Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehamilan postmatur merupakan kasus yang sering terjadi pada saat
kehamilan yaitu melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Diagnosa
kehamilan didapatkan dengan perhitungan usia kehamilan dengan rumus
Naegele atau dengan perhitungan tinggi fundus uteri . kehamilan postmatur
lebih mengacu pada janinnya, dimana dijumpai tanda-tanda seperti kuku
panjang, kulit keriput, plantara creases yang sangat jelas, tali pusat layu, dan
diwarnai oleh mekonium
Pada umumnya, kehamilan berlangsung selama 40 minggu (280 hari)
dihitung dari HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir). Kehamilan normal (aterm)
ialah usia kehamilan antara 38-42 minggu. Namun, sekitar 3,4-14 % atau rata-
rata 10 % kehamilan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Prevalensi ini
bervariasi bergantung pada kriteria yang dipakai oleh peneliti (Prawirohardjo,
2008).
Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Neagele, dihitung dari
HPHT, jadi untuk menentukan kehamilan Postmatur harus diketahui umur
kehamilan yang tepat. Selain dari haid, penentuan umur kehamilan dapat
dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali umur kehamilan dari saat
pertama kali ibu datang. Makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur
kehamilan makin mendekati kebenaran. Pemeriksaan USG sangat membantu
taksiran umur kehamilan dan bila dilakukan sebelum trimester kedua, hasilnya
lebih akurat (FK Unpad, 2005).
Pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dari pelayanan dasar yang
terjangkau oleh seluruh masyarakat. Salah satunya berupa pelayanan
kesehatan ibu yang berupaya agar setiap ibu hamil dapat melalui kehamilan
dan persalinannya dengan selamat. Seorang perawat dituntut agar mampu
memberikan pelayanan yang tepat dan akurat. Oleh karena itu, dalam
memberikan pelayanan kesehatan perawat harus memiliki pengetahuan yang
cukup.
1.2 Tujuan
a. Mengetahui definisi dari kehamilan postmatur.
b. Mengetahui etiologi dari kehamilan postmatur.Mengetahui patofisiologi
dari kehamilan postmatur.
c. Mengetahui WOC dari kehamilan postmatur.
d. Mengetahui manifestasi klinis dari kehamilan postmatur.
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik untuk kehamilan postmatur.
f. Mengetahui penatalaksanaan untuk kehamilan postmatur.
g. Mengetahui komplikasi dari kehamilan postmatur.
h. Mengetahui prognosis dari kehamilan postmatur.
i. Mengetahui asuhan keperawatan dari kehamilan postmatur.
1.3 Manfaat
a. Mahasiswa mampu memahami konsep dan proses keperawatan pada klien
dengan kehamilan postmatur.

1
b. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat
menjadi bekal dalam persiapan praktek di rumah sakit maupun di
masyarakat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat
waktu/bulan merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294
hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus
Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari (Prawirohardjo, 2008).
Sedangkan menurut Manuaba (1999), kehamilan lewat waktu merupakan
kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan.
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari hari pertama
haid terakhir.
Definisi standar untuk kehamilan lewat bulan adalah 294 hari setelah hari
pertama menstruasi terakhir, atau 280 hari setelah ovulasi. Istilah lewat bulan
(postdate) digunakan karena tidak menyatakan secara langsung pemahaman
mengenai lama kehamilan dan maturitas janin (Helen, 2007).
2.2 Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kehamilan postmatur adalah kehamilan lebih dari 40 minggu
2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya kehamilan postterm/ postmature sampai saat ini
masih belum diketahui secara jelas. Menurut (Sarwono,2010) beberapa teori
yang diajukan di antaranya:
a. Pengaruh Progresteron
Penurunan hormon progresteron dalam kehamilan dipercaya merupakan
kejadian perubahan endokrin yang penting dalam memacu prose
biomolekuler pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus
terhadap oksitosin, sehingga terjadinya kehamilan postterm adalah karena
masih berlangsungnya pengaruh progresteron.
b. Teori Oksitosin
Pemakaian okstitosin untuk induksi persalinan pada kehamilan dipercaya
bahwa oksitosin secara fisiologis memgang peranan penting dalam
menimbulkan persalinan dan pelepasan okstitosin dari neurohipofisis ibu
hamil yang kurang pada usia kehamilan lanjut diduga sebagai salah satu
penyebab kehamilan postterm.
c. Teori Kortisol/ ACTH Janin
Dalam teori ini diajukan bahwa sebagai “pemberi tanda” untuk dimulainya
persalinan adalah janin, diduga akibat peningkatan tiba-tiba kadar kortisol
plasma janin. Kortisol janin akan memperngaruhi plasenta sehingga
prosuksi progresteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen,
selanjutnya berpengaruh terhadap meningkatnya produksi prostaglandin.
Pada cacat bawaan janin seperti anesefalus, hipoplasia adrenal janin, dan
tidak adanya kelenjar hipofisis pada janin akan menyebabkan kortisol

2
janin tidak diproduksi dengan baik sehingga kehamilan dapat berlangsung
lewat bulan.
d. Saraf Uterus
Tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus Frankenhauser akan
membangkitkan kontraksi uterus. Pada keadaan dimana tidak ada tekanan
pada pleksus ini, seperti pada kelainan letak, tali pusat pendek dan bagian
bawah masih tinggi kesemuanya diduga sebagai penyebab terjadinya
kehamilan postterm.
e. Herediter
Beberapa penulis menyatakan bahwa seorang ibu yang mengalami
kehamilan posterm mempunyai kecenderungan untuk melahirkan lewat
bulan pada kehamilan berikutnya. Mogren menyatakan bahwa bilamana
seorang ibu mengalami kehamilan posterm saat melahirkan anak
perempuan, maka besar kemungkinan anak perempuan akan mengalami
kehamilan posterm.
Menurut (Bayu,2009) penyebab Postmatur pasti belum diketahui, faktor
yang dikemukakan adalah :
a. Hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
b. Herediter, karena post naturitas sering dijumpai pada suatu keluarga
tertentu
c. Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan
kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya His
d. Kurangnya air ketuban
e. Insufiensi plasenta.
2.3 Manifestasi klinis
a. Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20
menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10
kali/ 20menit. (Echa, 2012)
b. Postterm dapat di bagi dalam 3 stadium (Sarwono,2010) :
1. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit
3. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat
Menurut Bayu, 2009 manifestasi yang ditunjukkan yaitu bayi postmature :
a. Biasanya lebih berat dari bayi matur ( > 4000 gram)
b. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
c. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
d. Verniks kaseosa di bidan kurang
e. Kuku-kuku panjang
f. Rambut kepala agak tebal
g. Kulit agak pucat dengan deskuamasi epitel
2.4 Patofisiologi
a. Sindrom posmatur

3
Bayi postmatur menunjukan gambaran yang khas, yaitu berupa kulit
keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukan
pengurasan energi, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut matanya
terbuka. Kulit keriput telihat sekali pada bagian telapak tangan dan telapak
kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Biasanya bayi postmatur tidak
mengalami hambatan pertumbuhan karena berat lahirnya jarang turun
dibawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya.banyak bayi postmatur
Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi
mekonium. Berapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
Insidensi sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, dan 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Sindrom ini terjadi
pada sekitar 10 % kehamilan antara 41 dan 43 minggu serta meningkat
menjadi 33 % pada 44 minggu. Oligohidramnion yang menyertainya
secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas.
b. Disfungsi plasenta
Kadar eritroprotein plasma tali pusat meningkat secara signifikan pada
kehamilan yang mencapai 41 minggu atau lebih dan meskipun tidak ada
agar skor dan gas darah tali pusat yang abnormal pada bayi ini, bahwa
terjadi penurunan oksigen pada janin yang postterm. Janin posterm
mungkin terus bertambah berat badannya sehingga bayi tersebut luar biasa
beras pada sat lahir. Janin yang terus tumbuh menunjukan bahwa fungsi
plasenta tidak terganggu. Memang, pertumbuhan janin yang berlanjut,
meskipun kecepatannya lebih lambat, adalah ciri khas gestasi antara 38
dan 42 minggu.
c. Gawat janin dan Oligohidramnion
Alasan utama meningkatnya resiko pada janin posterm adalah bahwa
dengan diameter tali pusat yang mengecil, diukur dengan USG, bersifat
prediktif terhadap gawat janin intrapartum, terutama bila disertai dengan
ologohidramnion. Penurunan volume cairan amnion biasanya terjadi
ketika kehamilan telah melewati 42 minggu, mungkin juga pengeluaran
mekonium oleh janin ke dalam volume cairan amnion yang sudah
berkurang merupakan penyebab terbentuknya mekonium kental yang
terjadi pada sindrom aspirasi mekonium.
d. Pertumbuhan janin terhambat
Hingga kini, makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilna
yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Pertumbuhan
janin terhambat menyertai kasus lahir mati pada usia gestasi 42 minggu
atau lebih, demikian juga untuk bayi lahir aterm. Morbiditas dan mortalitas
meningkatkan secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan. Memang, seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada
kehamilan memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan
pertumbuhan yang jumlahnya relatif kecil ini.
e. Serviks yang tidak baik
Sulit untuk menunjukan seriks yang tidak baik pada kehamilan
memanjang karena pada wanita dengan umur kehamilan 41 minggu
mempunyai serviks yang belum berdilatasi. Dilatasi serviks adalah
indicator prognostic yang penting untuk keberhasilan induksi dalam
persalinan.

4
2.5 WOC (Web of Caution)
Terlampir.
2.6 Pemeriksaan diagnostic
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan pada ibu dengan kehamilan
postmatur (Prawirohardjo, 2008), antara lain:
a. Ultrasonografi (USG)
Ketetapan usia kehamilan sebaiknya mengacu pada hasil pemeriksaan
USG pada trimester pertama. Pada trimester pertama pemeriksaan panjang
kepala-tunggingn (crown-rump length/CRL) memberikan ketepatan
kurang lebih 4 hari dari taksiran persalinan. Sedangkan pemeriksaan sesaat
setelah trimester III dapat digunakan untuk menentukan berat janin,
keadaan air ketuban, ataupun keadaan plasentan yang sering berhubungan
dengan kehamilan postmatur, tetapi sulit untuk memastikan usia
kehamilan.
b. Pemeriksaan radiologi
Usia kehamilan ditentukan dengan melihat pusat penulangan. Cara ini
sekarang jarang digunakan karena pengenalan pusat penulangan seringkali
sulit dan radiologic mempunyai pengaruh yang kurang baik terhadap janin.
c. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium ini meliputi pemeriksaan kadar lesitin/
spingomielin, aktivitas tromboplastin cairan amnion (ATCA), sitologi
cairan amnion, dan sitologi vagina.
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Sarwono Prawirohardjo (2008) dalam pengelolaan kehamilan
postmatur ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Menentukan apakah kehamilan memang telah berlangsung lewat bulan
atau bukan. Dengan demikian, penatalaksanaan ditujukan pada dua variasi
dari postmatur ini.
b. Identifikasi kondisi janin dan keadaan yang membahayakan janin.
c. Periksa kematangan serviks dengan skor Bishop. Nilai bishop adalah suatu
standarisasi objektif dalam memilih pasien yang lebih cocok untuk
dilakukan induksi persalinan letak verteks. Faktor yang dinilai meliputi
pembukaan servik,pendataran serviks, penurunan kepala, (station)
konsistensi serviks, dan posisi serviks.
Kematangan serviks ini memegang peranan penting dalam
pengelolaan kehamilan postmatur. Sebagian besar kepustakaan sepakat
bahwa induksi persalinan dapat segera dilaksanakan baik pada usia 41
maupun 42 minggu bilamana serviks telah matang.
Menurut Arif Mansjoer (2000) penatalaksanaan kehamilan lewat waktu
bila keadaan janin baik dapat dilakukan dengan cara:
a. Tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan
janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian, Bila hasil positif, segera
lakukan seksio sesarea.
b. Induksi Persalinan.
Induksi persalinan merupakan suatu usaha supaya persalinan mulai
berlangsung dengan jalan merangsang timbulnya his. Ada dua cara yang
biasanya dilakukan untuk memulai proses induksi, yaitu mekanik dan
kimia. Kedua cara ini pada dasarnya dilakukan untuk mengeluarkan zat

5
prostaglandin yang fungsinya sebagai zat penyebab otot rahim
berkontraksi.
1) Secara mekanik, biasanya dilakukan dengan sejumlah cara, seperti
menggunakan metode stripping, vibrator, kateter, serta memecahkan
ketuban.
2) Secara kimia, ibu akan diberikan obat-obatan khusus. Ada yang
diberikan dengan cara diminum, dimasukan ke dalam vagina,
diinfuskan, atau pun disemprotkan pada hidung. Biasanya, tak lama
setelah salah satu cara kimia itu dilakukan, ibu hamil akan merasakan
datangnya kontraksi
Penatalaksanaan pada bayi postmatur antara lain :
a. Bila bayi mengalami ketidakefektifan termoregulasi tindakan yang dapat
diberikan antra lain :
1) Hangatkan inkubator atau penghangat radian sebelumnya, pastikan
bahwa handuk dan atau selimut yang tipis yang telah dihangatkan telah
tersedia. Pertahankan suhu ruang bersalin pada suhu 22 C, dengan
kelembaban relatif 60%-65%.
2) Bersihkan bayi baru lahir, dari darah dan verniks yang belebihan,
khususnya yang ada di kepala, dengan handuk yang telah dihangatkan
sebelumnya
3) Letakkan bayi baru lahir di bawahpenghangat radian
4) Bungkus bayi dengan selimut yang telah dihangatkan dan pindahkan
bayi ke ibu
5) Rangkul bayi sehingga menempel pada dada ibu dan dibedong dengan
selimut yang hangat
b. Resiko cidera
1) Evaluasi dengan alat elektronik respon denyut jantung janin terhadap
kontraksi uterus selama asuhan intrapartum
2) Kaji kadar glukosa darah dengan menggunakan strip kimia sebelum
pemberian ASI dan sebelum 2 jam setelah kelahiran
3) Kaji tanda-tanda hipoglikemi
4) Ajarkan orang tua untuk memperkirakan perubahan pada kemampuan
infan
5) Diskusikan dengan orang tua perlunya pemantauan konstan terhadap
infan
2.8 Komplikasi
Pada kondisi postmatur ini dapat terjadi beberapa komplikasi, yaitu:
a. Menurut Prawirohardjo (2008), komplikasi yang terjadi pada kehamilan
serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi pada janin
seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asfiksia
neonaturum dan kelainan letak.
b. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi seperti kelainan
kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan,
bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan
jangka pangjang pada bayi.
2.9 Prognosis

6
Pada kehamilan 43 minggu jumlah kematian janin/bayi tiga kali lebih
besar dari pada kehamilan 40 minggu karena postmaturitas akan menambah
bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi: berat badan
janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang, sesudah
kehamilan 42 minggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam
kandungan.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien : nama, umur, ras, gravida, alamat, dan nomor telepon,
agama,status perkawinan, pekerjaan, dan tanggal anamnesis.
b. Keluhan Utama
Menurut Manuaba (1998) dalam bukunya Ilmu Kebidanan, keluhan ibu
pada kasus postmatur adalah :
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu.
2) Gerak janin makin berkurang dan kadang-kadang berhenti sama sekali.
3) Berat badan ibu mendatar atau menurun.
4) Air ketuban terasa berkurang.
5) Gerak janin menurun.
c. Alasan datang : alasan wanita datang ke tempat bidan/klinik, yang
diungkapkan dengan kata –kata sendiri.
d. Riwayat kehamilan sekarang.
Mengkaji keluhan yang yang dirsakan pasien selama kehamilan ini.
Digunakan sebagai identifikasi masalah pasien. Banyaknya pemeriksaan
antenatal yang dilakukan.
e. Riwayat kesehatan masa lalu.
Penyakit kronis yang dapat mempengaruhi terjadinya Postterm
1) Penyakit waktu kecil dan imunisasi.
2) Tes laboratorium akhir-akhir ini terhadap penyakit infeksi.
3) Penyakit berat misal pneumonia, hepatitis, damam rematik, difteri, dan
polio.
4) Masuk rumha sakit.
5) Kecelakaan : fraktur, luka, dan lain –lain.
6) Transfusi darah.
7) Kebiasan : pengguanaan alkohol,merokok
8) Pola tidur.
9) Diet.
10) Aktifitas.
11) Resiko dalam pekerjaan :posisi, tarikan, ventilasi, paparan racun
kimiawi.
12) Penyakit spesifik.
13) Pengobatan yang didapat.
f. Riwayat keluarga.

7
1) Usia ayah dan ibu, juga statusnya.
2) Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami gangguan persalinan
yang sama.
g. Riwayat mestruasi
1) Umur menarche.
2) Frekuensi, jarak/siklus jika normal.
3) Lamanya.
4) HPHT, lama dan jumlah normalnya.
5) Disminore.
6) Perdarahan uterus disfungsional, misalnya spotting, menoragia, dan
lain-lain.
h. Riwayat Obstetri.
1) Gravida/para
2) Tipe golongan darah (ABO dan Rh)
3) Kehamilan yang lalu.
a. Tanggal terminasi
b. Usia genital
c. Tempat lahir
d. Masalah obstetrik, medis dan sosial yang lain, dalam kehamilan,
dalam persalinan.
i. Riwayat ginekologi
1) Infeksi vagina.
2) Penyakit menular seksual
j. Riwayat seksual.
Pola hubungan seksual, rekuensi berhubungan, dan masalah seksual
lainya.
k. Riwayat pernikahan.
1) Nikah atau tidak.
2) Berapa kali menikah.
3) Berapa lama menikah.
l. Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi dan
apakah ada kegagalan dalam menjalankan program berKB (Sutjiati, 2010).
m. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Kehamilan
Untuk mengetahui berapa umur kehamilan, bagaimana letak janin dan
berapa tinggi fundus uteri, apakah sesuai dengan umur kehamilan atau
tidak.
2) Persalinan
Spontan atau buatan, lahir aterm atau prematur, ada atau tidak
perdarahan, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat
melahirkan, ada atau tidak riwayat persalinan prematur sebelumnya.
3) Nifas
Apakah ada luka episiotomi atau robekan jalan lahir yang telah dijahit.
4) Anak

8
Jenis kelamin, hidup atau mati, kalau sudah meninggal pada usia
berapa dan sebab meninggal, berat badan dan panjang badan waktu
lahir.
n. Pola kebiasaan sehari-hari
Pola kebiasaan sehari–hari yang perlu dikaji adalah :
1) Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum
kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
2) Pola Aktivitas
Apa aktivitas sehari-hari yang dilakukan ibu.
3) Pola Seksual
Untuk mengetahui apakah hubungan seksual berlangsung dengan
normal dan ada keluhan atau tidak.
4) Pola eliminasi
Untuk mengetahui frekuensi BAB dan BAK serta output cairan
5) Perokok dan pemakai obat-obatan.
Untuk mengetahui apakah ada kebiasaan merokok dan mengkonsumsi
obat-obatan serta alkohol.
3.2 Pemeriksaan
A. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum.
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang atau
buruk.
2) Kesadaran.
Untuk mengetahui tingkat kesadaran yaitu composmentis, apatis,
samnolen, atau koma. Normalnya kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Untuk mengetahui tekanan darah ibu, normal tekanan darah adalah
120/80 mmHg.
4) Suhu.
Apakah ada peningkatan suhu atau tidak. Normalnya suhu tubuh adalah
35,6 0 C – 37,60C .
5) Denyut nadi.
Untuk mengetahui nadi pasien yang dihitung dalam menit. Batas
normal 60-100x/menit.
6) Respirasi.
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dihitung dalam 1 menit.
Batas normal dalam 1 menit adalah 16-24 x/menit
7) Berat badan.
Untuk mengetahui adanya kenaikan berat badan selama hamil.
Penambahan berat badan rata-rata 0,3-0,5 kg/ minggu. Tetapi nilai
normal untuk penambahan berat badan selama kehamilan 9-12 kg
8) Tinggi badan.
Untuk mengetahui tinggi badan ibu hamil, kurang dari 145 cm atau
tidak, termasuk resiko tinggi atau tidak
9) Lila.
Untuk mengetahui lingkar lengan atas ibu, normalnya 23,5 cm
B. Pemeriksaan fisik

9
1) Kepala
a. Rambut : Untuk menilai warna, ketebalan, distribusi merata atau
tidak
b. Muka : Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan atau
tidak, adakah oedema atau tidak.
c. Mata : Conjungtiva warna pucat atau kemerahan, skelera putih
atau tidak
d. Hidung : Untuk mengetahui ada tidaknya polip
e. Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga,
liang telinga, bentuk telinga, dan posisinya
f. Mulut : Untuk mengetahui apakah mulut bersih dan kering, ada
carries, dan karang gigi atau tidak
2) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran vena juguluris, pembesaran
kelenjar limfe dan tyroid
3) Dada dan axilla
a. Mamae: Untuk mengetahui bentuk payudara dan pigmentasi
puting, puting susu menonjol, benjolan abnormal dan kolostrum
b. Axilla : Adakah tumor atau benjolan, adakah nyeri tekan atau
tidak
4) Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah ada oedema atau tidak, terdapat varicess
atau tidak, reflex patella + / -
C. Pemeriksaan khusus obstetri
1) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut sesuai usia kehamilan, bentuk
abdomen, linea alba / nigra, striae albkan / lividae, kelainan dan
pergerakan janin.
2) Palpasi
a. Tinggi fundus uteri
Untuk mengetahui TFU dengan cara menggunakan pita ukur,
dilakukan pengukuran dengan menempatkan ujung pita ukur pada
tepi atas sympisis pubis dan tetap menjaga pita ukur agar tetap
menempel pada dinding abdomen da diukur jaraknya kebagian atas
fundus uteri.
 Leopold I : Menentukan TFU dan bagian apa yang terdapat
pada fundus ibu
 Leopod II : Menentukan apa yang terdapat disebelah kanan
dan kiri perut ibu
 Leopold III : Menentukan bagian apa yang terdapat dibawah
perut ibu dan apakah sudah masuk PAP atau belum
 Leopold IV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah janin
masuk PAP (pada primipara masuk PAP pada usia kehamilan 36
minggu dan pada multipara saat persalinan)
 HIS / Kontraksi
Pada ibu post matur tidak ada his walaupun kehamilan sudah
mencapai 42 minggu
 Tafsiran berat

10
Untuk memperkirakan berat badan janin. Pada ibu dengan partus
prematurus iminens tafsiran berat janin adalah > 2500 gram
D. Pemeriksaan dalam anogenital
1) Vulva/vagina
Untuk mengetahui adakah edema, varises, luka, kemerahan atau tidak,
pembesaran kelenjar bartolini, ada pengeluarann pervaginam atau
tidak, ada pembukaan atau tidak, penipisan, presentasi, selaput ketuban
masih utuh atau tidak dan sudah sejauh mana penurunan kepala.
2) Perineum.
Untuk mengetahui ada bekas luka atau tidak, ada keluhan atau tidak
3) Anus.
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak, ada kelainan atau tidak.
3.3 Pemeriksaan penunjang
Menurut Mansjoer (2001), pemeriksaan penunjang yang perlu dialkukan
adalah :
1) USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas
plasenta.
2) KTG untuk menilai ada tidaknya gawat janin
3) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes
tanpa tekanan, dinilai apakah reaktif atau tidak dan tes tekanan oksitosin
). Salah satu tanda dari postmaturitas adalah air ketuban yang berwarna
kehijauan yang berasal dari mekonium, menunjukkan bahwa terjadi
gawat janin.
4) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20%
3.4 Diagnosa keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
3.5 Intervensi keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
Tujuan : meningkatkan pengetahuan keluarga klien
Kriteria hasil :
- Klien merasa tenang dan optimis dengan persalinannya
- Klien dapat menggunakan teknik relaksasi distraksi atau
nafas dalam dengan efektif
- Klien mengungkapkan pemahaman situasi individu dan
kemungkinan hasil akhir klien tampak rileks
Intervensi:
1) Memberikan HE tentang kondisi klien dan penatalaksanaan
Rasional : Mengurangi ansietas
2) Berikan penguatan atas upaya keluarga untuk merawat klien
Rasional : Menyadarkan bahwa mereka telah melakukan yang etrbaik
dan untuk mempermudah proses adaptasi
3) Memberikan kesempata kepada keluarga untuk mendiskusikan
perasaan mereka
Rasional : Dengan mengungkapkan perasaan keluarga dapat
melakukan penyesuaian secara realistis terhadap masalah klien

11
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu
Kriteria Hasil : terdapat kontraksi uterus yang reguler, terjadi pembukaan
serviks
Intervensi :
1. Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan dan durasinya
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab,
kebutuhan pemeriksaan diagnostik dan intervensi yang tepat
2. Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik.
Rasional : disfungsi kontraksi memperlemah persalinan,
meningkatkan resiko komplikasi maternal atau janin.
3. Catat kondisi serviks , Pantau tanda amnionitis
Rasional : serviks kaku atau tidak siap tidak akan dilatasi akan
menghambat penurunan janin.
4. Tetap bersama klien, berikan lingkungan yang tenang sesuai indikasi.
Rasional : reduksi rangsangan dari luar mungkin perlu untuk
memungkinkan tidur dan menurunkan tingkat ansietas pada ibu
5. Induksi persalinan dengan oksitosin
Rasional : Oksitosin memberikan rangsangan terjadinya His
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama
Tujuan : resiko cedera pada janin akan berkurang
Kriteria Hasil : tidak ada distres janin, bayi lahir tanpa trauma
Intervensi :
1. Kaji DJJ secara manual atau electronic
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti bradikardi,thakikardi
yang mungkin disebabkan stress, hipoksia dan asidosis
2. Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan
pemeriksaan internal.
Rasional : menentukan letak janin, posisi dan persentasi ddapat
mengidentifikasi faktor –faktor yang memperberat disfungsional
persalinan.
3. Siapkan metode untuk melahirkan yang paling layak, bila janin pada
presentase kening, wajah atau dagu.
Rasional : presentase ini meningkatkan resiko CPD , karena diameter
lebih besar dari tengkorak janin masuk ke pelvic karena kegagalan
kemajuan dan pola persalinan memerlukan kelahiran secara sesarea.
4. Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion bila pecah ketuban.
Rasional: kelebihan cairan amnion menyebabkan distensi uterus
berlebihan yang berhubungan dengan anomaly janin.
3.6 Asuhan Keperawatan kasus
Ny A berusia 24 tahun dan hamil anak pertama bermaksud memeriksakan
keadaan kandungannya ke rumah sakit pada tanggal 2 April 2017. Ny A sering
bertanya kepada perawat dan dokter apakah kandungannya baik- baik saja sebab
ini sudah memasuki minggu ke 43 dan janin belum lahir. Saat dilakukan
anamnesa Ny. A mengatakan bahwa gerak janinnya makin hari makin berkurang
dan ia takut terjadi apa- apa terhadap janinnya. Hasil dari pemeriksaan fisik untuk

12
TTV ibu sendiri adalah TD 130/80 mmHg, RR 22x/menit, nadi 112x/ menit dan
suhu 37oC, DJJ 97 kali/mnt.

PENGKAJIAN
a. Anamnesa
1) Identitas klien :
Identitas klien :
Nama istri : Ny. A Nama Suami : Tn. B
Umur : 24 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Ras : Jawa Ras : Jawa
Alamat : Ngagel Alamat : Ngagel
Pendidikan: SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : ibu rumah tangga Pekerjaan : Wiraswasta
Gravida : ke-1 (primigravida)
Tanggal anamnesis: 2 April 2017 pukul 15.00 WIB
2) Keluhan Utama
Keluhan yang paling dikeluhkan oleh Ny. A adalah usia kehamilannya yang
sudah lebih dari 43 minggu tetapi belum terasa ingin melahirkan.
3) Alasan datang : Ny. A ingin mengetahui kondisi kehamilannya dan
menanyakan kepada dokter apakah janinnya tidak apa- apa karena sampai
sekarang belum terasa ingin melahirkan.
4) Riwayat kehamilan sekarang.
Keluhan lain yang dikeluhkan oleh Ny. A adalah ia merasa bahwa gerakan
janinnya semakin hari semakin berkurang. Ia juga cemas terhadapa kondisi
janinnya. Selama kehamilan ini, Ny. A rutin untuk melakukan pemeriksaan
antenatal ke bidan puskesmas. Dari riwayat hasil pemeriksaan antenatal yang
dilakukan juga tidak ada masalah apa- apa.
5) Riwayat kesehatan masa lalu.
Tidak mempunyai penyakit masalalu yang serius, hanya batuk pilek saja. Ny.
A juga tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun sakit parah sebelumnya
yang mengharuskan ia MRS. Riwayat imunisasi Ny. A saat kecil lengkap. Ia
juga imunisasi TT sebelum hamil ini.
Ny. A merupakan ibu rumah tangga yang tidak mempunyai aktifitas berlebih.
Ia tinggal berdua bersama suaminya. Ia juga tidak mempunyai riwayat
merokok ataupun konsumsi alkohol. Selama hamil, bidan tidak menyarankan
untuk melarang makanan tertentu. Ia hanya dianjurkan untuk mengonsumsi
banyak asam folat seperti ikan untuk kesehatan bayinya.
6) Riwayat keluarga
Ayah dan ibu Ny. A saat ini berusia 56 dan 53 tahun. Ny. A adalah anak
ke 3 dari 5 bersaudara. Diantara anggota keluarganya tidak ada yang pernah
mengalami gangguan persalinan yang sama seperti ini.
7) Riwayat mestruasi
a. Umur menarche : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Lamanya : 5-6 hari
d. Frekuensi : teratur
e. Sifat darah : encer

13
f. Disminorhoe : kadang- kadang
g. Banyaknya : 2 x ganti pembalut
h. HPHT :
8) Riwayat Obstetri.
4) Gravida/para : Ny. A merupakan primigravida. Adapun skor GPAPAH
nya adalah G1P0
5) Tipe golongan : Ny. A mempunyai golongan darah B dengan Rhesus +
6) Kehamilan yang lalu : - (pasien primigravida)
9) Riwayat ginekologi
Tidak ditemukan masalah pada ginekologi Ny. A baik itu infeksi vagina
maupun penyakit menular seksual
10) Riwayat seksual.
Klien dan suami mengatakan bahwa selama ini frekuensi berhubungan dalam
seminggu adalah 1x. Tidak ada masalah dalam hubungan suami istri.
11) Riwayat pernikahan.
a) Kawin : Iya 1x dengan suami sekarang
b) Usia kawin pertama : 23 th
c) Lamanya perkawinan: 1 th
12) Riwayat keluarga berencana
Pada awal menikah pasien memutuskan untuk mengikuti KB suntik setiap 1
bulan sekali karena klien sepakat untuk menunda kehamilan dulu bersama
suaminya. Klien menggunakan KB selama 2 tahun dan kemudian berhenti
karena menginginkan anak dan baru hamil saat ini.
13) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
a. Kehamilan
Ini merupakan kehamilan pertama klien dengan keterangan sebagai
berikut: HPHT klien adalah pada tanggal......, maka saat ini usia kehamilan
klien adalah 43 minggu. Berdasarkan kartu kehamilan, letak janin normal
(membujur). Sementara itu, tinggi fundus uteri ibu adalah 37,6 cm.
b. Persalinan
Klien belum pernah mengalami persalinan ataupun abortus sebelumnya.
c. Nifas
Tidak ada bekas apapun karena klien sebelumnya belum pernah
melahirkan.
14) Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan teratur 3 kali sehari, 1 piring nasi, lauk, sayur dan buah, minum
kurang lebih 8 gelas per hari, susu, teh dan air putih.
b. Pola Aktivitas
Ibu hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga dan melakukan kegiatan
sebagai istri saja seperti memasak, mencuci baju, dll. Risiko dari aktifitas
ini berupa kelelahan.
c. Pola Seksual
Selama ini pola seksual klien dengan suami berjalan lancar. Akan tetapi
memasuki bulan ke-8 kehamilan klien dan suami sepakat untuk
mengurangi kegiatan seksual mereka.
d. Pola eliminasi

14
Pola BAB = ±1-2x sehari, pola BAK : ±5-8x sehari dengan intake cairan ±
2L
e. Perokok dan pemakai obat-obatan.
Tidak ada riwayat merokok ataupun pemakai obat maupun alkohol.

PEMERIKSAAN
A. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum.
Saat melakukan pemeriksaan ke rumah sakit ibu dalam keadaan sehat
dan sadar penuh.
2) Kesadaran.
Kesadaran composmentis
3) Tekanan darah.
Hasil pemeriksaan tekanan darah adalah 130/80 mmHg.
4) Suhu.
Hasil pemeriksaan TTV untuk suhu tubuh adalah 37 0 C.
5) Denyut nadi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk denyut nadi adalah 112x/ menit.
6) Respirasi.
Hasil pemeriksaan TTV untuk RR adalah 22x/ menit.
7) Berat badan.
Selama hamil ini ibu mengalami panambahan berat badan sebesar 11
Kg dari 59Kg menjadi 70 Kg.
8) Tinggi badan.
Tinggi badan ibu adalah 163 cm dan bukan termasuk golongan
beresiko.
9) Lila.
Hasil pengukuran lingkar lengan atas ibu adalah 23,5 cm
B. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut : rambut berwarna hitam, tebal dengan distribusi
yang merata di kepala.
b) Muka : muka terlihat agak pucat karena ibu terlihat tegang.
c) Mata : Conjungtiva anemis.
d) Hidung : tidak ditemukan polip
e) Telinga : bentuk telingan normal dan keadaan telinga bersih
bebas dari serumen.
f) Mulut : mulut terlihat lembab, bersih dan tidak ada caries
maupun karang gigi.
2) Leher
Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, kelenjar limfe maupun
kelenjar tiroid.
3) Dada dan axilla
a) Mamae : pembesaran simetris, areola mammae coklat,
puting susu menonjol, colostrum tidak ada.
b) Axilla : tidak ada tumor ataupun nyeri tekan.
4) Ekstremitas

15
Ekstremitas tungkai simetris, tidak ada edema pada ekstremitas.
Varices (-).
C. Pemeriksaan khusus obstetri
Inspeksi
1. Inspeksi
Terdapat pembesaran abdomen sesuai umur kehamilan dengan
striae nigra dan juga linea livide.
2. Palpasi
a. Tinggi fundus uteri
Tinggi fundus uteri saat diukur di kartu kehamilan saat periksa
seminggu yang lalu adalah 37,6 cm. Berdasarkan kartu kehamilan
tersebut juga didapatkan data sebagai berikut:
 Leopold I : tinggi fundus uteri hampir mencapai payudara,
bagian pada fundus adalah kepala dengan persentase melenting.
 Leopod II : bentuk/ posisi janin normal dengan punggung
berada di sisi kiri ibu.
 Leopold III : janin sudah masuk PAP
 Leopold IV : kepala janin sudah berada di PAP
 HIS / Kontraksi
Ny. A tidak merasa ada his walaupun kehamilan sudah mencapai
43 minggu ini.
 Tafsiran berat
Tafsiran berat saat ini: (TFU-11)x 155= (37,6- 11) x 155= 4123
gram.
D. Pemeriksaan dalam anogenital
1) Perineum : kaku
2) Dinding Vagina : Cekung
3) Ujung sacrum : Masih teraba
4) Portio : Masih tebal
5) Konsistensi : tidak lembut
6) Pembukaan : tidak ada pembukaan vagina
7) Ketuban : masih utuh selapunya
8) Anus : tidak ada hemoroid

E. Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaaan penunjang dengan USG didapatkan hasil normal, tidak
ada oligohidroamnion dan janin sudah masuk PAP serta tidak ditemukan
kegawatan pada janin. Dan pada pemeriksaan sitologi vagina dengan
indeks kariopiknotik > 20%.

ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah keperawatan
1 DS :Ibu post- matur Ansietas
mengatakan bahwa ↓
gerak janinnya Anak belum lahir
makin hari makin ↓
berkurang. Cemas terhadap

16
kondisi janinnya
DO: ↓
- Ibu terlihat Tidak tahu informasi
gelisah tentang post matur
- TD 130/80 dan penanganannya
mmHg, RR ↓
22x/menit, nadi Ansietas
112x/ menit
- DJJ 97/mnt
2. DS: ibu Post- matur Resiko Cidera pada
mengatakan bahwa ↓ ibu
ia tidak merasakan Belum ada dilatasi
adanya kontraksi serviks
pada rahimnya. ↓
Berat janin besar
DO: sekitar 4000gram
- Tidak ↓
ditemukan Seharusnya sudah
tanda- tanda memasuki kelahiran
kontraksi/ pun ↓
dilatasi serviks Risiko cedera pada
padahal sudah ibu
memasuki
minggu ke 43.

- TBJ (Tafsiran
berat janin)
4.123 gram

- DJJ melemah
97/mnt

3. DS: ibu Post- matur Resiko cedera pada


mengatakan tidak ↓ janin
mengalami Minggu ke 43 belum
kontraksi dan ada kontraksi
gerakan janinnya ↓
melemah dari hari Persalinan lama
ke hari. ↓

DO: gerak janinnya Janin mengalami


makin hari makin distress
berkurang dan ↓
janin sudah masuk Kekurangan oksigen
PAP tetapi janin dan nutrisi
belum ingin keluar, ↓
dilatasi/pembukaan Risiko cedera pada
serviks belum janin

17
terjadi.

4. DS: ibu Post- matur Risiko tinggi terhadap


mengatakan bahwa ↓ infeksi
ia tidak merasakan Minggu ke 43 belum
adanya kontraksi ada kontraksi
pada rahimnya ↓
Persalinan lama
DO: gerakan janin ↓
melemah, DJJ 97 Risiko tinggi
kali/mnt dan janin terhadap infeksi
sudah masuk PAP
tetapi janin belum
ingin keluar

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan
2) Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan tidak ada
dilatasi serviks
3) Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama

4) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan jalan lahir kontak terlalu lama
dengan ekstrauteri……….

INTERVENSI KEPERAWATAN

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan

NOC NIC
Anxiety self control (1402) 1) Teaching : Disease precess (5602)
-Klien merasa tenang dan optimis 2) - Memberikan HE tentang kondisi klien
dengan persalinannya dan penatalaksanaan
3)
- Klien dapat menggunakan teknik4) - Berikan penguatan atas upaya
relaksasi distraksi dengan efektif keluarga untuk merawat dan
mendampingi klien
Knowledge: Acute illness 5)
management (1844) 6) -Memberikan kesempatan kepada
- Klien mengungkapkan keluarga untuk mengungkapkan
pemahaman situasi individu dan perasaan mereka
kemungkinan hasil akhir klien
tampak rileks Anxiety reduction (5820)
- klien mampu menyebutkan hal-7)
hal-hal penting yang perlu8) – Berikan motivasi pada Ibu untuk
dilakukan untuk mendukung terus melakukan yang terbaik
lancarnya proses persalinan 9) – Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi

18
b. Resiko Cidera pada ibu berhubungan dengan bayi yang besar dan
tidak ada dilatasi serviks (00035)

NOC NIC
Personal safety behavior 1) Tinjau ulang riwayat persalinan,
(1911) awitan dan durasinya
- Terdapat kontraksi uterus 2) Kaji pola kontraksi uterus secara
yang reguler, terjadi manual atau secara elektronik.
pembukaan serviks 3) Kolaborasikan untuk induksi
Risk control (1902)
pelahiran menggunakan Metode
- Menghindari perilaku
beresiko tinggi hormone seperti pemberian
Oksitosin, Prostaglandin ,
Misprostol atau Dinoproston
4) induksi kelahiran dengan teknik
nonfarmakologi: stimulasi payudara
dan peregangan servik secara
mekanis
5) Catat kondisi serviks , Pantau tanda
amnionitis
6) Tetap bersama klien, berikan
lingkungan yang tenang, fasilitasi
ibu untuk ditemani orang-orang
terdekat

Resiko cedera pada janin berhubungan dengan persalinan yang lama (00035)
Risk control and 1)
Safety (1902) 2) 1. Kaji DJJ secara manual atau electronic

- Tidak ada tanda-tanda 3) 2. Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver


distres janin Leopold dan temuan pemeriksaan internal.
- - Bayi lahir tanpa trauma
- -menggunakan alat 3 Siapkan metode untuk melahirkan yang paling
bantu secara tepat layak, bila janin pada presentase kening,
- -DJJ Normal (120-130 wajah atau dagu.
kali/mnt) 4 Karena bayi berukuran besar, kemungkinan
- ditengah-tengah perjalannan bayi mengalami
kesulitan untuk keluar. Maka sediakan alat
untuk membantu Misalnya vakum, atau forsep
5 Perhatikan warna dan jumlah cairan amnion
bila pecah ketuban.

Risiko infeksi pada janin berhubungan dengan jalan lahir kontak terlalu

19
lama dengan ekstrauteri (00004)

NOC NIC
a. Infection Saverity (0703) Infection control (6540)
b. Risk control (1902) 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Klien terbebas dari tanda dan pertahankan teknik asepsis pada
gejala infeksi. pasien yang beresiko.
2. Menunjukkan kemampuan 2. Batasi pengunjung bila perlu.
untuk mencegah timbulnya 3. Segera bersihkan bayi pasca
infeksi. lahir
3. Jumlah leukosit dalam batas 4. Usahakan penyusuan ASI sejak
normal. dini untuk memperkuat
kekebalan bayi
5. Tingktkan intake nutrisi pada
ibuu saat fase laten
6. Cuci tangan setiap sebelum dan
sesudah melakukan tindakan
keperawatan
7. Kaji kepatenan jalan nafas bayi,
akumulasi cairan dapat
meningkatkan resiko infeksi
8. Gunakan teknik aseptik selama
melakukan pemeriksaan vagina
(VT).
9. Pantau tanda-tanda vital dan
nilai leukosit.
10. Pantau dan gambarkan
karakteristik dari cairan
amniotic.

20
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehamilan postmatur (postterm) disebut juga kehamilan lewat waktu/bulan
merupakan kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau
lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan
siklus haid rata-rata 28 hari. Penyebab terjadinya kehamilan postterm/
postmature sampai saat ini masih belum diketahui secara jelas. Namun ada
berbagai teori yang berkembang antara lain : pengaruh progresteron, pengaruh
oksitosin, kortisol, saraf uterus dan herediter. Pada partus postmatur tanda-
tandanya Gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/
20 menit atau secara objektif dengan KTG (karditopografi) kurang dari 10
kali/ 20menit. (Echa, 2012).
4.2 Saran
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa keperawatan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat dan baik karena telah mengetahui
penyebabnya serta cara pencegahan maupun pengobatannya terhadap klien
dengan partus postmature.

21
DAFTAR PUSTAKA
Achdiat, C. M. (2004). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Ahyl, Evha Vella. 2012. Postmatur. Diambil melalui http://id.scribd.com/doc
pada tanggal 18 Maret 2014
Bayu. 2009. Landasan Teori Seronitus. Diambil melalui
http://thieryabdee.wordpress.com/2009 pada tanggal 18 Maret 2014
FK UNPAD. (2005). Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.
Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta:
EGC.
Hockenberry, Wilson, (2007). Wong’s Nursing Care of Infant and children, 8th
edition. Mosby : Evolve
Ladewig, Patricia W., London, Marcia L., Olds, sally B., (2006). Asuhan Ibu &
Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Luxner, Karla L., (2004). Delmar’s Maternal-Infant : Nursing Care Plans, 2th
edition. Thomson : Delmar Learning
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1999). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.
Jakarta: Arcan.
Nanda Internasional, (2012). Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta : EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Wilkinson, Judith M., Ahern, Nancy R., (2009). Buku Saku Diagnosis
Keperawatan : Diagnosis Nanda, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC.
Jakarta : EGC

22

Anda mungkin juga menyukai