Femur

Fraktur intertrokhanter adalah patah tulang yang bersifat esktrakapsular dari


femur. Sering terjadi pada lansia dengan kondisi osteoporosis. Fraktur ini
memiliki prognosis yang baik dibandingkan fraktur intrakapsular, dimana risiko
nekrosis avascular lebih rendah.
Pada riwayat umumnya didapatkan adanya trauma akibat jatuh dan memberikan
trauma langsung pada trochanter mayor. Pada beberapa kondisi, cedera secara
memuntir memberikan fraktur tidak langsung intertrokhanter.
Pemeriksaan radiografik biaanya sudah dapat menentukan diagnosis fraktur
intertrokhanter stabil atau yang tidak stabil.
Penatalkasanaan sebaiknya dengan reduksi terbuka dan oemasnagan fiksasi
interna. Intervensi konsevatif hanya dilakukan pada penderita yang sangat tua
dan tidak dapat dilkakukan dengan anestes general

Fraktur Subtrokhanter Femur


Fraktur subtrokhanter femur ialah fraktur dimana garis patahnya berada 5 cm
distal dari trochanter minor. Fraktur jenis ini dibagi dalam beberapa klasifikasi,
tetapi yang lebih sederhana dan mudah dipahami adalah klasifikasi Fielding &
Maglito, yaitu sebagai berikut:
1. Tipe 1: garis fraktur satu level dengan trochanter minor
2. Tipe 2: gars patah berada 1-2 inci di bawah dari batas atas trochanter minor
3. Tipe 3: garis patah berada 2-3 inci di distal dari batas atas trochanter minor
Manifestasi klinis yang didapatkan, meliputi: keluhan nyeri lokal, deformitas
(dengan kaki berada dalam posisi rotasieksternal), pebengkakan paha, krepitasi,
dan ketidakmampuan dalam melakukan pergerakan paha dan panggul.
Pemeriksaan radiografi biasanya didapatkan garis fraktur pada atau di bawah
trochanter minor, bisa bersifat melintang, oblik atau spiral.
Penatalkasanaan dapat dilakukan dengan reduksi terbuka dan reduksi tertutup.
Pada intervensi reduksi terbuka dengan fiksasi interna menggunakan sekrup dan
plat untuk mengimobilisasi fragmen tulang yang patah, sedangakan reduksi
tertutup dilakukan dengan pemasangan traksi tulang. Pemasangan traksi tulang
selama 6-7 minggu dilanjutkan dengan hip gips selama 7 minggu yang
merupakan alternative pelaksanaan pada pasien dengan usia muda

Fraktur barang femur

Fraktur batang femur biasanya terjadi karean trauma langsung akibat


kecelakaan lalu lintas di kota-kota besar atau jaytuh dari ketinggian. Patah pada
daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan
penderita jauh dalam syok, salah satu klasifikasi fraktur batang femur dibagi
berdasarkan adanya luka yang berhubungan dengan daerah yang patah. Secara
klinik frakturbatang femur dibagi dalam fraktur femur terbuka dan tertutup.
Fraktur femur terbuka atau patah tulang paha terbuka adalah hilangnya
kontinuitas tulang paha disertai kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan
saraf, dan pembuluh darah) yang dapat disebabkn oleh trauma, langsung pada
paha.
Secara klinis, fraktur femur terbuka sering menyebabkan kerusakan
neurovascular yang menimbulkan manifestasi peningkatan risiko syok, baik syok
hipovolemik karena kehilangan darah (pada setiap patah satu tulang femur,
diprediksi kehilangandarah 500 cc dari sistem vaskular) maupuk syok neurogenic
karena nyeri yang sangat hebat akibat kompresi atau kerusakan syaraf yang
berjalan di bawah tulang femur.
Fraktur femur tertutup atau patah tulang paha tertutup adalah hilangnya
kontinuitas tulang paha tanpa disertai kerusakan jaringan kulit yang dapat
disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi
tulang (osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang
menyebabkan fraktur patologis.
Fraktur suprakondiler femur
Fraktur suprakondiler fregmen bagian distal selalu terjadi diskolasi ke posterior.
Hal ini biasanya disebabkan karena adanya tarikan dari otot-otot gastrocnemius.
Biasanya fraktur suprakondiler ini disebakan oleh trauma langsung karena
kecepatan tinggi sehingga terjadi gaya aksial dan stress valgus atau varus, dan
disertai gaya rotasi.
Manifestasi klinik yang didapat berupa: pembengkakan pada lutut, deformitas
yang jelas dengan pemendekan pada tungkai, nyeri bila fragmen bergerak, dan
mempunyai risiko terhadap sindrom kompartemen pada bagian distal. Pada
pmeriksaan berjongkok terlihat pasien tidak bisa menjaga kesejajaran.
Pemeriksaan radiologis dapat menentukan diagnosis fraktur suprakondiler.
Penalaksaksanaan ffraktur suprakondiler femur adalah sebagai berikut:
1. Traksi berimbang dengan mempergunakan bidai Tomas dan penahan lutut
Pearson, cast-bracing, dan spika pangggul.
2. Terapi operatif dilakukan pada fraktur terbuka atau adanya pergeseran
fraktur yang tidak dapat direduksi secara konservatif. Terapi dilakukan

dengan mempergunakan nail-phroc dare scre dengan ,aca-macam tipe yang


tersedia.
Fraktur kondiler femur
Mekanisme traumanya biasanya merupakan kombinasi dari gaya hiperaduksi dan
aduksi disertai dengan tekanan pada sumbi pada femur ke atas.
Manifestasi klinik didapatkan adanya pembengkakan pada lutut, hematrosis, dan
deformitas pada ekstermitas awah. Penderita juga mengeluh adanya nyeri loka, dan
kondisi-neurologis-vaskular harus selalu diperiksa tentang adanya tanda dan gejala
sindrom kompartemen pada bagaian distal.
Penatalsanaan dengan reduksi tertutup dengan traksi tulang selama 4-6 minggu
dan kemudian dilanjutkan dengan penggunaan gips minispika dampai terjadi
penyammbungan tulang. Reduksi terbuka dan fiksasi interna dilakukan apabila
intervensi reduksi tertutup tidak memberikan penyambungan tulang, atau keluhan
nyeri lokal yang parah.

Fraktur leher femur merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan pada orang tua,
terutama wanita usia 60 tahun ke atas disertai tulang yang osteoporosis. Fraktur
leher femur pada anak-anak jarang ditemukan. Fraktur ini lebih sering terjadi pada
anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3:. Insiden tersering
pada usia 11-1 tahun.
1. Mekanisme trauma. Fraktur terjadi karena jatuh pada daerah trokanter, baik
karena

Anda mungkin juga menyukai