Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

DISCHARGE PLANNING

Oleh :
KELOMPOK 4 / KELAS A2 /2014

Natalia Haris Krisprimada 131411131021


Hafida Oktavia 131411131023
Ahmad Putro Pramono 131411131024
Venni Hariani 131411131034
Retno Dewi Anggraini 131411131059
Nur Tin Thursina 131411131062
Kiki Ayu Kusuma 131411131070
Zahrotul Fitria Suryawan 131411131076
Diana Nurani Rokhma 131411133007
Thali’ah Jihan N 131411133014
Bella Nabila Wijaya K 131411133020
Arfa Zikriani 131411133024

Fasilitator :
Syamsul Hidayat, S.Kep., Ns.,M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2017

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2


BAB 1 ..................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 4
1.2.1 Tujuan Umum ......................................................................................... 4
1.2.2 Tujuan Khusus .........................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan ..........................................................................................4
BAB 2 ......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................5
2.1 Pengertian Discharge Planning .....................................................................5
2.2 Tujuan Discharge Planning ...........................................................................6
2.3 Manfaat Discharge Planning .........................................................................8
2.4 Prinsip-prinsip Discharge Planning ...............................................................9
2.5 Unsur-unsur Discharge Planning ................................................................. 10
2.6 Jenis-jenis Discharge Planning .................................................................... 11
2.7 Pemberi pelayanan Discharge Planning ...................................................... 13
2.8 Faktor yang Perlu dikaji dalam perencanaan pulang pasien ........................ 14
2.9 Hal-hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang Error! Bookmark not
defined.
2.10 Mekanisme Discharge Planning ................................................................ 17
2.11 Alur Discharge Planning .......................................................................... 19
BAB 3 ................................................................................................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 20
3.2 Saran ............................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan
keperawatan. Discharge planning adalah proses mempersiapkan pasien yang
dirawat di rumah sakit agar mampu mandiri merawat diri pasca rawatan
(Carpenito, 2009 ; Kozier, 2004). Sedangkan menurut Nursalam & Efendi (2008)
discharge planning merupakan proses mulainya pasien mendapatkan pelayanan
kesehatan sampai pasien merasa siap kembali ke lingkungannya. Dengan
demikian discharge planning merupakan tindakan yang bertujuan untuk dapat
memandirikan pasien setelah pemulangan.
Data dunia melaporkan bahwa sebanyak (23%) perawat di Australia tidak
melaksanakan discharge planning, di Inggris bagian barat daya juga
menunjukkan bahwa (34%) perawat tidak melaksanakan discharge planning
(Graham et al., 2013 ; Morris et al., 2012). Sedangkan di Indonesia, sebanyak
(61%) perawat di Yogyakarta tidak melaksanakan discharge planning. Selain itu,
penelitian yang dilakukan di Bandung menunjukkan bahwa sebanyak (54%)
perawat tidak melaksanakan discharge planning (Zuhra, 2016 ; Okatiranti, 2015).
Penelitian yang dilakukan oleh Betty (2016) di RSAM Bukittinggi menunjukkan
sebanyak (38%) responden mengatakan pelaksanaan discharge planning kurang
baik. Dari beberapa hasil penelitian diatas membuktikan bahwa pelaksanaan
discharge planning belum terlaksana dengan optimal.
Discharge planning keperawatan merupakan komponen yang terkait dengan
rentang keperawatan. Rentang keperawatan sering pula disebut dengan
keperawatan berkelanjutan yang artinya keperawatan yang dibutuhkan oleh
pasien dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan
mendokumentasikan perencanaan pulang akan berisiko terhadap beratnya
penyakit, ancaman hidup dan disfungsi fisik. Dalam perencanaan pulang
diperlukan komunikasi yang baik terarah, sehingga apa yang disampaikan dapat
dimengerti dan berguna untuk keperawatan dirumah.

3
Sehingga dalam makalah ini kami akan membahas Discharge Planning yang
tepat dan bagaimana penatalaksanaannya dengan demikian perawat dapat
mengetahui langkah dan apa saja yang harus dipersiapkan dalam Discharge
Planning.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa memahami konsep discharge planning
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Untuk memahami tujuan dari discharge planning
b. Untuk memahami manfaat dari discharge planning
c. Untuk memahami prinsip – prinsip dari discharge planning
d. Untuk memahami mekanisme dari discharge planning
e. Untuk memahami jenis-jenis dari discharge planning
f. Untuk memahami pemberi pelayanan discharge planning
g. Untuk memahami faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan
pulang pasien

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat untuk mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran sehingga mahasiswa mampu menjelaskan dan
memahami terkait dengan discharge planning
1.3.2 Manfaat untuk perawat
Sebagai bahan masukan dan pembelajaran para perawat untuk meningkatkan
mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetian
National Council of Social Service, (2006) dalam Wulandari (2011:9)
menyatakan bahwa “discharge planning merupakan tujuan akhir dari rencana
perawatan, dengan tujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat
keputusan, untuk memaksimalkan potensi klien untuk hidup secara mandiri, atau
agar klien dapat memanfaatkan dukungan dan sumberdaya dalam keluarga
maupun masyarakatnya”. Seseorang yang merencanakan pemulangan atau
coordinator asuhan berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf
rumah sakit yang berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge
planning bersamaan dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan
kesehatan, dan memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan dan
mengimplementasikan discharge planning (Discharge Planning Association,
2008). Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan
dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan
yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga
pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2005:1106).
The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009:10) menyatakan
bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan pasien
dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu
pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan kelingkungan lain. Perencanaan
pulang merupakan proses perencanaan sistematis yang dipersiapkan bagi pasien
untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan koordinasi dengan fasilitas kesehatan
yang ada atau yang telah ditentukan serta bekerjasama dengan pelayanan sosial
yang ada di komunitas, sebelum dan sesudah pasien pindah atau pulang
(Carpenito, 2002 dalam Hariyatidkk, 2008:54). Discharge planning yang efektif
seharusny amencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi
yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan

5
diagnose keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan (Kozier, 2004).
Program discharge planning (perencanaanpulang) pada dasarnya merupakan
program pemberian informasi atau pemberian pendidikan kesehatan kepada
pasien yang meliputi nutrisi, aktifitas/latihan, obat-obatan dan instruksi khusus
yaitu tanda dan gejala penyakit pasien (Potter & Perry, 2005 dalam Herniyatun
dkk, 2009:128). Informasi diberikan kepada pasien agar mampu mengenali tanda
bahaya untuk dilaporkan kepada tenaga medis. Sebelum pemulangan, pasien dan
keluarganya harus mengetahui bagaimana cara manajemen pemberian perawatan
di rumah dan apa yang diharapkan di dalam memperhatikan masalah fisik yang
berkelanjutan karena kegagalan untuk mengerti pembatasan atau implikasi
masalah kesehatan (tidak siap menghadapi pemulangan) dapat menyebabkan
meningkatknya komplikasi yang terjadi pada pasien (Potter & Perry, 2006).
Program yang dilakukan oleh perawat ini, tidak selalu sama antara satu rumah
sakit dengan rumah sakit lainnya. Hal ini bisa terjadi ketika sistem perawatan
yang digunakan adalah berbeda, misalnya menggunakan sistem keperawatan
utama (primer). Sistem ini mewajibkan seorang perawat bertanggung jawab
melakukan koordinasi perawatan untuk kelompok klien tertentu, mulai dari
mereka masuk sampai pulang (Potter & Perry, 2005:96).
2.2. Tujuan
Discharge planning bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin
keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunikasi yang
efektif (Discharge PlanningAssociation, 2008).
Tujuan dari dilakukannya discharge planning sangat baik untuk kesembuhan
dan pemulihan pasien pasca pulang dari rumah sakit. Menurut Nursalam (2015)
tujuan discharge planning/perencanaan pulang antara lain sebagai berikut:
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial.
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
3. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain

6
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
Rorden dan Nursalam (2011) mengungkapkan bahwa perencanaan pulang
bertujuan untuk:
1) Membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan,
pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi angka kambuh
dan penerimaan kembali di rumahsakit; dan
2) Terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan
dengan keperawatan dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan
(2009:12-13) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning adalah:
1) Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan psikologis untuk
di transfer kerumah atau kesuatu lingkungan yang dapatdisetujui.
2) Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan pelayanan
kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses
pemulangan.
3) Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan semua
fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk
menerimapasien.
4) Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien dan
keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas perawatan diri.
Di dalam perencanaan pulang, terdapat pemberian edukasi atau discharge
teaching dari tim kesehatan. Menurut William & Wilkins (2009) discharge
teaching harus melibatkan keluarga pasien atau perawat lainnya untuk
memastikan bahwa pasien mendapatkan home care yang tepat. Discharge
teaching bertujuan agar pasien :
1. Memahami mengenai penyakitnya
2. Melakukan terapi obat secara efektif
3. Mengikuti aturan diet secara hati-hati

7
4. Mengatur level aktivitasnya
5. Mengetahui tentang perawatan yang dilakukan
6. Mengenali kebutuhan istirahatnya
7. Mengetahui komplikasi yang mungkin dialami
8. Mengetahui kapan mencari follow up care

2.3 Manfaat
Perencanaan pulang mempunyai manfaat antara lain sebagai berikut
(Nursalam, 2015).
1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mendapat pengajaran selama
di rumah sakit sehingga bisa dimanfaatkan di rumah
2. Tindak lanjut yang sitematis yang digunakan untuk menjamin kontinuitas
keperawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan keperawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan keperawatan
rumah.
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam& Efendi (2008:229), perencanaan
pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumahsakit.
2) Dapat memberkan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien.
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.
4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan
di rumah.
Wulandari (2011:11) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari
pelaksanaan discharge planning adalah sebagaiberikut:
1) Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission).

8
2) Mengantispasi terjadinya kegawat daruratan setelah kembali kerumah.
3) Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumahsakit.
4) Meningkatkan kepuasan individu dan pemberilayanan.
5) Menghemat biaya selama proses perawatan.
6) Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau
di masyarakat karena perencanaan yang matang.
7) Hasil kesehatan yang dicapaimenjadi optimal.

2.4. Prinsip-Prinsip
Tingkat keberhasilan dari discharge planning serta penyembuhan pasien
harus didukung terhadap adanya prinsi-prinsip yang mendasari, yang juga
merupakan tahapan dari proses yang nantinya akan mengarah terhadap hasil yang
diinginkan. Menurut Department of health (2004) dalam buku karya Liz Lees
(2012) disebutkan ada beberapa prinsip dalam discharge planning, diantaranya
adalah:

1. Mempunyai pengetahuan yang spesifik terhadap suatu proses penyakit dan


kondisinya
2. Dapat memperkirakan berapa lama recovery pasien, serta perbaikan
kondisi yang muncul dari proses penyembuhan tersebut
3. Melibatkan serta selalu berkomunikasi dengan pasien, keluarga atau
pengasuh dalam proses discharge planning
4. Turut serta dalam menangani masalah dan kesulitan yang mungkin akan
muncul terhadap pasien
5. Melibatkan suatu proses dalam tim multidisiplin
6. Selalu mengkomunikasikan rencana yang akan dilakukan dengan tim
multidisiplin untuk menghindari adanya kesalahan
7. Membuat suatu arahan yang tepat dan tindak lanjut yang sesuai dengan
hasil
8. Memiliki suatu koordinasi tim untuk tindak lanjut rencana perawatan
berkelanjutan dan memiliki informasi tentang nama tim kesehatan yang

9
bertanggung jawab untuk setiap tindakan, serta dalam kasusu yang
kompleks dilakukan identifikasi satu pemimpin kasus
9. Disiplin, tegas serta selalu melaksanakan aktivitas dari discharge planning
10. Meninjau dan selalu memperbarui rencana untuk progress yang lebih baik
11. Selalu memberikan informasi yang akurat terhadap semua yang terlibat

Sedangkan beberapa prinsip pada pelaksanaan discharge planning menurut


Nursalam (2011), yaitu:

1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan


kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi. Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang mungkin timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaa pulang dilakukan secara kolaboratif. Perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga yang tersedia atau fasilitas yang tersedia di
masyarakat.

Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap


pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan pulang harus dilakukan

2.5. Unsur-unsur Discharge Planning


Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur-unsur
yang harus ada pada sebuah form perencanaan pulang antara lain :
1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat di
butuhkan, dan pebgobatan yang harus dihentikan.
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, freuensi, dan efek
samping yang umum terjadi.

10
3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang di anjurkan, dan
pemeriksaan lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau
bilaman waktu akan di adakannya.
4. Bagaimana melaakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan
aktivitas, latihan, diet makanan yang di anjurkan dan pembatasannya.
5. Petunjuk perawatan diri
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan
dihadapi setlah dipulangkan. Namun pemberi layanan, waktu, tanggal,
dan lokasi setiap janji untuk control.
7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomer telepon yang
bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8. Bagaimana mengatur perawatan lakutan (jadwal pelayanan di rumah,
perawat menjenguk, penolong, pembantu jalan ; walker, kanul, oksigen
dan lain lain) beserta dengan nama dan nomer telepon setiap institusi
yang bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.
2.6. Jenis-Jenis Discharge Planing
Menurut Chesca (1982) dalam Nursalam & Efendi (2008:229), discharge
planning dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge). Keadaan pulang ini


dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat komplikasi. Klien
untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan dari pihak
rumah sakit atau Puskesmas terdekat
2. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge). Cara ini merupakan
akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila klien perlu
dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Pulang paksa (judicial discharge). Kondisi ini klien diperbolehkan pulang
walaupun kondisi kesehatan tidak memungkinkan untuk pulang, tetapi klien
harus dipantau dengan melakukan kerjasama dengan perawat puskesmas
terdekat.

11
Idealnya perencanaan pulang dimulai saat penerimaan pasien masuk hingga
tindakan pada hari pemulangan. Perawat mengkaji semua perubahan kondisi
pasien. Serta harus terdapat bukti tentang keterlibatan klien dan keluarga dalam
proses perencanaan pulang. Klien harus mempunyai informasi yang diperlukan
untuk kembali ke rumah. Setelah itu, perawat menyiapkan resume atau format
perencanaan pulang secara rinci dan diberikan kepada pasien, keluarga atau
perawat komunitas. Hal ini mampu meningkatkan kontinuitas perawatan yang
terbaik untuk pasien dan dapat meningkatkan kemandirian dan kesiapan pasien
serta keluarga saat di rumah (Potter & Perry, 2005)
Perencanaan pulang keperawatan merupakan komponen yang terkait
dengan rentang keperawatan dari pasien masuk rumah sakit hingga
kepulangannya. Perencanaan pulang dilaksanakan selama dalam perawatan dan
evaluasi pada saat pasien dipersiapkan untuk pulang, dengan mengkaji
kemungkinan rujukan atau perawatan lanjut di rumah sesuai kebutuhan
(Keperawatan, 2011)
Discharge planning yang dilakukan sejak awal (saat pasien masuk) dapat
menurunkan angka kunjungan ulang pasien ke rumah sakit dengan keluhan
yang sama (relapse) (Mary T Fox, 2013) bahkan dapat menurunkan angka
terjadinya komplikasi (Jane Graham, 2013) selain itu discharge planning yang
dilakukan secara terprogram dapat memperpendek lama perawatan pasien di
rumah sakit (LOS menurun). Hal ini disebabkan karena tingkat kemandirian
pasien dan keluarga meningkat sehingga perrawatan lebih efektif dan efisien
dan dapat menekan biaya perawatan (Petsunee Thungjaroenkul: 2007)

Komponen/ Unsur Discharge Planning

Komponen yang dapat mendukungterselenggaranya discharge planning


yang efektif adalah keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim
kesehatan, dan dukungan dari care giver/ pendamping pasien. Hal lain yang
tidak kalah penting adalah mengidentifikasi kesiapan komunitas/ keluarga
dalam menerima pasien kembali ke rumah (Wulandari, 2011:19).

12
Discharge Planning Association (2008) dalam Siahaan (2009:21)
menyatakan bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan
pemulangan antara lain:

1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat


dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping
yang umum terjadi
3. Kebutuhan akan hasil tes laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan
lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh dan bilamana waktu
akan diadakannya
4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya
5. Peetunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan
insulin, dan lain-lain)
6. Kapan dan bagaimana perawatan atau engobatan selanjutnya yang akan
dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
lokasi setiap janji untuk control
7. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang
bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan
8. Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,
perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan/ walker, kanul, oksigen,
dan lain-lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang
bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan

2.7. Pemberi pelayanan Discharge Planning


Beberapa tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum
pasien diperbolehkan pulang menurut Caroll & Dowling (2007) antara lain
sebagai berikut :

13
1. Pendidikan Kesehatan, diharapakan bias mengurangi angka kambuh atau
komplikasi dan meningkatkan pengetahuan pasien serta keluarga tentang
keperawatan
a. Kontrol (waktu dan tempat)
b. Lanjutan keperawatan
c. Diet/nutrisi yang harus dikonsumsi
d. aktivitas dan istrahta, kontrol
e. Keperawatan diri (kebersihan dan mandi)
2. Program pulang bertahap bertujuan untuk melatih pasien untuk kembali
ke lingkungan keluarga dan masyarakat antara lain apa yang harus
dilakukan pasien di rumah sakit dan apa yang harus dilakukan oleh
keluarga.
3. Rujukan integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan
langsung antara keperawatan komunitas atau praktik mandiri keperawatan
dengan rumah sakit, sehingga dapat mengetahui perkembangan pasien di
rumah.
Dalam proses discharge planning, adapun pemberi pelayanan
Discharge Planning
1. Tugas Keperawatan Primer
a) Membuat rencana discharge planning.
b) Membuat leaflet. Memberikan konseling.
c) Memberikan pendidikan kesehatan.
d) Menyediakan format discharge planning.
e) Mendokumentasikan discharge planning
2. Tugas Keperawatan Associate
Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat keperawatan dan
diakhiri ners).
2.8. Faktor-Faktor yang perlu dikaji dalam perencanaan pulang pasien
Menurut Nursalam (2016) ada beberapa faktor yang perlu dikaji dalam
perencanaan pulang adalah sebagai berikut :

14
1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi, dan keperawatan
yang diperlukan
2. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal didalan keluarga
3. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka
memberi asuhan
4. Bantuan yang diperlukan pasien
5. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan, minum,
eliminasi, istrahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri, keamanan dari
bahaya, komunikasi, keagamaan, rekreasi, serta sekolah.
6. Sumber dan asisten pendukung yang ada dimasyarakat
7. Sumber finansial dan pekerjaan
8. Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat
9. Kebutuhan keperawatan dan supervise di rumah.
Keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari perawat dan juga dari pasien. Menurut
Notoadmodjo (2012) faktor yang berasal dari perawat yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan sebagai berikut:
a. Sikap
Sikap yang baik yang dimiliki seorang perawat akan mempengaruhi
penyampaian informasi yang diberiakan kepada pasien dan keluarga sehingga
informasi akan lebih jelas untuk dapat dimengerti oleh pasien dan keluarga.
b. Pengendalian emosi
Pengendalian emosi yang dimiliki oleh perawat merupakan faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan (health education).
Pengendalian emosi yang baik akan mengarahkan perawat untuk lebih
bersikap sabar, sopan, hati-hati dan telaten. Dengan demikian informasi yang
disampaikan akan lebih mudah diterima oleh pasien maupun keluarga.
c. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan.
Perawat harus memiliki pengetahuan yang baik untuk memberikan pendidikan

15
kesehatan kepada pasien maupun keluarga. Pengetahuan yang baik akan
mengarahkan perawat pada kegiatan pembelajaran pasien dan pasien maupun
keluarga akan banyak menerima informasi sesuai dengan kebutuhan.
d. Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu perawat akan berpengaruh terhadap gaya perawat
dalam memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih
terarah sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawat juga dapat lebih membaca
situasi dan keadaan pasien berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi keberhasilan
dalam pemberian pendidikan kesehatan, menurut Potter & Perry (1997), Suliha dkk
(2002) dan Machfoedz dkk (2005) yang dikutip oleh Waluyo (2010:18-19) adalah
motivasi, sikap, rasa cemas/emosi, kesehatan fisik, tahap perkembangan dan
pengetahuan sebelumnya, kemampuan dalam belajar, serta tingkat pendidikan.
a. Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan mengarahkan
pasien untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka pasien akan giat untuk
mendapatkan informasi tentang kondisinya serta tindakan yang perlu
dilakukan untuk melanjutkan pengobatan dan meningkatkan kesehatannya.
b. Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan
memudahkan pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan
kesehatan.
c. Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan
perasaan cemas akan mengurangi kemampuan untuk menerima informasi.
d. Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan
informasi terganggu.
e. Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia
kemampuan menerima informasi semakin baik dan didukung pula
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
f. Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk
menerima dan memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan
pendidikan kesehatan. Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan

16
tingkat pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang umumnya kemampuan belajarnya juga semakin tinggi.

2.9. Hal-hal yang harus diketahui pasien sebelum pulang


1. Instruksi tentang penyakit yang diderita, pengobatan yang harus dijalankan,
serta masalah-masalah atau komplikasi yang dapat terjadi.
2. Informasi tertulis tentang keperawatan yang harus dilakukan di rumah.
3. Pengaturan diet khusus dan bertahap yang harus dijalankan.
4. Jelaskan masalah yang mungkin timbul dan cara mengantisipasi.
5. Pendidikan kesehatan yang ditujukan kepada keluarga maupun pasien
sendiri dapat digunakan metode ceramah, demonstarasi, dan lain-lain.
6. Informasi tentang nomor telepon layanan keperawatan, medis, dan
kunjungan rumah apabila pasien memerlukan.
2.10. Mekanisme Discharge Planning
Proses discharge planning adalah (Perry&Potter, 2006)
a. Fase akut, yaitu fase yang perhatian utama medis berfokus pada usaha
discharge planning.
b. Fase transisional, yaitu kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi
tingkat urgensi semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk
pulang dan merencanakan perawatan.
c. Fase pelayanan berkelanjutan. Yaitu pasien sudah mampu berpartisipasi
dalam perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang
dibutuhkan setelah pemulangan.
Menurut Perry&Potter (2006), penyusunan format discharge planning
adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan ditemukan berdasarkan pada hasil pengkajian
discharge planning untuk mengetahui kebutuhan pasien maupun keluarga.
3. Perencanaan

17
Rencana pengajaran yang baik untuk persiapan pulang pasien diantaranya
adalah
a. Medication (obat)
Pasien dan keluarga harus mengetahui tentang obat apa saja yang harus
dikonsumsinya setelah pulang
b. Environment (lingkungan)
Pasien sebaiknya mengetahui fasilitas pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan untuk kelanjutan perawatannya
c. Treatment (pengobatan)
Petugas kesehatan harus dapat memastikan bahwa jika pengobatan klien
masih harus dilanjutkan maka pengobatan benar dilanjutkan oleh pasien di
layanan kesehatan
d. Health Teaching (pengajaran kesehatan)
Pasien harus mengetahui tentang cara untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi kesehatannya, termasuk tanda dan gejala jika pasien
memerlukan perawatan lebih lanjut di fasilitas kesehatan
e. Outpatient referral
Pasien sebaiknya mengetahui dan mengenal layanan kesehatan baik
puskesmas maupun rumah sakit yang dapat dikunjungi oleh pasien untuk
kelanjutan pengobatannya
f. Diet
Pasien dan keluarga sebaiknya mengetahui tentang diet yang harus dijalani
oleh pasien.
4. Implementasi
5. Evaluasi

18
2.11. Alur Discharge Planning

Dokter dan tim Ners


kesehatan lain PP dibantu PA

Penentuan keadaan pasien


1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang lain
2. Tingkat ketergantungan
pasien

Perencanaan pulang

Penyelesaian Program HE : Peran


administrasi 1. Kontrol & obat/nersan Keluarga
2. Nutrisi
3. Aktivitas & Istirahat
4. Perawatan diri

Monitor
(sebagai program service
safety) oleh keluarga &
pasien

19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perencanaan pulang (discharge palnning) merupakan bagian penting dari
program keperawatanpasien yang dimulai segera setelah pasien masuk rumah
sakit.Discharge palnning bertujuan untuk menyiapkan pasien dan keluarga
secara fisik, psikologis, dan sosial, meningkatkan kemandirian, meningkatkan
keperawatan yang berkelanjutan, membantu rujukan pada sistem pelayanan
yang lain, membantu memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap dalam
memperbaiki dan mempertahankan status kesehatan, melaksanakan rentang
keperawatan antara rumah sakit dan masyarakat.Hal ini merupakan suatu proses
yang menggambarkan usaha kerja sama antara tim kesehatan, keluarga, pasien,
dan orang yang penting bagi pasien sehingga dengan adanya discharge palnning
pasien dapat memperoleh segala informasi yang berhubungan dengan program
edukasi kesehatan berupa kontrol dan obat,nutrisi,aktivitas dan istrahat, serta
perawatan diri sehingga membantu pasien dan keluarga untuk memahami
permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi
angka kambuh dan penerimaan kembali di rumah sakit.
3.2 Saran
Mahasiswa perlu mempelajari tentang discharge planning untuk dapat
diterapkan nantinya dalam dunia kerja.
Makalah ini masih belum sempurna sehingga kami membutuhkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

20
DAFTAR PUSTAKA
Discharge Planning Association. 2008. Discharge Planning. Diaksesdari
http://www.dischargeplanning.org.aupadatanggal3 November 2017.
Hariyati dkk, 2008. Evaluasi Model Perencanaan Pulang yang Berbasis
Teknologi Informasi Volume 12.Jakarta : Makara Kesehatan.
Herniyatun dkk, 2009. Efektivitas Program Discharge Planning Terhadap
Tingkat Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten KebumenTahun
2009. Diakses dari http://www .digilib.stikesmuhgombong.ac.idpadatanggal3
November 2017.
Jane Graham, Robbyn Galakher and Janine Bothe. 2013. Nurse Discharge
Planning and Risk Assessment: Behaviour, understanding and barrier. Journal of
Clinical Nursing ed: 22. Blackwell Publishing
Kozier, B., et.al. (2004). Fundamental of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. 7th Ed.New Jersey: Pearson Education.
Lees, Liz. 2012. Timely Discharge from Hospital. m&k publishing: England
NHS Foundation Trust, Birmingham..
Mary T Fox, et all. 2013. Effectiveness of Early Discharge Planning in Acutely
Ill or Injured Hospitalized Older Adults: A Systemic Review and Meta Analysis.
BMC Geriatric
National Council of Social Service/NCSS. 2006. Care and discharge planning: A
guide for service providers. Serial No:032/SDD19/DEC06. Singapore: National
Council of SocialService.
Nursalam, 2015. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Edisi 5. Jakarta :Salemba Medika.
Nursalam, dan Efendi, F. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam. (2015). Manajemen Keperawatan. edisi 5. Jakarta : Salemba Medika
Nursalam, 2016. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional Edisi 5. Jakarta : Salemba Medika

21
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : Rineka cipta
Potter dan Perry. 2005. Fundamental Keperawatan (Volume 1,Edisi 4) Jakarta:
EGC.
_____________ . 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. (Volume 2, Edisi
4). Jakarta: EGC.
Petsunee Thungjaroenkul. 2007. The Impact of Nurse Staffing on Hospital Costs
and Patient Length of Stay: A Systematic Review. CNE vol: 25
Purnamasari, Liliana Dewi, Chandra Bagus Ropyanto. 2012. Evaluasi
Pelaksanaan Perencanaan Pulang. Jurnal Nursing Studies Vol 1, No 1
Siahaan, M. 2009. Pengaruh DischargePlanning yang Dilakukan oleh Perawat
terhadap Kesiapan Pasien Pasca Bedah Akut Abdomen Menghadapi Pemulangan di
RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi S-1 Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Shofiana, Ana Maria. 2014. Hubungan Persepsi Perawat Tentang Manfaat Dischargr
Planning Dengan Pelaksanaan Discharge Planning Di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses pada
http://digilib.unisayogya.ac.id/245/1/ANA%20MARIA%20SHOFIANA_201010201
142_NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Williams, Lippincot., Wilkins. 2009. Lippincott’s Nursing Procedures 5th


Edition. London: Williams & Wilkins Inc.
Wulandari, 2011. Efektivitas Modifikasi Perilaku-Kognitif Untuk Mengurangi
Kecemasan Komunikasi Antar Pribadi. Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Waluyo. 2010. Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien di
Ruang Rawat Inap RSUD Kota Madiun.
https://eprints.uns.ac.id/3771/1/169220809201009411.pdf. Diakses pada tanggal 3
November 2017 pukul 11.00

22

Anda mungkin juga menyukai