Penyusun :
Agil Dhiemitra Aulia Dewi, S.Gz.,MPH
Jihan Ukhti Nashiha, S.Gz
MODUL PRAKTIKUM
Disusun oleh :
Mengetahui
Agil Dhiemitra Aulia Dewi, S.Gz., MPH Agil Dhiemitra Aulia Dewi, S.Gz., MPH
NIDN. 0529098902 NIDN. 0529098902
Penulis
Misi :
B. Capaian Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengenal alat-alat untuk analisis zat gizi dan
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja saat analisis zat gizi (S3, PPU6, KK13)
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode sampling dan pengenceran pada
bahan makanan untuk analisis zat gizi (S3, PPU6, KK13)
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis kandungan karbohidrat pada
bahan makanan (S3, PPU6, KK13)
4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis serat dan pati pada bahan
makanan (S3, PPU6, KK13)
5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis lemak (fisika dan kimia
kuantitatif) pada bahan makanan (S3, PPU6, KK13)
6. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis lemak (kimia kualitatif dan
uji ketengikan) pada bahan makanan (S3, PPU6, KK13)
7. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis protein (kualitatif) pada
bahan makanan (S3, PPU6, KK13)
8. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis protein (kuantitatif) pada
bahan makanan (S3, PPU6, KK13)
9. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis vitamin pada bahan makanan
(S3, PPU6, KK13)
10. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis mineral pada bahan makanan
(S3, PPU6, KK13)
11. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis kadar air pada bahan
makanan (S3, PPU6, KK13)
12. Mahasiswa mampu menjelaskan metode analisis kadar abu pada bahan makanan (S3, PPU6,
KK13)
13. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis kadar senyawa non gizi
(macam metode prosedur) pada bahan makanan (S3, PPU6, KK13)
14. Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan metode analisis senyawa non gizi
(interpretasi hasil) pada bahan makanan (S3, PPU6, KK13)
D. Dosen Pengajar
1. Agil Dhiemitra Aulia Dewi, S.Gz, MPH (AD) (koordinator MK)
2. Dittasari Putriana, S.Gz, M.Gz (DP)
3. Nosa Septiana Anindita, S.Pt., M.Biotech
E. Instruktur Praktikum
1. Agil Dhiemitra Aulia Dewi, S.Gz, MPH (AD)
2. Dittasari Putriana, S.Gz, M.Gz (DP)
3. Khalisa Khairani, S.Gz (KK)
4. Putri Prassanti Nilayam, S.Gz (PP)
5. Jihan Ukhti Nashiha, S.Gz (JU)
6. Nabila Rifda Salma, S.Tr.Gz (NR)
F. Jadwal Praktikum
Kelas A
Kelas B
Keterangan :
Ruangan : Laboratorium AMAMI, Kampus Terpadu UNISA Yogyakarta
G. Pembagian Kelompok
A. Tata Tertib
1. Praktikan diwajibkan hadir 5 menit sebelum acara praktikum dimulai.
2. Maksimal keterlambatan 10 menit.
3. Praktikan diwajibkan menggunakan seragam dan identitas sesuai panduan Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta
4. Praktikan diwajibkan menggunakan jas lab.
5. Praktikan diwajibkan menggunakan sepatu tertutup.
6. Tas praktikan disimpan ditepi laboratorium.
7. Selama praktikum, praktikan dilarang meninggalkan laboratorium tanpa ijin dosen.
8. Praktikan wajib mengikuti pre test
9. Alat laboratorium yang telah selesai digunakan harus dicuci bersih dan dikeringkan sebelum
dimasukkan ke dalam lemari.
10. Praktikan diwajibkan menjaga kebersihan dan ketertiban selama proses praktikum.
B. Jalannya Praktikum
1. Presensi
2. Pretest (mahasiswa diminta menyiapkan buku gelatik kembar kecil)
3. Penjelasan kegiatan praktikum oleh dosen
4. Pelaksanaan praktikum
5. Pemaparan hasil praktikum oleh praktikan
6. Penjelasan hasil praktikum oleh dosen
7. Penjelasan mengenai materi yang harus disajikan dalam pembahasan
C. Form Penilaian
No NIM NAMA Ketepatan Keaktifan Kerjasama Ketepatan Pre- Worksheet Total
Waktu Prosedur Test
10 10 10 20 20 30
1 0-100
10
11
12
13
14
15
16
D. Buku Rujukan
Lestari, Lily A., Sari, Puspita M., Utami, Fasty Arum. 2014. Kandungan Zat Gizi Makanan Khas
Yogyakarta. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Sudarmadji, Slamet., Haryono, Bambang., Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian
(Edisi Kedua). Liberty : Yogyakarta.
Sudarmadji, Slamet., Haryono, Bambang., Suhardi. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian (Edisi Keempat). Liberty : Yogyakarta.
Weaver, Connie., Daniel, James. 2017. Kimia Pangan Analisis Laboratorium. EGC : Jakarta
1 Tabung 13 Bunsen
reaksi dan
rak
7 Spatula 18 Vortex
besi
11 Penjepit
besi
Sifat-sifat bahan kimia dalam laboratrium, dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain :
1. Bahan kimia beracun (toxic) : bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap
kesehatan manusia atau menyebabkan kematian apabila terserap ke dalam tubuh karena
tertelan, lewat pernafasan atau kontak lewat kulit. Contohnya adalah toluen, aseton, natrium
klorida, HCl, HF, nitrat dan nitrit, klorin, sulfur dioksida, Hidrogen selenida, hydrogen
sianida, dan karbon monoksida
2. Bahan kimia korosit (corrosive) : bahan kimia yang karena reaksi kimia dapat mengakibatkan
kerusakan apabila kontak dengan jaringan tubuh atau bahan lain. Contohnya adalah asam
fluorida, asam klorida, amoniumhidroksida, amonium bikarbona, asam borat, merkuri klorida,
tembaga nitrat
3. Bahan kimia mudah terbakar (flammable) : bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen
dan dapat menimbulkan kebakaran. Reaksi kebakaran yang amat cepat dapat juga
menimbulkan ledakan. Contohnya adalah toluen, aseton, metanol, xylen, urea nitrat, asam
picric, natrium amida.
4. Bahan kimia peledak (explosive) : suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya yang
karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta
suhu yang tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.
5. Bahan kimia reaktif terhadap air (water sensitive substances) : bahan kimia yang amat mudah
bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar. Contohnya
adalah natrium, kalium, ammonium nitrat, dan seng.
6. Bahan kimia oksidator (oxidation) : suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah terbakar,
tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.
Contohnya adalah asamdikroluat, asam kromat, hidrogen peroksida, dan nitrat.
7. Gas bertekanan (compressed gases) : gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas yang
ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan.
8. Bahan kimia radioaktif (radioactive substances) : bahan kimia yang mempunyai kemampuan
memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis lebih besar dari 0,002 microcurie/gram
9. Bahan kimia reaktif terhadap asam (acid sensitive substances) : bahan kimia yang amat
mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas
yang beracun dan korosif.
Ada beberapa ketentuan yang harus ditaati ketika sedang bekerja di laboratorium.
1. Pakaian
a. Dilarang memakai perhiasan, sepatu yang terbuka, sepatu licin, atau berhak tinggi.
b. Rambut panjang harus diikat
3. Penanganan limbah
a. Limbah bahan kimia tidak boleh dibuang langsung ke wastafel atau lingkungan.
b. Buang pada tempat yang disediakan
c. Limbah organik dibuang pada tempat terpisah agar bisa didaur ulang.
d. Limbah padat (kertas saring, korek api, endapan) dibuang ditempat khusus.
e. Buang segera limbah bahan kimia setelah pengamatan selesai.
f. Limbah cair yang tidak larut dlm air dan beracun dikumpulkan pada botol dan diberi label
yg jelas.
A. Judul
Metode sampling dan pengenceran larutan
B. Tujuan
Menghitung konsentrasi larutan untuk sampling
C. Prinsip Metode
Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut dalam setiap larutan atau pelarut. Untuk
menyatakan konsentrasi larutan, terdapat beberapa satuan yang digunakan, diantaranya :
5. Persen konsentrasi (%b/b; %v/v; %b/v)
6. Ppm (Part per Million)
7. Molaritas (M)
8. Normalitas (N)
Normalitas =
9. Molalitas (m)
10. Fraksi mol (x)
Rumus :
E. Bahan
a. Aquadest 500 ml
b. Gula pasir 50 gr
c. NaOH 1 M
d. Amilosa
F. Cara kerja
Larutan gula 5% (b/b)
1. Menimbang 5 gram gula kemudian dimasukan ke dalam labu ukur
2. Menambahkan 95 gram aquadest
3. Gojog hingga larut dan homogen
5 ml 100 ml
G. TUGAS
1. Bagaimana cara membuat 200 ml larutan NaOH 0,1 M ? (Mr NaoH = 40 g/mol)
Jawaban :
Mol NaoH = M . V = 0,1 M . 0.2 L = 0,02 mol
Massa NaOH = mol . Mr = 0,02 mol . 40 g/mol = 0,8 gram
Cara Membuat larutan NaOH 0,1 M :
1. Menimbang 0,8 gram NaOH
2. Melarutkan NaOH tersebut dalam gelas beker dengan menambahkan sedikit air
3. Memindahkan NaOH yang sudah larut ke dalam labu ukur 100 ml. Usahakan jangan
sampai ada NaOH yang tersisa dalam gelas kimia
4. Menambahkan air/aquades ke dalam labu ukur hingga 100 ml (batas ukur)
5. Gojog perlahan agar larutan dapat terlarut secara merata
2. Larutan NaOH 0,1M sebanyak 200 ml akan diubah menjadi NaOH 0,04 M, maka berapa ml
aquadest yang harus ditambahkan untuk mengencerkan larutan NaOH tersebut?
V1 . M1 = V2 . M2
A. Judul
Penentuan Kadar Vitamin C pada Buah Jeruk, Apel dan Jambu dengan metode Iodometri.
B. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif kadar vitamin C pada buah jeruk, apel dan jambu dengan metode
iodometri.
C. Prinsip Metode
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai rumus molekul C6H8O6. Vitamin C mempunyai
sifat larut air dan sukar larut pada kloroform, ether dan benzene. Vitamin C lebih stabil pada pH
rendah. Vitamin C mudah teroksidasi dengan Fe, Cu, enzim askorbat oksidase, sinar dan suhu
yang tinggi. Vitamin C yang teroksidasi akan membentuk asam dihidroaskorbat.
Pengukuran kadar Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2)
sebagai titran dan larutan amilum sebagai indikator. Pada saat reaksi antara larutan Iod dan
vitamin C, larutan Iod akan mengadisi ikatan rangkap dengan atom C nomor 2 dan 3 sehingga
ikatan rangkapnya hilang. Setelah semua vitamin C bereaksi dengan Iodin, maka kelebihan iodin
akan dideteksi oleh amilum yang menjadikan larutan berwarna biru gelap. Reaksi Vitamin C
dengan iodin adalah sebagai berikut :
C6H8O6 + I2 → C6H6O6 + 2I- + 2H+
D. Alat
f. Erlenmeyer 250 ml g. Pipet ukur 1 ml, 10 ml
g. Buret h. Propipet
h. Statif i. Gelas ukur 50 ml
i. Corong j. Pipet tetes
j. Vortex k. Beaker glass 250 ml
E. Bahan
e. Larutan Iod 0,01 N 1 -20 tetes
f. Larutan amilum 1% 2 ml
g. Nutrisari jeruk 1 sachet
h. Nutrisari apel 1 sachet
i. Nutrisari jambu 1 sachet
A. Judul
Penentuan Secara Kuantitatif Kadar Gula Reduksi pada Susu Kental Manis atau High Fructose
Syrup dengan Metode Nelson Somogyi
B. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif kadar gula reduksi pada susu kental manis atau high fructose syrup
dengan metode Nelson-Somogyi
C. Prinsip Metode
Gula reduksi akan mereduksi cuprioksida menjadi cuprooksida. Cuprooksida akan bereaksi
dengan arsenomolibdat membentuk kompleks berwarna violet yang selanjutnya akan ditera
dengan λ 540 nm.
D. Alat
2) Neraca analitik 10) Corong
3) Kompor listrik 11) Kertas saring
4) Spektrofotometer 12) Tabung + rak
5) Spatula 13) Alat vortex
6) Pipet ukur1 ml 14) Gelas beker
7) Pipet ukur10 ml 15) Gelas ukur
8) Pipet tetes 16) Labu ukur
9) Propipet 17) Kuvet
E. Bahan
1) Susu kental manis 1 ml
2) High fructose syrup 1 ml
3) Glukosa anhidrat 0.05 ml
4) Larutan Nelson (A:B = 12,5:0,5) 1 ml
5) Aquades 600 ml
6) Larutan Pb asetat 25 ml
7) Larutan Na-Oksalat 7 ml
8) Arsenomolibdat 5 ml
1 2 3 4 5 6
Larutan gula standar (ml) 0,0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,0
Aquades (ml) 1,0 0,8 0,6 0,4 0,2 0,0
Total volume (ml) 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
Kadar glukosa 0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1
Keterangan:
y = absorbansi
a = konstanta, titik potong antara x dan y
b = gradien/ kemiringan garis
x = konsentrasi
Keterangan:
Fp = faktor pengenceran
v = volume sampel yang ditera (ml)
Keterangan:
Ka = kadar air sampel (%)
G. Fungsi Perlakuan
Pembuatan Kurva Standar
1) Pengenceran sampai kadar gula 0;0,02;0,04;0,06;0,08;1 mg/ml dilakukan agar
konsentrasi gula masuk ke dalam kisaran kurva standar dan menjadi parameter atau
pembanding absorbansi terhadap konsentrasi (Khopkar,2002).
2) Penambahan 1 ml reagen Nelson (A : B = 25 : 1 ). Reagensia Nelson A terdiri dari
natrium karbonat anhidrat, kalium natrium tartrat, natrium bikarbonat dan natrium
sulfat anhidrat. Reagensia Nelson B terdiri dari tembaga (II) sulfat, asam sulfat dan air
suling. Nelson A merupakan katalisator dalam pembentukan Nelson B, sedangkan
Nelson B merupakan sumber Cu (oksidator reduksi) (Reza, 2010). Nelson B akan
bereaksi dengan gula reduksi. Nelson B sebagai indikator dalam reaksi Nelson –
Somogyi.
3) Pemvortexan bertujuan untuk mencampur larutan agar homogen.
4) Memanaskan selama 20 menit dilakukan untuk mempercepat terjadinya proses
reduksi ion kupri oksida menjadi ion kupro.
A. Judul
Penentuan Kandungan Gula pada Buavita Jambu, Buavita Jeruk dan Buavita Apel dengan Metode
Barfoed dan Benedict.
B. Tujuan
Menentukan secara kualitatif ada tidaknya kandungan gula pada buavita jambu, buavita jeruk dan
buavita apel dengan metode barfoed dan benedict.
C. Prinsip Metode
Karbohidrat memiliki beberapa jenis yaitu monosakarida, disakarida dan polisakarida. Sesuai
namanya monosakarida hanya terdiri atas 1 molekul monosakarida, sedangkan disakarida terdiri
atas 2 molekul dan polisakarida terdiri atas 3, 4 atau lebih unit monosakarida. Contoh dari
monosakarida adalah glukosa dan fruktosa. Sedangkan disakarida merupakan gabungan 2
monosakarida seperti laktosa, maltosa. Mono dan disakarida sering disebut gula karena memiliki
rasa manis. Glukosa, fruktosa, laktosa dan maltose merupakan contoh dari gula reduksi. Disebut
gula reduksi karena mempunyai kemampuan mereduksi. Kemampuan ini diperoleh karena
memiliki gugus aldehid atau keton bebas.
a. Uji Benedict
Bahan makanan yang mengandung gula reduksi direaksikan dengan larutan Benedict. Larutan
benedict terdiri atas campuran garam kuprisulfat, natrium sitrat, natrium karbonat. Prinsip uji
Benedict adalah pemanasan gula reduksi yang diberi larutan Benedict dan akan mengalami
perubahan warna hingga membentuk endapan merah bata dari kuprooksida.
b. Uji Barfoed
Bahan makanan yang mengandung gula reduksi (monosakarida) direaksikan dengan larutan
Barfoed. Pada uji ini dapat membedakan antara monosakarida dengan disakarida. Larutan
barfoed terdiri atas campuran cupri asetat dan asam asetat. Prinsip uji barfoed adalah
monosakarida akan teroksidasi oleh ion Cu2+ dalam suasana asam membentuk gugus
karboksilat dan endapan tembaga (I) oksida yang berwarna merah bata serta mengendap.
Kadar pH yang baik untuk terjadinya reaksi ini sekitar 4,6. Uji ini bertujuan untuk
menunjukkan gula reduksi monosakarida. Akan tetapi uji ini juga dapat digunakan untuk
menentukan gula reduksi disakarida namun waktunya lebih lama.
F. Cara kerja
a. Metode benedict
9) Mengambil 1 ml reagen Benedict, masukkan dalam tabung reaksi.
10) Menambahkan 0,5 ml sampel yang akan diuji, kemudian di-vortex.
11) Mengamati perubahan warna yang terjadi.
12) Memanaskan tabung dalam air mendidih (penangas air) selama 5 menit.
13) Mengamati perubahan warna yang terjadi.
b. Metode barfoed
1) Memasukkan 5 ml reagen barfoed ke dalam tabung reaksi.
2) Memasukkan 1 ml bahan yang akan diuji ke dalam tabung di atas.
3) Mengamati perubahan warna yang terjadi.
4) Memanaskan tabung dalam air mendidih (penangas air) selama 1 menit.
5) Mengamati perubahan warna yang terjadi.
A. Judul
Penentuan Kadar Protein Terlarut Dengan Metode Lowry-Follin Pada Sampel Susu Cair dan Tahu
B. Tujuan
Menentukan kadar protein terlarut dalam sampel susu cari dan tahu dengan metode Lowry-Follin.
C. Prinsip Metode
Kompleks senyawa protein dan tembaga dalam suasana basa akan mereduksi asam
phosphotungstat-phosphomolibdat, sehingga membentuk kompleks molibdenum berwarna biru
yang kemudian ditera menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.
D. Alat
1) Pipet ukur 1 ml 10) Mortar dan alu
2) Pipet ukur 10 ml 11) Corong
3) Propipet 12) Vortex
4) Tabung reaksi 13) Spektofotometer+kuvet
5) Rak tabung reaksi 14) Kertas saring
6) Labu elenmeyer 15) Alumunium foil
7) Spatula 16) Stopwatch
8) Beaker glass 17) Tissue
9) Neraca analitik
E. Bahan
1) Susu cair 2 ml
2) Tahu 2 gr
3) Aquades 70 ml
4) Reagen A 50 ml
5) Reagen B 10 ml
6) Reagen C 10 ml
7) Reagen D 5 ml
8) Reagen E 15 ml
9) Bovin Serum Albumin (BSA) 0,2 mg/ml
10) Buffer sitrat 0,01 M 100 ml
Pembuatan Blanko
1) Siapkan 1 ml aquadest dan tambahkan reagen D sebanyak 0,1 ml
2) Tambahkan 3 ml reagen E
3) Vortex dan inkubasi selama 45 menit pada suhu ruang
4) Tera OD dengan α = 540 nm
F. Fungsi Perlakuan
memperoleh larutan yang tidak terlalu pekat dan membandingkan hasil penghitungan dengan
kadar yang berbeda (membedakan hubungan linier bertingkat).
4) Penambahan 1 ml reagen D; untuk menciptakan suasana basa (alkalis) pada larutan standar.
Reagen D dibuat dengan mencampurkan reagen A, B dan C dengan perbandingan (A:B:C =
20:1:1). Reagen A dibuat dengan melarutkan 100 gram Na CO dalam NaOH 0,5N hingga
2 3
volume 1000 ml. Reagen B dibuat dengan melarutkan 1 gram CuSO . 5H 0 dalam aquades
4 2
hingga volume 100 ml. Reagen C dibuat dengan melarutkan 2 gram K-fartrat dalam aquades
hingga volume 100 ml.
5) Perlakuan vortex dan inkubasi sampel selama 15 menit pada suhu ruang; untuk mencampur
larutan standar agar homogen dan untuk menunggu reaksi yang terjadi pada larutan standar
sehingga reaksi dapat berjalan sempurna.
6) Penambahan 3 ml reagen E; sebagai penyedia garam fosfotungstat-fosfomolibdat yang
memberikan intensitas warna biru (Rohman, 2013). Reagen E dibuat dengan mengencerkan 5
ml reagen folin-ciocalteau 2N menjadi volume 50 ml, dan digojog dengan baik.
7) Perlakuan inkubasi selama 45 menit dalam suhu ruang; untuk menunggu rekasi yang terjadi
pada larutan standar berjalan sempurna setelah ditambah reagen E.
8) Peneraan OD dengan λ= 540 nm; untuk mengukur absorbasi larutan standar. Reduksi ion
kupro (Cu ) oleh reagen folin ciocalteau menghasilkan warna biru yang dapat dibaca pada
2+
A. Judul
Penentuan Kadar Protein Secara Kualitatif pada Telur Ayam dengan Metode Tes Xantoprotein
dan Tes Biuret.
B. Tujuan
Menentukan secara kualitatif kadar protein dalam telur ayam dengan metode tes xantoprotein dan
tes biuret.
C. Prinsip Metode
1) Tes Xantoprotein
Protein yang ditambah HNO3 akan membentuk endapan putih yang merupakan senyawa
polinitro dan bila didinginkan kemudian ditambahkan NaOH 10% akan memberikan warna
oranye.
2) Tes Biuret
Protein yang mengandung dua atau lebih ikatan peptida dengan larutan CuSO4 encer akan
membentuk komplek yang berwarna ungu. Kekuatan warna yang timbul sesuai dengan
banyaknya ikatan peptida yang ada dalam protein. Reaksi ini juga positif bagi senyawa yang
mengandung 2 gugus karbonil yang dihubungkan lewat atom nitrogen atau carbon, maka
tidak absolut spesifik untuk ikatan peptide.
D. Alat
a. Erlenmeyer 250 ml d. Beaker glass 250 ml
b. Tabung reaksi e. Kompor Listrik
c. Pipet ukur 10 ml f. Pipet tetes
E. Bahan
a. Telur ayam
b. NaCl 0.9% (untuk melarutkan telur)
c. HNO3
d. NaOH 10%
e. CuSO4 0.5%
b. Tes Biuret
1. Ambil sampel sebanyak 2 ml
2. Masukkan ke dalam tabung reaksi
3. Tambahkan 2-3- ml larutan CuSO4 0.5%
4. Tambahkan perlahan-lahan 2 ml larutan NaOH
5. Amati perubahan warna yang terjadi
A. Judul
Penentuan Kadar Lemak dan Minyak pada (cookies) dengan Metode Soxhlet
B. Tujuan
2) Mempelajari metode analisa lemak dan minyak dari segi kuantitatif dan kualitatif
3) Menentukan kadar lemak dan minyak pada cookies dengan metode ekstraksi soxhlet
C. Prinsip Metode
Bahan yang diduga mengandung lemak atau minyak diekstrak dengan pelarut nonpolar
menggunakan tabung ekstraksi soxhlet, kemudian pelarut diuapkan sehingga didapatkan lemak
minyak yang banyaknya dapat ditentukan secara gravimetri
D. Alat
1) Tabung extraksi soxhlet 7) Waterbath
2) Timbel / kertas saring 8) Statif
3) Oven 9) Penjepit
4) Timbangan analit 10) Gelas ukur
5) Stopwatch 11) Spatula
6) Eksikator 12) Aluminium foil
E. Bahan
1) Cookies (Sampel) 3 gr
2) Dietil Eter 50 ml
F. Cara Kerja
1) Timbang sampel sebanyak 3 gr
2) Haluskan sampel
3) Masukkan ke dalam kertas saring
4) Masukkan ke dalam tabung ekstraksi Soxhlet
5) Tambahkan 50 ml pelarut non polar (dietil eter)
6) Sirkulasi solvent selama 30 menit
7) Uapkan pelarut non polar di dalam waterbath selama 10 menit
8) Masukkan ke dalam oven dengan suhu 105oC sampai berat konstan
9) Dinginkan dalam eksikator selama 10 menit
10) Timbang hingga tercapai berat konstan (2x ulangan)
G. Fungsi Perlakuan
1) Penghalusan sampel : memperluas permukaan sampel
2) Pengovenan sampel, botol timbang : menguapkan kandungan air
3) Pendinginan dalam eksikator : mendinginkan sampel dan menyerap uap air
4) Menambahkan pelarut : melarutkan lemak
5) Mensirkulasi solvent : agar lipida terekstraksi dan terkumpul dalam labu Soxhlet
6) Menguapkan pelarut dalam waterbath : menguapkan sisa pelarut
A. Judul
Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas (%FFA dan angka asam) pada Minyak Jagung, Minyak
Kelapa Sawit dan Minyak Kedelai dengan Metode Mehlenbacher
B. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif kadar asam lemak bebas (%FFA dan angka asam) pada minyak
jagung, minyak kelapa sawit dan minyak zaitun (1) dengan metode Mehlenbacher(2)
C. Prinsip Metode
Kelompok lipida berdasarkan polaritasnya antara lain kelompok trigliserida, kelompok
turunan asam lemak, fosfolipid, sterol, dan karotenoid. Trigliserida adalah kelompok lipida yang
paling sering ditemukan di dalam jaringan hewan maupun tanaman.
Trigliserida dalam jaringan bahan biologis yang basah / lembab ataupun sebagai lemak /
minyak yang lembab akan mudah mengalami hidrolisis menghasilkan asam lemak bebas. Kadar
asam lemak bebas yang relatif tinggi dianggap menurunkan kualitasnya karena selain akan
memacu reaksi kerusakan lebih lanjut, juga bila ada asam lemak bebas rantai pendek akan
menimbulkan cita rasa kurang enak.
Kadar asam lemak bebas dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH yang diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram lemak minyak atau lemak. Semakin
besar angka asam menunjukkan makin rendah kualitasnya.(3)
D. Alat
a. Erlenmeyer 250 ml f. Timbangan analitik
b. Buret g. Propipet
c. Statif h. Pipet ukur 1 ml, 10 ml
d. Waterbath i. Gelas ukur 50 ml
e. Corong j. Beaker glass 250 ml
E. Bahan
a. Larutan alkohol netral e. Minyak jagung 10 g
b. Larutan indicator PP (phenolphthalein) f. Minyak kelapa sawit 10 g
c. Larutan NaOH 0,1 N g. Minyak zaitun 10 g
d. Plastik
G. Fungsi Perlakuan
1. Penambahan alcohol netral untuk melarutkan minyak
2. Menutup dengan plastic untuk mencegah penguapan alkohol
3. Memanaskan dalam waterbath untuk menghidrolisis lemak menjadi asam-asam lemak
4. Mendinginkan larutan : untuk menghomogenkan dan memaksimalkan reaksi pemecahan
lemak
5. Menambahakan indicator pp sebagai indicator warna penanda titrasi selesai
6. Melakukan titrasi hingga terjadi warna merah muda yang tidak hilang : NaOH akan bereaksi
dengan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram lemak minyak atau lemak. Warna
merah muda akan terbentuk saat NaOH telah berikatan semua dengan asam lemak, NaOH
selanjutnya akan berikatan dengan indikator pp membentuk warna merah muda yang tidak
hilang hingga 30 detik dan seterusnya.
A. Judul
Penentuan Angka Peroksida pada Minyak Jagung, Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Kedelai
dengan Metode Titrasi Iodin
B. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif kadar angka peroksida pada minyak jagung, minyak kelapa sawit
dan minyak kedelai dengan metode titrasi iodin
C. Prinsip Metode
Lemak dan minyak dapat mengalami kerusakan karena proses oksidasi dan hidrolitik baik
enzimatis maupun non enzimatis. Lipida tidak jenuh memiliki kelemahan yaitu mudah dan cepat
mengalami oksidasi oleh oksigen udara, dan hal ini akan berakibat pada penurunan kualitas. Hasil
oksidasi awal akan memunculkan peroksida dan asam lemak, sedangkan oksidasi lanjutannya
akan menghasilkan senyawa - senyawa yang berbau tidak enak (bau tengik / ’rancid’) seperti
aldehid dan keton. Kerusakan ini akan menyebabkan perubahan citarasa. Untuk mnenyatakan
tingkat kerusakan minyak dapat dinyatakan sebagai angka peroksida.
Angka peroksida dinyatakan sebagai pengukuran jumlah Iod yang dibebaskan dari kalium iodide
melalui reaksi oksidasi oleh peroksida dalam lemak/minyak pada suhu ruang dalam medium asam
asetat dan kloroform. Reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut.
D. Alat
a. Erlenmeyer 250 ml 3 buah f. Pipet ukur 1 ml, 10 ml 3 buah
b. Buret 1 buah g. Propipet 3 buah
c. Statif 1 buah h. Gelas ukur 50 ml 3 buah
d. Corong 3 buah i. Pipet tetes 3 buah
e. Timbangan analitik 1 buah j. Beaker glass 250 ml 2 buah
F. Cara kerja
a. Menimbang 5 gram bahan dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml.
b. Menambahkan campuran larutan asam asetat dengan larutan chloroform sebanyak 30 ml.
c. Menghomogenkan larutan dengan cara digoyang hingga semua larutan tercampur.
d. Menambahkan sebanyak 0,5 ml larutan jenuh KI.
e. Mendiamkan larutan selama 1 menit dan menghomogenkan larutan dengan digoyang agar
tercampur rata.
f. Menambahkan sebanyak 30 ml aquadest
g. Menambahkan larutan amilum 1% sebanyak 1-5 tetes dan digoyangkan kembali.
h. Melakukan titrasi larutan tersebut dengan Na2S2O3 0,1 N hingga warna biru hilang.
i. Mencatat volume Na2S2O3 yang keluar
Fungsi Perlakuan
1. Penambahan larutan chloroform untuk melarutkan minyak
2. Penambahan larutan jenuh KI
3. Penambahan akuades
4. Menambahakan larutan amilum 1%
5. Melakukan titrasi hingga terjadi warna merah muda yang tidak hilang : Na2S2O3 0,1 N
A. Judul
Penentuan Kadar Air pada Biskuit Komersial dengan Metode Thermogravimetri
B. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif kadar air pada biskuit komersial dengan metode themogravimetri
C. Prinsip Metode
Kadar air pada bahan makanan dapat ditentukan dengan cara metode pengeringan
(thermogravimetri), metode destilas (thermovolumetri), metode kimiawi, metode fisik dan metode
kromatografi. Metode thermogravimetri adalah menguapkan air yang ada dalam bahan dengan
cara pemanasan dalam oven bersuhu 100-105˚C selama 3 jam atau lebih hingga bobotnya
konstan. Pada metode ini, bahan yang telah diuapkan kandungan airnya harus disimpan di dalam
eksikator agar bahan tidak menyerap air dalam udara sekitar. Hal ini disebabkan karena bahan
yang telah dikeringkan mempunyai sifat higroskopis. Di dalam eksikator terdapat silica gel untuk
menyerap air.
D. Alat
a. Botol timbang e. Eksikator
b. Timbangan analitik f. Penjepit
c. Spatula g. Loyang
d. Oven h. Serbet
E. Bahan
a. Tiga merk biscuit 2 keping masing-masing
F. Cara kerja
a. Mengoven botol timbang kosong pada suhu 105˚C selama 30 menit.
b. Mendinginkan botol timbang di dalam eksikator
c. Menimbang botol timbang
d. Mengisi botol timbang dengan sampel sebanyak 2 gram
e. Mengoven botol timbang berisi sampel pada suhu 105˚C selama 30 menit
f. Mendinginkan botol timbang di dalam eksikator
g. Menimbang botol timbang
h. Hingga bobot konstan (minimal 2x)
A. Judul
Penentuan Kadar Garam pada Telur Asin bagian Putih, Telur Asin bagian Kuning dan Ikan Asin
dengan Metode Mohr
B. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif kadar garam (NaCl) pada telur asin bagian putih, telur asin bagian
kuning dan ikan asin menggunakan metode Mohr
C. Prinsip Metode
Titrasi argentometri ialah titrasi dengan menggunakan perak nitrat sebagai titran di mana akan
terbentuk garam perak yang sukar larut. Salah satu metode yang digunakan dalam titrasi
Argentometri adalah Argentometri metode Mohr. Klorida dalam sampel akan bereaksi dengan
larutan perak nitrat (AgNO3) membentuk endapan putih bernama AgCl (argentum klorida).
Kelebihan AgNO3 akan bereaksi dengan kalium kromat (K2CrO4) membentuk kompleks berwarna
merah jingga.
NaCl + AgNO3 → AgCl +NaNO3
K2CrO4 + 2AgNO3 → Ag2CrO4 + K2NO3
D. Alat
a. Timbangan analitik h. Beaker glass 250 ml
b. Erlenmeyer 100 ml, 250 ml i. Gelas ukur 50 ml
c. Labu ukur 100 ml j. Spatula
d. Buret k. Pipet tetes
e. Statif l. Kompor listrik
f. Propipet m. Panci
g. Pipet ukur 1 ml, 10 ml n. Corong
E. Bahan
a. Aquadest
b. Larutan AgNO3 0,1 N
c. Larutan K2CrO4 5% 1 ml
d. Telur asin 1 butir
e. Ikan asin 1 ekor
A. Judul
Penentuan Kandungan Pemanis Sintesis Pada teh kotak, fruit tea, dan teh pucuk dengan Metode
Pengendapan
B. Tujuan
Menentukan secara kualitatif ada tidaknya kandungan pemanis sintesis pada teh kotak, fruit tea,
dan teh pucuk dengan metode pengendapan
C. Prinsip Metode
Prinsip identifikasi adanya siklamat dalam sampel yaitu dengan cara pengendapan.
Pengendapan dilakukan dengan cara menambahkan Barium klorida dalam suasana asam
kemudian ditambah Natrium nitrit sehingga akan terbentuk endapan Barium sulfat. Penambahan
HCl 10% dalam sampel berfungsi untuk mengasamkan larutan. Larutan dibuat dalam keadaan
asam agar reaksi yang akan terjadi dapat lebih mudah beraksi. Penambahan BaCl2 berfungsi
untuk mengendapkan pengotor-pengotor yang ada dalam larutan, seperti adanya ion karbonat.
Penambahan NaNO2 berfungsi untuk memutuskan ikatan sulfat dalam siklamat (BPOM RI, 2003)
D. Alat
a. Beaker glass 3 buah d. Penghitung waktu (stopwatch) 3 buah
b. Corong kaca penyaring 1 buah e. Gelas ukur 1 buah
c. Kertas saring 3 lembar f. Spiritus dan bunsen 1 buah
E. Bahan
a. Fruit tea 1 botol f. Teh kotak 1 buah
b. Teh pucuk 1 botol g. HCl 10%,
c. BaCl2 10%,
d. Arang aktif, HCl 10%
e. Natrium nitrit.
A. Judul
Penentuan Kandungan Formalin pada Tahu, Pindang dan Bakso dengan Larutan KMnO4
B. Tujuan
Menentukan secara kualitatif ada tidaknya kandungan formalin pada tahu, pindang dan bakso
dengan larutan kalium permanganate.
C. Prinsip Metode
Formalin memiliki unsur aldehid yang mudah bereaksi dengan protein, karenanya ketika
disiramkan ke makanan, formalin akan mengikat unsur protein. Dengan matinya protein, bahan
makanan tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam, sehingga
bahan makanan akan menjadi lebih awet. Semua adehid dapat teroksidasi menjadi asam
karboksilat dengan pereaksi KMnO4. Jika warna segera memudar/hilang berarti bahan makanan
mengandung aldehid yang bersifat mereduksi kalium permanganat.
D. Alat
a. Tabung reaksi dan rak tabung reaksi e. Gelas beaker 250 ml
b. Pipet tetes f. Labu ukur 100 ml
c. Mortar dan alu g. Erlenmeyer 100 ml
d. Timbangan analitik
E. Bahan
a. Larutan KMnO4 0,1 N d. Pindang 1 ekor
b. Aquadest e. Bakso 3 butir
c. Tahu 1 buah
F. Cara kerja
a. Mengambil 10 gram sampel tahu, pindang, bakso kemudian haluskan menggunakan mortar
b. Menambahkan 20 mL aquades, aduk dan saring
c. Mengambil 5 mL hasil penyaringan dan memasukkannya ke dalam tabung reaksi
d. Menambahkan 5 tetes larutan KMnO4 0,1 N
e. Menggoyang-goyangkan tabung reaksi agar homogen
f. Menunggu sampai 30 menit, jika warna merah jambu pudar, maka menunjukan sampel
tersebut mengandung formalin. Mengamati perubahan yang terjadi
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Kesimpulan :
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
N Iod x 0,88 x volume titrasi 100
Kadar vitamin C = x
0,01 25
Kesimpulan :
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Keterangan:
y = absorbansi
a = konstanta, titik potong antara x dan y
b = gradien/ kemiringan garis
x = konsentrasi
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
Keterangan:
Ka = kadar air sampel
Pembahasan :
Kesimpulan :
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Pembahasan :
Kesimpulan :
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Keterangan:
y = absorbansi
a = konstanta, titik potong antara x dan y
b = gradien/ kemiringan garis
x = konsentrasi
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
%wb = x.100%
Keterangan:
Fp = faktor pengenceran
v = volume sampel yang ditera (ml)
Keterangan:
Ka = kadar air sampel
Pembahasan :
Kesimpulan :
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Xantoprotein Biuret
Pembahasan :
Kesimpulan :
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
(𝑇+𝑆)′′′ −𝑇
Kadar lemak = x 100%
𝑆
Kesimpulan :
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
𝐦𝐥 𝐍𝐚𝐎𝐇 𝐱 𝐍.𝐍𝐚𝐎𝐇 𝐱 𝐁𝐌 𝐱 𝟏𝟎𝟎%
Kadar asam lemak bebas (%FFA) =
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥 (𝐠𝐫𝐚𝐦)𝐱 𝟏𝟎𝟎𝟎
Pembahasan :
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
𝐦𝐥 𝐭𝐢𝐭𝐫𝐚𝐬𝐢 𝐱 𝐍.𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 𝐱 𝟏𝟎𝟎𝟎
Angka peroksida =
𝐛𝐞𝐫𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐞𝐥
Pembahasan :
Kesimpulan :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
2 1
3 1
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
(B+S)−(B+S)konstan
Kadar air = x 100%
(B+S)−B
Referensi :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Perhitungan : (*lampiran perhitungan di halaman sebaliknya → hanya utk sampel kelompok saja)
(volume titrasi x N AgNO3 X BM NaCl x fp x 100%)
Kadar Garam =
mg sampel
BM NaCl = 58,46
fp = faktor pengenceran
Pembahasan :
Kesimpulan :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Keterangan : Jika tidak ada endapan, tulis tidak ada. Endapan menunjukkan adanya pemanis sintetis
siklamat dalam bahan
Kadar Siklamat = (berat endapan : berat sampel yang diujikan) x 100%
Pembahasan :
Kesimpulan :
Validasi :
Dosen Praktikan
( ) ( )
Nama :
NIM :
Kelompok :
Judul Praktikum :
Tujuan :
Prinsip :
Alat :
Bahan :
Cara Kerja :
Kesimpulan :
Referensi :
( ) ( )